Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH EKONOMI MAKRO

“OPINI TENTANG NEW NORMAL LIFE DI TENGAH PANDEMI COVID-19”

OLEH :

NAMA : I WAYAN EKA JATA SUPARYAWAN

NIM : 1917073001

KELAS :F

PRODI MANAJEMEN

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2020
KESIAPAN DUNIA PENDIDIKAN MENJALANI KEBIJAKAN “NEW
NORMAL”

Pemerintah harus memperhatikan bagaimana kondisi


perekonomian negara di tengah pandemic covid -19 ini yang tidak
kunjung berakhir, untuk itu pemerintah saat ini sedang gencar-
gencarnya mengeluarkan kebijakan “New Normal”. New Normal sendiri
adalah skenario untuk mempercepat penanganan Covid-19 dalam
bentuk perubahan perilaku untuk menjalankan aktivitas secara normal
dengan mengikuti protokol kesehatan, tujuannya adalah agar
perekonomian masyarakat bisa tetap berjalan namun penyebaran
covid-19 dapat ditekan.

Skema ini dapat diterapkan di tempat kerja, sektor pelayanan


publik, industri dan sekolah. Beberapa daerah akan menerapkan
skema new normal ini yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat,
Bali, Gorontalo dan ada 25 Kabupaten/Kota lainnya. Skema new
normal harus mempertimbangkan banyak hal apalagi jika diterapkan
di bidang pendidikan. Hal tersebut terkait dengan anak-anak sebagai
penerus bangsa harus dilindungi dari penyebaran Covid-19. Anak-anak
rentan terkena Covid-19, proses kegiatan belajar mengajar dapat
menjadi sebab banyaknya kasus penularan virus ini. Hal ini bisa kita
lihat dengan intensnya interaksi sosial di sekolah, guru tidak dapat
memantau semua muridnya agar mematuhi protokol kesehatan.

Apalagi di sekolah itu dunia main bagi anak-anak, kontak


langsung antar anak tidak dapat dihindari dengan mudah. Tidak hanya
kontak dengan teman sekelas, anak-anak juga dapat tertular dari
kegiatan selama bersekolah, seperti ketika berangkat dan pulang
sekolah dengan kendaraan umum, penularan virus juga dapat terjadi
ketika ia membeli jajan. Kesiapan protokol kesehatan di lingkungan
sekolah masih jauh dari kata aman, tidak semua tingkatan usia pelajar
dapat mengerti dan mengikuti protokol kesehatan jika new normal
diterapkan di sekolah. Sebaiknya new normal diterapkan di tingkat
SMA dan perguruan tinggi karena mereka sudah bisa mengerti dan
menjalankan skema ini. Untuk tingkat pendidikan TK, SD dan SMP
diharapkan masih menerapkan proses belajar dari rumah.

Penerapan new normal di bidang pendidikan tidak boleh terburu-


buru karena daerah yang rencananya menerapkan skema ini
merupakan daerah yang pada gelombang pertama menyebabkan kasus
Covid-19 menyebar dengan sangat cepat di Indonesia seperti DKI
Jakarta dan Sumatera Barat. Untuk itu kehidupan new normal di
sekolah dan kampus dinilai mesti diatur secara rinci dengan
melibatkan sumber daya yang tak sedikit. Pemerintah harus
mempertimbangkan suara siswa ketika menerapkan kebijakan di
tengah wabah. Sebab, pandemi berpengaruh pada capaian pendidikan
siswa dan kondisi psikososial. Sekain itu pembukaan kembali sekolah
di tengah pandemi pemerintah harus mempertimbangkan banyak hal,
terutama jaminan untuk melakukan aktivitas sosial di sekolah yang
aman dari Covid-19. Tolak ukurnya ialah jumlah kasus baru yang
harus menurun signifikan dalam wilayah dan kurun waktu tertentu.
Paling tidak selama dua bulan. Kemudian setelah kasusnya konsisten
menurun, itu baru bisa dilakukan pelonggaran dalam artian untuk
instansi pendidikan.

