Alamat Korespondensi :
Munawara
Fakultas hukum
Universitas Hasanuddin
Makassar, 90245
HP : 085299101876
Email : uun.kartini@gmail.com
1
Abstrak
Anak sebagai sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan
bangsa, maka anak mendapat suatu perlakuan khusus guna memberikan perlindungan dan jaminan
atas kelangsungan masa depannya. Tujuan penelitian untuk mengetahui Pendekatan restorative
justice dalam penyelesaian tindak pidana yang dilakukan oleh anak di kota Makassar. Bentuk
tindak pidana yang dilakukan oleh anak dalam kenyataanya diterapkan keadilan restorative justice.
Metode Penelitian ini bersifat deksriptif analitis, dan pendekatan sosiologi hukum. Data- data yang
diperoleh dianalisis secara kualitatif. Hasil Penelitian menunjukan bahwa Pendekatan restorative
dalam penyelesaian tindak pidana yang dilakukan oleh anak di kota Makassar dengan melihat hasil
perbandingan antara jenis tindak pidana hasil perbandingan antara jenis tindak pidana yang
dilakukan oleh anak yang diselesaikan dengan pendekatan restorative justice dan tindak pidana
yang tidak diselesaikan secara restorative justice oleh aparat pihak kepolisian. Pendekatan
restorative justice terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh seorang anak hanya terdapat jenis
tindak pidana ringan dimana kasus anak yang tidak memerlukan tindak lanjut kasus ringan cukup
mendapat peringatan dengan proses mediasi secara musyawarah dan mufakat baik pihak korban
maupun pelaku dan keluarga korban maupun keluarga pelaku. Dalam proses penyelesaian perkara
pelaku dalam hal ini bertanggung jawab atas perbuatannya. Bentuk perkara tindak pidana yang
paling dominan dilakukan oleh anak dan seringkali diselesaikan dengan pendekatan restorative
justice adalah jenis tindak pidana diatas rata-rata dari tahun 2008-2012 adalah jenis tindak pidana
ringan misalnya penganiyayaan, membawa lari anak dibawah umur serta perbuatan tidak
menyenangkan. Kesimpulan metode yang digunakan dalam penyelesaian restorative justice
diPolrestabes Makassar khususnya pada unit PPA adalah proses mediasi sesuai dengan kebiasaan
bermusywarah yang dilakukan oleh pihak kepolisian
Kata kunci: Restorative justice, tindak pidana yang dilakukan oleh anak, keadilan
Abstract
Children as human resources and a potential successor to the ideals of national struggle, then the
child gets a special treatment in order to provide protection and security for their future survival.
This study aimed to determine Restorative justice approach in solving crimes committed by
children in the city of Makassar. Forms of criminal offenses committed by children in fact applied
justice restorative justice. Methods This study is a descriptive analysis, and the sociology of law
approach. Data were analyzed qualitatively. The results showed that Restorative justice approach
in the resolution of criminal offenses committed by children in the city of Makassar is to see the
results of the comparison between the types of criminal offenses committed by children who
completed the restorative justice approach to crime and not be dealt with by restorative justice
police officers. Restorative justice approach to crime committed by a child just to kind of a
misdemeanor which means that they can be resolved in the case of children who do not require
follow-up, mild cases quite get a warning with the mediation process by deliberation and
consensus both the victims and perpetrators of family. Actors in the process of settlement in this
case could be responsible for his actions, The form of case types most dominant offenses
committed by children and often resolved with restorative justice approach is the type of crime
than average from 2008-2012 is kind of minor criminal offenses such as minor assault, abusive
beatings carried off children under age, as well as unpleasant acts. Methods used in the
completion of restorative justice is done in the approach in Makassar Polrestabes especially on
unit PPA is the process of mediation in accordance with the habits of deliberation conducted by
the police
HASIL
Pada tabel 1 memperlihatkan, perkara jenis tindak pidana yang paling
dominan dilakukan oleh anak dan sering kali diselesaikan secara restorative
justice adalah jenis tindak pidana yang diatas rata-rata dari tahun 2008-2012
adalah jenis tindak pidana ringan misalnya penganiyayaan ringan berjumlah 36
kasus, pengeroyokan disertai penganiyayaan sebanyak 7 kasus membawa lari
anak dibawah umur sebanyak 4 kasus serta perbuatan tidak menyenangkan
sebanyak 8 kasus. Dalam menyelesaikan kasus tindak pidana anak yang terjadi
korban akan mengemukakan alasan dan pemikiran dan pandanganya tentang
tindak pidana yang terjadi, sebagai contoh penyelesaian pada tindak pidana
membawa lari anak dibawah umur dengan menerapkan prinsip restorative justice
pada awalnya akan terjadinya perdebatan antara pihak keluarga baik keluarga
korban maupun keluarga pelaku dimana keluarga korban yang berpandangan
peran pelaku lebih besar daripada peran korban artinya disini pelaku yang sengaja
membawa lari anak dibawah umur padahal umur pelaku juga sama-sama dibawah
umur dan pelaku berpandangan dia membawa lari anak tersebut karena faktor
suka sama suka dalam hal ini pihak pelaku mendapat persetujuan korban
bersepakat untuk pergi bersama. Jadi pada tahap penyelesaian yang terjadi kedua
belah pihak dalam sebuah pertemuan tatap muka antara korban dan pelaku dari
berbagai pandangan kedua belah pihak baik korban maupun pelaku terhadap
permasalahan yang dibahas akan memunculkan hal baru sebagai hal utama yang
akan memunculkan pembahasan baru dalam proses upaya untuk memberikan
perhatian dan pemahaman terhadap penyelesaian suatu kasus tindak pidana yang
dilakukan dengan tujuan tercapainya perdamaian untuk semua pihak yang terkait
dalam tindak pidana yang terjadi sebagai upaya perdamaian pada mediasi korban
dan pelaku sebagai bentuk musyawarah kelompok keluarga untuk mencari jalan
penyelesian yang terbaik untuk semua pihak baik korban dan pelaku.
Hambatan dalam penerapan prinsip Restorative justice yang dialami pihak
penyidik kepolisian adalah:
walaupun keadilan Restoratif Justice dan Diversi sudah mulai dikenal sebagai
alternatif penanganan anak berhadapan dengan hukum dari peradilan pidana dan
mulai mendapatkan dukungan banyak pihak masih banyak hambatan yang
dihadapi oleh sistem peradilan anak yaitu: a) Kebutuhan yang semakin meningkat
tidak sebanding dengan sumber daya (baik personel maupun fasilitas). b)
Pemahaman yang berbeda dalam penanganan anak berhadapan dengan hukum dan
korban di antara aparat penegak hukum. c) Kurangnya kerja sama antara pihak
yang terlibat (aparat penegak hukum dan pekerja sosial anak). d) Permasalahan
etika dan hambatan birokrasi dalam penukaran data dan informasi antara aparat
penegak hukum. e) Belum ada persamaan persepsi antar-aparat penegak hukum
mengenai penanganan anak berhadapan dengan hukum untuk kepentingan terbaik
bagi anak. f) Terbatasnya sarana dan prasarana penanganan anak berhadapan
dengan hukum selama proses pengadilan. g) Kurangnya kebijakan formulasi
untuk melaksanakan proses rehabilitasi sosial anak nakal dalam hal ini
Departemen social atau organisasi sosial kemasyarakat yang bergerak dibidang
pendidikan, pembinaan dan latihan kerja sehingga dapat dikirim kepanti sosial
untuk dibina secara khusus diberi pemulihan mental dan perilaku. h) Kurangnya
perlindungan anak yang melakukan tindak pidana namun kehendak demikian
tidaklah mudah dilakukan karena kerena ketentuan dalam sistem pemasyakatan
anak saat ini tidak memberi peluang yang demikian
Hambatan Eksternal Bahwa dalam menerapkan sistem Restorative Justice
dan Diversi masih banyak hambatan eksternal yang ditimbulkan yaitu: a) tidak
konsistensi penerapan peraturan belum adanya payung hukum sebagai landasan
dan pedoman bagi semua lembaga penegak hukum, inkonsistensi penerapan
peraturan di lapangan dalam penanganan anak berhadapan dengan hukum masalah
yang paling sederhana dapat dilihat pada beragamnya batasan yang menjadi umur
minimal seorang anak pada peraturan-peraturan yang terkait. b) kurangnya
dukungan dan kerja sama antar lembaga masalah ini merupakan hambatan yang
lain yang masih banyak terjadi dalam menegakkan suatu ketentuan hukum,
termasuk penanganan anak berhadapan dengan hukum banyak kalangan
professional hukum yang masih menganggap mediasi sebagai metode pencarian
keadilan kelas dua yang mereka tidak berhasil mencapai keadilan sama sekali,
padahal saat ini hakim adalah satu-satu pihak yang bisa memediasi perkara anak
yang berhadapan dengan hukum tidak seperti mediasi perdata yang
memperbolehkan non-hakim menjadi mediator di pengadilan. c) pandangan
masyarakat terhadap perbuatan tindak pidana masih terhalang adanya pandangan
masyarakat yang cenderung dendam dan ingin melakukan pembalasan terhadap
pelaku kejahatan, termasuk pada pelaku anak.
Berdasarkan hasil Wawancara dengan KA Subnit 1 Unit VI Reskrim (unit
PPA) Polrestabes Makassar (IPTU Afriyanti Firman) hambatan yang dialami
penyidik anak dalam penerapan prinsip restorative justice terhadap tindak pidana
yang dilakukan oleh anak adalah sebagai berikut: a) Kendalanya pada saat
mengundang pihak korban dan keluarganya yang mana pada saat itu masih belum
terima dengan adanya tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku. b) Pencarian
alamat korban dan tersangka dimana jika memberikan alamat yang kurang
lengkap. c) Menentukan waktu yang tepat untuk membicarakan perdamaian. d)
Fasilitas tempat yang kurang memadai.
PEMBAHASAN
Pendekatan Restorative Justice dalam penyelesaian Tindak Pidana yang
Dilakukan oleh anak dikota makassar.
Menurut (Supeno : 2009) ada 5 prinsip penerapan restorative justice yaitu:
a) Membuat pelanggar bertanggung jawab untuk memperbaiki kerugian yang
ditimbulkan untuk memperbaiki kerugian yang ditimbulkan oleh kesalahannya. b)
Memberikan kesempatan kepada pelanggar untuk membuktikan kapasitas dan
kualitasnya di samping mengatasi rasa bersalahnya. c) Melibatkan para korban,
orang tua, keluarga. d) Menciptakan forum untuk bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah. e) Menetapkan hubungan langsung dan nyata antara
kesalahan dengan reaksi sosial yang formal.
Konsep restorative justice, proses penyelesaian tindakan pelanggaran
hukum yang terjadi dilakukan dengan membawa korban dan pelaku ( tersangka )
bersama – sama duduk dalam satu pertemuan untuk bersama – sama berbicara ( H.
Abdurrahman: 2004). Sistem pertanggungjawaban pidana anak yang dianut oleh
KUHP (yang berlaku sekarang ini) adalah sistem pertanggungjawaban yang
menyatakan bahwa semua anak (berusia 1 tahun sampai dengan 16 tahun), anak
yang jiwanya sehat, dianggap mampu bertanggungjawab dan dituntut (SR.
Sianturi : 1996) .
Pendekatan Restorative Justice dalam penyelesaian Tindak Pidana yang
Dilakukan oleh anak dikota makassar restorative justice proses penyelesaian
tindakan pelanggaran hukum yang terjadi dilakukan dengan membawa korban dan
pelaku ( tersangka ) bersama – sama duduk dalam satu pertemuan untuk bersama
– sama berbicara. Proses model keadilan restorative yang dimana peran polisi
sebagai mediator, fasilitator, atau pengawas. Dalam hal ini polisi menunjukan
pasal-pasal dan ketentuan perundang-undangan peradilan anak, lalu para
masyarakat dipersilahkan mencari jalan keluar terbaik agar terjadi proses
perbaikan, pemulihan hubungan, konsiliasi dan rekonsiliasi antara korban dan
pelaku, keluarga korban dan keluarga pelaku, dengan penerimaan masyarakat
kembali terhadap pelaku tanpa stigma apapun terhadap pelaku.
Menurut hasil Wawancara pada tanggal 22 Februari dengan KA Subnit 1
Unit VI Reskrim (unit PPA) Polrestabes Makassar (IPTU Afriyanti Firman) Ada
Tiga kriteria kasus Anak yang melakukan Tindak Pidana yang dapat diselesaikan
dengan model restorative justice:
Pertama, kasus itu tidak mengorbankan kepentingan umum dan bukan pelanggaran
lalu lintas. Kedua, anak itu baru pertama kali melakukan kenakalan dan bukan
residivis. Ketiga, kasus itu bukan kasus yang mengakibatkan hilangnya nyawa
manusia, luka berat, atau cacat seumur hidup, Namun, apabila seorang anak yang
dilaporkan dan ditangkap untuk tindak pidana ringan, misalnya karena
mengutil/pencurian ringan, perkelahian ringan, penganiyayaan ringan tidak
usahlah dipenjara, cukup panggil orangtuanya dan dinasihati. Penegak hukum
seperti polisi, jaksa, dan Hakim pun tidak perlu menjatuhkan hukuman.
Berdasarkan wawancara ada tahap tindakan polisi dalam menerapkan
prinsip restorative justice terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh anak
diwilayah hukum polrestabes makassar ada 3 yakni: