Anda di halaman 1dari 2

HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA - SINGAPURA

Hubungan ekonomi Indonesia - Singapura terus berkembang berkat adanya


komplementaritas kepentingan ekonomi kedua negara yang sangat besar. Indonesia memiliki
sumber daya alam dan mineral yang melimpah serta tersedianya tenaga kerja yang
kompetitif, sedangkan Singapura mempunyai keunggulan di sektor knowledge, networking,
financial resources dan technological advance. Hal ini antara lain ditandai dengan semakin
meningkatnya volume perdagangan, investasi dan pariwisata.

Produk-produk ekspor unggulan Indonesia ke Singapura antara lain komponen dan barang
elektronik, kapal dan suku cadang kapal, suku cadang pesawat, baja, petrokimia dan bahan
bahan kimia. Sementara itu, peluang yang masih dapat ditingkatkan pangsa pasarnya adalah
komponen elektronik, suku cadang kapal, bahan kimia, produk pertanian terutama sayur dan
buah-buahan, produk makanan olahan, produk perikanan, dan peralatan perhotelan.

HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA – ITALIA


Hubungan ekonomi dan perdagangan bilateral RI-Italia terus mengalami
perkembangan dan cenderung surplus di pihak Indonesia. Italia telah menjadi mitra dagang
utama Indonesia terbesar ketiga di Uni Eropa setelah Jerman dan Belanda dengan volume
perdagangan RI-Italia (2013) senilai US$ 3,82 Milyar dengan RI Surplus US$ 433 juta.
Volume perdagangan Italia Indonesia periode Januari-Juni 2014 mengalami peningkatan
sebesar 8,7%. Ekspor Italia ke Indonesia meningkat 14.2% dan Impor Italia meningkat 5.8%.
Indonesia surplus sebesar 583 juta US$, tetapi surplus ini mengalami penurunan sebesar 3,9%
dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2013 yang mencapai 607 juta US$.
Ekspor produk pertanian Indonesia dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan yang
pesat mulai dari 34% di tahun 2011 menjadi 41.5% di tahun 2012 dan 53.2% di tahun 2013.
Beragamnya komoditas produk pertanian yang telah masuk ke Italia merupakan suatu
keunggulan sehingga sangat memungkinkan untuk bisa terus ditingkatkan jumlahnya
sehingga bisa menjadi ekspor unggulan seperti kakao, teh, kopra, kelapa parut kering,
rempah-rempah (lada, cabe, pala, cengkeh, jahe, dan kunyit), kayu manis, minyak atsiri,
produk bunga-bungaan tropika, produk perikanan (ikan dan udang) dan aneka produk dari
kehutanan (produk kayu, rotan, bambu).

HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA – BRUNEI DARUSSALAM


Hubungan ekonomi, turunnya harga minyak dunia juga berpengaruh pada neraca
perdagangan antara Indonesia dan Brunei Darussalam. Indonesia sempat mengalami surplus
pada semester pertama 2015, namun kembali defisit hingga akhir 2015 karena nilai impor
Indonesia terhadap Brunei meningkat pada semester kedua. Lesunya ekonomi global juga
berimbas pada nilai perdagangan kedua negara yang menurun sebesar 360%. Penurunan total
nilai perdagangan tersebut disebabkan oleh berkurangnya jumlah impor migas dari Brunei
sebesar 476,8%. Sementara ekspor non migas Indonesia ke Brunei juga menurun
sebesar 99%. (data JPKE, Januari 2016).
Produk UMKM Indonesia yang mempunyai prospek di pasaran Brunei Darussalam antara
lain building material, perabot rumah tangga, handycraft, kertas/ATK, tekstil/garmen,
komponen otomotif, sepatu, beras, susu & krim, tepung gandum & tepung halus, tembakau
berproses, gula & madu, makanan & binatang hidup, minuman & tembakau, minyak & lemak
binatang dan sayur-sayuran. Adapun pesaing bisnis Indonesia di pasar Brunei Darussalam
adalah Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, China, India, dan Vietnam.

HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA – KAMBOJA


Hubungan Indonesia dengan Kamboja mengacu pada hubungan bilateral Kerjaan
Kamboja dan Republik Indonesia. Kamboja memiliki kedutaan besar di Jakarta, sementara
Indonesia memiliki kedutaan besar di Phnom Penh. Sejak hubungan diplomatik dirintis pada
tahun 1960-an. Indonesia selalu mendukung perdamaian dan stabilitas di Kamboja. Indonesia
menyediakan pasukan untukOtoritas Transisi PBB di Kamboja pada tahun 1992, dan pada
tahun 1999 Indonesia mendukung keanggotaan Kamboja di ASEAN. Kamboja menghargai
Indonesia yang secara konsisten telah membantu Kamboja, terutama dalam peningkatan
kapasitas.[1] Kedua negara adalah anggota Gerakan Non-Blok dan ASEAN.

HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA - THAILAND


Kerjasama Ekonomi, Perdagangan dan Investasi ,Payung utama kegiatan kerjasama
bilateral antara kedua negara adalah forum Komisi Bersama yang dibentuk setelah
ditandatanganinya Persetujuan Kerjasama Ekonomi dan Teknik RI-Thailand di tahun 1992.
Dalam pertemuan ke-6 Komisi Bersama RI-Thailand yang berlangsung pada 16-18 Januari
2008 di Petchaburi, Thailand telah dibahas beberapa permasalahan bilateral yang akan terus
dikembangkan oleh kedua negara antara lain meliputi masalah: ekonomi, perdagangan,
transportasi, pendidikan dan kebudayaan, investasi, perikanan, pariwisata, energi, kerjasama
teknik, dan kerjasama IMT-GT. Pada pertemuan Komisi Bersama RI-Thailand sebelumnya
(ke-5) di Yogyakarta pada 2003, disepakati mengubah nama The Joint Commission on
Economic and Technical Cooperation between the Republic of Indonesia and the Kingdom of
Thailand menjadi The Joint Commission between the Republic of Indonesia and the
Kingdom of Thailand.

HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA - JEPANG


Kerjasama Ekonomi, Perdagangan dan Investasi, Jepang merupakan mitra dagang
utama Indonesia yang berada di urutan pertama sebagai negara tujuan ekspor dan sebagai
sumber impor dengan total nilai perdagangan sampai dengan bulan Desember 2007 sebesar
US$30 milyar meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2006 senilai US$ 27 milyar.
Pada periode 2007, Indonesia mendapatkan surplus US$17 milyar. Sementara itu untuk tahun
2008 periode Januari-September, nilai perdagangan Indonesia-Jepang senilai US$ 32,8
milyar, dengan ekspor Indonesia senilai US$ 21,8 milyar, impor Indonesia senilai US$ 11
milyar dan Indonesia mendapatkan surplus sebesar US$ 10,87 milyar.
Terdapatnya pengakuan dari pihak Jepang bahwa investasi Jepang di kawasan Asia Tenggara,
utamanya Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Indonesia dipandang
menjadi pendorong utama bagi peningkatan investasi di kawasan Asia Tenggara.
Berdasarkan survey peringkat tujuan investasi yang diadakan JBIC, Indonesia menempati
peringkat ke 8 (delapan) pada tahun 2007 naik satu peringkat ke peringkat ke 7 (tujuh) pada
tahun 2006.

Anda mungkin juga menyukai