Anda di halaman 1dari 5

Kepada Yth.

Mas Aji, Mba Syifa, & Mba Seli

Umar Usman_6A_Praktik Menulis ke 4

Tiga Sosok Pasupati, Penulis Tersohor Era Milenial

Sejak awal tahun, saya mendapat semacam pengilhaman, mendadak sangat tertarik
membaca tulisan tiga penulis pe(ter)-sohor seantero nusantara dan bahkan dunia. Ketiga
pesohor itu, pemuda yang terlahir pada era milenial dengan kecerdasan dan kecakapan
yang luar biasa. Saya mengucap terima kasih berdaun-daun, karena Tuhan telah
mentakdirkan dapat membaca dan menikmati karya tulis mereka. Jadi pemirsa dan
pembaca, tolong teruskan membaca sampai diakhir tulisan ini?

Sembilan bulan terakhir, setiap hari saya menyempatkan waktu, satu sampai dua jam dalam
sehari dan membaginya secara proporsional, untuk membaca setekun-tekunnya dan secara
seksama dari setiap tulisan-tulisan tiga selebritas Indonesia ini. Saya menyebutnya: "Tiga
Serangkai." Ketiganya berdomisili di Kota Yogjakarta.

Sosok penulis selebritas tiga serangkai ini, belum saya kenal di darat, tak satu kalipun
pernah bersua muka, mungkin sudah satu tahun lebih saya meminta pertemanan di akun
facebook kepada ketiganya. Namun hingga saat ini, permintaan saya belum diterima. Tak
mengapa, saya mesti tabah. Pemantik semangat dan doa saya: "Tabah setabah air
mengikis karang. Saya akan menunggu sampai rambut dipenuhi warna silver atau perak. Ini
komitmen akal dan kalbu saya, hingga ujung waktu penantian.

Daya atau medan magnet apa yang membuat saya seperti tertarik begitu kencang kepada
pusaran energi besar dari 'tiga serangkai,' jawara literasi nusantara ini. Pada tulisan
mendatang, saya akan tulis khusus tentang medan magnet atau energi besar dari ketiga
mentor dan suhu menulis saya ini, walaupun belum sempat kenal dan tatap muka di darat.

Kata-kata itu adalah daya atau energi, kekuatan dan kecepatannya dapat melintas ruang
dan waktu. Bersicepat, bahkan dapat saja melebihi kecepatan cahaya. Fenomena misteri
dari rambatan resonansi gelombang kata-kata, dapat menembus palung kalbu, palung jiwa,
dan palung pikiran terdalam. Terpatri dan terpahat menjadi prasasti komunikasi satu atau
dua arah, seperti Adam terpisah dengan Hawa, selama sekira 400 tahun, takdir pertemuan
keduanya karena kekuatan rapal doa semesta, sehingga Tuhan mempertemukan mereka.
Begitu riwayat yang pernah saya baca, mengisahkan.

Sosok tiga serangkai ini, mempunyai kemiripan dalam mendistribusikan kekuatan energi
kata-katanya kepada pemirsa dan pembaca dunia maya. Apakah kemiripannya? Setiap kali
usai membaca tulisan, karya penulis pesohor tiga serangkai ini, ada semacam enzim
endorphin yang mengaliri di sukujur tubuh, rasa enjoy, senang atau gembira. Walaupun
tema dan topik tulisan tersebut tentang sesuatu yang berat dan kritik sosial yang tajam.
Namun, sosok ketiga penulis ini, mampu mengemas dan menyampaikan pesan yang ringan
dan mencerahkan. Hal ini saya sebut fenomena kedigdayaan, kesaktian, dan keajaiban
kata-kata yang keren dari pesohor ini.
Kehabatan lainnya, suatu tulisan dengan tema dan topik yang sulit dan rumit. Namun, sajian
tulisan ketiga selebritas literasi yang ganteng nan keren ini, membuat pembaca dan pemirsa
tersenyum-senyum dan tertawa terkekeh-kekeh, bayangkanlah kalau ada pembaca tulisan
menatap layar monitor android yang sedang duduk di caffe sendirian. Memperagakan akting
tertawa berkesinambungan, lucuuu bukan? Ini pengalaman pribadi saya.

Mesin kecerdasan dan talenta keren, dari ketiga pesohor yang keren dan hebat ini, memiliki
kemampuan dan keahlian yang mumpuni dalam merangkai kata-kata, seolah-olah sosok
mereka hadir langsung dihadapan pemirsa dan pembaca. Seperti sedang ngobrol santai.
Serasa asyiiik-asyiik sedap, begitu testemoni dari teman saya yang berjenis kelamin
perempuan.

Kehebatan akrobatik dan kemahiran sosok tiga serangkai ini, didalam meramu rangkaian
kata menjadi kalimat, kian konsisten dan meningkat pesat mutu dan jumlah tulisannya dari
waktu ke waktu. Paling tidak, saya telah membaca tulisan-tulisan yang mereka buat sejak
dari 2014 hingga saat ini. Akrobatik dan kepiawaian dari ketiganya dalam menyajikan tema
yang rumit, sulit, berat, satire yang tajam, dan kelucuan yang konyol kepada pemirsa dan
pembaca dengan renyah, gurih, manis, asam, dan asin yang proporsional. Namun, esensi,
eksistensi, dan substansi tulisan pada mutu yang paripurna.

