Anda di halaman 1dari 10

CHALLENGE FEEDING

(Tugas Makalah Manajemen Industri Ternak Perah)

Oleh

Viola Tantri Kirana


2014141031

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2022
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Susu termasuk salah satu produk peternakan yang sangat digemari masyarakat,
karena mengandung zat-zat makanan atau gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Selain
itu, berbagai olahan susu yang bervariasi mendukung suksesnya produk ini semakin
mendunia. Beberapa contoh hasil olahannya seperti keju, mentega, yoghurt, susu krim atau
tanpa lemak, dan lain sebagainya. Untuk itu, peternakan sapi perah sangat memiliki nilai
yang ekonomis dilihat dari permintaan pasar mengenai produk susu terus meningkat.
Namun, keberhasilan produksi pada suatu peternakan sapi perah bergantung pada faktor
genetik dan lingkungan yang sangat berpengaruh pada kelancaran peningkatan produksi
susu. Rendahnya produktivitas susu yang paling kuat disebabkan oleh faktor lingkungan,
dapat dilihat dari manajemen pemeliharaan dan manajemen pakan.

Manajemen pakan ini penting untuk diperhatikan karena kelangsungan hidup


ternak juga bergantung pada pakan yang dikonsumsi. Untuk pakan yang diberikan harus
mengandung gizi yang tinggi dan nutrisi yang sesuai dengan tingkat fase yang dijalani oleh
sapi tersebut, karena setiap fase akan membutuhkan kandungan nutrisi berbeda. Pakan
berguna untuk pertumbuhan, produksi hidup, serta reproduksinya. Jadi pakan harus sesuai
dnegan karakteristik, sistem, dan fungsi saluran ternak, oleh karena itu dibutuhkannya
manajemen pemberian pakan yang baik agar ternak dapat tumbuh serta memiliki produksi
yang baik (Kusnadi, 2006).

Pada manajemen pakan sapi perah terdapat pemberian pakan pada pedet, pemberian
pakan pada sapi dara, dan pemberian pakan pada sapi laktasi. Untuk pemberian pakan pada
sapi laktasi terbagi menjadi tiga yaitu, phase feeding, challenge feeding, serta corral
feeding. Sesuai dengan tema yang diberikan makalah ini akan membahas mengenai
challenge feeding.
B. Tujuan
Adapun tujuan
1. Agar dapat memahami pengertian dari challenge feeding
2. Agar dapat memahami lebih lanjut mengenai manajemen pakan
BAB II. ISI

Manajemen pakan merupakan penggunaan secara bijaksana sumberdaya yang


dimiliki agar tujuan pemberian pakan tercapai. Pemenuhan kebutuhan ternak dapat dilihat
dari kuantitas, kualitas, dan kontinuitas. Kuantitas yaitu banyak sedikitnya pakan untuk
ternak sesuai kebutuhannya, kualitas merupakan baik buruknya pengaruh pakan terhadap
ternak, dan kontinuitas menunjukkan kesinambungan ada tidaknya pakan untuk ternak.

Pakan sangat memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan, pakan hijauan


untuk induk laktasi dapat diberikan dalam bentuk kering (hay) maupun dalam bentuk basah
atau hijauan segar (dalam bentuk silage). Pembuatan “hay” biasanya berupa hijauan
berbentuk tegak yang dikeringkan, sedangkan pembuatan “silage” di daerah tropis masih
sulit dilakukan karena banyak hijauan yang sudah tua dan sukar mengeluarkan udara dari
dalam silo sehingga bersifat anaerob yang dibutuhkan kurang sempurna (Zainuddin, 1982).

Pakan konsentrat adalah bahan pakan yang konsentrasi gizinya tinggi tetapi kandungan
serat kasarnya relatif rendah dan mudah dicerna. Bahan dapat berupa dedak atau bekatul,
bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ketela pohon atau gaplek dan lain-lain. Pada
umumnya peternak menyajikan pakan konsentrat ini masih sangat sederhana, yakni hanya
membuat susunan pakan/ ransum yang terdiri dari dua bahan saja, dan bahkan ada yang
hanya satu macam bahan saja (Sudono, 1983).

Pada manajemen pemeliharaan laktasi terdapat tiga metode yaitu: phase feeding, challenge
feeding, dan corral feeding.

➢ Challenge Feeding
Challenge Feeding merupakan pemberian pakan sapi laktasi, dimana sapi ditantang
untuk mencapai level produksi susu puncaknya sedini mungkin pada waktu laktasi. Karena
ada hubungan yang era tantara produksi susu puncak dengan produksi susu total selama
laktasi, penekanan harus diberikan pada produksi maksimal antara 3-8 minggu setelah
beranak. Menurut literatur bacaan, pada kondisi ini sebaiknya ternak sapi perah
dipersiapkan untuk mendapat konsentrat yang banyak setelah beranak. Agar mikroba
rumen dapat beradaptasi dengan baik, sehingga pemberian konsentrat dimulai sejak dua
minggu sebelum beranak.
Challenge Feeding bertujuan untuk menjaga ketergantungan sapi terhadap energi
dan protein yang disimpan, sekecil mungkin, agar tidak terjadinya penolakkan makanan
pada sapi perah yang baru melahirkan. Karena, waktu beranak merupakan suatu
pengalaman yang sangat traumatik bagi sapi yang berproduksi tinggi, sehingga
mengakibatkan sapi tertekan selera makannya untuk bebe-rapa hari setelah beranak. Sapi
yang berproduksi susu sangat tinggi tidak dapat mengkonsumsi energi yang cukup untuk
mengimbangi energi yang dikeluarkan. Konsekuensinya, sapi akan melepaskan cadangan
lemak dan protein tubuhnya untuk suplementasi ransumnya.

Persiapan untuk challenge feeding dimulai selama periode kering:


1. Sapi kering dalam kondisi yang baik
Sapi kering kandang adalah sapi yang tidak diperah sama sekali sejak umur
kebuntingan 7 bulan sampai akhir kebuntingan (Blackely dan Bade, 1994). Kering
kandang sangat penting bagi induk yang akan melahirkan kembali dalam kondisi tubuh
yang lebih kuat, sehat dan produksi susu lebih tinggi maka peternak harus memberikan
kesempatan pada induk untuk beristirahat yaitu induk bunting tadi dihentikan
pemerahannya (Williamson and Payne 1993).
Kandang kering bertujuan untuk mengistirahatkan kelenjar ambing agar produksi
susu periode selanjutnya akan lebih baik selain itu juga untuk mengisi kembali kebutuhan
vitamin dan mineral setelah mengalami masa laktasi berat agar sapi tetap sehat dan
mempersiapkan periode laktasi berikutnya agar produksi tidak menurun.

2. Transisi dari ransum kering ke ransum laktasi, mempersiapkan bakteri rumen

Keuntungan dari challenge feeding, yaitu:


1. Puncak produksi dapat dicapai, sehingga akan berpengaruh baik pada laktasi
sebelumnya
2. Tidak ada pembatasan pakan pada masa puncak produksi
3. Pakan dapat digunakan untuk memproduksi susu secara langsung, maka efektivitas
penggunaan energi pakan meningkat.
Sebelum challenge feeding terdapat phase feeding
Phase Feeding adalah suatu program pemberian pakan yang dibagi ke dalam
periode-periode berdasarkan pada produksi susu, persentase lemak susu, konsumsi pakan,
dan bobot badan

1. Fase 1, laktasi awal (early lactation), 0 – 70 hari setelah beranak


Selama periode ini, produksi susu meningkat dengan cepat, puncak produksi susu
dicapai pada 4-6 minggu setelah beranak. Pada saat ini konsumsi pakan tidak dapat
memenuhi kebutuhan zat-zat makanan (khususnya kebutuhan energi) untuk produksi susu,
sehingga jaringan-jaringan tubuh dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan. Perhatikan
proporsi konsentrat, karena proporsi konsentrat yang berlebihan (lebih dari 60% BK
ransum) dapat menyebabkan asidosis dan kadar lemak yang rendah. Tingkat serat kasar
ransum tidak kurang dari 18% ADF, 28% NDF, dan hijauan harus menyediakan minimal
21% NDF dari total ransum. Bentuk fisik serat kasar juga penting, secara normal ruminasi
dan pencernaan akan dipertahankan bila lebih dari 50% hijauan panjangnya 1” atau lebih.

Zat makanan yang dibutuhkan saat laktasi awal ini harus terpenuhi, agar produksi
puncak akan rendah dan dapat menyebabkan ketosis. Produksi puncak rendah, dapat
diduga produksi selama laktasi akan rendah. Bila konsumsi konsentrat terlalu cepat atau
terlalu tinggi dapat menyebabkan tidak mau makan, acidosis, dandisplaced abomasum.
Untuk meningkatkan konsumsi zat-zat makanan:

• beri hijauan kualitas tinggi,


• protein ransum cukup,
• tingkatkan konsumsi konsentrat pada kecepatan yang konstan setelah beranak,
• tambahkan 1,0-1,5 lb lemak/ekor/hari dalam ransum,
• pemberian pakan yang konstan, dan
• minimalkan stress.

2. Fase 2, konsumsi BK puncak, 10 minggu kedua setelah beranak.


Selama fase ini, sapi diberi makan untuk mempertahankan produksi susu puncak
selama mungkin. Konsumsi pakan mendekati maksimal sehingga dapat me-nyediakan zat-
zat makanan yang dibutuhkan. Sapi dapat mempertahankan bobot badan atau sedikit
meningkat. Konsumsi konsentrat dapat banyak, tetapi jangan melebihi 2,3% bobot badan
(dasar BK). Kualitas hijauan tinggi perlu disediakan, minimal konsumsi 1,5% dari bobot
badan (berbasis BK) untuk mempertahankan fungsi rumen dan kadar lemak susu yang
normal. Untuk meningkatkan konsumsi pakan:
• beri hijauan dan konsentrat tiga kali atau lebih sehari,
• beri bahan pakan kualitas tinggi,
• batasi urea 0,2 lb/sapi/hari,
• minimalkan stress,
• gunakan TMR (total mix ration).

3. Fase 3, pertengahan – laktasi akhir, 140 – 305 hari setelah beranak.


Fase ini merupakan fase yang termudah untuk me-manage. Selama periode ini
produksi susu menurun, sapi dalam keadaan bunting, dan konsumsi zat makanan dengan
mudah dapat dipenuhi atau melebihi kebutuhan. Level pemberian konsentrat harus
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi, dan mulai mengganti berat badan yang
hilang selama laktasi awal. Sapi laktasi membutuhkan pakan yang lebih sedikit untuk
mengganti 1pound jaringan tubuh daripada sapi kering. Oleh karena itu, lebih efisien
mempunyai sapi yang meningkat bobot badannya dekat laktasi akhir daripada selama
kering.

4. Fase 4, periode kering, 45 – 60 hari sebelum beranak.


Fase kering penting, program pemberian pakan sapi kering yang baik dapat
meminimalkan problem metabolik pada atau segera setelah beranak dan meningkatkan
produksi susu selama laktasi berikutnya. Sapi kering harus diberi makan terpisah dari sapi
laktasi. Ransum harus diformulasikan untuk memenuhi kebutuhannya yang
spesifik: maintenance, pertumbuhan foetus, pertambahan bobot badan yang tidak terganti
pada fase 3. Konsumsi BK ransum harian sebaiknya mendekati 2% BB; konsumsi hijauan
minimal 1% BB; konsumsi konsentrat bergantung kebutuhan, tetapi tidak lebih 1% BB.
Setengah dari 1% BB (konsentrat) per hari biasanya cukup untuk program pemberian pakan
sapi kering.
Sapi kering jangan terlalu gemuk. Memberikan hijauan kualitas rendah, seperti grass hay,
lebih disukai untuk membatasi konsumsi. Level protein 12% cukup untuk periode kering.
Sedikit konsentrat perlu diberikan dalam ransum sapi kering dimulai 2 minggu sebelum
beranak, bertujuan:
• mengubah bakteri rumen dari populasi pencerna hijauan seluruhnya menjadi populasi
campuran pencerna hijauan dan konsentrat;
• meminimalkan stress terhadap perubahan ransum setelah beranak.

Manajemen kunci yang harus diperhatikan selama periode kering, meliputi:


• observasi kondisi tubuh dan penyesuaian pemberian energi bila diperlukan,
• penuhi kebutuhan zat makanan tetapi cegah pemberian yang berlebihan,
• perubahan ransum 2 minggu sebelum beranak, dengan menggunakan konsentrat dan
jumlah kecil zat makanan lain yang digunakan dalam ransum laktasi,
• cegah konsumsi Ca dan P yang berlebihan, dan
• batasi garam dan mineral sodium lainnya dalam ransum sapi kering untuk mengurangi
problem bengkak ambing.
Pada waktu kering, kondisi tubuh sapi 2 atau 3, sedangkan saat beranak 3,5–4,0.
Selama 60 hari periode kering, sapi diberi makan untuk mendapatkan PBB: 120 – 200 lbs.

Setelah metode phase feeding,dan challenge feeding terdapat fase corral feeding

Corral Feeding merupakan pemberian pakan secara individual pada sapi-sapi


laktasi sudah mengarah kemechanized group feeding. Hal ini dikembangkan untuk
kenyamanan dan penghematan tenaga kerja, dibandingkan ke feed efficiency. Saat ini,
peternakan dengan beberapa ratus sapi laktasi adalah biasa, dan beberapa peternakan
bahkan memiliki beberapa ribu ekor. Untuk merancang program nutrisi sejumlah besar
ternak, dapat diadaptasikan terhadap kebutuhan spesifik sapi-sapi perah, sapi-sapi di-
pisahkan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan produksi (dan kebutuhan nutrisi).

Bila produser memutuskan pemberian pakan secara kelompok, perlu ditentukan


jumlah kelompok yang akan diambil. Untuk menentukan jumlah kelompok tersebut
pertimbangan perlu diberikan pada hal-hal berikut:
o besar peternakan (herd size),
o tipe dan harga bahan pakan,
o tipe perkandangan, pemberian pakan, dan sistem pemerahan
o integrasi ekonomi secara keseluruhan dari operasional,
Bila program pemberian pakan secara kelompok diikuti, konsentrat jarang diberikan di
tempat pemerahan, biasanya diberikan di kandang. Pemberian pakan berkelompok dapat
dengan mudah beradaptasi pada penggunaan complete feeds yaitu konsentrat, hijauan, dan
suplemen dicampur menjadi satu, tidak diberikan terpisah. Beberapa produser yang
menggunakan complete feeds lebih menyukai pemberian hijauan kering, khususnya long
stemmed hay secara terpisah untuk meningkatkan stimulasi rumen dan fasilitas
pencampuran, karena long hay sulit dicampur dalam mixer.
III. KESIMPULAN

Dapat disimpulkan dari pemaparan materi di atas bahwa:

1. Manajemen pakan sangat penting bagi kehidupan hewan ternak, khususnya pada
sapi perah masa laktasi karena sangat berpengaruh pada kelancaran berlangsungnya
produksi susu serta kualitas yang dihasilkan
2. Pada manajemen pakan terdapat tiga metode yaitu, phase feeding, challenge
feeding, dan corral feeding.
3. Challenge feeding salah satu cara yang tepat untuk mengatasi penolakkan pakan
oleh sapi perah setelah melahirkan, dengan tujuan agar tidak terhentinya proses
produktivitas susu.

Sumber:
Leondro, Henny. 2015. Manajemen Ternak Perah. Bahan Ajar. Universitas

Kanjuruhan;Malang

Manajemen Pakan Perah.Web: https://adoc.pub/manajemen-pakan-sapi-perah.html.


Diakses pada: 17 Maret 2022
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKE
wiC_CjjNP2AhVkILcAHZN3DhMQFnoECAYQAw&url=http%3A%2F%2Feprints.und
ip.ac.id%2F53142%2F3%2FBab_II.pdf&usg=AOvVaw3b8Keg0As-pGgIFl7XKagw

Anda mungkin juga menyukai