Anda di halaman 1dari 36

1.

Perbedaan antara anak dan dewasa

ANAK DEWASA
Tumbuh kembang : Ada (+) Tidak ada (-)
Proporsi tubuh
Kepala:PB : 1/ 4 1/8
Ekstremitas: PB : 1/ 4 1/2
% air tubuh : 70-80% 50-60%
Kebutuhan : Berbeda
Pusat badan : Umbilikus sympisis pubis

2. Definisi anak
Anak adalah manusia sejak pembuahan sampai berakhirnya proses tumbuh kembang
yang secara operasional diterjemahkan menjadi dari saat awal kehamilan sampai
dengan usia 18 tahun.

3. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan


PERTUMBUHAN

Bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, yang ditandai dengan
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan pada semua
sistem organ tubuh, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat

PERKEMBANGAN

Bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yg lebih kompleks sehingga bertambahnya


kemampuan anak dan dipengaruhi oleh kematangan susunan saraf otak
 Bertambah kepandaian anak
 Sensorik
 Gerakan kasar dan halus
 Komunikasi/ bahasa, kognitif (kecerdasan, kreativitas)
 Sosial, kemandirian dan mental emosional
 Etika, budi pekerti dan moral spritual

TUMBUH KEMBANG : seluruh proses kejadian sejak pembuahan sampai dewasa

4. Ciri-ciri pertumbuhan:
1) Perubahan ukuran: tubuh bertambah besar
2) Perubahan proporsi: kepala bayi baru lahir relatif lebih besar dibanding umur
selanjutnya. Pusat tubuh di umbilikus, dewasa setinggi simpisis pubis
3) Hilangnya ciri-ciri lama: gigi susu tanggal, hilang refleks primitif
4) Timbulnya ciri-ciri baru: gigi tetap, tanda seks sekunder

5. Pemeriksaan yg menilai pertumbuhan dan perkembangan

PERTUMBUHAN
 Timbang berat badannya (BB)
 Ukur tinggi badan (TB) dan lingkar kepalanya (LK)
 Lihat BB, TB dan LK pada kurva dan grafik dan interpretasikan

PERKEMBANGAN
 KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)
 TDD (Tes Daya Dengar)
 TDL (Tes Daya Lihat)
 KMPE (Masalah Perilaku Emosional)
 M-CHAT (Autis)
 GPPH (gangguan pemusatan perhatian & hiperaktif)

6. Definisi asi eksklusif dan manfaat asi bagi bayi


ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan atau susu lain
bahkan air putih kecuali obat sesuai anjuran tenaga kesehatan selama 6 bulan.

Manfaat asi bagi bayi:


 Mudah dicerna dan diserap
 Mengandung enzim pencernaan
 Mencegah maloklusi/kerusakan gigi
 Meningkatkan hubungan ibu dan bayi

Manfaat asi bagi ibu:


 Hubungan kasih sayang ibu-bayi
 Merangsang involusi/pengecilan rahim
 Membantu program KB
 Mencegah kanker payudara

7. Definisi imunisasi, macam2 imunisasi dasar anak sampai usia 9 bulan

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang


secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
8. Dosis, lokasi dan cara pemberian imunisasi

9. Imunisasi hidup, mati, pentavalen

Pentavalen: vaksin kombinasi cth: DPT-HB-Hib

10. Imuniasasi booster dan catch up


Imunisasi booster: imunisasi ulangan dari imunisasi dasar yang telah diberikan
di waktu-waktu tertentu
Imuniasi catch up: imunisasi kejar yang diberikan pada anak yang terlambat
memulai/tertinggal imunisasinya
11. Macam2 imunitas
12. KIPI dan tatalaksana
Kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) atau adverse event following immunization
(AEFI) adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa reaksi
vaksin, reaksi suntikan, efek farmakologis, kesalahan prosedur, koinsiden atau
hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.

L
M
13. Klasifikasi status gizi

14. Tanda-tanda gizi buruk

15. Marasmus kwarsiorkor

MARASMUS:
 Bentuk malnutrisi protein-kalori yang terutama akibat kekurangan kalori yang
berat dan kronis terutama terjad selama tahun pertama kehiduppan, disertai
retardasi pertumbuhan dan berkurangnya jaringan lemak bawah kulit
 BB/TB < -3 SD atau <70% dari median (marasmus)
 Gejala klinis:
- cengeng, pucat
- penampakan spt “orang tua susah”
- rambut normal
- lap lemak (-): turgor kuit berkurang dan tulang2 menonjol
- kulit kering, dingin dan mengendor
- otot hipo/atrofi
- sering diare/konstipasi
- TD rendah, kadang bradikardi dan frek. napas rendah

KWASHIORKOR
 Bentuk malnutrisi protein yang disebabkan oleh defisiensi protein yang berat
dan asupan kalori yang biasanya mengalami defisiensi
 Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor: BB/TB
> -3SD)
 Gejala klinis:
- apati, muka bulat, pucat
- rambut spt rambut jagung (tipis dan jarang)
- edema
- crazy pigmen dermatosis
- hepatospelnomegali
- albumin meningkat

MARASMUS-KWASHIORKOR
 campuran M-K
 Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
(marasmik-kwashiorkor: BB/TB <-3SD).

16. 10 langkah tatalaksana gizi buruk


17. Pengertian diare
Diare : Perubahan konsistensi tinja ( air >> ampas) dengan frekuensi ≥ 3 kali perhari
dengan atau tanpa muntah, dengan atau tanpa BAB berdarah.

Diare akut: berlangsung < 14 hari


Diare persisten: ≥ 14 hari

18. Klasifikasi dehidrasi berdasarkan derajat serta klinisnya dan tatalaksana


19. Tatalaksana diare pada anak

Diare dengan dehidrasi berat


Diare dengan dehidrasi sedang/ringan
Diare tanpa dehidrasi
20. Menghitung kebutuhan cairan berdasarkan holiday segar dan cara
menghitung tetes makro mikro per menit

HOLIDAY SEGAR (cc/hari):


< 10 kg : 100 x BB
10 – 20 kg : 1000 + ((BB-10) X 50)
>20 kg : 1500 + ((BB-20 X 20)

1 cc = 20 tetes makro/menit
60 tetes mikro/menit

Contoh: BB 25 kg
1500 + ((25-20) X 20)
1500 + (5X20)
1600 ml/24 jam
Jadi 1600/24 = 67 ml/jam

Infus mikro: 67 x (20/ 60) = 22 tetes makro/menit


Infsu makro: 67 x (60/60) = 67 tetes mikro/menit

21. Cara membuat lartan oralit + mineral mix


 Sediakan lebih kurang 3 wadah dan air matang 400 cc + gula 2 sdt
 Larutkan oralit 200 dalam 200 cc air
 Larutkan mineral mix dalam 20 cc air kemudian campurkan dg larutan oralit (no.2)
sebanyak 8 cc
 Larutkan 2 sdt gula dalan 192 cc air matang kemudian campurkan dg no. 3
 Larutan oralit siap digunakan (berlaku dalam 1 x 24 jam)
 200 cc + 8 cc + 192 cc = 400 cc
22. Perbedaan demam dengue dan dhf dan tatalaksana nya
M
23. Pengertian demam dan DD demam beserta tatalaksana demam
Demam : mekanisme respon fisiologis terhadap suatu penyakit, peningkatan suhu bisa
menghambat replikasi bakteri dan virus dan memperkuat respon kekebalan tubuh
terhadap patogen.

Definisi demam secara fisiologis dan klinis

 Fisiologis : Peningkatan pelepasan IL-1 dari pusat pengatur suhu di hipotalamus


 Klinis : Peningkatan suhu tubuh 1oC atau lebih diatas rata-rata suhu tubuh sesuai
tempat pengukuran suhu

24. Tatalaksana demam:


Non-farmako
 Edukasi orangtua : memperhatikan anak secara benar, memantau kemungkinan
tanda bahaya akibat penyakit daripada memikirkan bagaimana cara menurunkan
demamnya
 Cukup cairan (50-80ml/kgBB), berikan lebih banyak minum
 Gunakan pakaian satu lapis yang tipis
 Jangan berada di lingkungan yang terlalu dingin/terlalu panas
 Kompres di daerah lipatan tubuh dengan air biasa

Farmako
1) Parasetamol : pilihan pertama
 Antipiretik harus diberi berdasarkan berat badan bukan usia penderita
 Dosis parasetamol : 10-15mg/kg tiap 4-6 jam
 Efek terapi muncul setelah 30-60 menit
 Pemberian secara rektal bisa dilakukan apabila per oral tidak bisa dilakukan
 Dengan dosis terapetik Hepatotoksik sangat jarang dijumpai

2) Ibuprofen merupakan pilihan lain


 Dosis: 10mg/kg setiap 6 jam, maksimum dosis harian 40mg/kg
 Efek terapi muncul setelah 30 menit dan bertahan 6-8 jam
 Efek samping gastritis cukup sering

25. DD demam:
< 7 hari:
 DHF
 Pneumonia
 Varicella
 Enchepaliti, meningitis
 ISK
 Faringitis
 Matoiditis

> 7 hari
 Tifus abmonalis
 Malaria
 Lymphadenitis TB, TB abdomen, TB milier
 Hepatitis kronis
 Keganasan (hodgkin lymphoma, NHL, neuroblastoma)
 Inflamasi

27. DD demam dan ruam

28. DD ruam tanpa demam????


29. Pola demam

 Demam kontinua (continuous or sustained fever): Persisten/ terus menerus


selama 24 jam dengan perbedaan suhu kurang dari 10C Contoh: pneumonia
 Demam remiten : naik turun, suhu terendah tidak mencapai suhu normal,
fluktuasi suhu > 10C. Pola demam tersering
 Demam intermiten : naik turun, suhu terendah mencapai suhu normal.
 Demam hektik : Perubahan suhu tertinggi dan terendah sangat besar. Contoh
sepsis
 Demam bifasic (saddle back fever) : Demam beberapa hari turun sekitar 1 hari
demam kembali. Contoh demam dengue
 Demam tertian : Demam intermiten yang spesifik. Demam setiap 3 hari. Malaria
tertian
 Demam kuartana : Demam setiap 4 hari. Malaria quatana.
 Demam tifus inversus (reversal of the diurnal/thypus inversus fever) :
Demam lebih tinggi dari pagi hari. Contoh Salmonelosis, TBC milier, abses hati,
dan endocarditis bakterialis
30. Kejang dan kejang demam
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
Kejang adalah gangguan listrik yang tiba-tiba dan tidak terkendali di otak yang dapat
menyebabkan penurunan kesadaran

31. Tatalaksana kejang akut


Di rumah: diberikan diazepam rectal dg dosis 5 mg jika BB < 12 kg dan 10 mg jika BB
> 12 kg
Di rumah sakit: diberikan diazepam intravena dg dosis 0,2-0,5 mg/kgBB dalam
waktu 3-5 menit
Lalu jika kejang sudah berhenti bisa diberikan penitoin/fenobarbital dg dosis 20
mg/kgBB

32. Perbedaan kejang demam kompleks dan simpleks


Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure):
 Kejang yang berlangsung singkat, kurang < 15 menit
 Umumnya akan berhenti sendiri.
 Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.
 Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)
 Kejang lama > 15 menit
 Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
 Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

33. Indikasi lumbal punksi


1. Kejang
2. Paresis dan paralisis
3. Koma
4. UUB menonjol
5. Kaku kuduk dengan kesadaran menurun
6. TBC milier
7. Leukimia
8. Mastoiditis kronik dicurigai meningitis
9. Sepsis

34. Perbedaan ensefalitis dan meningitis


Ensefalitis
Definisi : Perdangan pada parenkim otak
TRIAS : Demam, kejang, penurunan kesadaran
Penyebab tersering: virus

Meningitis
Definisi : Peradangan pada selaput otak meningitis
TRIAS : Demam, nyeri kepala, perangsangan meningeal (+)
Penyebab tersering: bakteri

35. Tatalaksana awal enchepalitis


36. DD kejang tanpa demam

37. Definisi dan gejala klinis tetanus


Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman secara langsung, tetapi
sebagai dampak eksotoksin (tetanospasmin) yang dihasilkan oleh kuman pada sinaps
ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuromuscular dan saraf
autonom
Etiologi : Clostridium tetani, batang, Gram (+), bakteri anaerob, dengan spora di
ujungnya Konsentrasi tinggi dalam tinja manusia dan binatang peliharaan.
Gejala klinis:
 Trismus : kekakuan otot mengunyah (otot maseter)/ rahang terkunci sehingga
sukar membuka mulut. Pada neonatus kekakuan ini menyebabkan mulut mencucu
seperti mulut ikan sehingga bayi tidak bisa menetek. Trismus dapat digunakan utk
menilai kemajuan kesembuhan, lebar bukaan mulut diukur setiap hari
 Risus sardonicus : kekakuan otot wajah/mimik sehingga tampak dahi mengerut,
mata agak tertutup dan sudut mulur tertarik keluar dan kebawah
 Opistotonus : kekakuan otot yang menunjang tubuh seperti otot punggung, otot
leher, otot badan dan trunk muscle (badan seperti busur)
 Abdominal rigidity : kekakuan otot dinding perut sehingga dinding perut seperti
papan
 Kejang umum: bila kekakuan makin berat, kesadaran teteap baik setelah kejang
 Gangguan pernapasan yang disebabkan kejang yang terus menerus atau karena
kekakuan otot laring yang dapat menyebbakan anoksia dan kematian
 Gangguan sirkulasi: dapat menyebabkan suhu badan tinggi, takikardi, tek.darah
tdk stabil
 Kekakuan otot sfingter : terjadi retentio alvi dan urinae
 Patah tuang dan kompresi tulang belakang

38. DD pucat

39. Jenis2 anemia


Anemia: menurunnya konsentrasi hemoglobin dan massa eritrosit dibandingkan
kontrol pada usia yang sama
40. Perbedaan GN dan SN
41. Pediatric assesment triangle
42. Refleks fisiologis, patologis dan kaku kuduk

Refleks primitive bayi baru lahir


1) Rooting refleks (refleks mencari)
 Bayi dalam keadaan tidur terlentang
 Menggoreskan jari pada satu sisi bibir dan sudut pipi bayi
 Amati mulut bayi berputar dan terbuka pada arah goresan jari

2) Glabellar refleks (refleks berkedip)


 Mengetuk dahi bayi baru lahir pada kening dengan ujung jari telunjuk
 Amati kedua kelopak mata bayi berkedip scr simetris

3) Grasping refleks (refleks menggenggam)


 Palmar refleks : meletakkan jari tangan pemeriksa pada satu telapak tangan bayi
(normalnya bayi akan menggengam jari tsb)
 Palntar refleks : meletakkan/menekan jari pada satu telapak kaki bayi (normalnya
jari-jari kaki bayi akan fleksi)

4) Neck righting refeks (refleks pembenaran leher)


 Memutar kepala bayi ke kiri atau ke kanan
 Mengamati bahu kontraateral bergerak ke arah yang sama dengan arah putaran
kepaka

5) Moro refleks (refleks memeluk atau gamang)


 Meletakkan bayi terlentang diatas satu lengan, dengan punggung di bawah
 Menjatuhkan lengan bersama bayi ke bawah kira-kira 1 cm atau lebih (tidak
sampai ke matras)
 Mengamati gerakan abduksi lengan bayi
 Mengamati gerakan adduksi lengan bayi
 Mengamati gerakan ekstensi jari tangan bayi
 Mengamati gerakan simetris atau tidak

Refleks fisiologis
1) Refleks biseps
 Semifleksikan lengan bawah
 Ibu jari di atas tendon otot biseps
 Ketuk ibu jari dg hammer
 (+) gerakan fleksi dari lengan bawah

2) Refleks triseps
 Semifleksikan lengan bawah sambil memgang pergelangan tangan pasien
 Ketuk tendon otot triseps (berada sedikit diatas olekranon) dg refleks hammer
 (+) ekstensi lengan bawah

3) Refleks brakhioradialis
 Fleksikan dan pronasikan sedikit lengan bawah
 Ketuk pada prosesus stiloideus radius dengan hammer
 (+) gerakan fleksi dan supinasi dari lengan bawah

4) Refleks patella/KPR
 Fleksikan tungkai sedikit pada lutut dan sendi panggul dan tungkai bawah
digantungkan(mis.duduk pada tepi tmpt tidur)
 Ketuk tendon achilles dg ref hammer
 (+) kontraksi kuadriseps femoris sehingga tjd ekstensi tungkai bawah

5) Refleks APR
 Fleksikan sedikit tungkai bawah
 Pegang kaki pada ujungnya sehingga dorsofleksi
 Ketuk tendon achiles dg hammer
 (+) kontraksi m.triseps sure shg tjd plantar fleksi pada kaki

Refleks patologis
1) Refleks babinski
 Pasien berbaring, pegang kaki pasien
 Gores telapak kaki scr perlahan dari arah lateral ke medial
 (+) dorsofleksi ibu jari dan mekarnya jari2 lain

2) Chaddock
 Gores bagian maleolus lateralis dari arah lateral ke medial
 (+) dorsofleksi ibu jari dan mekarnya jari2 lain

3) Gordon
 Pijat otot betis
 (+) dorsofleksi ibu jari dan mekarnya jari2 lain

4) Oppenheim
 Urut dg kuat tibia dan otot tibialis anterior dari proksimal ke distal
 (+) dorsofleksi ibu jari dan mekarnya jari2 lain

5) Gonda
 Menekan/memfleksikan jari kaki ke-4, lalu melepaskannya dg cepat
 (+) dorsofleksi ibu jari dan mekarnya jari2 lain

6) Schaefer
 Menjepit tendon achiles
 (+) dorsofleksi ibu jari dan mekarnya jari2 lain

7) Klonus kaki
 Telapak tangan kanan di salah satu telapak kaki kiri pasien
 Tangan kiri mensemifleksikan sendi lutut pasien
 Dorong dengan cepat kearah proksimal
 (+) gerakan ritmik bolak-balik dari kaki berupa plantarfleksi dan dorsofleksi scr
bergantian

8) Klonus patella
 Tungkai dalam keadaan ekstensi
 Pegang patella
 Dorong scr cepat kearah distal sambil memberikan tekanan ringan
 (+) gerakan ritmik bolak-balik dari otot kuadriseps shg tjd gerakan bolak-balik dari
patella

9) Refleks hoffman tromner


 Tangan kiri pemeriksan memegang pergelangan tangan pasien dan jari-jarinya
fleksi ringan
 Jari tengah digores kuat dg ibu jari pemeriksa
 (+) fleksi jari telunjuk serta fleksi dan adduksi ibu jari

Perangsangan meningeal
1) Pemeriksaan kaku kuduk (nuchal/ neck rigidity)
 Fleksikan kepala pasien usahakan dagu menyentuh dada
 Perhatikan ada tidak nya tahanan

2) Pemeriksaan kernig
 Posisi berbaring, kedua tungkai ekstensi
 Fleksikan salah satu sendi panggul sampai membuat sudut 90 derajat sementara
sendi lutut difleksikan maksimal
 Ekstensikan sendi lutut hingga mencapai sudut 135 derajat anatara tungkai atas dan
bawah
 (+) jika sebelum 135 derajat terdapat nyeri

3) Pemeriksaan brudzinski I
 Tangan kiri pemeriksa dibawah kepala pasien
 Fleksikan kepala dan usahankan dagu menyentuh dada
 (+) fleksi kedua tungkai

4) Pemeriksaan brudzinski II
 Sama seperti pemeriksaan kernig
 (+) jika terjadi fleksi tungkai kontralateral

43. Covid 19 pada anak


44. Pemeriksaan thorax dan pemeriksaan fisik-paru jantung pada anak
45. Pemeriksaan abdomen pada anak
46. Pemeriksaan fisik kepala dan wajah pada anak
47. DD DEMAM TABEL DARI ICHRC

Anda mungkin juga menyukai