OLEH
KELOMPOK 3 :
WINDI SYAHARANI
RATIH SETIA N
WAN NUZAFAR
SILVI TRI HANDAYANI
SMA NEGERI 7
PEKANBARU
2021
THAILAND
LETAK GEOGRAFIS
Thailand merupakan salah satu negara di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia
Tenggara. Wilayah Thailand terletak di Semenanjung Indochina memanjang dari bagian utara
hingga berbatasan langsung dengan Semenanjung Malaysia.
Thailand memiliki batas darat dengan Laos dan Myanmar (bagian utara), Myanmar
(bagian barat), Laos dan Kamboja (bagian timur) serta Malaysia (bagian selatan). Wilayah
Thailand juga berbatasan dengan sejumlah kawasan perairan seperti Laut Andaman dan
Teluk Thailand.
Thailand dibagi menjadi 6 wilayah utama, yakni wilayah utara, wilayah timur laut,
wilayah tengah, wilayah timur, wilayah barat, dan wilayah selatan. Pembagian wilayah
administrasi Thailand ini didasarkan pada bentang alam, drainase serta pola-pola penduduk
dan kebudayannya.
1. PEREKONOMIAN THAILAND
Thailand dijuluki Lumbung Padi Asia Tenggara bukan tanpa alasan. Negara ini memang
ambisius dalam pertanian. Selain itu sektor pariwisatanya juga tak bisa dianggap remeh.
Thailand adalah salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara. Dengan kondisi iklim
tropis dan tanah subur, Thailand sukses mengembangkan sektor pertaniannya.
Hasil pertanian utama mereka adalah beras dan jagung, kayu gelondongan, tapioka, buah-
buahan, dan karet untuk diekspor. Indonesia termasuk yang menerima beras dari Thailand.
Pada tahun 2021, Thailand berambisi untuk mengekspor 6 juta ton beras ke Indonesia, China,
Bangladesh, dan Irak.
Selain itu, Thailand juga memiliki potensi ekonomi dari hasil pertambangan yakni timah, biji
besi, minyak dan gas, serta tembaga. Di samping itu, Thailand juga dikenal mengembangkan
industri perakitan elektronik dan otomotif.
Di samping sektor-sektor tadi, pariwisata juga menjadi andalan Negeri Gajah Putih.
Berdasarkan laporan United Nations World Tourism Organisation (UNWTO) pada 2017,
Thailand memperoleh pendapatan devisa pariwisata sebesar USD 81 miliar. Ini menempatkan
mereka di posisi keempat sebagai negara dengan devisa pariwisata tertinggi di dunia.
Suguhan pariwisata Thailand memang dikenal beragam, mulai dari budaya, alam, hingga
kuliner. Untuk wisata budaya, Thailand menyuguhkan destinasi seperti Wat Arun yang
merupakan salah satu kuil tertua di sana. Ada juga Grand Palace yaitu tempat disimpannya
peninggalan sejarah dan budaya Thailand.
Kemudian untuk wisata alam, pantai masih menjadi favorit. Misalnya Pantai Railay atau Koh
Phi Phi yang terkenal akan resor tepi pantai mewahnya.
Jika ingin menikmati kuliner dan wisata belanja, wisatawan juga dapat datang ke Chiang
Mai. Di sana tersedia beraneka macam makanan khas Thailand mulai dari tom yam hingga
mango sticky rice.
A. Pendapatan perkapita
Pdb Per Kapita Thailand dilaporkan sebesar 7,579.606 USD pada 2020. Rekor
ini turun dibanding sebelumnya yaitu 8,179.462 USD untuk 2019. Data Pdb Per
Kapita Thailand diperbarui tahunan, dengan rata-rata 1,569.825 USD dari 1960
sampai 2020, dengan 61 observasi. Data ini mencapai angka tertinggi sebesar
8,179.462 USD pada 2019 dan rekor terendah sebesar 100.768 USD pada 1960. Data
Pdb Per Kapita Thailand tetap berstatus aktif di CEIC dan dilaporkan oleh CEIC Data.
Data dikategorikan dalam Global Economic Monitor World Trend Plus – Table
TH.A002: SNA1993: GDP: by Expenditure: Current Price (Annual).
B. Pertumbuhan Ekonomi
Thailand menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi mereka tahun 2021. Hal ini
dipicu oleh rekor jumlah infeksi dan kematian akibat Covid-19.
Dilansir dari AFP, Sekretaris Jenderal Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial
Nasional (NESDC) Danucha Pichayanan mengumumkan bahwa mereka merevisi
pertumbuhan ekonomi menjadi antara 0,7% dan 1,2%.
Pichayanan menambahkan bahwa perkiraan baru tersebut bergantung pada harapan
kurva pandemi yang mendatar setelah kuartal ketiga, sehingga memungkinkan
pelonggaran pembatasan pada Oktober mendatang.
"Tetapi jika pandemi berlanjut dan relaksasi tidak dapat dimulai pada kuartal keempat
... pertumbuhannya bisa lebih rendah dari 0,7 persen," kata Danucha.
PDB Thailand untuk kuartal kedua naik 7,5% pada periode yang sama tahun lalu,
tanda pemulihan pertama sejak pandemi. Pertumbuhan paling terlihat di sektor
pertanian, industri dan ekspor, sementara pariwisata, yang dulunya merupakan sapi
perah Thailand, tetap lesu hingga kini.
Tahun lalu Thailand sempat mengalami kinerja setahun penuh terburuk sejak krisis
keuangan Asia 1997 dengan kontraksi ekonomi 6,1%.
Sejak awal pandemi, Thailand telah mencatat 928.314 kasus dengan 7.733 kematian,
sebagian besar terdeteksi sejak April 2021.
Negara ini telah melihat lebih dari 20.000 kasus baru dilaporkan setiap hari selama
hampir seminggu. Mereka memadati sistem perawatan kesehatan yang sudah
terbebani dan mengisi fasilitas karantina yang dikelola negara.
C. Aktivitas Perekonomian
Ekonomi Thailand bergantung pada kegiatan ekspor dengan nilai ekspor sekitar 60%
dari total Produk Domestik Bruto Thailand. Pada bulan Januari 1983, Duta Besar
Jepang untuk negara Thailand, Motoo Ogiso menyatakan bahwa Jepang menganggap
Thailand sebagai sebuah negara strategis barisan depan dalam menentang ancaman
komunisme di Asia Tenggara. Atas sebab itulah Jepang memberi bantuan lebih besar
kepada Thailand dibandingkan dengan negara-negara lain di wilayah Indochina.[1]
Ekonomi Thailand mengalami pemulihan dari Krisis Finansial Asia pada 1997-1998
setelah adanya kerja sama ekonomi dengan Amerika Serikat dan pasar asing lainnya.
Pemerintahan Thaksin Shinawatra yang mulai menjabat pada Februari 2001 dengan
maksud menstimulasi permintaan domestik dan mengurangi ketergantungan Thailand
kepada perdagangan dan investasi asing langsung. Sejak itu, manajemen
pemerintahan Thaksin telah memperbaiki pasar ekonominya dengan mengambil
ekonomi jalur ganda yang menggabungkan stimulan domestik dengan promosi
tradisional Thailand tentang pasar terbuka dan investasi asing. Ekspor yang lemah
menahan pertumbuhan produk domestik bruto pada 2001 hingga 1,9%. Namun pada
tahun 2002 hingga 2003 stimulan domestik dan kembalinya ekspor menambah
performa yang semakin baik, dengan pertumbuhan produk domestik bruto pada nilai
5,3% dan 6,3%.
Pemerintah Kerajaan Thailand menyambut investasi asing, dan investor yang bisa
memenuhi beberapa persyaratan dapat mendaftar hak investasi istimewa melalui
Dewan Investasi Thailand. Untuk menarik investasi asing lainnya, pemerintah telah
memodifikasi peraturan investasinya. Gerakan serikat buruh tetap lemah dan
terpecah-pecah di Thailand. Hanya 3% dari seluruh angkatan kerja tergabung dalam
serikat buruh. Pada tahun 2000, Undang-undang Hubungan Kerja-Perusahaan Negara
(SELRA) disahkan, hingga memberikan para pegawai sektor publik hak-hak yang
sama dengan mereka yang bekerja di sektor swasta, termasuk hak untuk bergabung
dengan serikat buruh.
Sekitar 60% dari seluruh angkatan kerja Thailand dipekerjakan di bidang pertanian.
Beras adalah hasil bumi yang paling penting. Thailand adalah eksportir besar di pasar
beras dunia. Komoditas pertanian lainnya yang dihasilkan dengan jumlah yang cukup
besar adalah ikan dan produk-produk perikanan lainnya, tapioka, karet, biji-bijian, dan
gula. Ekspor makanan jadi seperti tuna kaleng, nenas dan udang beku juga sedang
meningkat.
Jumlah dan Sebaran Penduduk Menurut data tahun 2015, penduduk Thailand
mencapai 65.104.000 jiwa. Penduduk negara Thailand sebagian besar tinggal di pedesaan
mencapai 55 % dari jumlah semua penduduk, sedangkan 45% hidup di perkotaan khusus
daerah sekitar metropolitan Bangkok.
c) Komposisi Penduduk
d) Budaya
China, India, Kamboja, Laos dan Burma. Pengaruh Agama Budha sangat tinggi
dalam kebudayaan negara Thailand. Kesenian dan arsitektur sangat dipengaruhi
kebudayaan dari Agama Budha, sedangkan karya-karya sastra mendapat pengaruh dari
budaya Hindu di India, seperti cerita Ramayana yang dalam budaya Thailand disebut
Ramakien.
E. Tingkat Pengangguran
Tingkat Pengangguran Thailand dilaporkan sebesar 1.49 % pada 2020-12. Rekor ini turun
dibanding sebelumnya yaitu 2.00 % untuk 2020-11. Data Tingkat Pengangguran Thailand
diperbarui bulanan, dengan rata-rata 1.18 % dari 2001-01 sampai 2020-12, dengan 237
observasi. Data ini mencapai angka tertinggi sebesar 5.70 % pada 2001-01 dan rekor
terendah sebesar 0.39 % pada 2012-11. Data Tingkat Pengangguran Thailand tetap
berstatus aktif di CEIC dan dilaporkan oleh CEIC Data. Data dikategorikan dalam Global
Economic Monitor World Trend Plus – Table TH.G013: Labour Force Survey: Age 15
and Over: Labour Force Status and Unemployment Rate.
\
F. Teknologi
emasuki periode revolusi ilmu pengetahuan dan teknik pada tahun-tahun awal abad
XX lalu, pertanian Thailand berpindah dari bentuk ekonomi alamiah ke ekonomi
bisnis dan memasuki perekonomian industrialisasi. Pertanian dan industri telah
berpindah ke penerapan berbagai jenis pohon baru, pupuk organik dan mesin untuk
meningkatkan produktivitas palawija. Selain itu, kualitas berbagai jenis agribisnis
semakin menjadi baik untuk kebutuhan konsumsi. Sekarang ini, hampir 100% jumlah
petani Thailand menggunakan mekanisasi dalam produksi pertanian, dari penyebaran
sampai panenan. Perusahaan-perusahaan besar seperti Mitr Phol Group-grup papan
atas di Asia dan menduduki posisi ke 4 di dunia di bidang produksi gula yang
menggunakan pesawat pengawas tanpa pilot dan gambar satelit untuk mengontrol
kualitas pohon tebu. Atau di basis peternakan ayam Betagro, suhu udara, taraf
kelembapan dan cahaya dikontrol secara akurat dalam lingkungan yang tertutup
beserta sistim pemberian pakan otomatis. Basis budidaya udang dari Perusahaan CPF
menerapkan secara akubat sistim pertukaran air untuk menghemat energi dan berhasil
memenuhi standar-standar tentang keselamatan bahan makanan. Dalam produksi
beras, penerapan pertanian 4.0 di Provinsi Kanchanaburi selama dua tahun ini telah
memberikan hasil yang sangat menggembirakan, produktivitas pohon meningkat
27%. Bapak Setapong Lekawwatana, pakar urusan perkembangan sistim agribisnis
dari Direktorat Penyuluhan Pertanian Thailand memberitahukan: “Pertanian 4.0
merupakan tema yang sangat diperhatikan oleh semua negara. Sekarang ini, kami
sedang mencoba melaksanakan proyek di Provinsi Phetchaburi dan tahun ini juga
merupakan tahun pertama kami melaksanakan digitalisasi penyuluhan pertanian
secara eksperimen, selanjutnya, kami akan terus memperluasnya ke daerah-daerah.
Selain itu, kami akan melakukan proyek-proyek eksperimen tentang penggunaan
teknologi informasi, iklim, syarat lahan, kesulitan-kesulitan dalam mencegah hama
untuk memberikan bantuan tentang waktu penyebaran dan penanaman, pengelolaan
dalam penanaman dan panenan dan lain-lain. Masalah ini juga mendapat perhatian
dari instansi-instansi yang bersangkutan”.
Bisa dikatakan, den gan kebijakan-kebijakan yang praksis dan efektif, Thailand tidak
hanya siap untuk satu pertanian 4.0, tapi juga mengarah ke pelaksanaan target
meningkatkan pendapatan perkapita kaum tani sampai 7 kali lipat selama 20 tahun
mendatang.