Anda di halaman 1dari 4

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

TOWER KANTOR GUBERNUR SULAWESI BARAT

SPESIFIKASI TEKNIK PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL

1. PERSYARATAN TEKNIS UMUM

1.1. UMUM
Persyaratan ini merupakan bagian dari persyaratan teknis ini. Apabila ada
klausul dari persyaratan ini yang dituliskan kembali dalam persyaratan teknis
ini, berarti menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul tersebut dan
bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari syarat-syarat
umum.

1.2. PERATURAN DAN ACUAN


Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi atau mengacu kepada
Peraturan Daerah maupun Nasional, Keputusan Menteri, Assosiasi Profesi
Internasional, Standar Nasional maupun Internasional yang terkait. Pelaksana
Pekerjaan dianggap sudah mengenal dengan baik standard dan acuan nasional
maupun internasional dari Amerika dan Australia dalam spesifikasi ini. Adapun
standar atau acuan yang dipakai, tetapi tidak terbatas, antara lain seperti
dibawah ini:

1.2.1. Listrik Arus Kuat (L.A.K)


• SNI – 04 – 0227 – 1994 tentang Tegangan Standar.
• SNI – 04 – 0255 – 2000 tentang PUIL.
• SNI – 03 – 7015 – 2004 tentang Sistem Proteksi Petir pada
Bangunan.
• SNI – 03 – 6197 – 2000 tentang Konversi Energi Sistem
Pencahayaan.
• SNI – 03 – 6574 – 2001 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem
Pencahayaan Darurat, Tanda dan Sistem Peringatan Bahaya pada
Bangunan.
• SNI – 03 – 6575 – 2001 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem
Pencahayaan Buatan pada Bangunan.
• SNI – 03 – 7018 - 2001 tentang Sistem Pasokan Daya Darurat dan
Siaga (SPDD).
• Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP) 1983.
• Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 378/KPTS/1978, UDC :
699.887.2, tentang Pedoman Perencanaan Penangkal Petir.
• Peraturan – peraturan PLN/SPLN
• Peraturan dari pabrik pembuat peralatan
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
TOWER KANTOR GUBERNUR SULAWESI BARAT

1.2.2. Listrik Arus Lemah (L.A.L)


• R-SNI–03–3985–2000 tentang Sistem Deteksi dan Alarm
Kebakaran.
• Peraturan Menteri PU No. 26/PRT/M/2008 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan.
• Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 378/KPTS/1987 Tentang
Pedoman Pemasangan System Deteksi dan Alarm Kebakaran untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung.
• Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 Tentang
Ketentuan Pencegahan Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan
Gedung.
• UU No. 32/1999 tentang Telekomunikasi dengan PP No.52/2000
tentang Telekomunikasi Indonesia.
• Peraturan Perumtel No. 5, tahun 1977 dan No. 1 tahun 1979.
• Toa, Design of Public Address System National Quality of Sound
System.
• Sony, CATV Equipment.
• NFPA Standar.
1.2.3. Plumbing
• Peraturan Daerah (PERDA) setempat
• Peraturan-peraturan Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum
• Perencanaan & Pemeliharaan Sistem Plumbing, Soufyan
Nurbambang & Morimura.
• Pedoman Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000 atau edisi terakhir.
• SNI 03-6481-2000 atau edisi terakhir tentang Sistem Plumbing
• SNI 03–6373–2000, tentang Tata Cara Pemilihan dan Pemasangan
Vent pada Sistem Plambing.
• SNI 03-2453-1991, Tata Cara Perencanaan Teknik Sumur Resapan
Air Hujan untuk Lahan Pekarangan.
• SNI 03-2459-1991, Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan untuk
lahan Pekarangan.
• SNI 03-1745-2000 tentang Pipa tegak dan Slang.
• Pedoman Plambing Indonesia, 1979.
• Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Sofyan Nur
Bambang & Morimura.
• Surat Keputusan Menteri Negara kependudukan dan Lingkungan
Hidup No. Kep-02/MenKLH/1998 tentang Baku Mutu Air Limbah.

1.2.4. Pemadam Kebakaran


• SNI-03-1745-2000 tentang Pipa tegak dan Slang.
• SNI-03-3989-2000 tentang Sprinkler Otomatik.
• Perda Pemda setempat
• Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Setempat
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
TOWER KANTOR GUBERNUR SULAWESI BARAT

• Departemen Pekerjaan Umum, Skep Menteri Pekerjaan Umum No.


10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
• LITERATURE DAN / ATAU REFERENCE
• National Fire Codes :
- NFPA-10, Standard for Portable Fire Extinguisher
- NFPA-13, Standard for The Installation Sprinkler Systems
- NFPA-14, Standard for The Installation Standpipe and Hose
Systems
- NFPA-20, Standard for The Installation Centrifugal Fire Pumps
- Mc. Guiness, Stein & Reynolds
- Mechanical & Electrical for Buildings

1.2.5. Tata Udara Gedung (T.U.G)


• SNI-03-6390-2000 tentang Konservasi Energi Sistem Tata Udara
• SNI-03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi
dan Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung.
• SNI-03-6571-2001 tentang Sistem Pengendalian Asap pada Bagunan
Gedung.
• SNI-03-7012-2004 tentang Sistem Manajemen Asap di dalam MAL,
Atrium dan Ruangan Bervolume Besar.
• Pedoman Teknis Prasarana Sistem Tata Udara pada Bangunan
Rumah Sakit, Kementrian Kesehatan RI
• ASHRAE 62-2001 Standard of Ventilation for Acceptable IAQ.
• CARRIER, Hand Book of Air Conditioning System Design.
• ASHRAE HVAC Design Manual for Hospital and Clinics.
• ASHRAE Handbook Series

1.2.6. Transportasi Dalam Gedung (T.D.G)


• SNI-03-2190-1999 Kostruksi Lift Penumpang dengan Motor Traksi
• SNI-03-6248-2000 Konstrusi Eskalator.
• Peraturan Depnaker tentang Lift Listrik, Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut.
• Strakosch, Vertical Transfortation.
• Gina Barney, Elevator Traffic
• Luonir Janovsky, Elevator Mechanical Design.

1.3. GAMBAR-GAMBAR
a. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu
kesatuan yang saling melengkapi dan sama mengikatnya.
b. Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari
peralatan, sedangkan pemasangannya harus dikerjakan dengan
memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada, petunjuk instalasi dari
pabrik pembuat dan mempertimbangkan juga kemudahan pengoperasian
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
TOWER KANTOR GUBERNUR SULAWESI BARAT

serta pemeliharaannya jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.


c. Gambar-gambar Arsitek, Struktur dan Interior serta Specialis lainnya (bila
ada) harus dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail finishing
instalasi.
d. Sebelum pekerjaan dimulai, Pelaksana Pekerjaan harus mengajukan gambar
kerja dan detail, “Shop Drawing” kepada Konsultan Pengawas untuk dapat
diperiksa dan disetujui terlebih dahulu sebanyak 3 (tiga) set. Dengan
mengajukan gambar-gambar tersebut, Pelaksana Pekerjaan dianggap telah
mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi ini.
Persetujuan tersebut tidak berarti membebaskan Pelaksana Pekerjaan dari
kesalahan yang mungkin terjadi dan dari tanggung jawab atas pemenuhan
kontrak.
e. Pelaksana Pekerjaan instalasi ini harus membuat gambar-gambar terinstalasi,
“As-built Drawings” disertai dengan Operating Instruction, Technical and
Maintenance Manual, harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas pada
saat penyerahan pertama pekerjaan dalam rangkap 5 (lima) terdiri dari atas 1
(satu) asli kalkir berikut diskettenya dan 4 (empat) cetak biru dan dijilid serta
dilengkapi dengan daftar isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A0
atau A1 atau disebutkan lain dalam proyek ini. As-built Drawing ini harus
benar-benar menunjukkan secara detail seluruh instalasi M & E yang ada
termasuk dimensi perletakan dan lokasi peralatan, gambar kerja bengkel,
nomor seri, tipe peralatan dan informasi lainnya sehingga jelas.
f. Operating Instruction, Technical and Maintenance Manuals harus cetakan
asli (original) berikut terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebanyak 5
(lima) set dan dijilid dan dilengkapi dengan daftar isi, notasi dan penjelasan
lainnya, dalam ukuran A4.

1.4. KOORDINASI
Pelaksana Pekerjaan instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan
Pelaksana Pekerjaan lainnya, agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
a. Koordinasi yang baik perlu ada agar instalasi yang satu tidak menghalangi
kemajuan instalasi lain.
b. Apabila dalam pelaksanaan instalasi ini tidak mengindahkan koordinasi dari
Konsultan Pengawas, sehingga menghalangi instalasi yang lain, maka semua
akibat menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan ini.

1.5. RAPAT KOORDINASI LAPANGAN


Wakil Pelaksana Pekerjaan harus selalu hadir dalam setiap rapat koordinasi
proyek yang diatur oleh Konsultan Pengawas.
Peserta rapat koordinasi harus mengetahui situasi dan kondisi lapangan serta bisa
memberi keputusan terhadap sebagian masalah.

Anda mungkin juga menyukai