Kalaupun kasus sudah dinyatakan mereda, aktivitas belajar tak


bisa langsung dilakukan secara normal. Pemerintah mutlak menyusun
standar dan protokol kesehatan yang tak cuma mencakup kewajiban
memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Salah satunya, ,
dengan menetapkan standar jumlah siswa dalam satu ruangan
berdasarkan luas ruang kelas. Pada jenjang pendidikan tinggi,
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi mencatat sebanyak 4.621 lembaga
pendidikan tinggi pada 2019. Ini termasuk universitas, institut, sekolah
tinggi, akademi, akademi komunitas, dan politeknik. Keseluruhan
lembaga tersebut menampung sebanyak 2.130.481 mahasiswa baru,
8.314.120 mahasiswa terdaftar dan 308.607 dosen. Artinya, dunia
pendidikan menyumbang jumlah masyarakat yang masif. Karena
itulah, standar pemangkasan jumlah siswa penting. Apalagi mengingat
usia anak, remaja dan produktif, yang mendominasi sektor pendidikan,
yang bisa jadi pembawa virus paling efektif. Pemerintah pun, harus
memetakan kembali materi pelajaran yang bisa dipangkas lewat
kurikulum pandemi. Dan hal ini tak bisa begitu saja diserahkan ke
masing-masing sekolah. Tetapi jika nantinya kebijakan new normal di
bidang pendidikan memberikan dampak positif seperti tercapainya
tujuan kurikulum pendidikan, sebaiknya pemerintah lebih
mempertegas pihak sekolah untuk melaksanakan protocol kesehatan di
sekolah. Memang jika kebijakan New Normal dilaksanakan dalam
dunia pendidikan, pihak sekolah ataupun pemerintah harus
melakukan beberapa tindakan antara lain :

1) Adanya sosialisasi pola new normal, pelaksanaan pola hidup


baru dan pola kehidupan lainnya di berbagai sektor dan
tingkatan selama pandemi covid-19 harus mulai disosialisasikan.

2) Terdapat proses skrining kesehatan bagi guru dan karyawan


sekolah. Karyawan dengan obesitas, diabetes, penyakit jantung,
paru dan pembuluh darah, kehamilan, kanker, atau daya tahan
tubuh lemah atau menurun, tidak disarankan untuk mengajar
atau bekerja di sekolah.

3) Akan adanya kebijakan pengaturan waktu kegiatan belajar


mengajar. Waktu kegiatan belajar diatur agar tidak bersamaan
dengan waktu padat lalu lintas dan dikurangi durasi di sekolah.

4) Data dan cek kondisi. Guru kelas terpilih wajib mendata dan cek
kondisi siswa dan orang tua siswa secara virtual sebagai skrining
awal. Siswa atau orang tua siswa yang sakit diberikan
keringanan tetap belajar di rumah hingga dokter menentukan
sehat.
5) Posisi duduk. Pengaturan posisi duduk di ruang kelas dan ruang
guru minimal berjarak 1,5 meter. Bila memungkinkan pakai
pembatas plastik.

6) Guru tidak berpindah kelas. Guru kelas diupayakan tetap atau


tidak berpindah kelas.

7) Menjaga jarak. Guru tetap menjaga jarak dari siswa.

8) Melakukan skrining harian. Skrining harian sebelum berangkat


untuk guru, siswa dan karyawan lewat handphone.Jika suhu di
atas 38 derajat, batuk, pilek, gangguan kulit, mata, muntah,
diare, tidak selera makan atau keluhan lain, maka jangan ke
sekolah.

9) Tidak berkumpul. Pengantar atau penjemput berhenti di lokasi


yang ditentukan dan di luar lingkungan sekolah, serta dilarang
menunggu atau berkumpul. Hanya berhenti, turunkan,
kemudian pergi tinggalkan sekolah.

Memang dalam dunia pendidikan kesehatan dan kebersihan


semua anggota sekolah ataupun perguruan tinggi harus diperhatikan,
meskipun jika dipikir-pikir hal tersebut sangat menggangu dan bahkan
dapat dikatakan berlebihan jika dibandingkan dengan kondisi kita dulu
yang normal tetapi hal tersebut perlu untuk tetap dilakukan meskipun
pemerintah mengeluarkan kebijakan “New Normal” karena kita semua
ketahui bahwa jumlah pasien Covid-19 semakiin hari semakin
meningkat. Jika protocol kesehatan dan persiapan menyambut
kebijakan new normal dapat diikuti dengan baik dan dipersiapkan
dengan baik maka kebijakan ini dalam dunia pendidikan dapat
berjalan sesuai dengan harapan.

Anda mungkin juga menyukai