Anda di halaman 1dari 31

KEPERAWATAN GERONTIK

“ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN SISTEM PENDENGARAN”

Disusun Oleh:

FAJAR IBNU SABIL (P27820714004)


ANINDYA HIDAYATURROHMA (P27820714011)
ARAVIKA NUR HARIADI (P27820714018)
FIKA AGUSTINA ` (P27820714023)
FITRAH NURANI ERBA PUTRI (P27820714030)

D IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pendengaran”.
Dalam proses penyusunan makalah ini, kami sebagai penyusun mengalami
banyak permasalahan. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan
ini, dengan segala kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
Pembimbing mata kuliah Keperawatan Gerontik yang telah membimbing kami
dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun
sistematika penulisannya, maka dari itu kami berterima kasih apabila ada kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat bagi rekan-rekan
seperjuangan khususnya Program Studi D IV Keperawatan Gawat Darurat
nantinya.

Surabaya, 09 April 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i

Daftar Isi............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Laporan Pendahuluan. .........................................................................3


B. Askep Kasus Prebiaskusis.....................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................28

B. Saran.....................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Presbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat proses
penuaan organ pendengaran yang terjadi secara berangsur-angsur, dan simetris
pada kedua sisi telinga. Johnson R, menyatakan bahwa penurunan ketajaman
pendengaran yang bersifat progresif lambat ini terbanya pada usia 70-80 tahun,
pada usia 70 tahun biasanya penderita belum merasakan adanya gangguan
pendengaran namun ketika usia mencapai 80 tahun gangguan pendengaran terasa
lebih nyata. Presbikusis dialam sekitar 30-35% pada populasi berusia 65-75 tahun
dan 40-50% pada populasi diatas 75 tahun. Prevalensi pada laki-laki sedikit lebih
tinggi daripada wanita. Perbedaan prevalensi presbikusis antar ras belum
diketahui secara pasti.
Presbikusis merupakan salah satu masalah kesehatan yang terpenting
dalam masyarakat. Hampir 40% penderita usia 65 tahun keatas mengalami
gangguan pendengaran. Akibat gangguan tersebut penderita mengalami berbagai
gangguan. Skrining pendengaran sebaiknya dilakukan secara rutin pada penderita
dengan usia diatas 60 tahun untuk menurunkan morbiditas akibat presbikusis.
Negara-negara barat memiliki pola yang begitu berbeda pada tuli jenis ini.
Laporan National Institute on Aging memberikan informasi sepertiga penduduk
Amerika antara usia 65-74 tahun dan separuh penduduk berusia 85 tahun keatas
memiliki ganggua pendengaran jenis ini. Prevalensi tersebut meningkat pada
tahun 2003 menjadi 70 juta orang. Jumlah penduduk di Indonesia dengan usia
lebih dari 60 tahun pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 19,9 juta atau 8,48%
dan tahun 2025 diperkirakan penderita presbikusis akibat usia lanjut tersebut akan
meningkat menjadi 4 kali lipat dan merupakan jumlah tertinggi di dunia.
Dengan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Akan bisa
mendeteksi dini adanya gejala awal dari presbikusis dan diharapkan dengan
adanya perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan oleh perawat dapat

1
mengurangi maupun meminimalkan adanya gangguan-gangguan yang dialami
penderita presbikusis.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah definisi dari presbikusis, etiologi, manifestasi klinis, dan
pemeriksaan penunjangnya?
2) Bagaimanakah asuhan keperawatan teori dengan gangguan pendengaran
presbikusis?
3) Bagaimanakah asuhan keperawatan dengan gangguan pendengaran
presbikusis pada pasien lansia?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksanaan
penunjang dari presbikusis.
2) Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori dengan gangguan
pendengaran presbikusis.
3) Untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan gangguan pendengaran
presbikusis pada pasien lansia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Laporan Pendahuluan
1. Definisi
Presbikusis merupakan akibat dari proses degeneratif pada satu
atau beberapa bagian koklea (striae vaskularis, sel rambut dan membran
basilaris) maupun serabut saraf auditori.
Presbikusis ini juga merupakan hasil interaksi antara faktor genetik
individu dengan faktor eksternal.Presbikusis adalah hilangnya
pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi tinggi, yang merupakan
suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjutnnya usia. (Boedhi &
Hadi, 1999). Presbikusis adalah penurunan pendengaran normal berkenaan
dengan proses penuaan. (Lueckenotte, 1997).
Presbikusis terbagi dua menjadi prebiskus perifer dan prebiskus
sentral. Presbikusis perifer, di mana para lansia hanya mampu untuk
mengidentifikasi kata. Alat Bantu dengar masih cukup bermanfaat, tetapi
harus diperhatikan untuk menghindari berteriak/berbicara terlalu keras
karena dapat membuat ketidaknyamanan di telinga. Presbikusis sentral, di
mana lansia mengalami gangguan untuk mengidentifikasi kalimat,
sehingga manfaat alat bantu dengar sangat kurang. Oleh karena itu,
percakapan dengan para lansia harus sedikit lebih lambat tanpa
mengabaikan irama dan intonasi.
2. Etiologi
Schuknecht menerangkan bahwa penyebab kurang pendengaran
akibat degenerasi ini dimulai terjadinya atrofi di bagian epitel dan saraf sel
ganglion spiral pada daerah basal hingga ke daerah apeks yang pada
akhirnya terjadi degenerasi sel-sel pada jaras saraf pusat dengan
manifestasi gangguan pemahaman bicara. (ejadian presbikusis diduga
mempunyai hubungan dengan faktor-faktor herediter,metabolisme,
aterosklerosis, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor.

3
3. Klasifikasi
a. Internal
Degenerasi primer aferen dan eferen dari koklea, degenerasi primer
organ corti penurunan vascularisasi dari reseptor neuro sensorik
mungkin juga mengalami gangguan. Sehingga baik jalur auditorik dan
lobus temporalis otak sering terganggu akibat lanjutnya usia.
b. Eksternal
Terpapar bising yang berlebihan, penggunaan obat ototoksik dan
reaksi pasca radang. (Boedhi & Hadi, 1999).
1) Presbikusis Sensori
Patologinya berdasarkan erat dengan hilangnya sel rambut
di membrane basalis koklea dan karena itu khas berupa hilangnya
pendengaran nada tinggi.
2) Presbikusis Neural
Patologinya berupa hilangnya sel neuronal di ganglion
spiralis. Letak dan jumlah kehilangan sel neuronal akan
menentukan apakah gangguan pendengaran yang timbul berupa
gangguan atas frekuensi pembicaraan atau pengertian kata-kata.
3) Presbikusis Strial
Terjadi abnormalitas vaskularis strial berupa tropi daerah
apikal dan tengah dari koklea. Presbikusis biasanya terjadi pada
usia yang lebih muda.
4) Presbikusis Kondusif Koklea
Diduga terjadi diakibatkan perubahan mekanikal pada
membrane basalis koklea sebagai akibat proses menua. Secara
audiogram ditandai dengan penurunan progresif dari sensitifitas di
seluruh daerah tes.
4. Patofisiologi
Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan
N.VII. Pada koklea perubahan yang mencolok adalah atrofi dan degenarasi
sel sel rambut penunjang pada organ Corti. Proses atrofi disertai dengan
perubahan vaskuler juga terjadi pada stria vaskularis. Selain itu terdapat

4
pula perubahan, berupa berkurangnya jumlah dan ukuran sel gaglion dan
saraf.
5. Pathway

Degenerasi tulang-tulang
pendengaran bagian dalam

Hilangnya sel-sel rambut


pada basal koklea

Gangguan neuron-neuron
koklea

Fungsi pendengaran
menurun

Tidak mau mengikuti


Pendengaran Menarik diri dari kegiatan dirumah maupun
terhadap kata- lingkungan masyarakat
kata/rangsang suara
menurun

Gangguan komunikasi Harga diri rendah Lebih banyak istirahat


verbal

Kurang
aktifitas

6. Manifestasi klinis
Berkurangnya pendengaran secara perlahan dan progresif perlahan
pada kedua telinga dan tidak didasari oleh penderita.
a. Suara-suara terdengar seperti bergumam, sehingga mereka sulit untuk
mengerti pembicaraan.

5
b. Sulit mendengar pembicaraan di sekitar, terutama jika berada di tempat
dengan latar belakang suara yang ramai.
c. Suara berfrekuensi rendah, seperti suara laki-laki, lebih mudah di
dengar daripada suara berfrekuensi tinggi.
d. Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga.
Telinga terdengar berdenging ( tinnitus).
7. Penanganan
Jika derajat gangguan pendengaran masih ringan, hal ini dapat
diatasi dengan mudah. Klien cukup meminta tolong untuk mengulangi
kembali pertanyaannya. Akan tetapi, terdapat suatu saat ketika seseorang
memerlukan alat bantu dengar. Alat bantu dengar adalah alat elektro-
akustik yang dipasang di dalam atau di belakang telinga. Tujuannya adalah
memperkuat dan mengatur gelombang suara untuk si pemakai. Alat bantu
dengar awalnya berbentuk terompet yang diarahkan ke sumber bunyi
untuk didengarkan. Dalam perkembangannya suatu kontak penguat
gelombang suara (amplifier) dihubungkan dengan suatu perangkat yang
berada dalam telinga. Kotak tersebut dapat dimasukkan ke dalam saku atau
digantung di pinggang. Kini, alat yang lebih canggih telah
menggantikannya dan dikenal sebagai BTE (Behind-The-Ear).
8. Penatalaksanaan
Terdapat beberapa pilihan terapi untuk penderita presbikusis,
diantaranya:
1. Kurangi paparan terhadap bising
2. Gunakan pelindung telinga (ear plegs atau ear muffs) untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut
3. Gunakan alat bantu dengar
4. Lakukan latihan untuk meningkatkan keterampilan membaca gerak
bibir dan latihanmendengar
5. Berbicaralah dengan penderita presbikus dengan nada rendah dan jelas.
Dengan memahami kondisi yang dialami oleh para lansia dan
memberikan terapi yang tepat bagimereka, diharapkan kita dapat

6
membatu mengatasi masalah sosial yang mungkin mereka alami
akibatadanya keterbatasan fungsi pendengaran mereka.
9. Pemeriksaan penunjang
Untuk memeriksa pendengaran dilakukan dengan :
a. Garputala
1) Uji rinne
2) Uji weber
3) Uji schwabach
b. Uji berbisik
c. Audiometri

B. ASKEP KASUS PRESBIAKUSIS


Nama wisma : Ayah Bunda Tanggal Pengkajian : 1 April 2016
pukul 07.00 WIB
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.S
Umur : 70 Tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Surabaya
Tanggal datang : 1 April 2016
Lama Tinggal di Panti : -
2. DATA KELUARGA
Nama : Ny.A
Hubungan : Anak
Pekajaan : TKI
Alamat : Surabaya
Telp : 031564xxx
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG
a. Keluhan utama:
Klien susah mendengar pesan atau rangsangan suara
b. Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:

7
Tn.S termasuk orang yang pediam, dan tidak pernah mengeluhkan
penyakitnya kepada siapapun. Tn.S tidak paham dengan apa yang
dirasakan, beliau hanya pasrah tanpa mengatasi masalah pada dirinya.
Karena klien susah untuk mendengar pesan dari orang lain,
kebanyakan lansia lain menjauhi Tn.S. hal itu membuat Tn.S susah
untuk bersosialisasi.
c. Obat-obatan:
Dari dulu klien selalu minum obat-obatan ketika klien merasa tidak
enak badan.
4. FUNGSI FISIOLOGIS
a. Kondisi Umum Ya Tidak
Kelelahan V
Perubahan BB V
Perubahan nafsu makan V
Masalah tidur V
Kemampuan ADL V
KETERANGAN Normal

b
Integumen Ya Tidak
.
Lesi / luka V
Pruritus V
Perubahan pigmen V
Memar V
Pola penyembuhan lesi V
KETERANGAN Normal

c. Kepala Ya Tidak
Sakit kepala V
Pusing V
Gatal pada kulit kepala V
KETERANGAN Normal

d
Mata Ya Tidak
.
Perubahan Penglihatan V
Pakai kacamata V
Kekeringan mata V
Nyeri V
Gatal V

8
Photobobia V
Diplopia V
Riwayat infeksi V
KETERANGAN Tidak Normal

e. Telinga Ya Tidak
Penurunan pendengaran V
Discharge V
Tinitus V
Vertigo V
Alat bantu dengar Rwyt infeksi V
Kebiasaan membersihkan telinga V
Dampak pada ADL V
KETERANGAN Tidak Normal

f. Hidung Sinus Ya Tidak


Rhinorrhea V
Discharge V
Epistaksis V
Obstruksi V
Snoring V
Alergi V
Riwayat infeksi V
KETERANGAN Tidak Normal

g. Mulut, Tenggorokkan Ya Tidak


Nyeri telan V
Kesulitan menelan V
Lesi V
Perdarahan gusi V
Caries V
Perubahan rasa V
Gigi palsu V
Riwayat Infeksi V
Pola sikat gigi V
KETERANGAN Normal

h
Pernapasan Ya Tidak
.
Batuk V
Nafas pendek V
Hemoptisis V
Wheezing V
Asma V

9
KETERANGAN Nomal

i. Kardiovaskuler Ya Tidak
Chest pain V
Palpitasi V
Dipsnoe V
Paroximal nocturnal V
Orthopnea V
Murmur V
Edema V
KETERANGAN Normal

j. Gastrointestinal Ya Tidak
Disphagia V
Nausea / vomiting V
Hemateemesis V
Perubahan nafsu makan V
Massa V
Jaundice V
Perubahan pola BAB V
KETERANGAN

k. Perkemihan Ya Tidak
Dysuria V
Frekuensi V
Hesitancy V
Urgency V
Hematuria V
Poliuria V
Oliguria V
Nocturia V
Inkontinensia V
Nyeri berkemih V
Pola BAK V
KETERANGAN Normal

l. Reproduksi Ya Tidak
Lesi V
Disharge V
Testiculer pain V
Testiculer massa V
Perubahan gairah sex V
Impotensi V

10
m. Muskuloskeletal Ya Tidak
Nyeri Sendi V
Bengkak V
Kaku sendi V
Deformitas
Spasme
Kram V
Kelemahan otot V
Masalah gaya berjalan V
Nyeri punggung V
Pola latihan V
Dampak ADL V
KETERANGAN

n. Persyarafan Ya Tidak
Headache V
Seizures
Syncope
Tic/tremor
Paralysis V
Paresis V
Masalah memori V
KETERANGAN

o. Psikososial Ya Tidak
Cemas : V
Depresi : V
Ketakutan : V
Insomnia : V
Kesulitan dalam mengambil V
keputusan :
Kesulitan konsentrasi : V
Mekanisme koping : V
Persepsi tentang kematian: V
Dampak pada ADL V

p. Spiritual Ya Tidak
Aktivitas ibadah : V
Hambatan V
KETERANGAN: Sedang

q. Lingkungan Bersih Tidak


a. Kamar: V
b. Kamar mandi: V

11
c. Dalam rumah, wisma : V

NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES


1. Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)

Dengan Skor Yang


No Kriteria Mandiri
Bantuan Didapat
1 Makan 5 10 10
Berpindah dari kursi roda ke tempat
2 5-10 15 10
tidur, atau sebaliknya
Personal toilet (cuci muka, menyisir
3 0 5 4
rambut, gosok gigi)
Keluar masuk toilet (mencuci
4 5 10 7
pakaian, menyeka tubuh, menyiram)
5 Mandi 0 5 4
Beijalan di permukaan datar (jika
6 0 5 2
tidak bisa, dengan kursi roda)
7 Naik turun tangga 5 10 5
8 Mengenakan pakaian 5 10 10
9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 6
10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 6
2. Aspek Kognitif MMSE (Mini Mental Status Exam)
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
Kognitif maksimal Klien
Menyebutkan dengan benar:
Tahun: Hari
1 Orientasi 5 3
Musim: Bulan:
Tanggal:
Dimana sekarang kita berada ? Negara:
Panti:
2 Orientasi 5 4 Propinsi: Wisma:

Kabupaten/kota:
Sebutkan 3 nama obyek (misal: kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan
3 Registrasi 3 3
kepada klien, menjawab :
1) Kursi 2). Meja 3). Kertas

12
Meminta klien berhitung mulai dari 100
Perhatian dan kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat.
4 5 3
kalkulasi Jawaban:
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72 5). 65
Minta klien untuk mengulangi ketiga
5 Mengingat 3 2
obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)
Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1)
2)
3). Minta klien untuk mengulangi kata
berikut: “ tidak ada, dan, jika, atau tetapi)
Klien menjawab :
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah.
1. Ambil kertas ditangan anda
6 Bahasa 9 6
2. Lipat dua
3. Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bila aktifitas sesuai perintah nilai satu
poin.
1. “Tutup mata anda”
2. Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan
3. Menyalin gambar 2 segi lima yang
saling bertumpuk
Total nilai 30 21
Interpretasi hasil:
24 - 30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : Dari wawancara dengan Tn.S, didapatkan hasil nilai 21 yaitu Tn.S
mengalami gangguan kognitif sedang.

13
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1
2
3
Rata-rata Waktu TUG
Interpretasi hasil
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik
Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL

4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas
2. 1 0 0
dan kesenangan
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 0
Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang
5. 0 1 0
waktu
Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada
8. 1 0 1
anda
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
Anda lebih senang tinggal dirumah daripada
9. 1 0 1
keluar melakukan sesuatu hal
Anda merasa memiliki banyak masalah dengan
10. 1 0 0
ingatan anda
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar 0 1 0

14
biasa
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
Anda merasa diri anda sangat energik /
13. 0 1 0
bersemangat
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 1
Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari
15. 1 0 0
diri anda
Jumlah 4
Kesimpulan : Diperoleh hasil 4 dari pengkajian depresi. Hal tersebut tidak
diindikasikan depresi karena score tidak melebihi
5. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:
No Indikators Score Pemeriksaan
Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan
1. perubahan jumlah dan jenis makanan yang 2 0
dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 1
Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum
4. 2 0
minuman beralkohol setiap harinya
Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya
5. 2 1
sehingga tidak dapat makan makanan yang keras
Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk
6. 4 2
membeli makanan
7. Lebih sering makan sendirian 1 1
Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum
8. 1 0
obat 3 kali atau lebih setiap harinya
Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam
9. 2 0
enam bulan terakhir
Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang
10. 2 0
cukup untuk belanja, memasak atau makan sendiri
Total score 5
Kesimpulan : Pengkajian determinan nutrisi pada lansia didapatkan total score 5
yaitu moderate nutritional risk

6. Fungsi sosial lansia APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA

15
NO URAIAN FUNGSI SKORE
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ADAPTATION
1. keluarga (teman-teman) saya untuk membantu 1
pada waktu sesuatu menyusahkan saya
Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP
2. teman)saya membicarakan sesuatu dengan saya 1
dan mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) GROWTH
saya menerima dan mendukung keinginan saya 1
untuk melakukan aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) AFFECTION
saya mengekspresikan afek dan berespon
2
terhadap emosi-emosi saya seperti marah,
sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan RESOLVE
2
saya meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : 2
2). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : 0 7
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Kesimpulan : Dari wawancara dengan Tn.S hasil fungsi sosial lansia adalah 7
dengan interpretasi fungsi baik.

16
ANALISA DATA

Waktu Data Subyektif/Objektif Interpretasi Masalah Keperawatan


1 April DS : Sistem Gangguan komunikasi
2016 klien mengatakan susah pendengaran verbal
mendengarkan pesan dan rangsangan menurun
suara
DO :
 Klien tidak dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh
perawat
 Klien hanya diam saja pada saat
diajukan pertanyaan
 Klien merasa tidak nyaman saat
dilakukan sesi wawancara
 Klien dapat menjawab
pertanyaan dari perawat saat
pertanyaan diulang berkali-kali
dengan suara keras
1 April DS : Menutup diri dari Harga diri rendah
2016   Klien mengatakan bahwa sulit lingkungan
berkomunikasi dengan orang lain

DO :
 Klien menutup diri dengan
orang lain
 Klien tidak dapat berkomunikasi
dengan orang lain
 Klien tidak dapat membaur
dengan orang lain

PRIORITAS MASALAH

17
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan sistem pendengaran
menurun ditandai dengan :
a. Klien tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat
b. Klien hanya diam saja pada saat diajukan pertanyaan
c. Klien merasa tidak nyaman saat dilakukan sesi wawancara
d. Klien dapat menjawab pertanyaan dari perawat saat pertanyaan
diulang berkali-kali dengan suara keras.
2. Harga diri rendah berhubungan dengan menarik diri dari lingkungan
ditandai dengan :
a. Klien menutup diri dengan orang lain
b. Klien tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain
c. Klien tidak dapat membaur dengan orang lain

18
RENCANA TINDAKAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan Tujuan Jangka Panjang : 1. Kaji tingkat kemampuan Tn. S 1. Mengetahui seberapa tingkat
sistem pendengaran menurun ditandai dengan : Setelah dilakukan kunjungan dalam menerima rangsangan kemampuan Tn. S dalam
e. Klien tidak dapat menjawab pertanyaan yang selama 4 kali dalam 1 minggu pesan suara. menerima rangsang suara.
diajukan oleh perawat Tn. S mampu berkomunikasi 2. Kaji apakah ada serumen yang 2. Mengetahui kondisi telinga
f. Klien hanya diam saja pada saat diajukan verbal dengan baik. mengganggu pendengaran Tn. S. Tn. S, apakah ada serumen
pertanyaan 3. Bicara perlahan dan jelas dengan yang menyebabkan
g. Klien merasa tidak nyaman saat dilakukan sesi Tujuan Jangka Pendek : nada sedikit keras dan pendengaran Tn. S
wawancara Setelah dilakukan 2 kali ditekankan. terganggu.
h. Klien dapat menjawab pertanyaan dari perawat kunjungan Tn. S mampu 4. Gunakan bantuan alat tulis dalam 3. Agar Tn. S bisa menerima
saat pertanyaan diulang berkali-kali dengan menerima rangsangan suara menyampaikan pesan. rangsang atau perintah suara
suara keras. danmendengar dengan baik 5. Sarankan dan ajarkan Tn. S dari lawan bicara dan
melalui metode lain maupun penggunaan alat bantu dengar. memahaminya.
bantuan alat, dengan kriteria: 6. Pastikan alat bantu dengar 4. Mempermudah Tn. S dalam
1. Mampu menerima berfungsi dengan baik. berkomunikasi.
rangsangan suara dengan baik 7. Anjurkan Tn. S untuk mejaga 5. Mempermudah Tn. S dalam
melalui metode alternatif. kebersihan telinga. mendengarkan suara atau
2. Mampu menerima
mengintreprestasikan suara 6. rangsang suara.

19
dengan benar. 7. Meminimalkan kerusakan
3. Menunjukkan peningkatan alat dengar dan agar alat
kamampuan dalam bantu dengar tersebut dapat
berkomunikasi. berfungsi secara optimal.
4. menggunakan alat bantu 8. Untuk personal hygiene atau
dengar dengan cara yang tepat kebersihan telinga Tn. S.
2. Harga diri rendah berhubungan dengan menarik diri Tujuan Jangka Panjang: 1. Bina hubungan saling 1. Untuk membangun
dari lingkungan ditandai dengan : Setelah dilakukan kunjungan 4 percaya dengan hubungan percaya Tn. S
d. Klien menutup diri dengan orang lain kali dalam seminggu Tn. S menggunakan prinsip terhadap perawat dengan
e. Klien tidak dapat berkomunikasi dengan mampu menerima keadaan hubungan terapeutik. pendekatan terapeutik.

orang lain dirinya, dan mampu 2. Kaji pengetahuan Tn. S 2. Untuk mengetahui tingkat
bersosialisasi dengan orang tentang perilaku menarik diri pengetahuan atau kesadaran
f. Klien tidak dapat membaur dengan orang
lain. dan tanda-tandanya. Tn. S tentang perilaku
lain
3. Beri kesempatan pada Tn. S menarik dirinya.
Tujuan Jangka Pendek: untuk mengungkapkan 3. Mencari tahu penyebab Tn.
Setelah dilakukan 2 kali alasannya tidak mau bergaul S tidak mau berkomunikasi
kunjungan Tn. S mampu: atau menarik diri. maupun jarang
1. Membina hubungan saling 4. Beri pujian terhadap bersosialisasi.
percaya dengan orang lain, kemampuan Tn. S dalam 4. Meningkatkan rasa percaya
khususnya perawat. mengungkapkan perasaan. diri Tn. S.
2. Mengenal penyebab 5. Dorong dan bantu klien 5. Untuk meningkatkan

20
perilaku menarik dirinya untuk berhubungan sosial kemampuan Tn. S dalam
terhadap lingkungan sosial. dengan orang lain. berkomunikasi atau menjalin
3. Mampu berkomunikasi 6. Beri pujian atas keberhasilan hubungan sosial dengan
dengan orang lain dan yang telah dicapai Tn. S orang lain.
bersosialisasi antar sesama. dalam bersosialisasi. 6. Meningkatkan rasa percaya
7. Anjurkan anggota keluarga diri Tn. S dalam
untuk secara rutin dan bersosialisasi.
bergantian mengunjungi Tn. 7. Sebagai support atau
S. dukungan bagi Tn. S untuk
lebih terbuka terhadap orang
lain dan agar Tn. S tidak
merasa dikucilkan atau
disngkirkan oleh keluarga.

IMPLEMENTASI/ TINDAKAN

21
N DIAGNOSA WAKTU DAN
IMPLEMENTASI PETUGAS
O KEPERAWATAN TANGGAL
1. Gangguan komunikasi 1 April 2016 1. Melakukan tindakan melihat pembersihan serumen
verbal berhubungan 08.00-09.00 yang mengganggu pendengaran Tn. S.
dengan sistem Wib 2. Melakukan komunikasi secara perlahan dan jelas Perawat D4 Gawat
pendengaran menurun. dengan nada sedikit keras dan ditekankan. Darurat
3. Menganjurkan Tn. S untuk mejaga kebersihan telinga.

2. Gangguan komunikasi 2 April 2016 1. Melakukan tindakan mengkaji tingkat kemampuan


verbal berhubungan 08.00-09.00 Tn. S dalam menerima rangsangan pesan suara.
dengan sistem WIB 2. Melakukan komunikasi secara perlahan dan jelas
pendengaran menurun. dengan nada sedikit keras dan ditekankan.
Perawat D4 Gawat
3. Memberikan sarankan dan ajarkan Tn. S penggunaan
Darurat
alat bantu dengar.
4. Memastikan alat bantu dengar berfungsi dengan baik.
5. Menganjurkan Tn. S untuk mejaga kebersihan telinga.

3. Harga diri rendah 2 April 2016 1. membina hubungan saling percaya dengan Perawat D4 Gawat
berhubungan dengan 07.00-08.00 menggunakan prinsip hubungan terapeutik. Darurat
menarik diri dari wib 2. mengkaji tingkat pengetahuan Tn. S tentang perilaku

22
lingkungan. menarik diri dan tanda-tandanya.
3. Memberikan kesempatan pada Tn. S untuk
mengungkapkan alasannya tidak mau bergaul atau
menarik diri.

4. Harga diri rendah 2 April 2016 1. membina hubungan saling percaya dengan Perawat D4 Gawat
berhubungan dengan 06.00-08.00 menggunakan prinsip hubungan terapeutik. Darurat
menarik diri dari WIB 2. mengkaji tingkat pengetahuan Tn. S tentang perilaku
lingkungan. menarik diri dan tanda-tandanya.
3. Memberikan kesempatan pada Tn. S untuk
mengungkapkan alasannya tidak mau bergaul atau
menarik diri.
4. Memberikan pujian terhadap kemampuan Tn. S dalam
mengungkapkan perasaan.
5. Mendorong dan bantu klien untuk berhubungan sosial
dengan orang lain.
6. memberikan pujian atas keberhasilan yang telah
dicapai Tn. S dalam bersosialisasi.
7. Menganjurkan anggota keluarga untuk secara rutin

23
dan bergantian mengunjungi Tn. S.

CATATAN PERKEMBANGAN

No. Hari/Tgl/Jam Diagnosa No. Catatan Perkembangan (SOAP) Ttd/ Nama


1 2 3 4 6
1. 7 April 2016 Dx no. 1 S : klien mengatakan mampu mendengarkan Perawat D4 Gawat Darurat
09.00-10.00 wib pesan dan rangsangan suara.
O : •Klien dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh perawat
•Klien tidak diam pada saat diajukan pertanyaan
•Klien mulai merasa nyaman saat dilakukan sesi
wawancara

24
•Klien dapat menjawab pertanyaan dari perawat
tanpa harus diulang berkali-kali.
A : masalah keperawatan gangguan komunikasi
verbal dapat teratasi
P : intervensi dihentikan
2. 8 April 2016 Dx no. 2 S : klien mengatakan sudah tidak mengalami
09.00-10.00 wib lesulitan dalam berkomunikasi dengan orang
lain.
O : •Klien mulai membuka diri dengan orang
lain
•Klien dapat berkomunikasi dengan orang
lain
Perawat D4 Gawat Darurat
•Klien mulai dapat membaur dengan orang
lain
A : masalah keperawatan harga diri rendah dapat
teratasi
P : intervensi dihentikan

25
26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Presbikusis merupakan akibat dari proses degeneratif pada satu atau


beberapa bagian koklea (striae vaskularis, sel rambut dan membran basilaris
maupun serabut saraf auditori.

Schuknecht menerangkan bahwa penyebab kurang pendengaran


akibat degenerasi ini dimulai terjadinya atrofi di bagian epitel dan saraf sel
ganglion spiral pada daerah basal hingga ke daerah apeks yang pada
akhirnya terjadi degenerasi sel-sel pada jaras saraf pusat dengan manifestasi
gangguan pemahaman bicara. Prebiskusis dibagi menjadi dua yaitu
prebiskusis internal dan prebiskusis eksternal.

Berkurangnya pendengaran secara perlahan dan progresif perlahan


pada kedua telinga dan tidak didasari oleh penderita.
a. Suara-suara terdengar seperti bergumam, sehingga mereka sulit
untuk mengerti pembicaraan.
b. Sulit mendengar pembicaraan di sekitar, terutama jika berada di
tempat dengan latar belakang suara yang ramai.
c. Suara berfrekuensi rendah, seperti suara laki-laki, lebih mudah di
dengar daripada suara berfrekuensi tinggi.
d. Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga.
Telinga terdengar berdenging ( tinnitus).

B. Saran

Dari asuhan keperawatan pada lansia di atas, dapat diketahui bahwa


pada lansia yang mengalami gangguan pendengaran mempunyai banyak
tanda dan gejala, salah satunya yaitu faktor usia. Semoga asuhan
keperawatan ini dapat memberikan informasi kepada lansia.

27
DAFTAR PUSTAKA

Agoes Azwar, dkk.2009.Penyakit Di Usia Tua.Jakarta:EGC

Darmojo R.Budhi,dk.1999.GERIATRI (Ilmu Kesehatan Usia


Lanjut).Jakarta:FKUI

Gadipa,Anang.2012.https://muhammadananggadipa.wordpress.com/2012/01/12/g
angguan-pendengaran-pada-lansia/.diakses pada tanggal 8 April 2016
pada pukul 12.00 WIB

Widyadari,nindya.2011.http://nindyawddr3gmailcom.blogspot.co.id/.diakses pada
tanggal 8 April 2016 pada pukul 10.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai