Anda di halaman 1dari 14

TUGAS GEOGRAFI

OLEH
KELOMPOK 3 :

WINDI SYAHARANI
RATIH SETIA N
WAN NUZAFAR
SILVI TRI HANDAYANI

SMA NEGERI 7
PEKANBARU
2021
THAILAND

LETAK GEOGRAFIS
Thailand merupakan salah satu negara di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia
Tenggara. Wilayah Thailand terletak di Semenanjung Indochina memanjang dari bagian utara
hingga berbatasan langsung dengan Semenanjung Malaysia.
Thailand memiliki batas darat dengan Laos dan Myanmar (bagian utara), Myanmar
(bagian barat), Laos dan Kamboja (bagian timur) serta Malaysia (bagian selatan). Wilayah
Thailand juga berbatasan dengan sejumlah kawasan perairan seperti Laut Andaman dan
Teluk Thailand.
Thailand dibagi menjadi 6 wilayah utama, yakni wilayah utara, wilayah timur laut,
wilayah tengah, wilayah timur, wilayah barat, dan wilayah selatan. Pembagian wilayah
administrasi Thailand ini didasarkan pada bentang alam, drainase serta pola-pola penduduk
dan kebudayannya.
1. PEREKONOMIAN THAILAND

Thailand dijuluki Lumbung Padi Asia Tenggara bukan tanpa alasan. Negara ini memang
ambisius dalam pertanian. Selain itu sektor pariwisatanya juga tak bisa dianggap remeh.

Thailand adalah salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara. Dengan kondisi iklim
tropis dan tanah subur, Thailand sukses mengembangkan sektor pertaniannya.

Hasil pertanian utama mereka adalah beras dan jagung, kayu gelondongan, tapioka, buah-
buahan, dan karet untuk diekspor. Indonesia termasuk yang menerima beras dari Thailand.
Pada tahun 2021, Thailand berambisi untuk mengekspor 6 juta ton beras ke Indonesia, China,
Bangladesh, dan Irak.

Selain itu, Thailand juga memiliki potensi ekonomi dari hasil pertambangan yakni timah, biji
besi, minyak dan gas, serta tembaga. Di samping itu, Thailand juga dikenal mengembangkan
industri perakitan elektronik dan otomotif.

Di samping sektor-sektor tadi, pariwisata juga menjadi andalan Negeri Gajah Putih.
Berdasarkan laporan United Nations World Tourism Organisation (UNWTO) pada 2017,
Thailand memperoleh pendapatan devisa pariwisata sebesar USD 81 miliar. Ini menempatkan
mereka di posisi keempat sebagai negara dengan devisa pariwisata tertinggi di dunia.

Suguhan pariwisata Thailand memang dikenal beragam, mulai dari budaya, alam, hingga
kuliner. Untuk wisata budaya, Thailand menyuguhkan destinasi seperti Wat Arun yang
merupakan salah satu kuil tertua di sana. Ada juga Grand Palace yaitu tempat disimpannya
peninggalan sejarah dan budaya Thailand.

Kemudian untuk wisata alam, pantai masih menjadi favorit. Misalnya Pantai Railay atau Koh
Phi Phi yang terkenal akan resor tepi pantai mewahnya.

Jika ingin menikmati kuliner dan wisata belanja, wisatawan juga dapat datang ke Chiang
Mai. Di sana tersedia beraneka macam makanan khas Thailand mulai dari tom yam hingga
mango sticky rice.
A. Pendapatan perkapita
Pdb Per Kapita Thailand dilaporkan sebesar 7,579.606 USD pada 2020. Rekor
ini turun dibanding sebelumnya yaitu 8,179.462 USD untuk 2019. Data Pdb Per
Kapita Thailand diperbarui tahunan, dengan rata-rata 1,569.825 USD dari 1960
sampai 2020, dengan 61 observasi. Data ini mencapai angka tertinggi sebesar
8,179.462 USD pada 2019 dan rekor terendah sebesar 100.768 USD pada 1960. Data
Pdb Per Kapita Thailand tetap berstatus aktif di CEIC dan dilaporkan oleh CEIC Data.
Data dikategorikan dalam Global Economic Monitor World Trend Plus – Table
TH.A002: SNA1993: GDP: by Expenditure: Current Price (Annual).

B. Pertumbuhan Ekonomi
Thailand menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi mereka tahun 2021. Hal ini
dipicu oleh rekor jumlah infeksi dan kematian akibat Covid-19.

Dilansir dari AFP, Sekretaris Jenderal Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial
Nasional (NESDC) Danucha Pichayanan mengumumkan bahwa mereka merevisi
pertumbuhan ekonomi menjadi antara 0,7% dan 1,2%.
Pichayanan menambahkan bahwa perkiraan baru tersebut bergantung pada harapan
kurva pandemi yang mendatar setelah kuartal ketiga, sehingga memungkinkan
pelonggaran pembatasan pada Oktober mendatang.

"Tetapi jika pandemi berlanjut dan relaksasi tidak dapat dimulai pada kuartal keempat
... pertumbuhannya bisa lebih rendah dari 0,7 persen," kata Danucha.
PDB Thailand untuk kuartal kedua naik 7,5% pada periode yang sama tahun lalu,
tanda pemulihan pertama sejak pandemi. Pertumbuhan paling terlihat di sektor
pertanian, industri dan ekspor, sementara pariwisata, yang dulunya merupakan sapi
perah Thailand, tetap lesu hingga kini.

Tahun lalu Thailand sempat mengalami kinerja setahun penuh terburuk sejak krisis
keuangan Asia 1997 dengan kontraksi ekonomi 6,1%.

Sejak awal pandemi, Thailand telah mencatat 928.314 kasus dengan 7.733 kematian,
sebagian besar terdeteksi sejak April 2021.

Negara ini telah melihat lebih dari 20.000 kasus baru dilaporkan setiap hari selama
hampir seminggu. Mereka memadati sistem perawatan kesehatan yang sudah
terbebani dan mengisi fasilitas karantina yang dikelola negara.

C. Aktivitas Perekonomian
Ekonomi Thailand bergantung pada kegiatan ekspor dengan nilai ekspor sekitar 60%
dari total Produk Domestik Bruto Thailand. Pada bulan Januari 1983, Duta Besar
Jepang untuk negara Thailand, Motoo Ogiso menyatakan bahwa Jepang menganggap
Thailand sebagai sebuah negara strategis barisan depan dalam menentang ancaman
komunisme di Asia Tenggara. Atas sebab itulah Jepang memberi bantuan lebih besar
kepada Thailand dibandingkan dengan negara-negara lain di wilayah Indochina.[1]
Ekonomi Thailand mengalami pemulihan dari Krisis Finansial Asia pada 1997-1998
setelah adanya kerja sama ekonomi dengan Amerika Serikat dan pasar asing lainnya.

Pemerintahan Thaksin Shinawatra yang mulai menjabat pada Februari 2001 dengan
maksud menstimulasi permintaan domestik dan mengurangi ketergantungan Thailand
kepada perdagangan dan investasi asing langsung. Sejak itu, manajemen
pemerintahan Thaksin telah memperbaiki pasar ekonominya dengan mengambil
ekonomi jalur ganda yang menggabungkan stimulan domestik dengan promosi
tradisional Thailand tentang pasar terbuka dan investasi asing. Ekspor yang lemah
menahan pertumbuhan produk domestik bruto pada 2001 hingga 1,9%. Namun pada
tahun 2002 hingga 2003 stimulan domestik dan kembalinya ekspor menambah
performa yang semakin baik, dengan pertumbuhan produk domestik bruto pada nilai
5,3% dan 6,3%.

Sebelum krisis finasial, ekonomi Thailand memiliki pertumbuhan ekonomi produksi


yang bagus—dengan rata-rata 9,4% untuk 1 dasawarsa sampai 1996. Tenaga kerja
dan sumber daya yang lumayan banyak, konsevatis fiskal, kebijakan investasi asing
terbuka, dan pendorongan sektor swasta merupakan dasar dari suksesi ekonomi
Thailand pada tahun-tahun sampai pada 1997. Ekonomi Thailand dilaksanakan
dengan inti sebagai sebuah sistem perusahaan bebas. Beberapa jasa, seperti
pembangkit listrik, transportasi, dan komunikasi, dimiliki dan dioperasikan oleh
negara, tetapi pemerintah sedang mempertimbangkan menswastakan ekonomi
Thailand pada awal krisis finansial.

Pemerintah Kerajaan Thailand menyambut investasi asing, dan investor yang bisa
memenuhi beberapa persyaratan dapat mendaftar hak investasi istimewa melalui
Dewan Investasi Thailand. Untuk menarik investasi asing lainnya, pemerintah telah
memodifikasi peraturan investasinya. Gerakan serikat buruh tetap lemah dan
terpecah-pecah di Thailand. Hanya 3% dari seluruh angkatan kerja tergabung dalam
serikat buruh. Pada tahun 2000, Undang-undang Hubungan Kerja-Perusahaan Negara
(SELRA) disahkan, hingga memberikan para pegawai sektor publik hak-hak yang
sama dengan mereka yang bekerja di sektor swasta, termasuk hak untuk bergabung
dengan serikat buruh.

Sekitar 60% dari seluruh angkatan kerja Thailand dipekerjakan di bidang pertanian.
Beras adalah hasil bumi yang paling penting. Thailand adalah eksportir besar di pasar
beras dunia. Komoditas pertanian lainnya yang dihasilkan dengan jumlah yang cukup
besar adalah ikan dan produk-produk perikanan lainnya, tapioka, karet, biji-bijian, dan
gula. Ekspor makanan jadi seperti tuna kaleng, nenas dan udang beku juga sedang
meningkat.

D. Hasil Kegiatan Industri Sebagai Komunitas Ekspor


Ekspor produk pertanian Thailand, produk yang berkaitan dengan bekerja dari rumah,
dan produk untuk memerangi Covid-19 dinilai akan terus melanjutkan pertumbuhan
pada tahun ini. “Beberapa barang ekspor Thailand yang diharapkan tumbuh adalah
beras, makanan kaleng, makanan hewan, komputer, sarung tangan karet dan produk
medis,” kata Pimchanok Vonkorpon, Direktur Jenderal Kantor Kebijakan dan Strategi
Perdagangan Kementerian Perdagangan, Selasa (12/1/2021).

- Motor cars, parts and accessories


- Automatic data processing
- Refine fuels (Produk Olahan Minyak)
- Precious Stone & Jewellery
- Polymers of ehylene, propylene, etc in primary forms
- Chemical Product
- Rubber Products
- Sirkuit terpadu elektronik (IC)
- Mesin dan Komponen/bagian
- Rubber

2. KEPENDUDUKAN KAITAN DENGAN DINAMIKA PENDUDUK


a) Pengertian
Kata "Thai" (ไทย) berarti "kebebasan" dalam bahasa Thai, namun juga dapat
merujuk kepada suku Thai, sehingga menyebabkan nama Siam masih digunakan di
kalangan warga negara Thai terutama kaum minoritas Tionghoa.
Sampai tanggal 23 Juni 1939, negara ini bernama resmi Siam (bahasa Thai: สยาม
[dibaca: Sayam]) dan kemudian diganti menjadi Thailand. Sempat dirubah kembali
menjadi Siam dari tahun 1945 sampai 11 Mei 1949, dan setelah itu kembali ke Thailand.
Kata Siam teridentifikasi dengan bahasa Sansekerta Śyâma (श्याम, artinya “gelap” atau
“coklat”).
Kata Thai (ไทย) dipercaya berasal dari kata Tai (ไท) yang berarti “kemerdekaan”
dalam bahasa Thai. Cendekiawan terkenal dari Thailand memberikan pendapat bahwa Tai
(ไท) berarti “orang” sejak penelitiannya bahwa kata “Tai” berdasarkan dari kata “kon”
dalam bahasa Thai yang artinya “orang”.
Jadi, Thailand berarti “tanah kebebasan” untuk menunjukkan bahwa Thailand adalah
satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah bangsa Eropa. Kata
Mueang Thai (Thai: เมืองไทย) berasal dari kata mueang (Thai: เมือง) yang berarti bangsa
tetapi umumnya merujuk kepada “kota”. Ratcha Anachak Thai (Thai: ราชอาณาจักรไทย)
berarti “Kerajaan Thailand”.
b) Jumlah dan Pesebaran Penduduk

Jumlah dan Sebaran Penduduk Menurut data tahun 2015, penduduk Thailand
mencapai 65.104.000 jiwa. Penduduk negara Thailand sebagian besar tinggal di pedesaan
mencapai 55 % dari jumlah semua penduduk, sedangkan 45% hidup di perkotaan khusus
daerah sekitar metropolitan Bangkok.

c) Komposisi Penduduk

Komposisi Penduduk Thailand Berdasarkan umur penduduk sebagian besar


penduduk Thailand merupakan usia produktif antara 15-64 tahun sebanyak 70%
sedangkan usia 0-14 tahun mencapai 22% dan usia 65tahun ke atas mencapai 8%.
Sebagian penduduk Thailand merupakan Suku Thai dan Suku Lao, selain itu juga
terdapat Suku Tionghoa serta Suku Melayu yang banyak tinggal di bagian selatan
Thailand.
Sedangkan komposisi penduduk berdasarkan penganut agama maka penganut
terbesar adalah Agama Budha mencapai jumlah 94,5%, agama Islam mencapai 4,3%,
Kristen mencapai 1.2%.

d) Budaya
China, India, Kamboja, Laos dan Burma. Pengaruh Agama Budha sangat tinggi
dalam kebudayaan negara Thailand. Kesenian dan arsitektur sangat dipengaruhi
kebudayaan dari Agama Budha, sedangkan karya-karya sastra mendapat pengaruh dari
budaya Hindu di India, seperti cerita Ramayana yang dalam budaya Thailand disebut
Ramakien.

A. Angka Pertumbuhan Penduduk


Populasi Thailand dilaporkan sebesar 66.2 Orang mn pada 2020. Rekor ini turun
dibanding sebelumnya yaitu 66.6 Orang mn untuk 2019. Data Populasi Thailand
diperbarui tahunan, dengan rata-rata 51.8 Orang mn dari 1950 sampai 2020, dengan
71 observasi. Data ini mencapai angka tertinggi sebesar 66.6 Orang mn pada 2019
dan rekor terendah sebesar 20.7 Orang mn pada 1950. Data Populasi Thailand tetap
berstatus aktif di CEIC dan dilaporkan oleh CEIC Data. Data dikategorikan dalam
Global Economic Monitor World Trend Plus – Table: Population: Annual: Asia

B. Angka Kematian Penduduk Pertahun


Thailand mencatat angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas tertinggi di kawasan
ASEAN. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, kematian yang di
akibatkan oleh kecelakaan lalu lintas di Negeri Gajah mencapai 36,2 per 100 ribu
populasi pada 2013. Angka tersebut yang tertinggi dibandingkan dengan negara-
negara di kawasan Asia Tenggara lainnya.

Sementara di Indonesia, angka kematian yang di akibatkan kecelakaan lalu lintas


mencapai 15,3 per 100 ribu populasi dan berada di posisi 6 di atas Laos maupun
Filipina. Sedangkan negara ASEAN yang mencatat angka kematian akibat terendah
adalah Singapura, yakni hanya 3,6 dari 100 ribu populasi.

C. Usia Harapan Hidup


Indeks pembangunan manusia (IPM) adalah cara untuk mengukur capaian
pembangunan manusia yang didasarkan pada kualitas hidup. IPM dihitung dari 4
komponen, salah satunya adalah angka harapan hidup (AHH). Angka harapan hidup
(AHH) adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang ditempuh seseorang selama
hidupnya. Berdasarkan data dari United Nation Development Programme (UNDP)
pada tahun 2020, Angka harapan hidup (AHH) peringkat tertinggi untuk negara
ASEAN diraih oleh negara Thailand dengan nilai 75.5. Indikator yang digunakan oleh
UNDP dalam membuat penilaian secara global adalah usia, pendidikan, dan ekonomi.
D. Tingkat Pendidikan Penduduk
Negara Thailand adalah salah satu negara yang memiliki sistem pendidikan yang
cukup baik. Sektor pendidikan di thailaand berkembang dengan baik. Pemerintah
menyediakan pendidikan gratis sampai usia 17 tahun. Kebanyakan generasi siswa
masa depan merupakan ahli di bidang komputer. Rata-rata IQ siswa di Thailand pada
tahun 2010-2011 berdasarkan 72.780 siswa adalah 98,59, lebih tinggi dibandingkan
tahun sebelumnya. Rata-rata IQ terendah ditemukan di provinsi Narathiwat dengan IQ
88,07. Sedangkan rata-rata IQ tertinggi ditemukan di provinsi Nonthaburi dengan IQ
108,91. Jika kita lihat dari aspek ekonomi nya thailand juga termasuk yang kategori
perekonomian yang turun naik. Menteri Kesehatan Thailand memberikan
pemahaman kepada seluruh masyarakat bahwa pentingnya yodium untuk
ditambahkan ke dalam garam meja. Pada tahun 2013, Menteri Telekomunikasi dan
Informatika Thailand mengumumkan bahwa 27.231 sekolah akan menerima akses
internet kecepatan tinggi. Setelah menikmati rata-rata pertumbuhan tertinggi di dunia
dari tahun 1985 hingga 1995 - rata-rata 9% per tahun - tekanan spekulatif yang
meningkat terhadap mata uang Thailand, Baht, pada tahun 1997 menyebabkan
terjadinya krisis yang membuka kelemahan sektor keuangan dan memaksa
pemerintah untuk mengambangkan Baht. Setelah sekian lama dipatok pada nilai 25
Baht untuk satu dolar AS, Baht mencapai titik terendahnya pada kisaran 56 Baht pada
Januari 1998 dan ekonominya melemah sebesar 10,2% pada tahun yang sama. Krisis
ini kemudian meluas ke krisis finansial Asia. Thailand memasuki babak pemulihan
pada tahun 1999; ekonominya menguat 4,2% dan tumbuh 4,4% pada tahun 2000,
kebanyakan merupakan hasil dari ekspor yang kuat - yang meningkat sekitar 20%
pada tahun 2000. Pertumbuhan sempat diperlambat ekonomi dunia yang melunak
pada tahun 2001, namun kembali menguat pada tahun-tahun berikut berkat
pertumbuhan yang kuat di RRC dan beberapa program stimulan dalam negeri serta
Kebijaka Dua Jalur yang ditempuh pemerintah Thaksin Shinawatra. Pertumbuhan
pada tahun 2003 diperkirakan mencapai 6,3%, dan diperkirakan pada 8% dan 10%
pada tahun 2004 dan 2005.
Sistem Pendidikan di Thailand
Sistem pendidikan di Thailand memiliki kesamaan dengan sistem pendidikan di
Indonesia dan terdapat juga perbedaannya. Sistem pendidikan di Thailand terbagi
menjadi 3, yaitu pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal.
Untuk sistem pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar dan pendidikan tinggi.
sedangkan sistem pendidikan non-formal terdiri dari program sertifikat kejuruan,
program short course sekolah kejuruan dan interest group program.Wajib belajar di
Thailand adalah wajib belajar 9 tahun, dengan rincian grade sebagai berikut.
a. Pendidikan Play Group dan TK usia 3-6 tahub.
b. Pendidikan Sekolah Dasar (selama 6 tahun), grade 1-6c.
c. Pendidikan Sekolah Menengah (selama 3 tahun), grade 7-9d.
d. Pendidikan Sekolah Menengah atas (selama 3 tahun), grade 10-12

E. Tingkat Pengangguran
Tingkat Pengangguran Thailand dilaporkan sebesar 1.49 % pada 2020-12. Rekor ini turun
dibanding sebelumnya yaitu 2.00 % untuk 2020-11. Data Tingkat Pengangguran Thailand
diperbarui bulanan, dengan rata-rata 1.18 % dari 2001-01 sampai 2020-12, dengan 237
observasi. Data ini mencapai angka tertinggi sebesar 5.70 % pada 2001-01 dan rekor
terendah sebesar 0.39 % pada 2012-11. Data Tingkat Pengangguran Thailand tetap
berstatus aktif di CEIC dan dilaporkan oleh CEIC Data. Data dikategorikan dalam Global
Economic Monitor World Trend Plus – Table TH.G013: Labour Force Survey: Age 15
and Over: Labour Force Status and Unemployment Rate.
\

F. Teknologi
emasuki periode revolusi ilmu pengetahuan dan teknik pada tahun-tahun awal abad
XX lalu, pertanian Thailand berpindah dari bentuk ekonomi alamiah ke ekonomi
bisnis dan memasuki perekonomian industrialisasi. Pertanian dan industri telah
berpindah ke penerapan berbagai jenis pohon baru, pupuk organik dan mesin untuk
meningkatkan produktivitas palawija. Selain itu, kualitas berbagai jenis agribisnis
semakin menjadi baik untuk kebutuhan konsumsi. Sekarang ini, hampir 100% jumlah
petani Thailand menggunakan mekanisasi dalam produksi pertanian, dari penyebaran
sampai panenan. Perusahaan-perusahaan besar seperti Mitr Phol Group-grup papan
atas di Asia dan menduduki posisi ke 4 di dunia di bidang produksi gula yang
menggunakan pesawat pengawas tanpa pilot dan gambar satelit untuk mengontrol
kualitas pohon tebu. Atau di basis peternakan ayam Betagro, suhu udara, taraf
kelembapan dan cahaya dikontrol secara akurat dalam lingkungan yang tertutup
beserta sistim pemberian pakan otomatis. Basis budidaya udang dari Perusahaan CPF
menerapkan secara akubat sistim pertukaran air untuk menghemat energi dan berhasil
memenuhi standar-standar tentang keselamatan bahan makanan. Dalam produksi
beras, penerapan pertanian 4.0 di Provinsi Kanchanaburi selama dua tahun ini telah
memberikan hasil yang sangat menggembirakan, produktivitas pohon meningkat
27%. Bapak Setapong Lekawwatana, pakar urusan perkembangan sistim agribisnis
dari Direktorat Penyuluhan Pertanian Thailand memberitahukan: “Pertanian 4.0
merupakan tema yang sangat diperhatikan oleh semua negara. Sekarang ini, kami
sedang mencoba melaksanakan proyek di Provinsi Phetchaburi dan tahun ini juga
merupakan tahun pertama kami melaksanakan digitalisasi penyuluhan pertanian
secara eksperimen, selanjutnya, kami akan terus memperluasnya ke daerah-daerah.
Selain itu, kami akan melakukan proyek-proyek eksperimen tentang penggunaan
teknologi informasi, iklim, syarat lahan, kesulitan-kesulitan dalam mencegah hama
untuk memberikan bantuan tentang waktu penyebaran dan penanaman, pengelolaan
dalam penanaman dan panenan dan lain-lain. Masalah ini juga mendapat perhatian
dari instansi-instansi yang bersangkutan”.

Melalui penerapan teknologi-teknologi modern dalam produksi pertanian, maka


pertanian 4.0 akan membantu mengurangi langkah-langkah cocok tanam dan
peternakan yang tidak berhasil-guna, menggandakan pola-pola yang sesuai seperti
menghemat air dalam produksi, menggunakan pupuk, obat anti hama atau zat-zat
kimia lain yang tidak merugikan lingkungan hidup dan kesehatan manusia serta
mengurangi tenaga kerja dan ongkos produksi. Ketika menilai pengarahan
perkembangan pertanian 4.0 di Thailand, Doktor Nguyen Viet Khoa, Kepala Seksi
Pendidikan dan Pelatihan dari Pusat Penyuluhan Nasional Viet Nam mengatakan:
“Thailand merupakan sebuah negara yang sangat mengupdate teknik-teknik dalam
pertanian. Pertanian 4.0 dari Thailand berfokus menerapkan teknologi tinggi terhadap
komoditas-komoditas utama dan komoditas-komoditas yang punyai nilai terpadu
seperti beberapa jenis sayuran dan buahan. Kedua, mereka mendesentralisasikan
kelompok-kelompok barang dalam produksi pertanian, kelompok barang konsumsi
domestik atau kelompok-kelompok barang ekspor dan lain-lain akan ada strategi
perkembangan sendiri. Sekarang ini, Thailand sedang memperhebat komunikasi
dalam pertanian agar rakyat mengerti nilai keselamatan bahan makanan. Bisa
dikatakan ahwa strategi pertanian 4.0 dari Thailand ialah berkembang menurut cabang
barang dan memprioritaskan cabang-cabang barang ekspor”.

Walaupun mencapai prestasi-prestasi yang menggembirakan di bidang pertanian,


misalnya selalu menduduki posisi pertama di antara negara-negara eksportir beras di
dunia, tapi kaum tani Thailand tetap menjumpai sangat banyak kesulitan dalam
mendekati pertanian 4.0, karena biaya teknologi, metode menyampaikan data,
mengembangkan terapan-terapan keliling dan lain-lain yang masih mahal. Akan
tetapi, karena adanya program dan kebijakan bantuan dari pemerintah, kaum tani telah
berangsur-angsur menguasai teknologi dan mendekati pasar. Dulu, mereka sebagian
besar harus menjual produknya melalui pedagang, tapi sekarang ini, mereka bisa
menggunakan kanal-kanal penjualan barang-barang dan media sosial seperti
Facebook, Twitter, Lines dan lain-lain untuk langsung menjual barangnya kepada
pelanggan dan perusahaan-perusahaan.

Selain menerapkan program-program seperti “Petani pintar” (Smart Farmers),


Pemerintah Thailand juga menerapkan kebijakan-kebijakan prioritas istimewa seperti
membebaskan pajak pendapatan badan usaha selama 5 tahun untuk badang-badan
usaha yang menerapkan teknologi modernisasi produksi di bidang pertanian swasta.

Bisa dikatakan, den gan kebijakan-kebijakan yang praksis dan efektif, Thailand tidak
hanya siap untuk satu pertanian 4.0, tapi juga mengarah ke pelaksanaan target
meningkatkan pendapatan perkapita kaum tani sampai 7 kali lipat selama 20 tahun
mendatang.

Anda mungkin juga menyukai