Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TUGAS AKHIR – PS 1380

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA


KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

FERRY INDRAHARJA
NRP 3108 100 612

Dosen Pembimbing
Ir. SOEWARDOYO, M.Sc.
Ir. ISDHARMANU, M.Sc.

PROGRAM SARJANA LINTAS JALUR TEKNIK SIPIL


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2011
MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT
PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

FERRY INDRAHARJA
NRP. 3108 100 612

Abstrak
Keterbatasan lahan dan kegiatan pembangunan yang semakin intensif akhir-akhir ini
menyebabkan gedung-gedung bertingkat yang dibangun. Perkembangan teknologi yang semakin
meningkat memungkinkan manusia untuk membangun gedung – gedung tinggi. Seperti yang telah
diketahui bersama bahwa semakin tinggi suatu gedung maka semakin besar juga kekuatan dan
beban yang dipikulnya. Hal ini menyebabkan waktu pengerjaan yang diperlukan juga akan
semakin lama.
Struktur gedung dalam tugas akhir ini akan dimodifikasi dan direncanakan ulang dengan
menggunakan struktur baja komposit. Struktur komposit antara beton dan balok baja merupakan
struktur yang memanfaatkan kelebihan dari beton dan baja yang bekerja bersama-sama sebagai
satu kesatuan. Kelebihan tersebut antara lain adalah beton kuat terhadap tekan dan baja kuat
terhadap tarik. Balok baja yang menyanggah konstruksi pelat beton yang dicor ditempat dahulu
sebelumnya didesain berdasarkan asumsi bahwa pelat beton dan baja dalam menahan beban
bekerja secara terpisah. Pengaruh komposit dari pelat beton dan baja yang bekerja bersama-
sama tidak diperhitungkan. Pengabaian ini berdasarkan asumsi bahwa lekatan antara pelat beton
dengan bagian atas balok baja tidak dapat diandalkan. Namun dengan berkembangnya teknik
pengelasan, pemakaian alat penyambung geser (shear connector) mekanis menjadi praktis untuk
menahan gaya geser horizontal yang timbul ketika batang terlentur ( Salmon dan Johnson, 1995 ).
Modifikasi yang dilakukan pada gedung ini adalah jumlah lantai dari 7 lantai menjadi 10
lantai. Perancangan gedung ini berdasarkan ”Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002)”, ”Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002)” dan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung
1983. Analisa struktur gedung akan ditinjau pengaruh beban gempa dinamik terhadap struktur
gedung tersebut. Hal tersebut diakibatkan terdapat tonjolan lebih besar dari 25% dari arah
terbesar denah pada arah yang ditinjau, sehingga tidak memenuhi salah satu syarat konfigurasi
bangunan gedung sebagai bangunan beraturan sesuai SNI 03-1726-2002 Pasal 4.2.1.
Hasil perencanaan struktur gedung ini terdiri dari atap baja dengan dimensi profil gording
WF.150.75.5.7 dan kuda-kuda profil WF.300.150.6,5.9. Struktur pada portal menggunakan baja
komposit dengan kolom dari profil Kingcross 500.200.10.16 berselubung beton 700 cm x 700 cm,
balok komposit dengan profil WF.500.200.10.16, alat penyambung geser tipe stud Ø16 mm.
Sambungan direncanakan sebagai sambungan kaku dengan memakai baut mutu A325 kuat putus
baut 6237 kg/m2 diameter 24 mm. Perencanaan pondasi menggunakan tiang pancang beton
pracetak diameter 50 cm. Sloof ukuran 300 cm x 500 cm dengan tulangan utama 5D16 dan
tulangan geser Ø12-200.

1
I. PENDAHULUAN II. KONSEP DESAIN
Gedung perpustakaan Universitas Prosedur dan ketentuan umum
Jember adalah gedung yang mempunyai 7 perencanaan mengacu pada SNI 03-1726-
lantai dan dibangun di daerah gempa sedang. 2002, SNI 03-1729-2002 dan PPIUG 1983
Gedung perpustakaan tersebut terdapat di dengan memperhitungkan beberapa ketentuan
wilayah Jember Jawa Timur. Gedung tersebut umum antara lain
dibangun dengan menggunakan beton
1. Gempa rencana dan kategori gedung
bertulang biasa dengan sistem cor ditempat.
 Pengaruh gempa rencana itu harus
Karena Indonesia ditinjau dari
dikalikan oleh suatu faktor keutamaan
lokasinya yang rawan terhadap gempa maka
gedung. Faktor keutamaan ini untuk
pembangunan infrasruktur harus memenuhi
menyesuaikan periode ulang. Gempa
syarat tahan gempa. Sehingga dapat
berkaitan dengan penyesuaian umur
memperkecil kerugian dan kecelakaan yang
gedung.
mungkin timbul akibat terjadinya gempa,
mengingat tingginya resiko gempa di Faktor keutamaan ini bergantung pada
Indonesia. Struktur gedung Universitas berbagai kategori gedung dan bangunan yang
Jember pada awalnya direncanakan dengan telah diatur pada SNI 03-1726-2002 pasal
menggunakan struktur beton bertulang. 4.1.2.
Sebagai bahan studi dalam penyusunan tugas 2. Konfigurasi struktur
akhir ini, gedung tersebut dimodifikasi
Langkah awal dari perencanaan
menjadi 10 lantai dengan menggunakan
struktur gedung adalah menentukan apakah
struktur baja komposit.
gedung yang akan dirancang termasuk gedung
Jember merupakan daerah berzona yang beraturan atau tidak beraturan.
gempa sedang sehingga gedung perpustakaan
 Struktur gedung beraturan harus
tersebut harus dirancang sesuai dengan
memenuhi ketentuan SNI 03-1726-
perhitungan gempa rencana di daerah zona
2002 pasal 4.2.1. Pengaruh gempa
gempa sedang. Maka nantinya gedung ini
rencana struktur gedung ini dapat
akan dibangun dengan menggunakan Sistem
ditinjau sebagai pengaruh beban
Rangka Pemikul Momen Terbatas (SRPMT)
gempa statik ekivalen. Sehingga dapat
dimana sistem ini sangat cocok untuk daerah
menggunakan analisa statik ekivalen.
gempa sedang yang memakai struktur baja.
Pedoman perencanaan gedung dengan  Struktur gedung tidak beraturan adalah
struktur baja tahan gempa di Indonesia struktur gedung yang tidak memenuhi
adalah SNI 03-1729-2002 dan SNI 03-1726- syarat konfigurasi struktur gedung
2002 yang membahas tentang perencanaan beraturan (atau tidak sesuai SNI 03-
struktur baja dan bangunan tahan gempa. 1726-2002 pasal 4.2.1). Pengaruh
Adapun tujuan utama dari SNI SNI 03-1729- gempa struktur ini harus diatur dengan
2002 dan SNI 03-1726-2002 adalah membuat menggunakan pembebanan gempa
struktur tidak runtuh namun boleh mengalami dinamik. Dengan menggunakan
kerusakan non struktural bila menerima gaya pembebanan gempa dinamik sehingga
lateral yang besar akibat gempa. menggunakan analisa respon dinamik.
Perencanaan gedung dalam Tugas
Akhir ini adalah merupakan struktur gedung
tidak beraturan, sehingga perlu dianalisa 4. Jenis tanah dan perambatan
dinamis dengan menggunakan program bantu gelombang
ETABS.
Jenis atau tipe profil tanah
3. Daktilitas struktur bangunan dan berpengaruh pada kecepatan gelombang.
pembebanan nominal Dalam SNI 03-1726-2002 jenis tanah
dibedakan menjadi 5, yaitu : tanah keras,
 Daktilitas adalah kemampuan
tanah sedang, tanah khusus. Pengaruhnya
deformasi inelastis tanpa kehilangan
ditabelkan pada tabel SNI 03-1726-2002.
kekuatan yang berarti. Sedangkan
struktur daktail adalah kemampuan 5. Karakteristik resiko gempa wilayah
struktur mengalami simpangan pasca Sesuai SNI 03-1726-2002 wilayah
elastik yang besar secara berulang kali gempa di Indonesia dikategorikan dalam 6
dan bolak-balik akibat gempa yang wilayah gempa, dimana Wilayah gempa 1 dan
menyebabkan terjadinya pelelehan 2 adalah wilayah dengan resiko kegempaan
pertama, sambil mempertahankan rendah, Wilayah gempa 3 dan 4 adalah
kekuatan dan kekakuan yang cukup, wilayah dengan resiko kegempaan sedang dan
sehingga struktur tersebut tetap Wilayah gempa 5 dan 6 adalah wilayah
berdiri, walaupun sudah berada dalam dengan resiko kegempaan tinggi.
kondisi di ambang keruntuhan.
 Faktor daktilitas gedung adalah rasio
antara persimpangan maximum pada III. METODOLOGI
ambang keruntuhan dengan simpangan  Data Umum Bangunan
pertama yang terjadi pada pelelehan Nama Gedung : Gedung Perpustakaan
pertama. Universitas Negeri Jember
m Lokasi : Jember Jawa Timur
1.0     m Fungsi : Perpustakaan
y
Zone Gempa : 3 (menengah)
Daktilitas pada elemen struktur dapat Panjang Bangunan : 44 m
dicapai hanya jika unsur pokok dari Lebar Bangunan : 23 m
materialnya sendiri daktail. Jumlah Lantai : 10 lantai
Tinggi Bangunan : 40 m
 Konsep daktilitas struktur adalah
Ketinggian per lantai : 4 m
mempertimbangkan perencanaan
Pondasi : Tiang Pancang
struktur tahan gempa untuk mampu
berdeformasi secara daktail dengan
 Data Bahan
cara memencarkan energi
Kolom : Baja profil kingcross
(mendisipasikan energi).
berselubung beton
 Dalam Tugas akhir ini akan Balok : Wide Flens
direncanakan struktur gedung Mutu Baja : BJ-41
menggunakan SRPMT baja. Mutu Beton : f’c 25 Mpa
 Penjelasan daktilitas berada di SNI 03-
1726-2002 pasal 4.3  Data Tanah
Data tanah digunakan untuk
merencanakan pondasi gedung tersebut.

3
Flow chart alur metodologi untuk 2. Pelat lantai :
Modifikasi Perencanaan Struktur Baja Tebal : 13 cm
Komposit pada Gedung Perpustakaan
Bondex PT. BRC Lysaght
Universitas Negeri Jember adalah sebagai
Beton menggunakan mutu K-225
berikut :
Bondex Menggunakan Tebal 0,75 mm
Tulangan susut Wiremesh M6

WF.500.200.10.16

Ø10 - 125
WIREMESH M6

Ø10 - 125 Ø10 - 125

WF.500.200.10.16
WF.450.200.9.14
8000

Ø10 - 125
WF.500.200.10.16

3500

4.1 Gambar Penulangan Pelat Lantai

Pelat atap :
Tebal : 11 cm
Bondex PT. BRC Lysaght
Beton menggunakan mutu K-225
kg/cm2
Bondex Menggunakan Tebal 0,75 mm
Gambar 3.1 Diagram Alir Penyelesaian Tugas Tulangan susut Wiremesh M5
Akhir

WF.450.200.9.14
IV. HASIL PERENCANAAN WIREMESH M5
Ø8 - 125

STRUKTUR SEKUNDER
1. Rangka atap baja Ø8 - 125 Ø8 - 125
WF.340.250.9.14

WF.450.200.9.14

Kuda-kuda : WF 300.150.6,5.9
8000

Pedestal : WF 300.150.6,5.9
Gording : WF 150.75.5.7
Ikatan angin : Ø 10 mm
Ø8 - 125

Pnggntng gording : Ø 16 mm
Sambungan :
WF.450.200.9.14

Baut A325 dengan mutu 90 ksi


(fub = 90 x 70,3 = 6327 kg/cm2) 3500
diameter 20 mm, mutu las 70 ksi.
4.2 Gambar Penulangan Pelat Atap
4
3. Tangga : V. KONTROL HASIL ANALSIS
Spesifikasi tangga type : STRUKTUR
Tinggi antar lantai : 400 cm
Tinggi bordes : 200 cm
Lebar Injakan (i) : 30 cm
Tinggi Tanjakan (t) : 18 cm
Tebal efektif tangga : 17 cm
Tebal plat bordes : 9 cm
Tebal plat tangga : 9 cm
Beton menggunakan mutu K-225
kg/cm2
Bondex PT. BRC Lysagth
menggunakan Tebal 0,75 mm
Tulangan susut menggunakan
Wiremesh M5

5.1 Gambar : Pemodelan struktur


4. Balok lift

1. Kontrol Kinerja Struktur Gedung


Kontrol terhadap simpangan arah sumbu x
dan sumbu y memenuhi syarat dapat
dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1 : Kontrol simpangan antar tingkat arah


sumbu x

BL BL

Tabel 5.2 : Kontrol simpangan antar tingkat arah


sumbu y

4.3 Gambar : Denah Balok Penggantung Lift


Balok penggantung lift :WF 300.150.6,5.9

5. Balok anak
Lantai atap : WF.350.250.9.14
Lantai ruangan : WF.450.200.9.14 3. Kontrol Waktu Getar Alami
Foundamental dengan rumus Rayleigh
sebagai berikut :

5
n VI. HASIL PERENCANAAN
W d i i
2
STRUKTUR PRIMER
TRayleigh  6,3  i 1
n
g   Fi d i Berdasarkan hasil perencanaan,
i 1
didapatkan dimensi-dimensi balok, kolom,dan
sambungan untuk struktur gedung ini adalah :
Tabel 5.3 : Kontrol waktu getar alami 1. Balok
fundamental arah sumbu x
Atap : WF.450.200.9.14
Lantai : WF.500.200.10.16

2. Kolom
Profil : Kingcross 500.200.10.16
Beton : 700 cm x 700 cm

3. Sambungan
Balok-kolom : baut A325 mutu 90 ksi
T yang diizinkan = 1,583 ± 20% x 1,553 =
Ø24 mm pada profil T.500.200.10.16,
1,2664 ~ 1,8996 detik.
Ø24 mm pada profil ∟90.90.0.
Karena T1 maksimum yang terjadi pada Kolom-kolom : baut A325 mutu 90 ksi
ETABS samadengan 1,7 detik berada diantara Ø24 mm dengan tebal plat 16 mm.
nilai TRayleigh = 0,992 ~ 1,8996 detik,
sehingga memenuhi ketentuan SNI 03-1726-
2002 Ps. 6.2.
Tabel 5.4 : Kontrol waktu getar alami CL
fundamental arah sumbu y

200 250
40 120 40
100 100 50
40

40
200

200
120

120
40

40

50
85

70
70

310
70
70

70

T yang diizinkan = 1,622 ± 20% x 1,622=


85

50

200 300

1,298 ~ 1,946 detik. Karena T1 maksimum 40 120 40


40

hasil analisa struktur = 1,7 detik berada


40

100
200
120
200

120

diantara nilai TRayleigh = 1,298 ~ 1,946


40
40

100 100 50
detik, sehingga memenuhi ketentuan SNI 03- 250

1726-2002 Ps. 6.2

Gambar 6.1 : Sambungan Balok – Kolom

6
40 120 40
Perencanaan Sloof
Dimensi : 30/50 cm

40

40
4-D16 4-D16

120

120
40

40
PLATE t=7 mm

500

500
40 120 40

Ø10-200 Ø10-200

4-D16 4-D16
300 300

CL Tumpuan Lapangan

Gambar 7.2 : Penulangan Sloof

VIII. Kesimpulan
60
60

60

Berdasarkan hasil analisa yang telah


60

60
60

60

dilakukan, dapat diambil kesimpulan antara


60

60
60

60
60

60

lain :
60

60
60

1. Dilakukan perhitungan struktur atap dan


100 100

struktur sekunder terlebih dahulu seperti


perhitungan tangga, pelat lantai, dan
balok anak terhadap beban-beban yang
bekerja baik beban mati, beban hidup
maupun beban terpusat.
Gambar 6.2 : Sambungan Kolom – Kolom 2. Analisa balok dihitung terhadap kontrol
lendutan, kontrol penampang (local
buckling), kontrol lateral buckling dan
VII. HASIL PERENCANAAN PONDASI
kontrol geser.
Data tanah : Sondir 3. Prinsip dasar bahwa struktur sekunder
Tiang pancang : Ø 50 cm menjadi beban pada struktur utama, dan
setelah itu dilakukan analisa struktur
Kedalaman TP : 12 m
utama dengan bantuan program yaitu
Pijin 1 TP : 94,86 Ton ETABS.
Dimensi Pile Cap : 4,0x4,0x 1 m3 4. Dilakukan kontrol terhadap balok utama
dengan anggapan balok adalah balok
Y My P baja dianggap sebagai struktur komposit
Mx Mx
dengan pelat pada saat komposit.
75

1 2 3
Dimana balok menerima beban dari
125

My struktur sekunder yang harus dilakukan


100

X 6 Hx
400

4 5
kontrol meliputi : kontrol lendutan,
125

Hy
7 8 9
kontrol penampang (local buckling),
kontrol lateral buckling dan kontrol
75

75 125 125 75

75 125 125 75
400
geser.
400
5. Dilakukan kontrol kekuatan struktur
kolom komposit yang meliputi kontrol
Gambar 7.1 : Pile Cap kolom luas minimum beton pada kolom
7
komposit, perhitungan kuat tekan aksial
kolom, perhitungan kuat lentur kolom,
dan kontrol kombinasi aksial dan lentur.
6. Rigid connection adalah tipe sambungan
yang cocok untuk jenis bangunan baja
seperti ini. Selain memiliki kekakuan
yang lebih stabil juga lebih mudah
dalam pelaksanaan di lapangan.
7. Balok induk melintang menggunakan
WF 500.200.10.16, sedangkan balok
induk memanjang menggunakan
WF 500.200.10.16.
8. Balok anak pada lantai ruangan
menggunakan WF 450.200.9.14,
sedangkan pada lantai atap
menggunakan WF 340.250.9.14.
9. Kolom lantai 1-10 menggunakan kolom
Kingcross 500.200.10.16 dengan
selubung beton 700 cm x 700 cm.
10. Pondasi yang digunakan memakai tiang
pancang diameter 50 cm dengan
kedalaman 12 m.

IX. Saran
Perlu dilakukan studi yang lebih
mendalam untuk menghasilkan perancangan
struktur dengan mempertimbangkan aspek
teknis, ekonomi, dan estetika, sehingga
diharapkan perancangan dapat dilaksanakan
mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan
dan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan
perancangan yaitu kuat, ekonomis dan tepat
waktu dalam pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai