SKIZOFRENIA PARANOID
Pembimbing :
Dr. Wijaya Aji, M.Sc, Sp.KJ
Disusun oleh :
Andre William 2065050155
Pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai petani
Pernikahan
Pasien belum menikah
Psikososial
Pasien bertingkah laku dan berpakaian layaknya seorang laki-laki
sesuai usianya
Agama
Pasien adalah seorang pemeluk agama islam yang taat
Aktivitas sosial
Pasien sebelum masuk RSJ bersosialisasi baik dan mempunyai teman
Situasi hidup
Saat ini pasien tinggal bersama dengan tante dan keponakannya
c. Status neurologis
Kepala dan Leher
- Kaku kuduk : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Saraf Kranialis I-XII : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
Ekstremitas Atas Dextra Sinistra
Kekuatan otot 5 5
Tonus otot Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek Fisiologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Biceps
Triceps
Reflek Patologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Hoffman
Tromner
Sensorik Baik Baik
Estremitas Bawah Dextra Sinistra
Kekuatan otot 5 5
Tonus otot Normal Normal
Klonus (-) (-)
Reflek Fisiologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Patella
Achilles
Reflek Patologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Babinsky
Chadock
Gordon
Openheim
Sensorik Baik Baik
Terpenuhi
√
Terpenuhi
Tidak
Terpenuhi
X. TATALAKSANA
XI. PROGNOSIS
1) Premorbid
a. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada baik
b. Dukungan keluarga : ada baik
c. Sosial ekonomi : kurang buruk
d. Pendidikan : ada baik
e. Stressor : ada buruk
2) Morbid
a. Onset usia : ada buruk
b. Tipe penyakit : Skizofrenia paranoid
c. Penyakit organik : Tidak ada baik
d. Respon terapi : ada baik
e. Tilikan : derajat 1 buruk
a. Psikofarmaka
- Clozapine 50 mg
- Risperidone solutio 2cc
- Diazepam injeksi 1 amp
- Difenhidramin injeksi 1 amp
- Trihexyfenidil 2 mg
b. Psikoterapi
- Reabilitasi vokasi, Cognitive Behaviour Therapy
XII. EDUKASI
- Proses penyakit
- Pemberian terapi
B. PEMBAHASAN
I. BIOLOGI
Menurut Arif (2006) yang dibaa dalam Handayani et al (2015) faktor
keturunan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
skizofrenia, semakin dekat hubungan seseorang dengan pasien yang memiliki
skizofrenia, maka akan semakin besar risiko individu tersebut mengalami
skizofrenia. Menurut hasil alloanamnesis dengan adik pasien tidak ditemukan
adanya riwayat penyakit atau keluhan yang sama pada keluarga pasien.
II. PSIKOLOGI
Menurut Hawari (2011) yang dibaca dalam Yulianti et al (2020) setiap
permasalahan kehidupan yang menimpa pada diri seseorang (stresor
psikososial) dapat mengakibatkan gangguan fungsi organ tubuh. Reaksi tubuh
ini dinamakan stres. Stres psikologis seperti emosional, pelecehan, kehilangan
orang yang dikasihi dan ketidakmampuan berhubungan dengan orang lain
merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan gangguan jiwa (Konefal,
et al., 2015). Pengalaman tidak menyenangkan yang dialami pasien atau kejadian
yang dapat memicu pasien mengalami gangguan jiwa jika pasien memiliki
mekanisme koping yang tidak baik. Konflik yang tidak terselesaikan dengan
teman atau keluarga akan menjadi pemicu stressor berlebihan bagi pasien
(Rinawati, et al., 2016).
Menurut hasil alloanamnesis dengan kakak kandung pasien, menyatakan
bahwa orangtua mereka berpisah, dan hubungan antara pasien dengan bapak
pasien tidak baik karena pola asuh bapak yang keras sejak kecil. Selain itu pasien
mengatakan bahwa di tahun 2019, pasien ditinggal oleh pacarnya dan merasa
marah.
III. KESIMPULAN
Terjadinya gangguan jiwa dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek, seperti
biologis, psikologis, sosial dan kultural dan spiritual, yang dapat saling
menpengaruhi. Dimana onset skizofrenia juga memiliki pengaruh terhadap
kekambuhan pasien skizofrenia. Kemungkinan dikarenakan banyak faktor
diantaranya, terlambatnya penanganan atau pengobatan, pemberian antipsikotik
yang kurang optimal, keterlibatan keluarga yang kurang, perawatan di
masyarakat dan manajemen kasus yang buruk, sehingga pasien mempunyai
prognosis yang buruk, mereka tidak dapat berfungsi di dalam masyarakat dan
menuju ke kemunduran mental dan menjadi penghuni tetap rumah sakit jiwa.
DAFTAR PUSTAKA