Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

BAHASA INDONESIA HUKUM

Nama : elvas koen


Nim : 21310123
Kelas :C/reguler
Semester :1(satu)
Soal
Buatlah ringkasan point-point materi Bahasa Indonesia yang telah di bahas di BAB II
Jawaban
1. Kejelasan Makna
* Dalam struktur kalimat Bahasa Indonesia, selalu memperhatikan sifat dan ciri. Hampir setiap
bidang ilmu juga bidang kehidupan, memiliki kosakata, istilah, serta gaya penyampaiannya yang
khas dan lazim.
* Di bidang Bahasa, misalnya, istilah kontaminasi, digunakan untuk melambangkan’
penggabungan secara salah beberapa bentuk (kata, frasa, dsb). Sehingga menimbulkan bentuk
baru yang salah’, misalnya:
- mempelajari + mengajarkan -> mempelajarkan
- menemukan kesulitan
Menemui kesulitan
mengalami kesulitan
* Dalam ilmu hukum, misalnya kalimat “Anton memukul Tommy” menurut SPOK maka
“Anton” adalah subjek, “memukul” adalah, predikat dan “Tommy” adalh objek
* Contoh : Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan peraturan
pemerintah Nomor 53 Tahun 2011 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Dinas
Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Penelitian ini (subjek) bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan (predikat) Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2011 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (objek) di Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kabupaten Timor Tengah Selatan (keterangan/pelengkap)
* Bahasa hukum secara struktur gramatikal tidak mempunyai perbedaan mencolok dalam
penggunaan Bahasa Indonesia, baik itu Bahasa tulis yang ada pada surat kabar, majalah, karya
sastra, maupun dalam tulisan-tulisan lainnya, namun tetap saja memberi inpresi yang menunjuk
adanya perbedaan. Setiap kalimat hukum pada umumnya selalu diikuti sangsi yang jelas.
* Bahasa ilmiah menurut Anton M. Moeliono (1974, dalam hadikusuma 2010:8, Bahasa hukum
Indonesia, Bandung) mempunyai ciri dan sifat-sifat sebagai berikut: lugas dan eksak karena
menghindari kesamaan dan ketidaksamaan; objektif dan menekan prasangka pribadi;
memberikan defenisi yang cermat tentang nama, sifat dan kategori yang diselidikinya untuk
menghindari kesimpangsiuran; tidak beremosi dan menjahui taksiran yang bersensasi; cenderung
membakukan kata-katanya, ungkapnya juga paparannya berdasarkan konfensi; gaya Bahasa
keilmuan tidak dogmatis atau fanatic; gaya Bahasa keilmuan bercorak hemat, hanya kata yang
dipakai, dan; bentuk, makna dan fungsi kata ilmiah lebih mantap dan stabil dari yang dimiiki
kata Bahasa.

* Menurut Junaiyah H. Matanggui (2013:7) bahwa, “Bahasa Indonesia untuk bidang hukum dan
peraturan perundang-undangan harus jelas, lugas, tepat, dan monosematik (tidak bermakna
ganda), tidak menyapa orang seorang, atau tidak menyapa orang secara pribadi. Gaya
penyampaiannya harus terkesan apik (elegan) agar bahasanya dapat bertahan lama dan tidak
mudah berubah (sampai satu atau dua dasawarsa berikutnya) ”
* Hukum dan peraturan perundang-undangan mengatur berbagai dimensi kehidupan masyarakat.
Agar tidak ada keraguan didalamnya, kalimat yang digunakan harus benar isi dan strukturnya,
baku, efektif, tidak bertele-tele, tidak berbelit-belit,tidak senyap, dan tidak bermakna ganda. Oleh
karena itu, para perumus hukum dan peraturan perundang-undangan harus berhati-hati dalam
merumuskan substansi hukum dan peraturan perundang-undangan karena rumusan yang salah
bisa berakibat fatal bagi yang dikenainnya.
* Penyusunan suatu kalimat dalam Bahasa hukum, harus dapat di mengerti dan dipahami oleh si
penerima. Disamping itu kalimat harus disusun secara cermat,saksama,sehingga dapat dinalar
atau dipahami dengan baik.
* Persoalan Kebahasaan pada umumnya atau ketidak percayaan dari orang Indonesia dalam
Bahasa hukum (dalam hal larang-melarang) sehingga mengakibatkat banyak pelanggaran yang
dilakukan oleh karena Bahasa hukum yang digunakan kurang tegas.
2. Kepadanan Konsep
* Dalam Bahasa Indonesia, jika tidak ditemukan istilah yang tepat, maka Bahasa asing dapat
dijadikan sumber peristilahan Indonesia. Istilah baru dibentuk dengan jalan menerjemahkan,
menyerap, dan menyerap sekaligus menerjemahkan istilah asing. Misalnya : samenwerking –
Kerjasama.
* Demi kemudahan pengalihan antar Bahasa dan keperluan masa depan, pemasukan istilah asing,
yang bersifat internasional, melalui proses penyerapan dapat dipertimbangkan jika salah satu
syarat atau lebih yang berikut ini dipenuhi:
a. istilah serapan yang dipilih lebih cocok karena konotasinya;
b. istilah serapan yang dipilih lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahan indonesianya;
c. istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainnya kesepakatan jika istilah
Indonesia terlalu banyak sinoimnya.
* Bahasa hukum sebagai Bahasa ilmiah, juga mengandung kepadanan konsep dalam perumusan
kalimat-kalimatnya. Perumusan kalimat merupakan kebulatan dari unsur yang menunjukan
peraturan yang jelas, kelugasan dalam gaya yang dinyatakan dengan corak yang diskripsi dan
analisis. Bahasa hukum sebagai Bahasa ilmiah, seharusnya disusun secara cermat dan tepat,
muda dipahami dan mempunyai kepadanan konsep (kesatuan makna) yang jelas.
* Lebih jauh dikemukakan oleh junaiyah,”makna kata harus dikaji benar, jangan sampai salah,
jangan sampai kata itu hadir sia-sia, serta jangan merusak makna dan tujuan hukum dan
peraturan perundang-undangan itu.
3. Kelugasan
* Dalam Bahasa Indonesia, aspek kesatuan makna pada umumnya dapat mempunyai beberapa
arti. Misalnya, kata makan, secara donotasi/konsepsi (makna donotasi adalah makna dalam alam
wajar, secara eksplisit); makan juga memiliki makna konotasi (makna konotasi adalah makna
asosiasi, makna yang timbul sebagai akibat Dari sikap social, sikap pribadi, dan kriteria
tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konsepsi) yang bermakna untung atau pukul.
* Makna-makna konotasi sifatnya lebih professional dan oprasional sedangkan makna denotasi
adalah makna yang umum, misalnya :
1. rumah – Gedung, wisma, graha;
2. penonton – pemirsa, pemerhati;
3. dibuat – dirakit, disulap.
* Dalam KBBI dijelaskan bahwa “denotasi” adalah makna kata atau kelompok kata yang
didasarkan atas penunjukan yang lugas peda sesuatu diluar Bahasa atau didasarkan atas konvesi
tertentu yang bersifat objektif, sedangkan “konotasi” adalah tautan pikiran yang menimbulkan
pada kata denotasi. Contoh : dia adalah Wanita cantik (denotasi); dia adalah Wanita manis
(konotasi)
* Menurut KBBI, kelugasan diartikan , “1 hal mengenai yang pokok (yang penting, yang perlu):
pembicaraan dilakukan dengan bertolak dari asas kehematan,~, dan keefisienan; 2
kesederhanaan; keluguan; kepolosan; dan sikap dan dalam berpakaian merupakan daya Tarik
tersendiri; 3 tidak berbelit belit dan mudah dipahami; 4 tidak bersifatpendapat
pribadi;keobjektifan”
* Konteks adalah latar belakang penulisan suatu perundang-undangan yakni dibuat pada tahun
berapa, dalam suasana apa, siapa pihak perancang, siapa yangb membahas dan turut membahas,
kepada siapa peraturan perundang-undangan akan diberlakukan, ini termasuk pasal, dan ayat.
4. Ragam Baku
* Suatu Bahasa sudah baku, baik ditetapkan secara resmi lewat surat keputusan atau maklumat,
maupun yang diterima berdasarkan kesepakatan umum, makna dapat lebih mudah dibuat
pembedaan antara Bahasa yang benar dan tidak.
* Kaidah tata Bahasa normative selalu digunakan secara eksplisit dan konsisten, dengan cara:
(1) Penggunaan kata secara tepat dan efesien, misalnya:
Ragam baku : “korban kecelakaan lalu lintas bulan ini bertambah”
Ragam tidak baku : “korban kecelakaan bulan ini tidak naik”
Ragam baku : “bayarlah dengan uang pas”
Ragam tidak baku : “kepada para penumpang diharap supaya membayar dengan uang pas”
* Anjuran agar kita berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam
Bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah Bahasa yang betul
* Istilah baku dalam Bahasa hukum perundang-undangan, serin ditulis menjadi perundangan.
Dari asal kata undang-undang, maka tidak mungkin menjadi perundangan, melainkan
perundang-undangan, yang dirangkaikan menjadi peraturan perundang-undangan.
* Bahasa hukum tidak dapat dilepas dari Bahasa Indonesia, makna dari aspek fungsi,
penggunaanya menjadi ragam baku (ragam baku didalam penggunaan Bahasa Indonesia sudah
dimulai sejak lahirnya sumpah pemiuda yang dinyatakan, “Berbahasa satu yaitu Bahasa
Indonesia”). Implikasi dari smpah pemuda tersebut menunjukkan, Bahasa Indonesia adalah
Bahasa yang formal/resmi/baku yang digunakan sebagai Bahasa kenegaraan.

Anda mungkin juga menyukai