Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOSAFETY

ACARA 2
PENGENALAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA II

Disusun Oleh :

Nama : Widya Ningsih. Ramli

Nim : 2011201007

Hari, Tanggal : Selasa, 26 Oktober 2021

Program Studi : S1- Bioteknologi

Fakultas : Sains Dan Teknologi

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI S-1

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2021
ACARA II
PENGENALAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA II

A. TUJUAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengklasifikasikan bahan kimia B3
berdasarkan sifat kimianya dan pelabelan bahan kimia yang bersifat B3

B. LANDASAN TEORI
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan
konsentrasinya atau jumlahnya baik secara langsung ataupun tidak langsung
dapat mencemarkan lingkungan hidup. Bahan bahan ini menghasilkan suatu
sisa yang dapat merusak lingkungan hidup yang disebut Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun. Berdasarkan PP No 74 tahun 2001, Bahan Berbahaya
dan Beracun memiliki 15 sifat yaitu: Mudah meledak (explosive), Pengoksidasi
(oxidizing), Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable), Sangat
mudah menyala (highly flammable), Mudah menyala (flammable), Amat sangat
beracun (extremely toxic), Sangat beracun (highly toxic), Beracun (moderately
toxic), Berbahaya (harmful), Korosif (corrosive), Bersifat iritasi (irritant),
Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment), Karsinogenik
(carcinogenic), Teratogenic (teratogenic) dan Mutagenik (mutagenic) (Utomo,
1992 dalam Sumiarsa et al., 2019).
Bahan berbahaya dan beracun memiliki dampak yang sangat buruk
bagi lingkungan seperti merusak terumbu karang, mencemari udara, dan juga
air (Ginting 2002 dalam Sumiarsa et al., 2019). Selain berdampak kepada
lingkungan, Bahan Berbahaya dan Beracun juga memberikan dampak yang
buruk kepada manusia secara langsung (akibat ledakan, kebakaran, reaktif,
korosif) maupun tidak langsung (toksik akut dan krosis). Limbah B3 masuk ke
lingkungan melalui media air, tanah, udara, dan biota yang mempengaruhi
secara kontinyu dan tidak kontinyu, bertahap dan seketika, teratur dan tidak
teratur. Limbah B3 meracuni mahluk hidup melalui rantai makanan sehingga
menyebabkan organisme (tumbuhan, hewan, dan manusia) terpapar oleh zat-zat
beracun (Putra et al., 2019).
Bahan kimia Oksidator adalah bahan kimia yang mungkin tidak muda
terbakar tapi dapat menimbulkan kebakaran, ini dikarenakan sifat bahan kimia
ini yang dapat menghasilkan oksigen yang merupakan salah satu syarat
terjadinya api oksigen, bahan bakar, panas. Bahan ini dapat memberikan
oksigen pada suatu reaksi meskipun tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator
memerlukan panas untuk menghasilkan oksigen, sedangkan pada bahan lainnya
dapat menghasilkan oksigen pada suhu kamar. Sedangkan bahan yang mudah
bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau
gas beracun dan korosif serta eksplosif. Bahan-bahan ini adalah alkai-alkali atau
senyawa-senyawa alkali. Misal: kalium klorat (KclO3), kalium 42ermanganate
(KmnO4) (Utomo Suratmin, 2012).
C. METODOLOGI
1. Bahan
Bahan kimia B3 yang di gunakan pada praktikum kali ini yaitu bahan
yang bersifat oksidator (asam sulfat, asam nitrat, dan hydrogen
peroksida) dan reaktif terhadap asam (asam kromat, kalium klorat dan
logam oksida.
2. Cara kerja
Lakukan pengklasifikasi berdasarkan sifatnya, kemudian berikan
minimal lima contoh bahan kimia berdasarkan sifat kimianya. Setelah
itu, catat hasil identifikasi tersebut.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas tentang klasifikasi bahan kimia B3
berdasarkan sifat kimianya dan pelabelan bahan kimia yang bersifat B3. Untuk
bahan kimia yang di pilih yaitu bahan kimia yang bersifat oksidator dan reaktif
terhadap asam. Untuk bahan kimia yang bersifat oksidator terdapat tiga yaitu
asam sulfat, asam nitrat, dan hydrogen peroksida. Sedangkan untuk bahan kimia
yang reaktif terhadap asam terdapat tiga yaitu asam kromat, kalium klorat, dan
logam oksida.
Asam sulfat/ H2SO4 merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat.
Zat ini larut dalam air pada seluruh perbandingan. Asam sulfat mempunyai
banyak kegunaan dan merupakan aib satu produk utama industri kimia. Reaksi
hidrasi asam sulfat sangatlah eksotermik. Selalu tambahkan asam ke dalam air
daripada air ke dalam asam. Air mempunyai massa jenis yang lebih rendah
daripada asam sulfat dan cenderung mengapung di atasnya, sehingga apabila air
ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, dia akan dapat mendidih dan bereaksi
dengan keras. Karena hidrasi asam sulfat secara termodinamika difavoritkan,
asam sulfat adalah zat pendehidrasi yang sangat tidak memihak dan dipakai sbg
mengeringkan buah-buahan. Afinitas asam sulfat terhadap air cukuplah kuat
sedemikiannya dia akan memisahkan atom hidrogen dan oksigen dari suatu
senyawa. Sbg contoh, mencampurkan pati (C6H12O6)n dengan asam sulfat
pekat akan menghasilkan karbon dan air yang terserap dalam asam sulfat (yang
akan mengencerkan asam sulfat): (C6H12O6)n → 6n C + 6n H2O. Efek ini
dapat diamankan ketika asam sulfat pekat diteteskan ke permukaan kertas.
Selulosa bereaksi dengan asam sulfat dan menghasilkan karbon yang akan
terlihat seperti efek pembakaran kertas. Reaksi yang lebih dramatis terjadi
apabila asam sulfat ditambahkan ke dalam satu sendok teh gula. Seketika
ditambahkan, gula tersebut akan menjadi karbon berpori-pori yang
mengembang dan mengeluarkan aroma seperti karamel. Bahaya yang di
timbulkan jika terpapar asam sulfat yaitu akan menimbulkan iritasi yang parah
jika terkena jaringan tubuh, jika tertelan bahan kimia ini bisa membakar mulut
dan tenggorokan, merusak lambung, dan bahkan menimbulkan kematian.
Asam nitrat adalah larutan asam kuat yang mempunyai nilai pKa
sebesar -2. Di dalam cairan, asam ini terdisosiasi dijadikan ion-ionnya, yaitu ion
nitrat NO3− dan ion hidronium (H3O+). Klasifikasi nya yaitu Asam nitrat
murni (100%) merupakan cairan tak berwarna dengan berat jenis 1.522 kg/m³.
Dia membeku pada suhu -42 °C, membentuk kristal-kristal putih, dan mendidih
pada 83 °C. Ketika mendidih pada suhu kamar, terdapat dekomposisi
(penguraian) sebagian dengan pembentukan nitrogen dioksida sesudah reaksi:
4HNO3 → 2H2O + 4NO2 + O2 (72 °C) yang artiannya bahwa asam nitrat
anhidrat sebaiknya disimpan di bawah 0 °C untuk menghindari penguraian.
Nitrogen dioksida (NO2) tetap larut dalam asam nitrat yang membuatnya
berwarna kuning, atau merah pada suhu yang bertambah tinggi. Manakala asam
murni cenderung mengeluarkan asap putih ketika terpapar ke udara, asam
dengan nitrogen dioksida terlarut mengeluarkan uap berwarna coklat kemerah-
merahan, yang membuatnya dijuluki "asam berasap merah" atau "asam nitrat
berasap". Asam nitrat berasap juga dirujuk sebagai asam nitrat 16 molar (bentuk
paling pekat asam nitrat pada temperatur dan tekanan standar). Asam nitrat
bercampur dengan cairan dalam berbagai proporsi dan distilasi menghasilkan
azeotrop dengan konsentrasi 68% HNO3 dan titik didih 120,5 °C pada 1 atm.
Terdapat dua hidrat padat yang dikenali, yaitu monohidrat (HNO3·H2O) dan
trihidrat (HNO3·3H2O). Nitrogen oksida (NOx) larut dalam asam nitrat dan
sifat ini memengaruhi semua sifat fisik asam nitrat yang tergantung pada
konsentrasi oksida (seperti tekanan uap di atas cair, suhu didih, dan warna yang
diterangkan di atas). Peningkatan konsentrasi asam nitrat dipengaruhi oleh
dekomposisi termal maupun cahaya, dan hal ini bisa menimbulkan sejumlah
variasi yang tak bisa diabaikan pada tekanan uap di atas cairan karena nitrogen
oksida yang dihasilkan akan terlarut sebagian atau sepenuhnya di dalam asam.
Adapun bahaya yang di timbulkan jika terkena paparan asam nitrat yaitu dapat
menyebabkan iritasi pada mata, jika mata tidak sengaja terpapar zat ini segera
bilas dengan air bersih, namun bila iritasi mata tak kunjung mereda atau
semakin parah segera periksa diri ke dokter. Selain itu amonium nitrat juga bisa
menyebabkan iritasi kulit. Kondisi ini umumnya ditandai dengan kulit yang
terasa perih atau panas dan tampak kemerahan. Segera bilas dengan air mengalir
hingga bersih bila kulit Anda terpapar amonium nitrat. Menghirup amonium
nitrat secara tidak sengaja dapat menyebabkan iritasi pada hidung, tenggorokan,
dan paru-paru. Bila tertelan, amonium nitrat bisa menyebabkan gejala
keracunan, seperti mual, muntah, sakit kepala, lemas, hingga pingsan. Paparan
amonium nitrat dalam jumlah banyak bisa menyebabkan terjadinya kelainan
darah yang disebut methemoglobinemia. Kondisi ini membuat oksigen di dalam
darah berkurang dan menimbulkan gejala berupa sakit kepala, pusing, serta
kulit dan bibir tampak kebiruan. Selain beberapa kondisi di atas, amonium nitrat
juga bisa menyebabkan luka dan cedera parah bila zat tersebut sampai meledak
akibat cara penyimpanan yang tidak benar. Hal ini dikarenakan amonium nitrat
memiliki sifat mudah terbakar jika terpapar suhu panas.
Hydrogen peroksida (H2O2) merupakan bahan kimia anorganik yang
memiliki sifat oksidator kuat. H2O2 tidak berwarna dan memiliki bau yang khas
agak keasaman. H2O2 larut dengan sangat baik dalam air. Dalam kondisi normal
hydrogen peroksida sangat stabil, dengan laju dekomposisi yang sangat rendah.
Pada saat mengalami dekomposisi hydrogen peroksida terurai menjadi air dan
gas oksigen, dengan mengikuti reaksi ekosistem H2O2 → O2 + H2O2 + kalor
(panas). Bahan baku pembuatan hydrogen peroksida adalah gas hydrogen (H 2)
dan gas oksigen (O2). Bahaya yang di timbulkan jika terpapar yaitu jika terhirup
terlalu banyak dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan, batuk, sesak
napas, hingga pembekakan paru-paru.
Dalam ilmu kimia, Asam Kromat adalah sebuah senyawa kromium (Cr).
Senyawa ini memiliki rumus kimia H2CrO4. Senyawa ini belum pernah diisolasi
dalam bentuk murninya. Basa konjugat dari asam ini adalah ion kromat dan
dikromat, yang dapat membentuk beberapa garam (misalnya kalium dikromat,
K2Cr2O7). Anhidrida dari asam kromat adalah kromium trioksida, atau disebut
juga kromium (VI) oksida, CrO3. Pada asam kromat, dikromat ataupun semua
turunannya, atom kromium mempunyai bilangan oksidasi +6. Larutan asam
kromat dibuat dengan cara mengasamkan larutan yang mengandung ion kromat
atau dikromat. Larutan ini bersifat oksidator kuat, berwarna merah kecoklatan,
jingga atau kuning tergantung konsentrasi kromium (VI).Asam kromat memiliki
rumus kimia CrH2O4, dengan masa molar 118,01 g.mol-1 , penampilan kristal
merah gelap, densitas 1,201 g cm-3 , titik lebur 197o C, titik didih 250 o
C
(terkomposisi), kelarutan dalam air 169 g/100 mL dan keasaman (pK a) 0,8 to
1,6. Bahaya yang di timbulkan jika terkena zat kimia ini yaitu jika kontak terlalu
lama dapat mengakibatkan luka bakar pada kulit, iritasi pernapasan, dan
peradangan mata.
Secara kimia kalium klorat adalah suatu senyawa yang mengandung
Kalium, Klorida dan Oksigen dengan rumus molekul KClO 3 , mempunyai berat
molekul 122,6, titik leleh 370 C dan berat jenis 2,34 gcm, 3 titik didih 400 C dan
titik nyala 400 C. Dalam bentuk murni kalium klorat berupa kristal monoklinik
berwarna putih dan digolongkan dalam senyawa oksidator kuat. Kalium klorat
sedikit larut dalam air dingin dan segera larut dalam air panas, tetapi tidak larut
dalam alkohol Kohler and Meyer, 1993. Kalium klorat sangat reaktif dan peka
terhadap panas yang apabila diberi panas akan terurai menjadi kalium klorida
dan gas oksigen. 2 KClO 3 2 KCl + 3 O 2 Kalium klorat juga dapat bereaksi
dengan beberapa logam tertentu dalam fase padat serbuk halus sambil
melepaskan energi, yaitu antara lain dengan logam aluminium, magnesium dan
logam-logam yang segolongan dengannya. Bahaya kalium klorat yaitu jika
kontak dengan bahaya lainnya dapat menyebabkan kebakaran, dapat
menyebabkan iritasi mata, kulit, saluran pernafasan, jika tertelan dapat
menyebabkan iritasi saluran pencernaan, kerusakan ginjal.
Dalam kimia, sebuah logam atau metal merupakan sebuah unsur kimia
yang siap membentuk ion (kation) dan memiliki ikatan logam, dan kadangkala
dituturkan bahwa dia mirip dengan kation di awan electron. Logam memiliki
sifat kimia yaitu logam biasanya cenderung bagi membentuk kation dengan
menghilangkan elektronnya, selanjutnya bereaksi dengan oksigen di udara bagi
membentuk oksida basa. Contohnya: 4 Na + O2 → 2 Na2O (natrium oksida), 2
Ca + O2 → 2 CaO (kalsium oksida), 4 Al + 3 O2 → 2 Al2O3 (aluminium
oksida). Logam-logam transisi seperti besi, tembaga, seng, dan nikel,
membutuhkan waktu semakin lama bagi teroksidasi. Lainnya, seperti palladium,
platinum dan emas, tidak bereaksi dengan udara sama sekali. Sebagian logam
seperti aluminium, magnesium, sebagian jenis baja, dan titanium memiliki
semacam "pelindung" di anggota paling luarnya, sehingga tidak dapar dimasuki
oleh molekul oksigen. Anggota pengecatan, anodisasi atau plating pada logam
biasanya merupakan langkah-langkah terbaik bagi mencegah korosi.
Pada pasal 1 dalam peraturan mentri lingkungan hidup tentang symbol
dan label limbah bahan berbahaya dan beracun, pelabelan limbah B3 adalah
proses penandaan atau pemberian yang di letakan atau di bubuhkan ke kemasan
langsung dari suatu limbah B3. Pelabelan bahan kimia B3 berfungsi untuk
memberikan informasi dasar mengenai kondisi kualitatif dan kondisi kuantitatif
yang di kemas. Terdapat tiga jenis pelabelan limbah B3 yaitu Pelabelan menurut
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Nomor: Kep-
05/BAPEDAL/09/1995 tentang symbol dan label bahan berbahaya dan beracun:
Label identidas limbah: berfungsi untuk memberikan informasi tentang
asal usul limbah, identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam suatu kemasan
limbah B3. Label identitas limbah berukuran minimum 15 cm x 20 cm atau
lebih besar, dengan warna dasar kuning dan tulisan serta garis tepi berwarna
hitam, dan tulisan “ PERINGATAN ! ” dengan hruruf yang lebuh besar berwarna
merah diisi dengan huruf cetak dengan jelas di terbaca dan tidak mudah terhapus
serta di pasang pada setiap kemasan limbah B3 yang di simpan di tempat
penyimpanan, dengan mencantumkan: nama dan alamat penghasil, jumlah dan
jenis limbah, serta tanggal pengisian. Label identitas di pasang pada kemasan di
sebelah atas symbol dan harus terlihat dengan jelas.
Label untuk penandaan kemasan kosong : bentuk dasar label sama
dengan symbol dengan ukuran sisi minimal 10 x 10 cm2 dan tulisan “ KOSONG
“ berwarna hitam di tengahnya. Label harus di pasang pada kemasan bekas
pengemasan limbah B3 yang telah di kosongkan dan atau akan di gunakan untuk
mengemas limbah B3.
Label petunjunk tutup kemasan : berukuran minimal 7 x 15 cm2
dengan warna dasar putih dan warna gambar hitam. Gambar terdapat dalam
frame hitam, terdiri dari 2 buah anak panah mengarah keatas yang berdiri sejajar
di atas balok hitam. Label terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak karena
goresan atau akibat terkena limbah dan bahan kimia lainnya. Label di pasang
dekat tutup kemasan dengan arah panah menunjukan posisi tutup kemasan.
Label harus terpasang kuat pada setiap kemasan limbah B3, baik yang telah diisi
limbah B3, maupun kemasan yang akan di gunakan untuk mengemas limbah B3.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan di atas dapat di simpulkan :
1. Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun memberikan dampak yang buruk
kepada manusia secara langsung (akibat ledakan, kebakaran, reaktif,
korosif).
2. Pelabelan bahan kimia B3 berfungsi untuk memberikan informasi dasar
mengenai kondisi kualitatif dan kondisi kuantitatif yang di kemas.
F. DAFTAR PUSTAKA
Arumdani, Intan Sekar, Sulistiyani, Tri Joko. 2021. Evalution Medical
Waste Handling Of Hazardous And Toxic Materials At “X”
Educational Hospital In Semarang. The International Journal Of
Health, Education And Social. 4(4): 19-31.
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Nomor :
Kep-05/BAPEDAL/09/1995 Tentang Symbol Dan Label Bahan
Berbahaya Dan Beracun.
Putra, Terry Irwansyah, Nanik Setyowati, Enggar Apryanto. 2019.
Identifikasi Jenis Dan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun Rumah Tangga: Studi Kasus Kelurahan Pasar Tais
Kecamatan Seluma Kabupaten Seluma. Jurnal Penelitian
Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan, 8 (2): 49-61.
Sumiarsa, Dadan, Rani Maharani, Achmad Zainuddin. 2019. Sosialisasi
Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Di Desa Cileles Jatinangor,
Sumedang, Jawa Barat. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4
(6):145-146.
Utomo, Suratmin. 2012. Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Dan
Keberadaannya Di Dalam Limbah. Konversi. 1 (1): 37-46.
Wiranatha, I Gede Pandu, I Gusti Ayu Made Aryasih, Dewa Ayu Agustini
Posmaningsih. 2014. Pengaruh Lama Kontak Hidrogen Peroksida
Terhadap Keluh Subyektif Pengrajin Lontar. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 4 (1): 61-69.

Anda mungkin juga menyukai