Sosok tiga serangkai ini, saya tak meragukan integritas dan prinsif hidupnya.
Berkesinambungan dalam menyampaikan pesan-pesan yang menginspirasi, mencerahkan,
dan kritik sosial yang tajam, baik kepada publik maupun kepada pemerintah. Namun,
komitmen yang konsisten untuk patuh, setia, bakti kepada diri sendiri. Ibarat cewek ketiga
pesohor ini imut, cantik, dan ayu. Jinak-jinak merpati. Namun, pantang bagi ketiganya, untuk
menjual harga kehormatan, harkat, dan martabat dengan puluuus recehan.

Tak berasa, saya telah menulis sepuluh paragraf dengan energi endhorpin dengan sensasi
perasaan yang riang gembira dan penuh kebahagiaan. Tak elok rasanya, bila saya tak
membagi rasa ini kepada pemirsa dan pembaca, bisa-bisa saya disebut kikir dan medit
berbagi informasi dan pengetahuan. Mari kita berikan senyum dan tawa yang indah, untuk
ketiga sosok perangkai kata-kata yang ulung ini.

Siapakah tiga serangkai sosok penulis tersohor itu?

PUTHUT EA

Rembang, merupakan artepak, prasasti, dan mahkamah sejarah, karena di tanah ini dua
sosok Adam dan Hawa telah melahirkan dari rahim sucinya laki-laki penuh talenta menulis.
Namanya Phutut EA, berusia 43 tahun. Suami dan ayah beranak satu laki-laki bernama Kali.
Tentu saja Istri yang telah Tuhan takdirkan berjodoh dengan laki-laki yang mendapat titis
kegantengan dari Nabi Yusuf ini sangat bejo.

Ia adalah penulis dan peneliti, menurut buku yang saya baca hingga kini telah menganggit
lebih dari 40 judul buku, baik karya fiksi dan nonfiksi. Menurut pendapat saya, sosok penulis
ini adalah Filsuf, karena selama 21 tahun, konsisten dan berkesinambungan mewakafkan
waktu, tenaga, daya, upaya, dan segenap pikirannya pada pilihan hidup sebagai perekat,
pengikat, perangkai, peracik, dan pengolah kata-kata lalu menjahitnya menjadi buku.

Mas Puthut EA dan keluarganya berdomisili di Kota Jogjakarta.

Novel berjudul Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, karya Mas Puthut EA yang saya beli di Mojok
Storebtelah saya baca berulang kali. Mengapa mesti berulang kali, saya membacanya? Ya,
karena didalam buku ini barasa coklat yang gurih, manis, sedikit asam, sedikit asin. Banyak
mengandung enzim Endhorpin.

"Aku tak ingin cinta sejati. Tapi biarkan aku mencicipi cinta yang bukan hanya sesaat.
Biarkan aku berjuang dan bertahan disana. Biarkan aku tersiksa untuk terus belajar bersetia.
Aku rela tenggelam disana, sebagaimana segelintir orang yang beruntung."

"Kalau sampai dewasa, kita tidak punya sikap mental dan siasat dalam mengelola
kebosanan, tentu bisa agak berbahaya. Kita bisa cepat bosan sama teman, pekerjaan,
bahkan pasangan."

Dua paragraf kalimat tersebut diatas, saya kutip dari penulis tersohor, Mas Puthut EA,
kalimat yang didalamnya mengalir energi kenetik dan listrik, mendistribusikan energinya ke
penjuru semesta.

IQBAL AJI DARYONO

Dengan postur tubuh yang atletis, tinggi badan di atas rata-rata pemuda Indonesia, paras
tampan dan klimis, dada yang bidang, sikap yang tegap, dan yang pasti memiliki
kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual yang paripurna. Inilah diskripsi singkat saya,
tentang sosok arjuna selebritas dan penulis pesohor yang satu ini.

Lagi-lagi, warga masyarakat daerah Bantul, Daerah Istimewa Yogjakarta dan sekitarnya,
mesti mengucap terima kasih berdaun-daun kepada Tuhan, karena telah melahirkan
pemuda ganteng akhlaknya, berilmu, dan tajiiir pula. Beliau adalah Mas Iqbal Aji Daryono.

Sosok pemuda melenial, Mas Aji, adalah mentor dan guru menulis esai yang saat ini saya
ikuti, dengan berhikmat dan seksama, saya enjoy dan gembira sebagai muridnya. Suami
dan ayah dua orang anak ini, tinggal menetap di Kota Bantul, usia sekitar 39 tahun. Penulis
buku Out Of The Truck Box, ini jawaranya menulis esai. Ratusan tulisan esainya, tampil
untuk kita baca dan nikmati di Detik.co, Mojok.co, Tirto, dan media sosial Facebook,
Instagram, dan Twitter.

Dari literatur yang saya baca, ternyata Mas Aji pernah menjadi bintang film berjudul: Love in
Perth, bersama bintang film imut Gita Gutawa, dan Petra Sihombing. Film yang ditayangkan
perdana pada 28 Desember 2010 di Ex Plaza Jakarta itu berkisah tentang gadis Lola, siswa
Indonesia yang sedang belajar di Kota Perth, Australia Barat, yang sedang kasmaran dan
jatuh cinta dengan pelajar Indonesia lainnya.
Mas Iqbal Aji Daryono dalam menyajikan tulisannya kepada para pembaca dengan ringan,
penutur yang handal, kontroversial, dan banyak disukai oleh gadis-gadis dan emak-emak
melenial. 3 kunci sukses ala Mas Aji itu: banyak bergaul, banyak membaca, dan tahan
godaan, adalah peta jalan untuk meraih prestasi sukses. Kiat ringan tapi hebaat ini, banyak
dipraktikan oleh pengidola Mas Aji.

Keajaiban kata-kata Mas Aji yang terekam pada pikiran bawah sadar saya, "Pada zaman
keemasan medsos, hanya manusia dengan kualitas spiritual tertentu yang tidak mudah
tergiur untuk bicara apa saja." Dan satu kalimat nasihat adiluhung bijak bestari, berbunyi:
"Setia itu menyakitkan."

Untuk memutuskan pilihan hidup setia, diperlukan membangun sikap dan karakter hidup
setia hingga akhir dan setia setiap saat, tapi bukan iklan penghilang aroma tak sedap pada
bagian ketiak ya, hehehe.

"Sudah berhenti? Belum. Masih di tahun 2014. Jokowi sudah terpilih menjadi Presiden RI
2014-2019, tapi perkubuan masih kental. Di titik itulah Iqbal Aji Daryono menulis di situs
daring mojok.co, "Surat Terbuka kepada Pemilih Jokowi Sedunia." Menurut informasi dari
situs rintisan dari Yogyakarta ini, esai surat Iqbal ini diklik lebih kurang 5 juta pembaca."
Begitu toaka Muhiddin M. Dahlan memberi apresiasi dalam bukunya yang berjudul "Inilah
Esai, Tangkas Menulis Bersama Para Pesohor," hal 85.

AGUS MULYADI

Tidak banyak di dunia ini, orang yang dipilih oleh Tuhan dianugerahi kemampuan khusus
berupa kemaharian, keahlian, dan talenta unik. Racikan dan hasil olah kata-katanya, bisa
membuat pemirsa dan pembaca tersenyum dan tertawa berkesinambungan dibuatnya.

Sosok pemilik energi Pasupati, Gus Mul, sapaan untuk Mas Agus Mulyadi, penulis tersohor
idola saya ini menyampaikan pesan dengan renyah dan cita rasa jenaka tingkat dewa.
Namun, isi tulisan tetap konsisten menjaga mutu baik esensi, eksistensi, dan substansinya.
Produksi keajaiban narasi yang mempunyai ciri khas dan unik.

Segudang prestasi selebritas milenial ini, sebagai pengedit photo yang handal, bloger
nasional yang memiliki penggemar jutaan orang jumlahnya, penulis buku, mentor menulis,
fesbukers spesialis jenaka, dan segudang prestasi hebat lainnya.

Gus Mul dan Kalis Mardiasih, keduanya menemui takdir jodoh pada jalan yang mereka
inginkan, baik jodoh suami istri dan juga jodoh sebagai penulis. Dan kedua pasangan ini
juga sebagai juragan pemilik Akal Buku, toko buku online dan offline yang mereka miliki.
Lengkap sudah, rahmat dan nikmat itu mereka raih.

Mas Agus Mulyadi juga berdomisili di Kota Yogjakarta, bersama permaisuri jelita dan
satu-satunya di dunia ini, perempuan bejo itu, adalah Kalis Mardiasih.

"Dari situsweb yang sama, masih di tahun 2014, tapi bukan surat untuk Jokowi, penulis blog
yang terkenal dengan keudikannya, *Agus Mulyadi*, menulis surat terbuka untuk urusan
rumah tangga orang. Judulnya: "Surat Terbuka untuk Mas Anang Hermansyah." Tulis toaka
Muhiddin M. Dahlan, dalam bukunya yang berjudul "Inilah Esai, Tangkas Menulis Bersama
Para Pesohor." Hal 86.

Tentu saja segudang kisah prestasi hebat dari ketiga penulis pesohor ini, tak akan cukup
mewakili diskripsi menyeluruh dari apa dan siapa mereka.

Dari sekian paragraf narasi saya kali ini, ada satu bentuk protes kecil yang akan saya tulis,
berupa surat terbuka kepada Tuhan Yang Maha Membaca, dengan judul: "Tolong Gerakan
Akal dan Kalbu Ketiga Hamba-Mu yang Bening Jiwanya ini Tuhan, agar Menerima
Pertemanan Saya di Akun Facebooknya?" Itu saja.

Kembangan, 29 September 2020

Anda mungkin juga menyukai