Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Observasi angket adalah proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis


mengenai hal-hal yang akan diteliti. Obesrvasi ini menjadi salah satu dari teknik
pengumpulan data yang direncanankan serta dapat dikontrol kesahihannya
(falidalitasnya). Observasi merupakan proses yang kompleks yang tersusun dari
proses pisikologis dan biologis.

Kami melalukan observasi penyebaran angket di MI AL-MUNAWARAH Alasan


kami melakukan observasi yaitu untuk memenuhi mata kuliah pengembangan peserta
didik serta untuk mengetahui bagaimana kondisi bimbingan dan konseling yang
terjadi dikalangan pesrta didik,dimana aspek tersebut saling mempengaruhi satu sama
lain baik guru maupun siswa.

A. Tujuan observasi
1. Untuk mengetahui perilaku bermasalah siswa yang terjadi disekolah
tersebut

B. Manfaat observasi
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari observasi yang kita lakukan yaitu dapat
menambah ilmu pengetahuan mahasiswa dalam perilaku bermasalah
terhadap siswa disekolah serta dapat menambah ilmu pengetahuan dibidang
bimbingan dan kongseling khususnya perilaku bermasalah siswa.

2. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari observasi yang kami lakukan yaitu agar siswa
tahu perilaku bermasalah apa yang telah ia lakukan disekolah serta kami
dapat memberikan bimbingan agar siswa tidak melakukan perilaku
bermasalah tersebut.

C. Sasaran observasi
1. Angket dan siswa

1
D. Lokasi observasi
MI AL-MUNAWARAH DUTOHE BARAT

E. Waktu pelaksanaan observasi


Selasa 3 Maret 2020

F. Metode observasi
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan observasi adalah metode
kuisioner atau pengisian angket.

2
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teori

Guru memiliki tanggung jawab besar untuk membantu peserta didik agar
dapat mengatasi perilaku bermasalah secara maksimal. Potensi yang dikembangkan
tersebut tidak hanya kecerdasan dan keterampilan belaka, melainkan menyangkut
seluruh aspek kepribadian peserta didik. Oleh karena itu seorang guru tidak cukup
hanya memiliki pemahaman dan kemampuan dalam bidang pembelajaran tetapi juga
harus memiliki pemahaman dan kemampuan dalam bidang bimbingan dan konseling.
Guru yang memahami konsep-konsep bimbingan diharapkan dapat berfungsi sebagai
fasilitator perkembangan siswa, baik yang menyangkut aspek intelektual, emosional,
sosial, moral, maupun spiritual. Melalui tulisan sederhana ini akan dicoba untuk
mengungkap pengertian, fungsi, azas, dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
serta hubungannya dengan pendidikan.

A. PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari kata-kata yang berasal


dari bahasa Inggris yaitu guidance dan counseling. Guidance berarti pimpinan,
bimbingan, pedoman, atau petunjuk, sedangkan counseling berarti pemberian
nasehat, perembukan, atau penyuluhan.
Pengertian secara istilah antara lain dikemukakan oleh Sherzer dan Stone
(1971: 40). Menurutnya bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan
kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya. Sementara itu,
Kartadinata (1998: 4) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses membantu
individu untuk mencapai perkembangan optimal.
Djumhur dan Moh. Surya, (1975:15) berpendapat bahwa bimbingan adalah
suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk
dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya
(self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan
kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau
kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga,
sekolah dan masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang

3
diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal
lingkungan, dan merencanakan masa depan”
Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan sebagaimana tersebut di atas,
dapatlah diangkat makna bimbingan sebagai berikut:

1. Bimbingan merupakan proses yang berkelanjutan. Bahwa bimbingan


dilakukan secara sistematis, disengaja, berencana, terus menerus, dan terarah
kepada tujuan.
2. Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan (helping, aiding, assisting,
availing), maka yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah,
dan mengambil keputusan adalah individu terbimbing (konseli) sendiri.
Pembimbing (konselor) tidak memaksakan kehendaknya tetapi berperan
sebagai fasilitator bagi perkembangan individu terbimbing.
3. Bantuan diberikan kepada individu yang sedang berkembang dengan segala
keunikannya dengan mempertimbangkan keragaman dan keunikan individu.
Tidak ada teknik bantuan yang berlaku umum, setiap individu akan dipahami
dan dimaknai secara individual sesuai dengan pengalaman, kebutuhan, dan
masalah yang dihadapinya.
4. Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal, yaitu perkembangan yang
sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar.
Perkembangan optimal bukan semata-mata pencapaian tingkat kemampuan
intelektual yang tinggi yang ditandai dengan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan, melainkan suatu kondisi dinamik di mana individu mampu
mengenal dan memahami diri, sistem nilai, dan melakukan pilihan mengambil
keputusan atas tanggung jawab sendiri (Satori, dkk, 2007: 4.3 – 4.5).

Adapun pengertian konseling, menurut Surya dan Natawijaja (1986: 25) adalah
semua bentuk hubungan antara dua orang di mana yang seorang sebagai klien
(konseli) dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap
dirinya sendiri dan lingkungannya, sedangkan yang seorang lagi bertindak sebagai
konselor yang membantu konseli. Suasana hubungan konseling (penyuluhan) ini
meliputi penggunaan wawancara untuk memperoleh dan memberikan berbagai
informasi, melatih atau mengajar, meningkatkan kematangan, dan memberikan
bantuan melalui pengambilan keputusan serta usaha-usaha penyembuhan (terapi).

4
Dalam hubungannya dengan bimbingan, konseling merupakan salah satu jenis
layanan bimbingan yang sering dikatakan sebagai inti dari keseluruhan layanan
bimbingan. Konseling merupakan layanan bimbingan kepada individu dalam rangka
membantu mengembangkan diri atau memecahkan masalahnya secara perorangan
atau kelompok dalam suatu pertalian hubungan tatap muka (face to face). Dengan
demikian maka dapat dirumuskan bahwa konseling adalah suatu proses memberi
bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor)
kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (klien) yang bertujuan
mengatasi masalah yang dihadapi klien.

B. FUNGSI, AZAS, DAN PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN


KONSELING
1. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Dalam rangka memberikan bantuan kepada individu, bimbingan dan
konseling berfungsi untuk hal-hal sebagai berikut :

a.       Fungsi Pemahaman.


Fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli agar memiliki
pemahaman terhadap dirinya (potensi-potensinya) dan lingkungannya (fisik, sosial,
budaya, dan agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

b.      Fungsi Preventif.


Fungsi yang berkaitan dengan upaya Pembimbing (konselor) untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya agar tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor
memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari
perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat
digunakan adalah pelayanan pemberian informasi, dan bimbingan kelompok.
Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka
mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, misalnya bahaya minuman
keras, penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan (narkoba), pergaulan bebas (free
sex), dan lain-lain.

5
c. Fungsi Pengembangan.
Fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat lebih proaktif dari fungsi-
fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan yang
kondusif atau memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan pihak-pihak lain
yang terkait dengan tugas pembimbingan berkolaborasi atau bekerjasama
merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan
berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini antara lain
pelayanan informasi, tutorial, diskusi (brain storming).

d. Fungsi Penyembuhan.
Fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat pemyembuhan (kuratif) ini
berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami
masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang
dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.

e. Fungsi Penyaluran.
Fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan
yang sesuai dengan koseli. Misalnya memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau
program studi bagi para siswa di sekolah, memantapkan penguasaan karir atau
jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
Konselor perlu bekerja sama dengan pihak-pihak lain secara internal maupun
eksternal dalam melaksanakan tugas pembibingannya.

f. Fungsi Penyesuaian.
Fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat
menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

g. Fungsi Perbaikan.
Fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat
memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak).
Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya
memiliki pola pikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga
dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan
normatif.

6
h.      Fungsi Fasilitasi.
Fungsi bimbiingan dan konseling untuk memfasilitasi (memberikan
kemudahan) kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal, serasi, selaras dan seimbang pada keseluruhan aspek kepribadian konseli.

i. Fungsi Pemeliharaan.
Fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat
menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.
Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan
menyebabkan penurunan produktivitas. Pelaksanaan fungsi ini dapat diwujudkan
melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai
dengan minat konseli (Prayitno dan Amti, 2004: 194; Tohirin, 2007: 2).

2.      Azas-azas Bimbingan dan Konseling


Penyelenggaraan bimbingan dan konseling harus memperhatikan azas-azas
yang mendasari tugas-tugas pembibingan. Keberhasilan tugas pembibingan sangat
dipengaruhi oleh kemampuan konselor dalam memenuhi azas-azas tersebut. Seorang
konselor yang tidak memperhatikan azas-azas bimbingan dan konseling akan
menemui banyak hambatan atau bahkan akan menemui kegagalan dalam
melaksanakan tugas-tugas kepembibingannya (Satori, dkk, 2007: 4.8-4.11).

a. Azas Kerahasiaan
Azas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data
dan keterangan tentang konseli yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau
keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Konselor
berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu
sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.

b. Azas Kesukarelaan
Azas bimbingan dan konseling menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan
konseli mengikuti atau menjalani kegiatan/pelayanan bimbingan yang diperlukan
baginya. Konselor berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan
tersebut.

7
c. Asas Keterbukaan
Azas bimbingan dan konseling menghendaki agar konseli yang menjadi
sasaran pelayanan/kegiatan bimbingan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik
di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima
berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya.
Konselor berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli. Keterbukaan ini amat
terkait pada terselenggaranya azas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri
konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bimbingan. Agar konseli dapat
terbuka, konselor terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.

d. Azas Kegiatan
Azas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli yang menjadi
sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan
pelayanan/kegiatan bimbingan. Konselor perlu mendorong konseli untuk aktif dalam
setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.

e. Azas Kemandirian
Azas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan
dan konseling. Konseli sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling
diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan
menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Konselor hendaknya mampu
mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya
bagi berkembangan kemandirian konseli.

f. Azas Kekinian
Azas bimbingan dan konseling menghendaki agar objek sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli dalam kondisinya sekarang.
Pelayanan yang berkaitan dengan masa depan atau kondisi masa lampau dilihat
dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat
sekarang.

g. Azas Kedinamisan
Azas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap
sasaran pelayanan (konseli) yang sama selalu bergerak maju, tidak monoton, dan
terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.

8
h. Azas Keterpaduan
Azas bimbingan dan konseling menghendaki agar berbagai pelayanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh konselor maupun pihak
lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Kerja sama antara konselor dengan
pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan
bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

i. Azas Kenormatifan
Azas bimbingan dan konseling menghendaki agar segenap pelayanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan
dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan,
adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan
atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi
dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih
jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat
meningkatkan kemampuan konseli (konseli) memahami, menghayati, dan
mengamalkan nilai dan norma tersebut.

j. Azas Keahlian
Azas bimbingan dan konseling menghendaki agar pelayanan dalam kegiatan
bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Para
pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang
benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan konselor
harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan kegiatan dan
konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

k. Azas Alih Tangan Kasus


Azas bimbingan dan konseling menghendaki agar pihak-pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan
tuntas atas suatu permasalahan konseli dapat mengalihtangankan permasalahan itu
kepada pihak yang lebih ahli.

9
l. Azas Tut Wuri Handayani
Azas bimbingan dan konsekling menghendaki agar pelayanan bimbingan dan
konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan
rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan
dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada konseli untuk maju.

3. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Koseling

Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Pemahaman
tentang prinsip – prinsip dasar  dari bimbingan dan konseling ini sangat penting dan
perlu terutama dalam penerapan di lapangan. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan
diri dari kesalahan dan penyimpangan – penyimpangan dalam praktik pemberian
layanan bimbingan dan konseling. Adapun prinsip – prinsip dari bimbingan dan
konseling tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Bimbingan harus berpusat pada individu terbimbing (konseli).
b. Masalah yang tidak dapat dipecahkan harus diserahkan kepada individu atau
lembaga yang lebih mampu dan berwenang melakukannya.
c. Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan – kebutuhan yang
dirasakan oleh konseli.
d. Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan situasi dan kondisi konseli.
e. Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan.
f. Harus ada penilaian yang teratur terhadap program bimbingan yang
dilaksanakan.

2. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling berikut ini berkenaan dengan tujuan,


praktik, dan kaidah-kaidah umum pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah
atau dalam tatanan pendidikan pada umumnya (Satori dkk, 2007: 4.11-4.14). Prinsip-
prinsip tersebut meliputi:
a. Bimbingan diberikan kepada individu/siswa/konseli yang sedang berada pada
proses perkembangan. Bantuan yang diberikan harus bertolak dari perkembangan dan
kebutuhan siswa. Konselor tidak memaksakan kehendak dan mengarahkan
perkembangan siswa, melainkan memberikan bantuan berdasarkan pemahaman
terhadap kebutuhan dan masalah siswa namun tetap berpegang pada sistem nilai
kehidupan yang baik dan benar. Konselor (Pmbimbing) bertugas membantu siswa

10
sebagai konseli untuk memahami sistem nilai sebagai bagian dari proses
pengembangan diri.
b. Bimbingan diperuntukkan bagi semua siswa. Bimbingan tidak hanya
ditujukan kepada siswa yang bermasalah atau siswa tertentu saja melainkan untuk
semua siswa. Prinsip ini mengandung pengertian bahwa konselor perlu memahami
perkembangan dan kebutuhan siswa secara keseluruhan serta menjadikannya sebagai
salah satu dasar penyusunan program bimbingan di sekolah.
c. Bimbingan dilaksanakn dengan memperhatikan semua segi perkembangan
siswaPerkembangan siswa, baik yang bersifat fisik, mental, sosial, emosional, moral,
maupun spiritual dipandang sebagai ssatu kesatuan yang saling berkaitan. Masalah
pada satu aspek bisa saja terjadi karena adanya masalah atau kebutuhan pada aspek
perkembangan yang lain.
d. Bimbingan berdasar pada kemampuan individu untuk menentukan pilihan.
Setiap siswa memiliki kemampuan untuk menentukan pilihannya sendiri tentang apa
yang akan dia lakukan. Konselor tidak memilihkan untuk siswa melainkan membantu
mengembangkan kemampuan siswa untuk memilih dan memberikan pemahaman
bahwa setiap pilihan tentu ada konsekuensinya.
e. Bimbingan adalah bagian terpadu dari proses pendidikan. Proses pendidikan
bukanlah proses pengembangan intelektual semata-mata, melainkan proses
pengembangan seluruh aspek kepribadain siswa. Praktik pendidikan tidak cukup
dengan menyelenggarakan pembelajaran yang terfokus pada pengembangan
intelektual saja. Selain kecerdasan intelektual, aspek-aspek perkembangan yang lain
juga harus mendapat perhatian, seperti; kecerdasan emosional, kecerdasan kinestetik,
kecerdasan sosial, kecerdasan spiritual, serta pengembangan nilai dan sikap.
f. Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa merealisasikan dirinya.
Bantuan dalam proses bimbingan diarahkan untuk membantu siswa memahami diri,
mengarahkan diri kepada tujuan yang realistis, dan upaya mencapai tujuan yang
realistis itu sesuai dengan kemampuan diri dan peluang untuk memperolehnya.

11
2.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam observasi tersebut adalah metode


penelitian dekriptif kuantitatif dengan bentuk survey. Metode penelitian ini
merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara
menyusun daftar pertanyaan atau pun pernyataan yang akan diajukan kepada
responden yaitu suatu objek yang akan dilakukan penelitian tersebut. Penelitian yang
dilakukan untuk mendapatkan fakta – fakta dari masalah yang ada. Metode tersebut
juga dapat berinteraksi dengan objek yang diamati. Tujuan dari metode ini adalah
untuk mendapatkan gambaran umum melalui sampel yang telah dibagikan kepada
beberapa orang mapun kelompok.

2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah hal yang menjadi sasaran penelitian. Objek penelitian
adalah himpunan elemen yang dapat berupa orang, organisasi atau barang yang akan
diteliti. Adapun objek penelitian dalam observasi ini yaitu siswa dan siswi yang
bersekolah di MI AL-MUNAWARAH

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data


observasi yaitu metode pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan berbagai
faktor dalam pelaksanaanya. Metode pengumpulan observasi ini tidak hanya
mengukur sikap dari responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam
berbagai fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan data observasi cocok
digunakan untuk penelitian yang bertujuan untuk mempelajari perilaku manusia,
proses kerja, dan gejala – gejala social maupun alam. Metode pengumpulan data
observasi ini ada dua kategori, yakini participant observation, dan non participation,
dan disini yang kami gunakan dalam penelitian tersebut yaitu kategiri pertama yaitu
participant observation yakni peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan sehari
– hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber.

12
2.5 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan adalah teknik pengolahan data secara
kualitatif, dalam penelitian ini akan melalui tiga kegiatan analisis yakni sebagai
berikut

– Reduksi data, sebagai proses pemilihan data, pemusatan perhatian pada


penyerdehanaan data, pengabstrakan data, dan transformasi data kasar
yang muncul dari catatan – catatan tertulis dilapangan.
- Penyajian data, dijadikan sebagai kumpulan informasi yang tersusun
sehingga memberikkan kemungkinan adanya penarikan kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
- Menarik kesimpulan/ verifikasi, sejak langkah awal dalam pengumpulan
data, peneliti sudah mulai mencari arti tentang segala hal yang telah
dicatat atau disusun menjadi suatu konfigurasi tertentu.

Cara menghitung hasil :

Jumlah seluruh pilihan


_____________________ x 100
seluruh angket

13
BAB III

LAPORAN DAN HASIL OBSERVASI

3.1 IDENTIFIKASI SEKOLAH

Identifikasih sekolah :
Nama : MI AL-MUNAWARAH
Alamat : Desa Dutohe Barat
Kota : Gorontalo
Provinsi : Gorontalo
Kabupaten : Bone Bolango

3.2 PELAKSANAAN OBSERVASI

Hari/Tanggal : Selasa, 3 Maret 2020.

3.3 Hasil Observasi

1. Saya suka mengganggu teman.

N KELAS PILIHAN
O
Selalu Sering Jarang Tidak Pernah

1 4 2 5 8 8

5 2 2 13 2

JUMLAH 4 7 21 10

PERSENTASE 9,52 16,67 50 23,8

Dari data di atas dapat dikatakan bahwa siswa yang memilih “Selalu” berjumlah 4
orang (9,52%_), “Sering” berjumblah 7 orang (16,67%), “jarang “ berjumlah 21
orang (50%), dan yang “tidak pernah” berjumlah 10 orang (23,8%). Jadi siswa yang
suka mengganggu teman lebih banyak “Jarang” dari pada “Selalu”, “Sering” dan
“Tidak Pernah”.

14
2. Saya pernah mengejek teman sekelas

NO KELAS PILIHAN

Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah

1 4 3 2 14 4

5 - 6 7 6

JUMLAH 3 8 21 10

PERSENTASE 7,15 19,04 50 23,80

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa siswa pernyataan nomor dua yang
dipilih siswa lebih banyak jarang dengan persentase 50 dibandingkan dengan tidak
pernah, sering, dan selalu. Artinya, siswa jarang mengejek teman sekelas.

3. Saya sering membuat guru marah

NO KELAS PILIHAN

Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah

1 4 3 1 9 10

5 - 2 10 7

JUMLAH 3 3 19 17

PERSENTASE 7,15 7,15 45,23 40,47

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pilihan jawaban dari pernyataan
nomor tiga lebih banyak siswa memilih Jarang dengan presentase 45,23 dibandingkan
dengan selalu, sering dan tidak pernah. Artinya, siswa jarang membuat guru marah
dan sudah bisa menghargai guru.

15
3. Saya merasa mudah tersinggung

NO KELAS PILIHAN

Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah

1 4 1 4 6 12

5 2 4 7 6

JUMLAH 3 5 13 18

PERSENTASE 7,15 11,91 30,95 42,85

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa jawaban pernyataan nomor empat
lebih banyak memilih tidak pernah dibandingkan jarang, sering, dan tidak pernah.
Artinya, siswa tidak pernah merasa tersinggung saat orang lain mengejeknya.

5. Saya sering merasa irih hati terhadap orang lain

NO KELAS PILIHAN

Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah

1 4 1 3 5 14

5 2 1 6 10

JUMLAH 3 4 11 24

PERSENTASE 7,15 9,52 26,19 57,14

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa yang memilih Tidak Pernah lebih
banyak dibandingkan dengan Jarang, sering dan selalu. Artinya, siswa tidak pernah
merasa irih hati terhadap orang lain.

6. Guru sering menasehati saya saat mengejek teman

16
NO KELAS PILIHAN

Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah

1 4 13 3 3 4

5 6 2 5 6

JUMLAH 19 5 8 10

PERSENTASE 45,23 11,91 19,04 23,80

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa siswa lebih banyak memilih jawaban
selalu dibandingkan jarang, sering dan tidak pernah. Artinya, saat siswa melakukan
perilaku bermasalah seperti mengejek teman,guru selalu menasehati siswa.

7. Guru menghukum saya saat berkelahi dengan teman

NO KELAS PILIHAN

Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah

1 4 8 2 6 7

5 2 2 7 8

JUMLAH 10 4 13 15

PERSENTASE 23,80 9,53 30,95 35,71

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa siswa lebih banyak memilih
jawaban tidak pernah dibandingkan selalu, sering dan jarang. Artinya, guru tidak
pernah menghukum siswa saat berkelahi dengan teman.

8. Guru membantu saya saat ada masalah dengan orang tua

17
NO KELAS PILIHAN

Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah

1 4 5 5 4 9

5 1 2 - 16

JUMLAH 6 7 4 25

PERSENTASE 14,28 16,66 9,52 59,52

Dari data diatas dapat disimpulkan siswa lebih banyak memilih jawaban tidak
pernah dibandingkan jarang, sering, dan selalu. Artinya, saat siswa melakukan
perilaku bermasalah terhadap orang tua,guru membantu menyelesaikan permasalahan
siswa tersebut.

9. Guru melarang saya bersaing dalam pembelajaran

NO KELAS PILIHAN

Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah

1 4 5 4 3 11

5 1 2 5 11

JUMLAH 6 6 8 22

PERSENTASE 14,28 14,28 19,04 52,38

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang memilih tidak pernah
lebih banyak dibandingkan jarang, sering dan selalu. Artinya, dalam pembelajaran
guru tidak melarang siswa untuk bersaing

10. Guru mengawasi saya agar tidak melakukan masalah

NO KELAS PILIHAN

18
Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah

1 4 12 5 3 3

5 12 1 4 2

JUMLAH 24 6 7 5

PERSENTASE 57,5 14,3 16,7 11,10

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa jawaban yang banyak dipilih siswa
adalah selalu dibandingkan sering, tidak pernah dan jarang. Artinya, guru selalu
mengawasi siswa agar tidak melakukan perilaku bermasalah terhadap orang lain

19
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling


yang melibatkan konselor, tentu tidak lepas dari pengaruh dinamisasi ruang dan
waktu kehidupan yang senantiasa membawa suatu perubahan. Bimbingan dan
konseling adalah proses memberikan bantuan kepada siswa untuk mengenal apa-apa
saja perilaku bermasalah. Oleh karena itu, peranan guru kelas dalam bimbingan dan
konseling sangatlah penting dalam mengontrol perilaku siswa disekolah.

3.2 Saran

Sebaiknya guru tidak hanya membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar


siswa tetapi juga dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan dalam memahami
lingkungannya. Seorang guru bisa dinilai memiliki mutu kerja yang berkualitas jika
bisa membimbing siswa dengan baik, jadi hendaknya guru mendalami dan menguasai
bidang bimbingan dan konseling.

DAFTAR PUSTAKA

Juonorp.blogspot.com

20
21

Anda mungkin juga menyukai