Anda di halaman 1dari 87

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN GADAI EMAS UNTUK

MENGOPTIMALKAN PENCAPAIAN LABA PERUSAHAAN


(Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada)

GELADIKARYA

Oleh :
WAZIRUDDIN
NIM : 097007019

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERSETUJUAN GELADIKARYA

Judul Geladikarya : ANALISIS STRATEGI PEMASARAN GADAI EMAS


UNTUK MENGOPTIMALKAN PENCAPAIAN LABA
PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Bank Syariah
Mandiri Cabang Medan Gajah Mada)

Nama : Waziruddin

NIM : 097007019

Program Studi : Magister Manajemen

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Rismayani, SE., M.Si


Ketua

Dr. Ir. Zahri Zein, M.Sc


Anggota

Ketua Program Studi Direktur


Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc
NIP: 195011061978021001 NIP: 19651101199103100

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Geladikarya yang berjudul :

Analisis Strategi Pemasaran Gadai Emas Untuk Mengoptimalkan

Pencapaian Laba Perusahaan (Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri

Cabang Medan Gajah Mada)

Adalah benar hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya, judul yang

dimaksud belum pernah dimuat atau dipublikasikan. Semua sumber data dan

informasi yang dipergunakan telah dinyatakan secara jelas.

Medan, Maret 2014

Waziruddin

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RINGKASAN EKSEKUTIF

Terjadinya penyimpangan/penyalahgunaan tujuan gadai untuk investasi


menyebabkan melonjaknya pembiayaan gadai di Bank Syariah maupun
pegadaian. Harga pasar emas dunia tidak stabil dan mulai menurun di pasar
internasional, menyebabkan tingginya resiko nasabah gadai menunggak. Hal ini
disikapi Bank Indonesia, sebagai regulator perbankan dengan melakukan audit
khusus terhadap operasional, ketentuan dan peraturan KLG yang beroperasi dan
membekukan seluruh transaksi gadai di Perbankan Syariah termasuk Bank
Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada selama kurun waktu Desember
2011-2012. Berdasarkan data Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada
setelah beroperasi kembali selama lima bulan (April-September 2012) terlihat
penurunan nasabah gadai yang sangat signifikan. Jika kondisi ini tidak disikapi
dengan cermat, Kantor Pusat Bank Syariah Mandiri akan melakukan penutupan
terhadap KLG yang dianggap kurang produktif. Tentunya hal itu akan sangat
mempengaruhi perolehan laba Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada.
Berdasarkan hal diatas, permasalahan yang akan diteliti pada geladikarya
ini, adalah menurunnya jumlah nasabah gadai emas sejak bulan Desember 2011
yang berakibat pada menurunnya pendapatan perusahaan dari sector gadai emas.
Untuk itu dari penelitian ini akan mencari faktor-faktor yang menyebabkan
menurunnya jumlah nasabah gadai emas baik faktor internal maupun faktor
eksternal dan strategi yang harus ditempuh untuk meningkatkan minat para
nasabah dalam melakukan gadai emas pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan
Gajah Mada.
Berdasarkan analisis SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi
pemasaran dalam menghadapi persaingan yang tepat yaitu strategi S-O :
mempertahankan biaya transaksi yang wajar sebagai kekuatan bank syariah
mandiri agar bisa dekat dengan masyarakat, meningkatkan ragam jasa yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, meningkatkan teknologi untuk menyesuaikan
perkembangan teknologi yang semakin canggih. Strategi ST : mempertahankan
system transaksi bank syariah mandiri sebagai kekuatan untuk bersaing dengan
bank syariah lain, bank konvensional maupun perusahaan gadai emas,

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
meningkatkan pelayanan terhadap nasabah bank syariah mandiri, menerapkan
pemasaran jemput bola untuk bersaing dengan bank konvensional maupun
perusahaan gadai emas yang agresif. Strategi W-O : menciptakan produk baru
yang mengikuti selera pasar, menambah fasilitas agar mampu melayani nasabah
dengan efektif dan efisien. Dan Strategi W-T : menambah fasilitas bank syariah
mandiri untuk menghadapi persaingan, meningkatkan teknologi informasi untuk
mengantisipasi persaingan. Berkaitan dengan kondisi internal perusahaan, baik
berupa kekuatan maupun kelemahan, dikaitkan dengan kondisi eksternal lembaga
yang berupa peluang dan tantangan Bank Syariah Mandiri produk gadai emas
dalam upaya mempertahankan eksistensinya dan meningkatkan kualitas perlu
meramu keempat aspek tersebut dengan cara yang seefektif dan seefisien
mungkin. Untuk itu Bank Syariah Mandiri diharapkan melakukan serangkaian
pembenahan agar dapat tetap eksis dalam menghadapi persaingan produk gadai
emas khususnya di Kota Medan dan umumnya di Sumatera secara terpadu.

Kata kunci: Gadai emas, SWOT, Perbankan Syariah, Bank Syariah Mandiri.

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP

Waziruddin, lahir di Palembang tanggal 6 Mei 1966, anak ke dua dari


empat bersaudara dari ayah Abdulhay Rahman, dan ibu Aisyah. Menikah dengan
Hanifah Kurniati dan telah dikaruniai tiga orang anak, Yasmin Nurzirani, Harits
Abdurrahman dan Nasywa Syarifah Azzahra.

Riwayat Pendidikan

SD Negeri 5 Palembang Tamat Tahun 1979


SMP Negeri 1 Palembang Tamat Tahun 1982
SMA Negeri 1 Palembang Tamat Tahun 1985
UNPAD Fakultas ISIP Tamat Tahun 1990

Riwayat Pekerjaan

- Tahun 1991 - 2002, bekerja di PT. Bank Swansarindo Internasional,


Kantor Pusat Jakarta
- Tahun 2002 – sekarang bekerja di PT. Bank Syariah Mandiri, Kantor
Pusat Jakarta

Medan, Maret 2014


Peneliti,

Waziruddin

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis atas berkat dan rahmat Allah S.W.T, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Geladikarya ini dengan judul : “ANALISIS STRATEGI

PEMASARAN GADAI EMAS UNTUK MENGOPTIMALKAN

PENCAPAIAN LABA PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Bank Syariah

Mandiri Cabang Medan Gajah Mada) ”.

Geladikarya ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan

program studi Magister Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera

Utara Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Program Studi

Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT, selaku Sekretaris Program Studi Magister

Manajemen Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE., M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Dr. Ir. Zahri Zein, MSc selaku Anggota Komisi Pembimbing.

5. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Magister Manajemen Universitas

Sumatera Utara.

6. Staf akademik di Program Studi Magister Manajemen Universitas

Sumatera Utara.

7. Keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat tiada henti.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8. Pimpinan dan Staf Bank Syariah Mandiri Medan.

Akhirnya penulis menyadari bahwa Geladikarya ini masih banyak

memiliki kekurangan dan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat konstruktif dari semua pihak untuk kesempurnaan laporan ini.

Medan, Maret 2014

Waziruddin

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN GELADIKARYA ...................................................i

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................ii

RINGKASAN EKSEKUTIF ..............................................................................iii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang ................……………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah ..……………………………………………. 4

1.3 Tujuan Penelitian ...................…………………………………. 5

1.4 Manfaat Penelitian............……………………………………... 5

1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian……………………….. 6

BAB II. LANDASAN TEORI……..……………………………………...... 7

2.1 Teori tentang Jasa ….………………………………………….. 7

2.1.1 Pengertian Jasa ………………...........................................7

2.1.2 Karakteristik Jasa …………..……………………………. 8

2.1.3 Klarifikasi Jasa ………………………………………….. 9

2.2 Manajemen Pemasaran..……. ..............……………………..... 12

2.2.1 Pengertian Jasa ………………..........................................12

2.2.2 Konsep Pemasaran…………….........................................14

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2.3 Manajemen Strategi dan Strategi Pemasaran …………....14

2.2.4 Marketing Mix……………………………...…………....15

2.2.5 Pasar Sasaran, Positioning, Dan Segmentasi ….………...19

2.3 Perbankan Syariah …………………………………………… 19

2.3.1 Sejarah ……….………………..........................................20

2.3.2 Prinsip Perbankan Syariah …............................................21

2.3.3 Produk Perbankan Syariah …............................................22

2.3.4 Tantangan Pengelolaan Dana ............................................26

2.4 Analisis SWOT ……………………………………………….. 28

2.4.1 Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT……………….......28

2.4.2 Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT …........................30

BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL ...............................…………........ 34

BAB IV. METODE PENELITIAN ……................................…………........ 36

4.1 Metode Penelitian………………………………………………36

4.2 Jenis dan Sumber Data ……………………………………….. 36

4.3 Metode Pengumpulan Data ……………………………………36

4.4 Populasi dan Sampel ……………………………………....... 37

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data....................................... 39

4.5.1 Analisis Deskriptif ............................................................ 39

4.4.2 Analisis Uji Validitas dan Realiabilitas............................. 39

4.4.3 Variabel Penelitian ………………………....................... 40

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................... 40

BAB V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ……..………………….. 41

5.1 Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri .........…………………41

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.1.1 Visi, Misi dan Shared Values ……................................... 44

5.1.2 Budaya Kerja ………………………................................ 45

5.1.3 Gambaran Kerja Karyawan ………................................ 46

5.1.4 Gambaran Penilaian (Performance Appraisal Report)

BSM................................................................................... 48

5.2 Struktur Organisasi Perusahaan…………………………………50

BAB VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……….…..………………….. 51

6.1 Karakteristik Responden …………….………………………… 51

6.1.1 Jenis Kelamin ………………..…………………………..51

6.1.2 Kategori Usia Responden ………………………………..52

6.1.3 Jenis Pekerjaan …………………………………………..53

6.2 Pembahasan Hasil Penelitian ………..………………………… 54

6.2.1 Strategi Persaingan Bank Syariah Mandiri Produk Gadai

Emas Terhadap Bank Syariah Lain, Bank Konvensional

Dan Perusahaan Gadai Emas.............................................54

6.3 Arah Pengembangan dan Strategi ………………………………69

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN….............................…………........ 71

7.1 Kesimpulan…….……………...…………………………………71

7.2 Saran …………………………………………………………….71

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 73

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1.1 Ketentuan Pembiayaan Gadai Bank Syariah Mandiri Sebelum dan

Sesudah Revisi Bank Indonesia.…………………………………... 3

Tabel 2.1 Perbedaan Barang dan Jasa ………………..……………... .……… 9

Tabel 2.2 Tingkat Interaksi dan Kekhususan Jasa …………..………………... 10

Tabel 2.3 Skoring Analisis SWOT ………………... ………….………………..31

Tabel 4.1 Daftar Tabel Pengambilan Sampel Kreijie ………….………………..38

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian ………………………….………………..40

Tabel 6.1 Matriks EFE Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas ..…………..62

Tabel 6.2 Matriks IFE Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas …………….63

Tabel 6.3 Analisis Matriks SWOT Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas ..68

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Kuadran Hitung Hasil Analisis SWOT …..…….………………….32

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ……………….………………….35

Gambar 5.1 Struktur Organisasi perusahaan …..…….……….…………………50

Gambar 4.1 Chart Jenis Kelamin Responden………......….…….………………52

Gambar 4.2 Chart Tingkat Usia Responden…………....….…….………………52

Gambar 4.3 Chart Jenis Pekerjaan Responden ……....….………...…………….53

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank Syariah Mandiri (BSM) mulai beroperasi sejak tanggal 1 Nopember

1999 berdasarkan prinsip bagi hasil (revenue sharing) dengan pemegang saham

mayoritas Bank Mandiri. BSM telah menetapkan 10 (sepuluh) prioritas kerja

utama sebagai pedoman program kerja tahun 2009 yang tercantum dalam

Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun 2009. Salah satu dari prioritas kerja utama

dimaksud adalah: “Mengembangkan pembiayaan dengan hati-hati sekurang-

kurangnya Rp. 3,43 triliun dengan fokus utama UMKM, sehingga porsi

pembiayaan UMKM menjadi 58%, pembiayaan korporasi maksimal 42% dengan

rasio FDR<91,93% dan membangun bisnis rahn dengan sebaik-baiknya untuk

mencapai portofolio minimal Rp 60 milyar”.

Bank syariah dapat melaksanakan bisnis gadai karena memiliki dasar

hukum yang memadai, a.l: Al Qur’an; Hadits; Undang-undang, Peraturan Bank

Indonesia dan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional. Pada tanggal 16 Maret 2009,

potensi pasar gadai cukup besar untuk menjadi produk pembiayaan. BSM

mengembangkan produk gadai dan membuka Konter Layanan Gadai (KLG).

Konter ini melayani transaksi gadai emas untuk memenuhi kebutuhan mendesak

nasabah dengan cara yang sederhana, cepat dan murah. Per 30 Oktober 2012,

BSM memiliki 360 KLG yang tersebar di seluruh Indonesia.

KLG Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada mulai beroperasi

pada tanggal 01 Mei 2011. Per 31 Desember 2011, KLG Medan Gajah Mada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


membukukan Omzet sebesar Rp. 25 Milyar, outstanding sebesar Rp. 3,2 Milyar

dan perolehan fee based income sebesar Rp. 750 Juta.

Terjadinya penyimpangan/penyelahgunaan tujuan gadai untuk investasi

menyebabkan melonjaknya pembiayaan gadai di Bank Syariah maupun

pegadaian. Harga pasar emas dunia tidak stabil dan mulai menurun di pasar

internasional, menyebabkan tingginya resiko nasabah gadai menunggak. Hal ini

disikapi Bank Indonesia, sebagai regulator perbankan dengan melakukan audit

khusus terhadap operasional, ketentuan dan peraturan KLG yang beroperasi dan

membekukan seluruh transaksi gadai di Perbankan Syariah termasuk Bank

Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada selama kurun waktu Desember

2011-2012.

KLG Medan Gajah Mada mulai beroperasi kembali pada tanggal 09 April

2012 setelah memperoleh izin BI dan melakukan pembenahan agar sesuai dengan

ketentuan dan peraturan yang ditetapkan BI.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 1.1 Ketentuan Pembiayaan Gadai Bank Syariah Mandiri Sebelum dan
Sesudah Revisi Bank Indonesia
No Sebelum Revisi Sesudah Revisi

1 Maksimum pembiayaan gadai 93% Maksimum pembiayaan gadai 90%


dari taksiran untuk emas Antam dari taksiran untuk emas Antam dan
dan 90% untuk non Antam 85% untuk non Antam

2 Harga dasar emas BSM mengacu Harga dasar emas BSM mengacu
terhadap Harga Tengah antara terhadap Harga Tengah Bank
Harga jual dan harga beli antam Indonesia (HTBI) dan maksimum
pembiayaan 80% dari HTBI.

3 Biaya titip emas berasal dari Biaya titip emas berasal dari taksiran
pembiayaan nasabah emas, bukan dari pembiayaan nasabah

4 Besarnya pembiayaan gadai tidak Besarnya pembiayaan gadai


terbatas selama jumlah agunan maksimum RP. 250.000.000,- untuk
emas sesuai dengan besarnya satu orang nasabah.
pembiayaan gadai

Sumber: Data Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada Tahun 2012

Berdasarkan data Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada

setelah beroperasi kembali selama lima bulan (April-September 2012) terlihat

penurunan nasabah gadai yang sangat signifikan. Selama bulan Mei – Nopember

2011 KLG Medan Gajah Mada mengalami pertumbuhan yang signifikan dan

pengalami penurunan yang drastis pada bulan Desember 2011 sampai dengan

Maret 2012 dan menjadi stagnan (cenderung konstan) hingga saat ini. Kondisi ini

sangat berbanding terbalik dengan pegadaian sebagai kompetitor Bank Syariah

Mandiri. Pegadaian mengalami pertumbuhan sebesar 125%. Pada bulan Agustus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tahun 2012, pegadaian mengalami lonjakan pertumbuhan yang cukup tinggi yang

disebabkan pada bulan tertentu banyak umat Muslim menggadaikan emasnya

untuk keperluan hari raya.

Jika kondisi ini tidak disikapi dengan cermat, Kantor Pusat Bank Syariah

Mandiri akan melakukan penutupan terhadap KLG yang dianggap kurang

produktif. Tentunya hal itu akan sangat mempengaruhi perolehan laba Bank

Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada. Untuk itu, penelitian ini perlu

dilakukan untuk mencari root cause dan menemukan solusi terhadap

permasalahan diatas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan dimuka, permasalahan

yang akan diteliti pada geladikarya ini, adalah menurunnya jumlah nasabah gadai

emas sejak bulan Desember 2011 yang berakibat pada menurunnya pendapatan

perusahaan dari sector gadai emas. Untuk itu dari penelitian ini akan cari berbagai

hal yang berkaitan dengan permasalahan tersebut, antara lain :

a. Faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya jumlah nasabah gadai emas

paik faktor internal maupun faktor eksternal pada Bank Syariah Mandiri

Cabang Medan Gajah Mada.

b. Apa saja strategi yang harus ditempuh untuk meningkatkan minat para

nasabah dalam melakukan gadai emas pada Bank Syariah Mandiri Cabang

Medan Gajah Mada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian geladikarya ini adalah:

a. Menganalisa faktor-faktor internal dan eksternal yang menyebabkan

menurunnya jumlah nasabah gadai emas Bank Syariah Mandiri Cabang

Medan Gajah Mada.

b. Merumuskan strategi dan kebijakan-kebijakan yang tepat dalam upaya

perbaikan untuk meningkatkan minat para nasabah dalam melakukan

gadai emas pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada.

1.4 Manfaat Penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian, manfaat penelitian yang diharapkan dari

penulisan geladikarya ini adalah :

a. Bagi Perusahaan, penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangan dalam

perbaikan dan memperkuat kebijakan yang akan diterapkan Bank Syariah

Mandiri Cabang Medan Gajah Mada.

b. Bagi program Magister Manajemen (MM) USU, sebagai bahan referensi

penelitian lebih lanjut yang terkait dengan masalah pengembangan strategi

- strategi dan kebijakan yang di butuhkan oleh dunia usaha

c. Bagi penulis, penelitian ini menambah wawasan dan mengaplikasi teori-

teori tentang strategi pemasaran dan dapat mengaplikasikan ilmu

pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

Dalam geladikarya ini penulis memberikan batasan:

a. Penelitian terbatas pada kebijakan-kebijakan apa yang selama ini telah

diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada.

b. Para nasabah baik yang perorangan maupun perusahaan yang pernah

menjadi nasabah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada

merupakan populasi dalam penelitian ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
LANDASAN TOERI

2.1 Teori Tentang Jasa

2.1.1 Pengertian Jasa

Jasa merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari

satu pihak kepihak yang lain. Pada umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi

secara bersamaan, dimana interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa

mempengaruhi hasil jasa tersebut. Aspek suatu industri jasa tergantung pada

sejauh mana perusahaan mampu mengelola ketiga aspek berikut:

1. Janji perusahaan mengenai jasa yang akan disampaikan kepada pelanggan.

2. kemampuan perusahaan untuk membuat karyawan mampu memenuhi janji

tersebut.

3. Kemampuan karyawan menyampaikan janji tersebut kepada pelanggan.

Jasa merupakan suatu pendefinisian yang rumit (complicated), dan kata jasa

tersebut banyak sekali yang mengartikannya mulai dari yang mengartikan

pelayanan personal sampai kepada jasa diartikan sebagai suatu produk, beberapa

ahli pemasaran mengartikan definisi jasa diantaranya sebagai berikut : (Gronroos,

2007). Kata jasa mempunyai banyak arti dan ruang lingkup, dari pengertian yang

paling sederhana, yaitu hanya berupa pelayanan dari seseorang kepada orang lain,

baik yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat, yang hanya dirasakan

sampai kepada fasilitas-fasilitas pendukung yang harus tersedia dalam penjualan

jasa dan benda-benda lainya. Jasa adalah aktivitas atau rentetan kegiatan yang

mana dapat dipengaruhi oleh tempat atau dipengaruhi dari interaksi dengan orang,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dalam menyediakan konsumen, pemakai jasa (Lehtinen, 1983,p,21). Jasa adalah

suatu pekerjaan yang dilakukan untuk anda yang dapat berguna bagi diri anda

(Joseph G. Bonnice, 2006). Jasa adalah setiap tindakan yang dapat ditawarkan

oleh satu pihak ke pihak lain. Pada dasarnya jasa tidak berwujud, dan tidak

mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa berkaitan dengan produk fisik

atau tidak (Pihilip Kotler, 1994). Jasa adalah setiap aktivitas ekonomi yang

outputnya bukan merupakan suatu produk fisik atau kontruksi, umumnya

dikonsumsi pada saat yang sama pada jasa tersebut dihasilkan, dan memberikan

nilai tambah (Zeithaml dan Britner, 2010) Dan dapat di simpulkan, bahwa jasa

adalah setiap tindakan atau aktivitas dan bukan benda, yang dapat ditawarkan oleh

suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat tidak berwujud fisik,

konsumen terlibat secara aktif dalam proses produksi dan tidak menghasilkan

kepemilikan sesuatu.

2.1.2 Karakteristik Jasa

Meskipun perbedaan antara barang dan jasa sulit dibedakan, diketahui

bahwa karakteristik dan sifat barang adalah yang tidak terlihat pada jasa.

Karakteristik utama yang membedakan jasa dengan produk adalah sifat jasa yang

tidak dapat dilihat (tidak nyata ) di samping keterlibatan konsumen secara aktif

dalam proses penyampaian jasa. Peran tenaga manusia, dalam hal ini kontak

personel, sangat penting artinya, karena mereka yang menentukan apakah

penyampaian jasa itu berhasil atau tidak. Secara keseluruhan dapat dilihat

perbedaan barang dan jasa, perbedaan karakteristik yang diberikan oleh beberapa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penulis antara lain : Gronroos (2007), Zeithaml, Parasuraman dan Berry (2010).

Seperti yang di kemukakan pula oleh Peters (1999), dapat di lihat dalam tabel 2.1

berikut ini.

Tabel 2.1 Perbedaan Barang dan Jasa

2.1.3 Klasifikasi Jasa

Penggolongan jasa menurut kriteria tertentu dapat membantu pembahasan

tentang manajemen jasa dan dapat membantu memecahkan masalah keterbatasan

pengetahuan suatu industri jasa tertentu melalui pengetahuan. Misalnya, rumah

sakit dapat belajar tentang pembukuannya seperti pembukuan suatu hotel, restoran

dapat menggunakan beberapa konsep manajemen jasa pembersih.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Agar dapat diperoleh suatu gambaran menyeluruh tentang masalah-

masalah manajemen diantara industri-industri jasa, Roger Schmenner

mengemukakan suatu konsep proses jasa dalam suatu bentuk metriks, seperti

dalam tabel 2.2.

Tabel 2.2 Tingkat Interaksi dan Kekhususan Jasa

Di dalam matriks ini, jasa-jasa digolongkan atas dua dimensi yang sangat

mempengaruhi karakter proses penyampaian jasa. Sumbu vertical

menggambarkan tingkat intensitas penggunaan tenaga kerja (labor intensity) yang

merupakan perbandingan antara biaya tenaga kerja, dengan modal. Makin tinggi

penggunaan tenaga kerja berarti makin rendah penggunaan modal (Capital).

Sumbu horizontal menggambarkan kekhususan dari jasa yang diberikan

(customization). Yang dimaksud dengan customization adalah kekhususan jasa

karena kemampuan konsumen secara personal untuk mempengaruhi jasa yang

akan diterimanya. Interaksi antara konsumen dengan penyedia jasa akan lebih

rendah jika jasa-jasa itu lebih seragam (tidak bersifat khusus) dan tidak

membutuhkan sutau penjelasan khusus mengenai atribut jasa tersebut. Sebagai

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


contoh, makanan yang ditawarkan McDonalds yang sebelumnya sudah tersedia

dalam kualitas dan jenis yang tidak berbeda (bentuk-bentuk yang standar/low in

costumization) dapat dijual tanpa melalui interaksi yang sulit, sehingga tingkat

penggunaan tenaga kerjanya rendah. Pada restoran-restoran cepat saji lainnya,

terlihat tenaga kerja hanya dibutuhkan dalam menerima pesanan konsumen,

sementara pelayanan-pelayanan lain tidak ada. Sebaliknya, seorang dokter dan

pasien harus berintegrasi secara penuh didalam mendiagnosis dan menangani

pasien agar diperoleh hasil yang berbeda dengan kebutuhan pasien yang lain. Pada

jasa jenis ini, penggunaan tenaga manusia, dalam hal dokter atau pekerja medis

lainnya sangat dibutuhkan dan diutamakan. Dengan demikian, perlu kita ketahui

bahwa pada jasa-jasa yang sangat khusus (costumization), interaksi yang terjadi

umumnya menciptakan problem yang membutuhkan penanganan yang serius bagi

manajemen, terutama dalam proses penyampaian jasa-jasa tersebut.

Di dalam matriks proses jasa terdapat empat kuadran dengan dua dimensi,

seperti yang dijelaskan sebelumnya, yaitu tingkat penggunaan tenaga kerja dan

dimensi lain tentang tingkat interaksi dan kekhususan suatu jasa. Berdasarkan

proses, jasa meliputi berikut ini :

· Service factories, jasa-jasa umum dengan investasi modal besar dan tingkat

interaksi rendah/tidak spesifik, contoh : jasa penerbangan, jasa pengangkutan

dan hotel.

· Service shops, misalnya bentuk-bentuk pelayanan pada rumah sakit, pelayanan

reparasi mobil dan reparasi alat-alat elektronik, dimana jasa yang diberikan

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


lebih bersifat spesifik (tingkat Costumization yang tinggi) yang harus

ditunjang oleh peralatan (modal) yang besar.

· Mass service, yaitu pelayanan yang sama untuk semua golongan dan jenis

konsumen. Golongan jasa ini mempunyai karakteristik penggunaan tenaga

kerja yang tinggi (intensif), sementara interaksi diantara konsumen dan

penyedia jasa tidak terlalu penting, karena jasanya bersifat umum dan sama.

Contohnya, pelayanan pada perdagangan eceran.

· Professional service, yaitu suatu bentuk pelayanan yang membutuhkan

perhatian dan keahlian khusus, tidak membutuhkan tebaga kerja yang banyak,

tetapi ahli dibidangnya. Hal ini sangat penting untuk mengadakan kontrak dan

interaksi yang intensif di antara pemakai dan penyedia jasa. Contoh jenis jasa

profesional ini adalah jasa dokter atau pengacara.

2.2. Manajemen Pemasaran

2.2.1 Konsep Manajemen

Menurut Robbins dan Coulter (2004), mendefinisikan manajemen sebagai

proses mengkoordinasi kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga secara efisien dan

efektif dengan dan melalui orang lain. Efisiensi mengacu pada memperoleh output

terbesar dengan input yang terkecil. Karena manajer menghadapi input yang

langka, meliputi sumber daya seperti orang, uang, dan peralatan-mereka

memperhatikan sekali penggunaan yang efisien atas sumberdaya itu. Efektivitas

sering digambarkan sebagai ”melakukan segala sesuatu yang benar”, yaitu

aktivitas-aktivitas pekerjaan yang membantu organisasi mencapai sasaran.

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Menurut Robbins dan Coulter (2004), Fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai

berikut :

1. Merencanakan

Fungsi manajemen yang mencakup proses mendelegasikan sasaran,

menetapkan strategi untuk mencapai sasaran itu, dan menyusun rencana untuk

mengintegrasikan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.

2. Mengorganisasi

Fungsi manajemen yang mencakup proses menentukan tugas apa yang

harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, bagaimana cara mengelompokkan

tugas-tugas itu, siapa yang harus melapor ke siapa dan dimana keputusan harus

dibuat.

3. Memimpin

Fungsi manajemen yang mencakup memotivasi bawahan, mempengaruhi

individu atau tim sewaktu mereka bekerja, memiliki saluran komunikasi yang

paling efektif, dan memecahkan dengan berbagai cara masalah perilaku karyawan

4. Mengendalikan

Fungsi manjemen yang memantau kinerja aktual, membandingkan aktual

dengan standar, dan membuat koreksinya, jika perlu.

5. Proses manajemen

Serangkaian keputusan dan kegiatan kerja yang sedang terjadi yang

dialami oleh para manajer sewaktu mereka merencanakan, mengorganisasi,

memimpin, dan mengendalikan.

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.2.2 Konsep Pemasaran

Menurut Kotler dan Keller (2009), pemasaran adalah sebuah proses

kemasyarakatan dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan mencipakan, menawarkan, dan secara bebas

mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. Sedangkan

manajemen pemasaran (marketing management) sebagai seni dan ilmu memilih

pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan

dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan

yang unggul. Menurut Kotler dan Keller (2009), untuk memahami fungsi

pemasaran, kita perlu memahami serangkaian konsep inti berikut ini :

1. Kebutuhan,keinginan, dan permintaan

2. Pasar sasaran, positioning, dan segmentasi

3. Saluran pemasaran

4. Rantai pasokan

5. Persaingan

6. Lingkungan pemasaran

2.2.3 Manajemen Strategi dan Strategi Pemasaran

Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang hendak

dicapai. Strategi bisnis mencakup ekspansi geografis, diverivikasi, akuisisi,

pengembangan produk, penetrasi pasar, pengetatan, divestasi, likuidasi, dan usaha

patungan atau joint venture. Sedangkan manajemen strategi dapat didefinisikan

sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta

mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yangmemampukan sebuah

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


organisasi mencapai tujuannya venture (David, 2009). Strategi pemasaran

merupakan pernyataan (baik secara implisit maupun eksplisit) mengenai

bagaimana suaru merek atau lini produk mencapai tujuannya (Tjiptono, 2008)

2.2.4 Marketing Mix

Tugas pemasar adalah merencanakan aktivitas-aktivitas pemasaran dan

membentuk program pemasaran yang terintegrasi penuh untuk menciptakan,

mengkomunikasikan, dan menghantarkan nilai kepada pelanggan. Aktivitas

pemasaran dalam semua bentuk. Menurut mc.

Menurut Lovelock dan Wirtz (2007), ketika membahas strategi untuk

memasarkan barang manufaktur, tenaga pemasar biasanya memperhatikan empat

unsur strategis dasar : produk, harga, tempat (atau distribusi), dan promosi. Tetapi

sifat jasa, yang melibatkan berbagai aspek ketertiban pelanggan dalam produksi

dan pentingnya faktor-faktor waktu, kami menggunakan model 8P manajemen

jasa terpadu, yang menyoroti delapan variabel keputusan bagi para manajer

perusahaan jasa.

1. Elemen produk: semua komponen kinerja jasa yang menciptakan nilai bagi

pelanggan. Manajer harus dapat memilih fitur-fitur produk inti (baik barang

maupun jasa) dan beberapa elemen jasa pelengkap yang mengelilinginya

dengan merujuk manfaat yang diinginkan pelanggan dan seberapa tinggi daya

saing produk tersebut.

2. Tempat dan waktu : keputusan manajemen tentang kapan, dimana, dan

bagaimana menyampaikan jasa kepada pelanggan. Pengiriman elemen produk

ke pelanggan melibatkan keputusan tentang tempat dan waktu pengiriman dan

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mungkin melibatkan saluran distribusi fisik atau elektronik (atau keduanya),

bergantung pada sifat jasa yang diberikan. Perusahaan dapat mengirimkan jasa

kepada pelanggan secara langsung atau melalui organisasi pelantara, seperti

toko ritel yang dimiliki perusahaan lain, yang mendapatkan persentase harga

jual untuk melakukan hal yang terkait dengan penjualan, pelayanan, atau

berhubungan dengan pelanggan.

3. Proses : metode pengoperasian atau serangkaian tindakan tertentu, yang

umumnya berupa langkah-langkah yang diberikan dalam suatu urutan yang

telah ditetapkan. Untuk menciptakan dan menyampaikan elemen produk

kepada pelanggan diperlukan desain dan implementasi dari proses yang

efektif. Sebuah proses menjelaskan metode dan urutan kerja dari sistem yang

beroperasi. Proses yang desainnya buruk akan menggangu pelanggan karena

keterlambatan, birokrasi, dan penyampaian jasa yang tidak efektif. Sama

halnya, proses yang buruk menyulitkan para staf di garis depanuntuk

melakukan tugasnya dengan baik, yang berakibat rendahnya produktivitas,

dan meningkatkan kemungkinan terjadinya kesalahan.

4. Produktivitas dan kualitas : seberapa efisien pengubahan input jasa menjadi

output yang menambah nilai bagi pelanggan. Produktivitas dan kualitas, yang

sering juga dipisahkan satu sama lain, harus dilihat sebagai dua sisi mata uang

yang sama. Tidak ada perusahaan yang sanggup mengangani elemen ini secara

sendiri-sendiri. Meningkatkan produktivitas sangat penting untuk menjaga

agar biaya tetap terkendali, tetapi manajer harus berhati-hati untuk tidak

mengurangi tingkat layanan yang tidak disukai pelanggan (bahkan juga

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


karyawan). Kualitas jasa, yang didefinisikan pelanggan, berperan penting bagi

diferensiasi produk dan bagi pembentukan loyalitas pelanggan. Tetapi,

investasi untuk peningkatan kualitas tanpa menyadari keseimbangan antara

peningkatan biaya dan pendapatan akan membahayakan perusahaan

5. Orang : banyak jasa bergantung pada interaksi langsung dan pribadi antara

pelanggan dan karyawan perusahaan (seperti ketika memotong rambut dan

makan di restoran). Sifat dari interaksi ini sangat mempengaruhi persepsi

pelanggan terhadap kualitas jasa. Pelanggan sering menilai kualitas jasa yang

mereka terima berdasarkan penilaian terhadap orang-orang yang menyediakan

jasa tersebut. Perusahaan jasa yang berhasil menyediakan upaya yang cukup

besar untuk merekrut, melatih, dan memotivasi karyawannya. Tetapi bukan

semata-mata orang yang berhubungan langsung dengan pelanggan.

6. Promosi dan edukasi : semua aktivitas dan alat yang menggugah komunikasi

yang dirancang untuk membangun preferensi pelanggan terhadap jasa dan

penyedia jasa. Tidak satu pun program pemasaran dapat berhasil tanpa adanya

program komunikasi efektif yang memberikan promosi dan pendidikan.

Komponen ini memainkan tiga peran penting : menyediakan informasi dan

sarana yang dibutuhkan, membujuk sasaran pelanggan tentang kelebihan

suatuproduk, dan mendorong pelanggan untuk mengambil tindakan pada suatu

waktu. Dalam pemasaran jasa, banyak komunikasi bersifat mendidik,

khususnya untuk pelanggan baru. Perusahaan dapat mengajarkan mereka

tentang manfaat jasa, dimana, dan kapan mendapatkannya, dan bagaimana

terlibat dalam proses. Komunikasi dapat disampaikan oleh orang-orang seperti

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tenaga penjual dan pelatih atau melalui media seperti, televisi, radio, surat

kabar, majalah, reklame, brosur, dan situs Web.

7. Bukti fisik : petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberi bukti atas

kualitas jasa. Gedung, tanah, kendaraan, perabotan interior, perlengkapan,

anggota staf, tanda-tanda, barang cetakan, dan petunjuk yang terlihat lainnya

yang memberi bukti atas kualitas jasa. Perusahaan jasa perlu mengelola bukti

fisik secara hati-hati karena dapat mempengaruhi kesan pelanggan, dalam jasa

yang hanya memiliki sedikit elemen berwujud, seperti asuransi, iklan sering

digunakan untuk menciptakan lambang-lambang bermakna tertentu. Misalnya,

payung mungkin melambangkan perlindungan dan benteng melambangkan

keamanan.

8. Harga dan biaya jasa lain-lain : pengeluaran uang, waktu, dan usaha oleh

pelanggan untuk membeli dan mengkonsumsi jasa. Harga dan komponen

biaya lainnya memperlihatkan kepada manajemen berbagai biaya yang

ditimbulkan pelanggan dalam memperoleh manfaat suatu produk jasa.

Tanggung jawabnya tidak hanya terbatas pada tugas penentuan harga

tradisional dalam menetapkan harga jual kepada pelanggan, menetapkan

margin penjualan, dan menetapkan ketentuan-ketentuan kredit. Manajer jasa

harus juga mengenali dan, bila memungkinkan, mencari cara untuk

meminimalkan biaya yang harus ditanggung pelanggan dalam membeli dan

menggunakan jasa tersebut, termasuk waktu, usaha fisik dan mental, dan

pengalaman buruk.

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.2.5 Pasar Sasaran, Positioning, Dan Segmentasi

Kotler dan Keller (2009), seorang pemasar jarang dapat memuaskan

semua orang dalam suatu pasar. Tidak semua orang menyukai sereal, kamar hotel,

restoran, mobil, universitas, atau film yang sama. Karenanya, pemasar memulai

dengan membagi-bagi pasar ke dalam segmen-segmen. Mereka mengindentifikasi

dan membuat profil dari kelompok-kelompok pembeli yang berbeda, yang

mungkin meneliti perbedaan demografis, psikologis, dan prilaku diantara pembeli.

Setelah mengidentifikasi segmen pasar, pemasar lalu memutuskan segmen mana

yang memberikan peluang terbesar. Segmen itulah yang akan menjadi pasar

sasarannya. Untuk setiap segmen perusahaan mengembangkan suatu penawaran

pasar yang diposisikan di dalam benak pembeli sasaran sebagai keuntungan

utama. Sebagai contoh Volvo mengembangkan mobilnya untuk pembeli yang

memberi perhatian utama pada keselamatan, karenanya, Volvo memposisikan

mobilnya sebagai mobil paling aman. Perusahaan akan mencapai hasil yang lebih

baik jika mereka memilih pasar sasarannya dengan cermat serta mempersiapkan

program pemasaran yang sesuai.

2.3 Perbankan Syariah

Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu system

perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah).

Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan bunga

pinjaman (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha berkategori

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terlarang (haram). Sistem perbankan konvensional tidak dapat menjamin

absennya hal-hal tersebut dalam investasinya, misalnya dalam usaha yang

berkaitan dengan produksi makanan atau minuman haram, usaha media atau

hiburan yang tidak Islami, dan lain-lain.

Meskipun prinsip-prinsip tersebut mungkin saja telah diterapkan dalam sejarah

perekonomian Islam, namun baru pada akhir abad ke-20 mulai berdiri bank-bank

Islam yang menerapkannya bagi lembaga-lembaga komersial swasta atau semi-

swasta dalam komunitas muslim di dunia

2.3.1 Sejarah

Suatu bentuk awal ekonomi pasar dan merkantilisme, yang oleh beberapa

ekonom disebut sebagai "kapitalisme Islam", telah mulai berkembang antara abad

ke-8 dan ke-12. Perekonomian moneter pada periode tersebut berdasarkan mata

uang dinar yang beredar luas saat itu, yang menyatukan wilayah-wilayah yang

sebelumnya independen secara ekonomi.

Pada abad ke-20, kelahiran perbankan syariah tidak terlepas dari hadirnya

dua gerakan renaisans Islam modern, yaitu gerakan-gerakan neorevivalis dan

modernis. Sekitar tahun 1940-an, di Pakistan dan Malaysia telah terdapat upaya-

upaya pengelolaan dana jamaah haji secara non konvensional. Tahun 1963,

Islamic Rural Bank berdiri di desa Mit Ghamr di Kairo, Mesir.

Perbankan syariah secara global tumbuh dengan kecepatan 10-15% per

tahun, dan menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang konsisten di masa

depan.[5] Laporan dari International Association of Islamic Banks dan analisis

Prof. Khursid Ahmad menyebutkan bahwa hingga tahun 1999 telah terdapat lebih

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dari 200 lembaga keuangan Islam yang beroperasi di seluruh dunia, yaitu di

negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim serta negara-negara lainnya

di Eropa, Australia, maupun Amerika. Diperkirakan terdapat lebih dari AS$

822.000.000.000 aset di seluruh dunia yang dikelola sesuai prinsip-prinsip

syariah, menurut analisis majalah The Economist. Ini mencakup kira-kira 0,5%

dari total estimasi aset dunia pada tahun 2005. Analisis Perusahaan Induk CIMB

Group menyatakan bahwa keuangan syariah adalah segmen yang paling cepat

tumbuh dalam sistem keuangan global, dan penjualan obligasi

syariah diperkirakan meningkat 24 persen hingga mencapai AS$ 25 miliar pada

2010.

2.3.2 Prinsip Perbankan Syariah

Perbankan syariah memiliki tujuan yang sama seperti perbankan

konvensional, yaitu agar lembaga perbankan dapat menghasilkan keuntungan

dengan cara meminjamkan modal, menyimpan dana, membiayai kegiatan usaha,

atau kegiatan lainnya yang sesuai. Prinsip hukum Islammelarang unsur-unsur di

bawah ini dalam transaksi-transaksi perbankan tersebut:

1. Perniagaan atas barang-barang yang haram,

2. Bunga

3. Perjudian dan spekulasi yang disengaja serta

4. Ketidakjelasan dan manipulatif

Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional adalah sebagai

berikut:

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Bank Islam Bank Konvensional
• Melakukan hanya investasi • Melakukan investasi baik yang halal
yang halal menurut hukum Islam atau haram menurut hukum Islam
• Memakai prinsip bagi hasil, jual- • Memakai perangkat suku bunga
beli, dan sewa • Berorientasi keuntungan
• Berorientasi keuntungan • Hubungan dengan nasabah dalam
dan falah (kebahagiaan dunia dan bentuk kreditur-debitur
akhirat sesuai ajaran Islam) • Penghimpunan dan penyaluran dana
• Hubungan dengan nasabah dalam tidak diatur oleh dewan sejenis
bentuk kemitraan
• Penghimpunan dan penyaluran dana
sesuai fatwa Dewan Pengawas
Syariah

Afzalur Rahman dalam bukunya Islamic Doctrine on Banking and

Insurance (1980) berpendapat bahwa prinsip perbankan syariah bertujuan

membawa kemaslahatan bagi nasabah, karena menjanjikan keadilan yang sesuai

dengan syariah dalam sistem ekonominya.

2.3.3 Produk Perbankan Syariah

Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah antara

lain:

2.3.3.1 Titipan atau simpanan

• Al-Wadi'ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat

mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah Bank tidak

berkewajiban, namun diperbolehkan, untuk memberikan bonus kepada

nasabah. Bank Muamalat Indonesia-Shahibul Maal.

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


• Deposito Mudharabah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam kurun

waktu yang tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap dana nasabah yang

dilakukan bank akan dibagikan antara bank dan nasabah dengan nisbah bagi

hasil tertentu.

2.3.3.2 Bagi hasil

• Al-Musyarakah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model

partnership atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam

rasio yang disepakati sementara kerugian akan dibagi berdasarkan rasio

ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak. Perbedaan mendasar dengan

mudharabah ialah dalam konsep ini ada campur tangan pengelolaan

manajemennya sedangkan mudharabah tidak ada campur tangan

• Al-Mudharabah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan

pengusaha. Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu

yang disepakati. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali

kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan

penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan

penyalahgunaan.

• Al-Muzara'ah, adalah bank memberikan pembiayaan bagi nasabah yang

bergerak dalam bidang pertanian/perkebunan atas dasar bagi hasil dari hasil

panen.

• Al-Musaqah, adalah bentuk lebih yang sederhana dari muzara'ah, di mana

nasabah hanya bertanggung-jawab atas penyiramaan dan pemeliharaan, dan

sebagai imbalannya nasabah berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3.3.3 Jual beli

• Bai' Al-Murabahah, adalah penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank

akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian

menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai

margin keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat

mengangsur barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad diawal dan

besarnya angsuran=harga pokok ditambah margin yang disepakati. Contoh:

harga rumah 500 juta, margin bank/keuntungan bank 100 jt, maka yang

dibayar nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu yang

disepakati diawal antara Bank dan Nasabah.

• Bai' As-Salam, Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan di kemudian

hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Barang yang dibeli harus

diukur dan ditimbang secara jelas dan spesifik, dan penetapan harga beli

berdasarkan keridhaan yang utuh antara kedua belah pihak. Contoh:

Pembiayaan bagi petani dalam jangka waktu yang pendek (2-6 bulan). Karena

barang yang dibeli (misalnya padi, jagung, cabai) tidak dimaksudkan sebagai

inventori, maka bank melakukan akad bai' as-salam kepada pembeli kedua

(misalnya Bulog, pedagang pasar induk, grosir). Contoh lain misalnya pada

produk garmen, yaitu antara penjual, bank, dan rekanan yang

direkomendasikan penjual.

• Bai' Al-Istishna', merupakan bentuk As-Salam khusus di mana harga barang

bisa dibayar saat kontrak, dibayar secara angsuran, atau dibayar di kemudian

hari. Bank mengikat masing-masing kepada pembeli dan penjual secara

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terpisah, tidak seperti As-Salam di mana semua pihak diikat secara bersama

sejak semula. Dengan demikian, bank sebagai pihak yang mengadakan barang

bertanggung-jawab kepada nasabah atas kesalahan pelaksanaan pekerjaan dan

jaminan yang timbul dari transaksi tersebut.

2.3.3.4 Sewa

• Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui

pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas

barang itu sendiri.

• Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik sama dengan ijarah adalah akad

pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa,

namun dimasa akhir sewa terjadi pemindahan kepemilikan atas barang sewa.

2.3.3.5 Jasa

• Al-Wakalah adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang

merupakan akad (perwakilan) yang sesuai dengan prinsip prinsip yang di

terapkan dalam syariat islam.

• Al-Kafalah adalah memberikan jaminan yang diberikan oleh penanggung

kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang

ditanggung, dengan kata lain mengalihkan tanggung jawab seorang yang

dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai jaminan.

• Al-Hawalah adalah akad perpindahan dimana dalam prakteknya

memindahkan hutang dari tanggungan orang yang berhutang menjadi

tanggungan orang yang berkewajiban membayar hutang (contoh: lembaga

pengambilalihan hutang).

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


• Ar-Rahn, adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang

merupakan akad gadai yang sesuai dengan syariah.

• Al-Qardh adalah salah satu akad yang terdapat pada sistem perbankan

syariah yang tidak lain adalah memberikan pinjaman baik berupa uang

ataupun lainnya tanpa mengharapkan imbalan atau bunga ( riba . secara tidak

langsung berniat untuk tolong menolong bukan komersial.

2.3.4 Tantangan Pengelolaan Dana

Laju pertumbuhan perbankan syariah di tingkat global tak diragukan lagi.

Aset lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar dollar

AS, tumbuh rata-rata lebih dari 15 persen per tahun. Di Indonesia, volume usaha

perbankan syariah selama lima tahun terakhir rata-rata tumbuh 60 persen per

tahun. Tahun 2005, perbankan syariah Indonesia membukukan laba Rp 238,6

miliar, meningkat 47 persen dari tahun sebelumnya. Meski begitu, Indonesia yang

memiliki potensi pasar sangat luas untuk perbankan syariah, masih tertinggal jauh

di belakang Malaysia.

Tahun lalu, perbankan syariah Malaysia mencetak profit lebih dari satu

miliar ringgit (272 juta dollar AS). Akhir Maret 2006, aset perbankan syariah di

negeri jiran ini hampir mencapai 12 persen dari total aset perbankan nasional.

Sedangkan di Indonesia, aset perbankan syariah periode Maret 2006 baru tercatat

1,40 persen dari total aset perbankan. Bank Indonesia memprediksi, akselerasi

pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia baru akan dimulai tahun ini.

Implementasi kebijakan office channeling, dukungan akseleratif

pemerintah berupa pengelolaan rekening haji yang akan dipercayakan pada

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


perbankan syariah, serta hadirnya investor-investor baru akan mendorong

pertumbuhan bisnis syariah. Konsultan perbankan syariah, Adiwarman Azwar

Karim, berpendapat, perkembangan perbankan syariah antara lain akan ditandai

penerbitan obligasi berbasis syariah atau sukuk yang dipersiapkan pemerintah.

Sejumlah bank asing di Indonesia, seperti Citibank dan HSBC, bahkan

bersiap menyambut penerbitan sukuk dengan membuka unit usaha syariah.

Sementara itu sejumlah investor dari negara Teluk juga tengah bersiap membeli

bank-bank di Indonesia untuk dikonversi menjadi bank syariah. Kriteria bank

yang dipilih umumnya beraset relatif kecil, antara Rp 500 miliar dan Rp 2 triliun.

Setelah dikonversi, bank-bank tersebut diupayakan melakukan sindikasi

pembiayaan proyek besar, melibatkan lembaga keuangan global.

Adanya perbankan syariah di Indonesia dipelopori oleh berdirinya Bank

Muamalat Indonesia yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)

dengan tujuan mengakomodir berbagai aspirasi dan pendapat di masyarakat

terutama masyarakat Islam yang banyak berpendapat bahwa bunga bank itu haram

karena termasuk riba dan juga untuk mengambil prinsip kehati-hatian. Apabila

dilihat dari segi ekonomi dan nilai bisnis, ini merupakan terobosan besar karena

penduduk Indonesia 80% beragama islam, tentunya ini bisnis yang sangat

potensial. Meskipun sebagian orang islam berpendapat bahwa bunga bank itu

bukan riba tetapi faedah, karena bunga yang diberikan atau diambil oleh bank

berjumlah kecil jadi tidak akan saling dirugikan atau didzolimi, tetapi tetap saja

bagi umat islam berdirinya bank-bank syariah adalah sebuah kemajuan besar.

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tetapi sistem perbankan syariah di Indonesia masih belum sempurna atau

masih ada kekurangannya yaitu masih berinduk pada Bank Indonesia, idealnya

pemerintah Indonesia mendirikan lembaga keuangan khusus syariah yang

setingkat Bank Indonesia yaitu Bank Indonesia Syariah.

2.4. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu

organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang

strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor

kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal

mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (ThreathS). Ada dua

macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:

2.4.1. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT

Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh

Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor

eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah

faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak

isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor

internal dan eksternal.

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keterangan:

Sel A: Comparative Advantages

Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga

memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih

cepat.

Sel B: Mobilization

Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan

upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk

Comparative Advantage Divestment/Investment Damage Control Mobilization

memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu

menjadi sebuah peluang.

Sel C: Divestment/Investment

Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar.

Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang

yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena

kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang

diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain)

atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi).

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sel D: Damage Control

Sel ini merupaka kondisi yang paling lemah dari semua sel karena merupakan

pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya

keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi

yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga

tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.

2.4.2. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT

Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif

melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan

Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya.

Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

1.Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor setta jumlah total

perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T;

Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling

bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau

mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang

besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim

digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang

paling rendah dan 10 berarti skor yang peling tinggi. Perhitungan bobot (b)

masing-masing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan.

Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan

tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga formulasi

perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya sama

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point

faktor).

2.Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan

faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai

atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya

menjadi nilai atau titik pada sumbu Y;

3.Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran

SWOT.

Tabel 2.3. Skoring Analisis SWOT

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.1. Kuadran Hitung Hasil Analisis SWOT

Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,

Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam

kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan

ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

Kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi

tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi

Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah

tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan

untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya,

organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat

berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang

lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus

memperbaiki kinerja organisasi.

Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi

tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan,

artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya

organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan

kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil

terus berupaya membenahi diri.

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual adalah bagaimana penulis menterjemahkan kerangka

berpikir dalam melakukan penelitian. Kerangka pemikiran yang melandasi

penelitian ini bersumber dari latar belakang permasalahan dan kajian teoritis yang

bertujuan untuk membahas dan menjelaskan mengenai faktor-faktor dan

kebijakan yang tepat untuk perbaikan proses peningkatan pencapaian laba

perusahaan pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada.

Hasil identifikasi faktor-faktor yang menjadi ukuran kemampuan dan

kekurangan dari manajemen organisasi akan dipaparkan, serta akan disarankan

tindakan yang dianggap perlu diambil untuk meningkatkan kualitas agar

organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya. Sedangkan hasil observasi

kondisi-kondisi eksternal yang melibatkan para pesaing yang baru tumbuh dan

kenyataan secara demografi bahwa masih banyaknya pangsa pasar yang belum

tersentuh oleh keberadaan perusahaan sejenis dan perusahaan lain yang bergerak

dibidang yang sama sebagai salah satu media informasi yang cepat dan

komprehensif.

Hasil evaluasi terhadap kedua faktor-faktor internal perusahaan dan

eksternalnya akan menuju kepada suatu kondisi dimana perumusan strategi

perusahaan dalam menyikapi persaingan dunia perbankan khususnya produk

gadai emas dan tujuannya untuk menjadi pilihan utama minat konsumen sebagai

sebuah pilihan untuk melakukan gadai emas, dapat ditentukan dengan mengkaji

data empiris yang tersedia.

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dengan demikian secara sederhana kerangka pemikiran konseptual

penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Bank Syariah Mandiri

Faktor Rivalitas Faktor


Internal Eksternal

- Aplikasi dan adaptasi Perumusan Masalah - Peraturan Bank


dengan teknologi baru Indonesia
- Sistem manajemen - Pergerakan harga Emas
efisien, efektif dan Dunia
nonbirokrasi
- SDM yang kompeten Analisis SWOT

Temu kenali Strategi yang


Diimplementasikan

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yakni suatu

jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual

dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu

(Sinulingga, 2011). Penelitian ini digolongkan pada penelitian survey yaitu

dengan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang

ada dan mencari keterangan secara factual untuk mendapatkan kebenaran

(Sinulingga, 2011).

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder.

1. Data Primer merupakan data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner.

2. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut atau

disebut data tidak secara langsung diperoleh dari objek penelitian, data ini

berupa sumber studi literatur diantaranya adalah Bank Syariah Mandiri

Cabang Medan Gajah Mada dan hasil-hasil penelitian terdahulu.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer adalah prosedur yang sistematik dan standar

untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini,

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden.

Jenis pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner merupakan pertanyaan non

terstruktur (terbuka) dan pertanyaan terstruktur (tertutup).

Penelitian dilakukan dengan cara:

a. Observasi

Melakukan pengambilan data berdasarkan pengamatan langsung dilapangan

dengan melihat kondisi yang terjadi dan melakukan wawancara kepada pihak

- pihak yang berhubungan dengan nasabah gadai emas.

b. Penelitian Studi Dokumentasi

Melakukan studi kepustakaan untuk membuat uraian secara teoritis,

berdasarkan kajian-kajian teoritis dari buku-buku perpustakan maupun uraian

teoritis dari bahan tulisan lain yang berhubungan dalam geladikarya ini dalam

mengaplikasikanya tehadap kondisi yang ada pada Bank Syariah Mandiri

Cabang Medan Gajah Mada.

4.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam

penelitian ini populasinya adalah nasabah Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

Gajah Mada yang berjumlah 7000 (tujuh ribu) orang berdasarkan data sampai

dengan bulan Agustus 2012.

Kuisioner disebarkan kepada 364 nasabah Bank Syariah Mandiri Cabang

Medan Gajah Mada yang dijadikan sebagai sampel pada penelitian ini. Hal ini

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sesuai dengan penentuan jumlah sampel berdasarkan Tabel Kreijie dimana dari

hasil jumlah populasi 7.000 orang, jumlah sampel tersebut berada pada 364

responden.

Menurut Sugiyono (2009), Kreijie menentukan jumlah sampel berdasarkan

anggapan bahwa populasi tersebar secara normal (dengan tingkat ketelitan 5%,

dan tingkat kepercayaan 95%) seperti pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Daftar Tabel Pengambilan Sampel Kreijie

N S N S N S
10 10 220 140 1.200 291
15 14 230 143 1.300 297
20 19 240 147 1.400 302
25 24 250 151 1.500 306
30 28 260 155 1.600 310
35 32 270 159 1.700 313
40 36 280 162 1.800 317
45 40 290 165 1.900 320
50 44 300 169 2.000 322
55 48 320 175 2.200 327
60 52 340 181 2.400 331
65 56 360 187 2.600 335
70 59 380 191 2.800 338
75 63 400 196 3.000 341
80 66 420 201 3.500 346
85 70 440 205 4.000 351
90 73 460 210 4.500 354
95 76 480 214 5.000 357
100 80 500 217 6.000 361
110 86 550 226 7.000 364
120 92 600 234 8.000 367
130 97 650 242 9.000 368
140 103 700 248 10.000 370
150 108 750 254 15.000 375
160 113 800 260 20.000 377
170 118 850 265 30.000 379
180 123 900 269 40.000 380
190 127 950 274 50.000 381
200 132 1.000 278 75.000 382
210 136 1.100 285 100.000 384

Sumber : Sugiyono, 2009.

Keterangan :
N = Jumlah Populasi
S = Sampel

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.5.1 Analisis Deskriptif

Menurut Nazir (1988) analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam

meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah

untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan

akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang

diselidiki. Data yang diperoleh akan dianalisa dengan memakai tehnik analisa

SWOT, yaitu melihat dimana peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan ketiga

perusahaan pers ini.

4.5.2 Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas

Kriyantono (2007) menyatakan bahwa dalam suatu penelitian, agar data

yang terkumpul valid, maka instrumen pengumpulan data harus baik, karena

instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu dalam mengumpulkan data.

Oleh karena itu, perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Validitas konstruk merupakan salah satu ukuran validitas sebuah

kuesioner. Kuesioner dikatakan valid apabila setiap butir pertanyaan mempunyai

keterkaitan yang tinggi.

Reliabilitas merupakan kemampuan alat ukur dalam memberikan hasil

yang konsisten. Reliabilitas alat ukur merupakan syarat mutlak untuk menentukan

pengaruh variabel yang satu terhadap variabel yang lain.

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4.3. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variable, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat, yang dimaksud variabel bebas adalah strategi pengembangan dengan sub

variabelnya adalah menggunakan analisis SWOT secara interen yaitu kekuatan,

kelemahan, dan secara ekstern yaitu peluang dan ancaman.

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara efektif selama 12 (dua belas) minggu,

sejak mulai penelitian ini disetujui. Lokasi penelitian dilakukan pada Bank

Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada. Adapun jadwal penelitian dapat

dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian

Minggu
No Jenis Kegiatan Oktober Nopember Desember
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Penyusunan Usulan
1
Geladikarya
2 Kolokium Usulan Geladikarya
3 Pengumpulan dan Analisis Data
4 Penyusunan Geladikarya
5 Seminar Perusahaan
6 Perbaikan Geladikarya
7 Sidang Geladikarya

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri

Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis

politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional.

Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh

bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan

tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk

merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas

Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November

1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah

di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi

sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.

Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas

telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak awal

pendiriannya. Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan

hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.

Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul

dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah

menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi

kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut,

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional

mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan

merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki

oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT

Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi

tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta

mengundang investor asing.

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan

penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya,

Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri

(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga

menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik

mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan

konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.

Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah

di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU

No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi

syariah (dual banking system).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan

UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT

Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya,

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan

infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional

menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank

Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23

tanggal 8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan

oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999,

25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior

Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi

PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut,

PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25

Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang

mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi

kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani

inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam

kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun

Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.

Bank Syariah Mandiri didirikan pada tanggal 1 Nopember tahun 1999.

Pendirian Bank Syariah Mandiri dilandasi oleh beberapa alasan, diantaranya:

1. Memenuhi kebutuhan umat Islam di Indonesia yang cenderung menghindari

dari hal riba dalam kegiatan muamalahnya.

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Memberikan alternatif kepada umat Islam dalam mempergunakan jasa

perbankan.

3. Mengentaskan kemiskinan

Dalam operasional dan tugas utama perusahaan adalah menghimpun dana

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

untuk meningkatkan taraf hidup mereka, di samping menawarkan beberapa jasa

keuangan lain.

5.1.1 Visi, Misi dan Shared Values

Visi

Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha.

Misi

• Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan

• Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran pembiayaan

pada segmen UMKM

• Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja

yang sehat

• Mengembangkan nilai-nilai syariah universal

• Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat.

Shared Values

Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai sejak

pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang disepakati

bersama untuk di-shared oleh seluruh pegawai Bank Syariah Mandiri yang

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


disebut Shared ValuesBank Syariah Mandiri. Shared Values Bank Syariah

Mandiri disingkat “ETHIC”.

Excellence : Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan

yang terpadu dan berkesinambungan.

Teamwork : Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi.

Humanity : Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religius.

Integrity : Menaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku

terpuji.

Customer Focus : Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk

menjadikan Bank Syariah Mandiri sebagai mitra yang

terpercaya dan menguntungkan.

5.1.2 Budaya Kerja

Sesuai dengan penelitian ini yang terkait dengan unsur prestasi kerja

karyawan dan mendukung pada baik-tidaknya perilaku di perusahaan, maka perlu

untuk mengetahui pola budaya kerja Bank Syariah Mandiri, antara lain :

1. Shiddiq: Bersikap jujur terhadap diri sendiri, orang lain, dan Tuhan Yang

Maha Esa.

2. Istiqomah: Bersikap teguh, sabar, dan bersahaja.

3. Fathanah: Profesional, disiplin, menaati peraturan, bekerja keras, dan inovatif.

4. Amanah: Penuh rasa tanggung-jawab dan saling menghormati dalam

menjalankan tugas serta melayani mitra usaha.

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Tabligh: Bersikap mendidik, membina, dan memotivasi pihak lain (para

pegawai dan mitra usaha) untuk melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di

bumi.

5.1.3 Gambaran kerja karyawan

Setelah melalui proses dari beberapa pengamatan dan interview terhadap

semua divisi pada struktur organisasi Bank Syariah Mandiri (bagan 5.1), maka

dapat disimpulkan mengenai gambaran kerjanya, yaitu :

1. Manajer pemasaran

- Bertangung-jawab terhadap segala penyaluran kredit dan pengumpulan dana

tabungan yang berkenaan dengan pencapaian terget yang telah ditetapkan pada

masing-masing sub-ordinat.

- Melaporkan pertanggung-jawaban kepada pimpinan.

1.a Customer Service

- Memberikan pelayanan dan informasi terhadap nasabah dan calon nasabah.

- Melayani pembukaan dan penutupan rekening tabungan sekaligus

menangani penggantian buku tabungan.

- Memproses pembuatan ATM.

- Melayani pemberitahuan saldo melalui telephone.

1.b Marketing Oficer

- Menangani pembiayaan dan penagihan

- Menjaga dan mengontrol keluar masuk kredit agar tetap pada angka standar

yang menjadi ketentuan perbankan.

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.c Analis Of icer

- Menganalisis data calon nasabah kreditur (Peminjam).

- Meneliti dan mengamati kelayakan pemberian pinjaman

2. Manajer Operasi

- Bertanggung-jawab terhadap manajemen operasional bank setiap hari.

- Melaporkan pertanggung-jawaban kepada pimpinan.

2.a Pelaksana operasi (dana dan jasa)

- Mengatur keluar-masuk uang giral dan surat-surat berharga lainnya.

2.b Pelaksana Administrasi dan Pembiayaan

- Mengamati dan meneliti persyaratan calon kreditur (kelengkapan surat-

surat ijin usaha dan lain-lainnya yang dianggap perlu).

- Mencairkan dana pinjaman setelah proses di atas

- Mengakses laporan keuangan pada pihak ekstern, yaitu kantor Bank

Indonesia di Medan, dan pihak intern pada kantor pusat Bank Syariah

Mandiri di Jakarta.

- Meminta laporan dari divisi marketing mengenai lancar-tidaknya

angsuran kredit nasabah.

2.c Teller

- Menangani arus kas setiap hari

- Menjaga rutinitas transaksi keuangan nasabah

- Menjaga likuiditas dana

- Memonitor transaksi di teller

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Pengawas Intern

- Membuat berita acara dari gambaran kerja pada setiap divisi setiap hari

- Menganalisis dari hasil dan risiko yang ditemukan di lapangan.

- Melaporkan pertanggung-jawaban kepada pimpinan

4. Officer Rahn

- Melayani transaksi gadai

- Menaksir barang yang digadaikan berupa emas

- Menentukan nilai atau harga jualnya.

- Melaporkan pertanggung-jawaban kepada pimpinan

5. Pelaksana Sumberdaya Insani dan Umum

- Mengatur kebutuhan perusahaan.

- Menangani pajak dan biaya telephone, air, listrik dan kebutuhan lain

perusahaan.

- Menangani kesejahteraan karyawan.

- Menangani dan membawahi para tenaga supir, kebersihan dan keamanan.

- Melaporkan pertanggung-jawaban kepada pimpinan

5.1.4 Gambaran Penilaian (Performance Appraisal Report) BSM

Setiap individu (karyawan) diklasifikasikan menurut nama, jabatan, unit

kerja, dan kapan mulai menjabat. Sedangkan angka (point) terbagi pada empat

bagian, masing-masing memiliki enam klasifikasi (lihat lampiran).

1. Angka kurang dari lima puluh (<50) merupakan bentuk pencapaian di bawah

75% dengan kondisi tidak tercapai atau memiliki predikat tidak baik.

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Angka antara lima puluh sampai kurang dari enam puluh (50 – <60) merupakan

bentuk pencapaian antara 76% samapai dengan 85 %, dengan kondisi sebagian

tercapai atau memiliki predikat hampir baik.

3. Angka antara enam puluh hingga kurang dari tujuh puluh (60 – <70)

merupakan bentuk pencapaian sebesar 86% sampai dengan 94% dengan

kondisi hampir tercapai atau memiliki predikat baik minus (-).

4. Angka antara tujuh puluh hingga kurang dari delapan puluh (70 – < 80)

merupakan bentuk pencapaian sebesar 95% sampai dengan 102% dengan

kondisi tercapai atau memiliki predikat baik plus (+).

5. Angka antara delapan puluh hingga kurang dari sembilan puluh (80 – < 90)

merupakan bentuk pencapaian sebesar 103% sampai dengan 109% dengan

kondisi lebih tercapai atau dengan predikat lebih baik.

6. Angka antara sembilan puluh hingga seratus (90 – 100) merupakan bentuk

pencapaian di atas 109% dengan kondisi sangat tercapai atau memiliki predikat

sangat baik. Pada bentuk pencapaian, lebih ditekankan pada karyawan yang

melakukan pencapaian target pada standar atau ketentuan yang telah ditetapkan

perusahaan. Pencapaian yang melebihi target atau standar tersebut akan

melebihi nilai 100%. Bentuk pencapaian seperti ini lebih diprioritaskan pada

bagian marketing oficer.

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 5.1. Struktur Organisasi Perusahaan

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan dengan memfokuskan perhatian pada analisis

tentang faktor internal dan eksternal yang menyebabkan menurunnya jumlah

nasabah gadai emas Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada, dimana

hasil nantinya akan menjadi masukan kepada pihak manajemen perusahaan

maupun pihak yang terkait dengan pemasaran produk gadai emas tersebut untuk

menentukan faktor apa yang sebenarnya yang paling mempengaruhi minat

konsumen untuk menggadaikan emasnya di Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

Gajah Mada. Penelitian dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Jenis

penelitian deskriptif yang dilakukan adalah penelitian survei (survey research).

Penelitian survei merupakan metode yang bertujuan untuk mengumpulkan data

yang relatif terbatas dari sejumlah kasus yang relatif besar jumlahnya dengan

menggunakan instrumen kuisioner. Kuisioner yang disusun diarahkan untuk

melihat faktor-faktor yang mempengaruhi minat konsumen gadai emas tersebut.

Dari hasil pengumpulan kuisioner, dapat dilihat karakteristik responden

seperti pada tabel dibawah ini.

6.1.1 Jenis Kelamin.

Adapun jumlah perbandingan responden berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada Gambar 6.1.

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 6.1. Chart Jenis Kelamin Responden

Gambar 6.1. diatas menunjukkan bahwa responden sebagian besar berjenis

kelamin wanita yaitu sebanyak 206 orang (57 %), sedangkan yang berjenis

kelamin pria hanya 158 orang (43 %). Dengan demikian dapat disimpulkan

kebanyakan nasabah gadai emas Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah

Mada adalah berjenis kelamin wanita dengan persentase sebesar 57% orang dari

364 responden yang menjadi sampel penelitian ini.

6.1.2 Kategori Usia Responden

Adapun jumlah perbandingan responden berdasarkan kategori usia dapat

dilihat pada Gambar 6.2.

Gambar 6.2. Chart Tingkat Usia Responden

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 6.2. diatas menunjukkan bahwa responden sebagian besar berusia

antara 36 – 40 tahun yaitu sebanyak 162 orang (45%) sedangkan yang berusia

antara 31 - 35 tahun sebanyak 102 orang (28%), dan yang berusia antara 25-30

tahun ada 45 orang (12%), serta yang berusia antara diatas 40 tahun sebanyak 55

orang (15%). Dengan demikian dapat dikatakan sebagian besar nasabah gadai

emas Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajah Mada adalah berumur lebih

besar dari 35 tahun, dan sedikit nasabah gadai emas Bank Syariah Mandiri

Cabang Medan Gajah Mada adalah tersebut berada pada umur dibawah 35 tahun.

6.1.3 Jenis Pekerjaan

Adapun jumlah perbandingan responden berdasarkan jenis pekerjaan

dapat dilihat pada Gambar 6.3.

Gambar 5.3. Chart Jenis Pekerjaan Responden

Gambar 5.3. diatas menunjukkan bahwa responden sebagian besar bekerja

sebagai pegawai BUMN yaitu sebanyak 114 orang (31%), nasabah yang berstatus

PNS sebanyak 75 orang (21%), nasabah yang berstatus TNI/Polri sebanyak 62

orang (17%), nasabah yang bekerja di bidang swasta berjumlah 24 orang (7%)

dan nasabah dengan jenis pekerjaan lainya jga cukup tinggi yaitu sebanyak 89

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


orang atau sebesar (24%). Dengan demikian nasabah yang dijadikan responden

dalam penelitian ini adalah sebagian besar merupakan pegawai di pemerintahan

baik pegawai negeri sipil, TNI/Polri maupun pegawai Negara di perusahaan

BUMN dengan jumlah keseluruhan sebesar 251 orang (69%).

6.2. Pembahasan Hasil Penelitian

6.2.1. Staretgi Persaingan Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas


Terhadap Bank Syariah Lain, Bank Konvensional Dan Perusahaan
Gadai Emas

6.2.1.1 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman

1) Kekuatan

Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas memiliki beberapa kekuatan

yaitu biaya transaksi yang wajar, banyak dikenal masyarakat, pelayanan cepat,

dan fasilitas Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas lengkap, bagi hasil

menarik, ragam jasa banyak dan teknologi yang digunakan Bank Syariah Mandiri

Produk Gadai Emas canggih.

a) Biaya Transaksi yang wajar

Biaya transaksi sangat wajar karena melakukan transaksi dan menjadi

nasabah di Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas tidak ada ketentuan yang

menyatakan bahwa nasabah akan dikenakan biaya administrasi per bulan. Biaya

yang dikenakan kepada nasabah adalah biaya pengganti untuk penarikan tunai di

ATM, sebab Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas di indonesia belum

mempunyai mesin ATM sendiri sehingga penarikan tunai dilakukan di ATM

bersama yang mayoritasnya adalah bank swasta.

54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b) Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas banyak dikenal

Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas telah dikenal masyarakat sejak

tahun pendiriannya yaitu sejak tahun 2009, dengan munculnya Bank Syariah

dengan Produk Gadai Emas yang pertama yaitu Bank Muamalat. Kemudian dari

tahun ke tahun Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas mulai berkembang dan

dikenal masyarakat hingga sekarang, terbukti dengan munculnya cabang-cabang

Bank Syariah Mandiri yang juga memperkenalkan produk gadai emas diseluruh

nusantara khususnya di Kota Medan.

c) Pelayanan Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas Cepat

Setiap Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas memiliki standar

masing-masing dalam melayani nasabahnya. Secara umum pelayanan pada Bank

Syariah Mandiri Produk Gadai Emas baik. Karena merupakan komponen yang

penting dalam dunia perbankan, karena bank itu sendiri merupakan perusahaan

jasa yang menjual jasa kepada nasabah. Begitupun dengan Bank Syariah Mandiri

Produk Gadai Emas, dalam menjalankan kegiatan sehari-harinya Bank Syariah

Mandiri Produk Gadai Emas tak lepas dari pelayanan kepada nasabah, hal ini bisa

dilihat dari kecepatan yang ditawarkan kepada masing-masing nasabah. Biasanya

nasabah menyukai Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas yang menawarkan

kecepatan yang lebih. Seperti kecepatan dalam mencairkan pinjaman uang, tidak

harus menunggu berjam-jam untuk menunggu uang yang ditransfer cukup dengan

20 menit nasabah dapat mengambil uangnya gadai emas di kasir/teller.

d) Fasilitas Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas Lengkap

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Selain menjual jasa kepada nasabah, Bank Syariah Mandiri Produk Gadai

Emas pun harus melengkapi diri dengan berbagai fasilitas yang dapat

memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi di Bank Syariah Mandiri

Produk Gadai Emas tersebut. Fasilitas yang dimaksud adalah tersebarnya

informasi di website Bank Syariah Mandiri, layanan SMS Banking, informasi

daftar harga emas terbaru, surat keterangan Bank.

e) Penawaran Produk Gadai Emas Bank Syariah Mandiri Menarik dan variatif

Indikator yang menunjang untuk melakukan transaksi di sebuah Bank

Syariah Mandiri Produk Gadai Emas diantaranya terdapat produk-produk

perbankan yang bervariasi dan menarik. Nasabah akan sangat mudah menentukan

produk mana yang sesuai dengan kebutuhanya, begitupun dengan nisbah bagi

hasil biasanya Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas harus kreatif dalam

menciptakan produk-produk perbankan yang dapat menarik minat nasabah untuk

membeli produk tersebut.

f) Teknologi yang Digunakan Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas Canggih

Dalam menjalankan operasionalnya Bank Syariah Mandiri Produk Gadai

Emas memerlukan alat teknologi yang baik, baik dari kecanggihan teknologi itu

sendiri yang dapat beroperasi secara otomatis atau kemukhtahiran dalam

berteknologi. Karena jika teknologi yang dipakai tidak canggih di zaman yang

modern ini nasabah akan lari dan pindah ke bank yang lain ataupun ke perusahaan

gadai emas lain hanya dengan alasan teknologi.

56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2) Kelemahan

Indikasi kelemahan dari perbankan syariah di Bank Syariah Mandiri

khususnya untuk produk gadai emas adalah teknologi yang digunakan standar,

tidak ada inovasi produk, kurangnya fasilitas, pelayanan kurang memuaskan,

kualitas produk rendah, jasa produk tidak memuaskan.

a) Teknologi yang Digunakan Standar

Era globalisasi yang menuntut dengan munculnya perkembangan

teknologi yang maju harus dimanfaatkan secara maksimal oleh Bank Syariah

Mandiri Produk Gadai Emas, karena teknologi yang digunakan tergolong standar.

b) Tidak Ada Inovasi Produk

Pengembangan produk baru yang inovatif dan berkualitas sangatlah

diperlukan karena merupakan salah satu daya saing dalam menhadapi persaingan

bank syariah lain maupun bank konvensioanal.

c) Kuranya Fasilitas

Fasilitas yang tidak lengkap membuat sistem operasionalnya menjadi tidak

efektif sehingga menurunkan tingkat kepuasan nasabah.

d) Pelayana Kurang Memuaskan

Salah satu keunggulan persaingan adalah dalam dalam hal pelayanan,

apabila pelayanan kurang memuaskan berakibat beralihnya nasabah ke bank

syariah lain atau bank konvensional/perusahaan yang memiliki produk gadai

emas.

e) Kualitas Produk Rendah

57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Persaingan antar produk yang bervariatif sangatlah berpengaruh pada

tingkat keuntungan Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas. Apabila kualitas

produk rendah dan kurang menguntungkan maka Bank Syariah Mandiri Produk

Gadai Emas akan kalah bersaing dengan bank konvensional.

f) Jasa Produk Tidak Memuaskan

Jasa produk yang tidak memuaskan atau merugikan nasabah maka akan

berakibat beralihnya nasbah ke bank lain.

3) Peluang

Identifikasi peluang Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas yaitu ban

syariah dekat dengan masyarakat, perkembangan teknologi semakin canggih,

Potongan dan bunga Bank konvensional membebankan, kebutuhan masyarakat

akan Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas.

a) Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas Dekat Dengan Masyarakat

Kedekatan Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas terhadap

masyarakat begitu meyakinkan karena Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas

begitu pas untuk masyarakat dalam menanamkan menggadaikan emas pada Bank

Syariah Mandiri. Karena Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas berdasarkan

prinsip Al Quran dan Hadits, sehingga murni kehalalanya.

b) Perkembangan Teknologi Semakin Canggih

Perkembangan teknologi Bank Syariah Mandiri khususnya Produk Gadai

Emas yang semakin canggih dan tidak kalah dengan bank konvensional, seperti

internet banking, phone banking, dan sms banking berkaitan dengan informasi

tentang emas sudah banyak disediakan di Bank Syariah Mandiri.

58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c) Potongan dan Bunga Bank Konvensional Membebankan

Karena Allah dan Rosul Nya melarang atau mengharamkab riba :

”orang orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti

berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.

Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata (berpendapat)

sesungguhnya jual beli itu sama saja dengan riba, padahal Allah telah

menghalakan jual beli dan mengharamkan riba. Orang – orang yang telah sampai

kepadanya larangan dari Tuhanya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka

baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan ) dan

urusanya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali mengambil riba maka

orang itu adalah penghuni neraka mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al

Baqarah:275).

d) Peraturan Yang Ada Menguntungkan Bank Syariah Mandiri Produk Gadai

Emas

Peraturan Bank Indonesia Nomor. 4/1/PBI/2002 tanggal 27 Maret 2002,

memberikan bank-Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas dapat membuka

kantor cabang pembantu syariah, unit usaha syariah di cabang bank konvensional

sepanjang sudah memiliki unit usaha syariah di kantor pusatnya.

e) Kebutuhan Masyarakat Akan Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas

Umat islam sangat membutuhkan Bank Syariah Mandiri Produk Gadai

Emas karena untuk kehalalan transaksi gadai emas dan meninggalkan riba.

Sehingga peluang pemasaran Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas sangat

besar.

59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4) Ancaman

Selain terdapat peluang yang besar Bank Syariah Mandiri Produk Gadai

Emas juga menghadapi ancaman dari luar perusahaan yang dapat menghambat

jalanya perusahaan, yaitu tingkat persaingan dengan bank

konvensional/perusahaan, perilaku nasabah, karyawan bank konvensional agresif

dan terampil, peraturan yang diterapkan tidak baik.

a) Tingkat Persaingan Dengan Bank Konvensional/perusahaan gadai emas

Tingkat persaingan yang tinggi terhadap bank konvensional/perusahaan

melalui produk, pelayanan, kualitas jasa menjadi sebuah ancaman besar bagi Bank

Syariah Mandiri Produk Gadai Emas dalam bersaing dengan bank

konvensional/perusahaan tersebut.

b) Perilaku Nasabah

Perilaku nasabah yang masih ragu-ragu dan menganggap bank syariah

khususnya Bank Syariah Mandiri sama saja dengan bank

konvensional/perusahaan gadai emas hanya diganti labelnya saja menjadi

ancaman besar untuk Bank Syariah Mandiri produk gadai emas.

c) Karyawan Bank Konvensional/perusahaan gadai emas agresif dan terampil

Karyawan bank Konvensional perusahaan gadai emas yang agresif dan

terampil menjadi ancaman dalam persaingan dengan Bank Syariah Mandiri

Produk Gadai Emas.

d) Peraturan Yang Diterapkan Tidak Baik

60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Peraturan yang ada di Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas yang

kurang memuaskan nasabah menjadi salah satu ancaman dalam persaingan

terhadap bank konvensional/perusahaan gadai emas.

b. Formulasi Alternatif Strategi Pemasaran

Setelah mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang

selanjutnya dilakukan perumusan strategi. Perumusan strategi meliputi tiga

pengumpulan data, tahap analisis, tahap pengambilan keputusan.

1) Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data yaitu tahap untuk memasukkan hasil analisis dan

identifikasi terhadap kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Hasil

analisis dan identifikasi kondisi lingkungan internal yaitu kekuatan dan

kelemahan akan disusun dalam matriks IFE. Sedangkan hasil analisis dan

identifikasi kondisi ekternal, yaitu peluang dan ancaman akan disusun ke dalam

matriks EFE.

a) Matriks EFE

Matriks EFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari

faktor-faktor eksternal perusahaan, yaitu peluang dan ancaman yang dihadapi

Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas. Langkah-langkah dalam penyusunan

matriks EFE hampir sama dengan penyusunan matriks IFE. Namun pada matriks

EFE, faktor-faktor strategis yang digunakan adalah peluang dan ancaman. Hasil

perhitungan matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 6.1

Hasil analisis matriks EFE memperlihatkan bahwa peluang utama yang

dihadapi adalah kebutuhan masyarakat akan Bank Syariah Mandiri Produk Gadai

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Emas dengan skor terbobot 0,375 hasil analisis matriks EFE juga memperlihatkan

faktor eksternal yang menjadi ancaman utama bagi Bank Syariah Mandiri Produk

Gadai Emas yaitu tingkat persaingan dengan bank konvensional (skor 1,100).

Hasil perhitungan keseluruhan faktor strategis eksternal mengahasilkan

skor sebesar 3,200 (jumlah skor peluang ditambah ancaman) hal ini menunjukkan

bahwa situasi eksternal perusahaan di atas rataan yaitu perusahaan mampu

merespon faktor eksternal dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk

mengatasi ancaman. Dari total nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan

berada dalam posisi tinggi dalam menghadapi peluang dan ancaman dengan nilai

total skor terbobot lebih tinggi dari nilai rataan 3,00

Tabel 6.1 Matriks EFE Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas

Skor
Bobot Rating
NO Faktor Strategi Internal terbobot
(a) (b)
(a x b)
Peluang
1 Bank Syariah dekat dengan masyarakat 0,025 2 0,05
2 Perkembangan Teknologi semakin canggih 0,05 2 0,1
3 Bunga Bank Konvensional membebankan 0,025 2 0,05
4 Peraturan yang ada di Bank Syariah Mandiri menguntungkan 0,1 3 0,3
5 Kebutuhan masyarakat akan Bank Syariah Mandiri 0,125 3 0,375
Ancaman
1 Tingkat Persaingan dengan Bank Konvensional/Perusahaan
1. Produk (Bunga dan Bagi Hasil) 0,075 4 0,3
2. Pelayanan 0,1 4 0,4
3. Kualitas Jasa 0,1 4 0,4
2 Perilaku Nasabah:
1. Persepsi nasabah terhadap Bank Syariah Mandiri (Ragu) 0,15 3 0,45
2. Menganggaap sama saja dengan Bank
0,075 3 0,225
Konvensional/Perusahaan
3 Karyawan Bank Konvensional agresif dan terampil 0,1 3 0,3
4 Peraturan yang diterapkan tidak baik 0,075 2 0,15
Jumlah 1 3,2

62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d) Matriks IFE

Matriks IFE menggambarkan dan mengetahui peran kondisi internal

preusan yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dihitung dengan rating

dan robot. Hasil analisis matriks IFE pada Tabel. 6.2 menunjukkan bahwa faktor

strategis yang menjadi kekuatan utama preusan adalah bagi hasil Bank Syariah

Mandiri Produk Gadai Emas dengan skor terbobot paling besar, yaitu 0,360. Hasil

analisis matriks IFE juga memperlihatkan faktor strategis internal yang menjadi

kelemahan utama preusan, yaitu teknologi yang digunakan standar dengan skor

terbobot paling besar, yaitu 0,500.

Dari hasil perhitungan matriks IFE secara menyeluruh diperoleh total skor

sebesar 3,014 yang menunjukkan bahwa posisi internal Bank Syariah Mandiri

Produk Gadai Emas kuat. Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas telah mampu

memanfaatkan kekuatanya dan mengatasi kelemahan yang dimiliki dengan cukup

baik.

Tabel 6.2 Matriks IFE Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas

Skor
NO Faktor Strategi Internal Bobot (a) Rating (b) terbobot
(a x b)
Kekuatan
1 Biaya Transaksi Bank Syariah Mandiri wajar 0,1 3 0,3
2 Bank Syariah Mandiri banyak dikenal 0,058 3 0,174
3 Pelayanan Bank Syariah Mandiri cepat 0,049 3 0,147
4 Fasilitas Bank Syariah Mandiri lengkap 0,051 2 0,102
5 Nisbah/bagi hasil Bank Syariah Mandiri 0,12 3 0,360
6 Ragam Jasa Banyak 0,105 3 0,315
Teknologi yang digunakan Bank
7 0,052 3 0,156
Syariah Mandiri canggih
Kelemahan
1 Teknologi yang digunakan standar 0,125 4 0,5
2 Tidak ada inovasi produk 0,06 3 0,18

63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 6.2 Matriks IFE Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas
(Lanjutan)
Skor
NO Faktor Strategi Internal Bobot (a) Rating (b) terbobot
(a x b)
3 Kurangya fasilitas 0,07 3 0,21
4 Pelayanan kurang memuaskan 0,065 3 0,195
5 Kualitas produk rendah 0,075 3 0,225
6 Jasa Produk tidak memuaskan 0,07 3 0,21
Jumlah 1 3,014

2) Tahap Perumusan

Tahap perumusan strategi merupakan tahap untuk perumusan strategi

didasarkan hasil analisis dan identifikasi akan kondisi lingkunagan internal dan

eksternal perusahaan yang telah terkumpul. Pada tahap perumusan model yang

akan digunakan dalam perumusan strategi adalah matriks SWOT.

a) Matriks SWOT

Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang diperoleh

melalui audit lingkungan internal dan eksternal, dapat diformulasikan alternatif

strategi yang dapat diambil. Perumusan strategi ini dilakukan dengan

menggunakan analisis SWOT yang dapat dilihat pada Tabel 6.3. Alternatif

strategi yang diperoleh adalah :

(1) Strategi S-O (Strength-Opportunity)

Strategi SO adalah startegi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dapat digunakan adalah

mempertahankan biaya transaksi yang wajar sebagai kekuatan Bank Syariah

Mandiri Produk Gadai Emas agar bisa dekat dengan masyarakat, meningkatkan

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ragam jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, meningkatkan teknologi

untuk menyesuaikan perkembangan teknologi yang semakin canggih.

(a) Mempertahankan biaya transaksi yang wajar sebagai kekuatan bank syariah

mandiri produk gadai emas agar bisa dekat dengan masyarakat.

Salah satu kekuatan Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas adalah

biaya transaksi yang wajar yang tidak menerapkan potongan/bulan atau akhir

tahun sehingga dengan sistem Bank Syariah Mandiri produk gadai emas bisa lebih

dekat dengan masyarakat, baik dari kalangan atas maupun kalangan bawah.

(b) Meningkatkan ragam jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Dengan meningkatnya ragam jasa yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat maka Bank Syariah Mandiri produk gadai emas memberikan sebuah

pelayanan yang memuaskan masyarakat sehingga akan menarik masyarakat

menjadi naabah Bank Syariah Mandiri produk gadai emas.

(c) Meningkatkan teknologi untuk menyesuaikan perkembangan teknologi yang

semakin canggih.

Dengan meningkatnya fasilitas teknologi Bank Syariah Mandiri Produk

Gadai Emas yang disesuikan perkembangan teknologi yang semakin canggih, bisa

menjadi daya saing terhadap bank konvensional/perusahaan gadai emas.

(2) Strategi S-T (Strength-Treath)

Strategi ST adalah strategi dimana perusahaan dapat menggunakan

kekuatan untuk menghindari ancaman. Strategi yang dapat diterapkan adalah

mepertahankan system transaksi Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas

sebagai kekuatan untuk bersaing dengan Bank syariah lain, bank konvensional

65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan perusahaan gadai emas, meningkatkan pelayanan terhadap nasabah Bank

Syariah Mandiri Produk Gadai Emas, menerapkan pemasaran jemput bola untuk

bersaing dengan bank konvensional/perusahaan gadai emas yang agresif.

(a) Mepertahankan sistem transaksi Bank Syariah Mandiri produk gadai emas

sebagai kekuatan untuk bersaing dengan syariah lain, bank konvensional dan

perusahaan gadai emas.

Kekuatan Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas berada pada sistem

transaksinya Bank Syariah Mandiri tersebut. Sistem transaksi ini digunakan untuk

meningkatkan kesan dalam benak masyarakat tentang Bank Syariah Mandiri

produk gadai emas. Peningkatan kekuatan sistem transaksi merupakan hal yang

dilakukan mengingat tingkat persaingan yang tinggi dan brand image pesaing

yang kuat.

(b) Meningkatkan pelayanan terhadap nasabah bank syariah.

Secara operasional bank merupakan industri jasa dimana hubungan dengan

nasabah harus diutamakan. Sehingga, mempertahankan mutu bank dan karyawan

sebagai SDM bermutu agar nasabah merasa nyaman saat betransaksi atau

berinteraksi.

(c) Menerapkan pemasaran jemput bola untuk bersaing denga bank konvensional

yang agresif.

Pemasaran jemput bola adalah sistem yang baik untuk bersaing dengan

bank syariah lain, bank konvensional dan perusahaan gadai emas yang

mempunyai karyawan yang agresif dan terampil.

(3) Strategi W-O (weaknesess-Opportunity)

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Strategi WO adalah strategi dimana perusahaan dapat mengatasi

kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dihasilkan

adalah menciptakan produk baru yang mengikuti selera pasar, menambah fasilitas

agar mampu melayani nasabah dengan efektif dan efisien.

(a) Menciptakan produk baru yang mengikuti selera pasar.

Agar tidak kalah bersaing dengan bank syariah lain, bank konvensional

dan perusahaan gadai emas Bank Syariah Mandiri produk gadai emas haruslah

menciptakan produk yang mengikuti selera pasar. Karena selera pasar bisa

berubah-ubah sehingga dibutuhkan produk yang sesuai denga selera pasar.

(b) Menambah fasilitas agar mampu melayani nasabah dengan efektif dan efisien.

Kepuasan pelayanan terhadap nasabah merupakan salah satu strategi

bersaing yang baik. Supaya bisa melayani nasabah dengan efektif dan efisien

diperlukan fasilitas yang memudahkan pelayanan.

(4) Strategi W-T (Weaknesess-Threaths)

Strategi WT adalah strategi dimana perusahaan dapat meminimalkan

kelemahan dan menghindari ancaman. Strategi yang dapat digunakan dengan

menambah fasilitas Bank Syariah Mandiri produk gadai emas untuk menghadapi

persaingan, meningkatkan teknologi informasi untuk mengantisipasi persaingan.

(a) Menambah fasilitas bank syariah mandiri produk gadai emas untuk

menghadapi persaingan

Fasilitas-fasilitas Bank Syariah Mandiri produk gadai emas perlu ditambah

untuk meningkatkan kompetensi Bank Syariah Mandiri Produk Gadai Emas untuk

menghadapi persaingan.

67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(b) Meningkatkan teknologi informasi untuk mengantisipasi persaingan

Perkembangan teknologi yang memberikan informasi global yang

dimanfaatkan untuk menginspirasi ide-ide yang dapat digunakan untuk

menghadapi persaingan.

Tabel 6.3 Analisis Matriks SWOT Bank Syariah Mandiri


Produk Gadai Emas
Faktor Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Internal 1. Teknologi yang
1. Biaya transaksi bank digunakan standar
syariah wajar 2. Tidak ada inovasi produk
2. Bank Syariah Mandiri 3. kurangnya fasilitas
banyak dikenal 4. pelayanan kurang
3. Fasilitas Bank Syariah memuaskan
Mandiri lengkap 5. Kualitas produk rendah
4. Nisbah/bagi hasil Bank 6. Jasa produk tidak
Syariah Mandiri menarik memuaskan
5. Ragam jasa banyak
6. Teknologi yang digunakan
Faktor Eksternal Bank Syariah Mandiri
canggih
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Bank Syariah Mandiri dekat 1. Mempertahankan biaya 1. Menciptakan produk
dengan masyarakat transaksi yang wajar baru yang mengikuti
2. perkembangan teknologi sebagai kekuatan bank selera pasar
semakin canggih syariah agar bisa dekat 2. Menambah fasilitas agar
3. Bunga bank Konvensional/ dengan masyarakat mampu melayani
perusahaan gadai emas 2. Meningkatkan ragam jasa nasabah dengan efektif
membebankan yang sesuai dengan dan efisien
4. Peraturan yang ada di Bank kebutuhan Masyarakat
Syariah Mandiri 3. Meningkatkan teknologi
menguntungkan untuk menyesuaikan
5. Kebutuhan masyarakat akan perkembangan teknologi
Bank Syariah Mandiri yang semakin canggih
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
1. Tingkat persainagan dengan 1. Mepertahankan sistem 1. Menambah Fasilitas
Bank syariah lain, bank transaksi bank syariah Bank Syariah Mandiri
konvensional /perusahaan sebagai kekuatan untuk untuk menghadapi
gadai emas bersaing dengan bank persaingan
2. Perilaku nasabah syariah 2. meningkatkan teknologi
3. karyawan bank 2. Menerapkan pemasaran informasi untuk
Konvensional agresif dan jemput bola untuk mengantisipasi
terampil bersaing dengan bank persaingan
4. peraturan yang diterapkan konvensional yang agresif
menarik

68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3) Tahap Keputusan

Tahap keputusan merupakan tahap menentukan strategi terbaik yang dapat

dijalankan Bank Syariah Mandiri produk gadai emas dari alternatif-alternatif

strategi terbaik yang diperoleh dari hasil analisis SWOT. Hasil analisis matriks

SWOT menghasilkan 4 alternatif strategi yaitu strategi SO, strategi ST, strategi

Wo dan Strategi WT. Setelah dijalankan maka akan ditentukan alternatif strategi

mana yang akan menjadi prioritas.

6.3 Arah Pengembangan dan Strategi

Berkaitan dengan kondisi internal perusahaan, baik berupa kekuatan

maupun kelemahan, dikaitkan dengan kondisi eksternal lembaga yang berupa

peluang dan tantangan Bank Syariah Mandiri produk gadai emas dalam upaya

mempertahankan eksistensinya dan meningkatkan kualitas perlu meramu keempat

aspek tersebut dengan cara yang seefektif dan seefisien mungkin. Untuk itu Bank

Syariah Mandiri diharapkan melakukan serangkaian pembenahan agar dapat tetap

eksis dalam menghadapi persaingan produk gadai emas khususnya di Kota Medan

dan umumnya di Sumatera secara terpadu. Adapun strategi yang mungkin dapat

dilakukan Bank Syariah Mandiri untuk produk gadai emas adalah sebagai berikut:

• Sebagai Bank Syariah yang terbit di daerah kota Medan dan di Sumatera,

yang saat ini sedang bersaing ketat diharapkan Bank Syariah Mandiri harus

mampu menjadi kontrol untuk pengembangan produk gadai emas dalam

masyarakat. Sehingga fungsi sebagai Bank Syariah terpercaya pilihan mitra

usaha dapat dijadikan sebagai fungsi utama.

69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


• Sebagai perusahaan perbankan, sekiranya dapat menjadikan pesaingnya

sebagai evaluasi dalam melakukan aktifitas pemasarannya sehingga apa

yang menjadi tujuan dapat tercapai.

• Agar kelangsungan hidup perusahaan dapat dipertahankan maka pimpinan

perusahaan perlu dengan cermat dan teliti mempelajari situasi dan kondisi

yang sedang terjadi sesuai keinginan dan selera konsumen dalam hal mutu

gadai emas yang dimuat.

• Dalam memperluas jaringan pemasaran hendaknya perusahaan tidak terpaku

pada sistem yang ada. Bagian sirkulasi perlu memikirkan daerah-daerah

yang baru untuk sasaran pemasaran atau peningkatan jumlah penjualan

disaerah-daerah yang dianggap prospek.

• Untuk mencapai target gadai emas dan meningkat secara terus menerus,

hendaknya perusahaan dapat menjalin hubungan baik dengan para

konsumen dan nasabah sehingga memperoleh keuntungan dari semua pihak.

70

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi

pemasaran dalam menghadapi persaingan yang tepat yaitu strategi S-O :

mempertahankan biaya transaksi yang wajar sebagai kekuatan bank syariah

mandiri agar bisa dekat dengan masyarakat, meningkatkan ragam jasa yang sesuai

dengan kebutuhan masyarakat, meningkatkan teknologi untuk menyesuaikan

perkembangan teknologi yang semakin canggih. Strategi ST : mempertahankan

system transaksi bank syariah mandiri sebagai kekuatan untuk bersaing dengan

bank syariah lain, bank konvensional maupun perusahaan gadai emas,

meningkatkan pelayanan terhadap nasabah bank syariah mandiri, menerapkan

pemasaran jemput bola untuk bersaing dengan bank konvensional maupun

perusahaan gadai emas yang agresif. Strategi W-O : menciptakan produk baru

yang mengikuti selera pasar, menambah fasilitas agar mampu melayani nasabah

dengan efektif dan efisien. Dan Strategi W-T : menambah fasilitas bank syariah

mandiri untuk menghadapi persaingan, meningkatkan teknologi informasi untuk

mengantisipasi persaingan.

7.2. Saran

Bank Syariah Mandiri sebaiknya memaksimalkan kekuatan produknya dan

system transaksinya sebagai kekuatan untuk bersaing dengan bank konvensional/

71

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


perusahaan gadai emas. Dan disarankan untuk melakukan iklan di media cetak

maupun elektronik untuk mensosialisasikan produk dari Bank Syariah Mandiri.

Hal lain yang menjadi masukan untuk Bank Syariah Mandiri adalah

menjalankan strategi yang telah dihasilkan dalam penelitian ini yaitu; sebagai

kontrol pengembangan produk gadai emas, mengevaluasi aktivitas pemasaran,

meneliti kondisi pasar yang ada pada saat ini, mengembangkan daerah pemasaran

yang diharapkan dapat mencapai daerah-daerah yang dianggap memiliki prospek

dan yang paling penting adalah menjaga hubungan baik dengan konsumen

ataupun nasabah agar dapat menguntungkan baik bagi Bank Syariah Mandiri

ataupun nasabah.

72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David A, V. Kumar and Goerge S. Day, 2001, Marketing Research, 7th,
Edition, John Wiley & Sons, Inc, USA.

Basu Swastha. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Kedelapan. Jakarta:
Penerbit Liberty

Crosby, Lawrence dan Stephens, Nancy. 1987.” Effects of Relationsip Marketing


on Statisfaction, Retention, and Price in The Life Insurance Industry”
Journal of Marketing Research. (24) 4: 404-411

Gronroos. Christian, 2007, Service Management and Marketing: Customer


Management in Service Competition, Third Edition, John Wiley and
Sons, Ltd, England.

Hair, Joseph F. Jr., Rolph E. Anderson, Ronald L. Tatham, and Willian C. Black,
2006, Multivariate Data Analysis, 5th Edition, Prentice Hall International,
Inc, New Jersey.

Kinnear, Thomas C., and James R. Taylor, (1995), Riset Pemasaran, Dialih
bahasakan oleh Yohanes Lamarto, Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip. 2009. Marketing Management. Elevent Edition. New Jersey:


Penerbit Prentice Hall. Inc. Alih Bahasa Benyamin Molan, 2005.
Manajemen Pemasaran Edisi 11. Jakarta: Penerbit PT. Indeks.

Lehtinen, Volevi and Jatmo R Lehtinen. 1983 p. 21. Service Quality: A Study of
Quality Dimension. Unpublished reserach report. Service management
group OY Finlandia.

Lovelock, C.H. and J. Wirtz, 2007, Service Marketing, People, Technology,


Strategy, 5th edition, Pearson-Prentice-Hall, Canada.

Laksana, Fajar. 2008. Manajemen Pemasaran, Edisi Pertama. Yogyakarta:


Penerbit Graha Ilmu

Lupiyoadi, Hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi Kedua. Jakarta :


Penerbit Salemba Empat.

Moh. Ramly, Fuad & Rustan, M, 2005. Akuntansi Perbankan, Edisi Pertama,
Graha Ilmu, Yogyakarta.

73

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nazir, 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Parasuraman, Zeithaml, and Berry, 2010, Delivery Service Quality Balancing


Customer Perceptions and Expectation, The Free Press A Division of
McMIlan, Inc, New York.

Rossiter, John R. and Larry Percy, (1998), Advertising and Promotion


Management. New York: McGraw-Hill Book Company.

Rammal, H. G., Zurbruegg, R. (2007). Awareness of Islamic Banking Products


Among Muslims: The Case of Australia. dalam Journal of Financial
Services Marketing, 12(1), 65-74.

Saeed, Abdullah. (1996). Islamic Banking and Interest: A Study of the Prohibition
of Riba and its Contemporary Interpretation. Leiden, Netherlands:
E.J.Brill.

Subhi Y. Labib (1969), Capitalism in Medieval Islam dalam The Journal of


Economic History, 29 (1), hlm. 79-96 [81, 83, 85, 90, 93, 96].

Syafi'i Antonio, Muhammad (2001). Bank Syariah, Dari Teori ke Praktik,


penyunting Dadi M.H. Basri, Farida R. Dewi, Cet. 1, Jakarta: Gema
Insani Press. ISBN 979-561-688-9.

Sunaryo, Bambang. 2002. “Dinamika Strategi Pelayanan Outlet dan Kinerja


Pemasaran” Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol 1 (1): 41-56

Sinulingga, Sukaria, 2011, Metode Penelitian, Edisi 1, USU Press, Medan.

Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Penerbit


Alfabeta, Bandung.

Tjiptono, andy. 2005. Pemasaran Jasa, Edisi Pertama. Malang: Penerbit


Bayumedia Publishing

74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai