Kurniawan
NIM: 413119120118
Disusun oleh:
Nama : Kurniawan
NIM : 413119120118
Program Studi : Teknik Mesin
Lube oil cooler merupakan salah satu peralatan pada sistem pelumasan PLTGU.
Lube oil cooler berfungsi menjaga temperatur oli pelumas pada temperatur normal.
Pada PLTGU terjadi temperatur keluaran dari Heat Exchanger sebesar 47˚C,
sedangkan temperatur yang dianjurkannya lebih rendah yaitu ±40˚C, terjadi selisih
temperatur dengan keadaan aktual di lapangan sebesar 7˚C.Temperatur di jaga pada
temperatur normal agar mencegah kerusakan pada bearing dan overheat pada turbin.
Jika temperatur melewati batas yang dianjurkan akan mengakibatkan Turbin Uap
mengalami panas berlebih (overheat) sehingga energi akan terbuang menjadi energi
panas dan Turbin akan shut down. Untuk menjaga temperatur lube oil dipilih jenis
heat exchanger tipe fin & tube dengan aliran crossflow. Rancangan lube oil cooler di
mulai dengan menentukan parameter awal rancangan untuk fluida pendingin dan oli
pelumas seperti temperatur, panas spesifik, laju alir massa, viskositas, densitas,
konduktivitas termal. Selanjutnya dilakukan perhitungan menggunakan persamaan-
persamaan umum dan sesuai standar, simulasi menggunakan software Aspen Hysys
V11 dan melakukan analisa terhadap hasil rancangan. Dari perhitungan di dapatkan
dimensi lube oil cooler dengan diameter luar 0,038 m, diameter dalam 0,035 m, 18
BWG, panjang pipa 4,49 m, jumlah baris pipa 161 buah, jumlah pipa per baris 13
buah dengan bentuk triangular dan jumlah sirip 2 buah. Standar dari perancangan
lube oil cooler adalah nilai penurunan tekanan ≤ 0,68 bar, di mana nilai penurunan
tekanan pada sisi duct 0,075 bar dan sisi tube 0,574 bar. Untuk simulasi
menggunakan software Aspen Hysys V11 tidak terjadi eror pada perancangan
dibuktikan dengan aliran material yang berwarna biru dan aliran energi yang
berwarna merah. Dan efektivitas yang di hasilkan sebesar 74,9 %.
Kata Kunci: Lube oil cooler, sistem pelumasan , fin & tube, Aspen Hysys V11, Heat
Exchanger
DESIGN OF LUBE OIL COOLER TYPE FIN & TUBE HEAT EXCHANGER IN
THE LUBRICATION PROCESS USING THE NUMBER TRANSFER OF UNIT
(NTU) METHOD
ABSTRACT
The lube oil cooler is one of the tools in the PLTGU lubrication system. The lube oil
cooler functions to keep the lubricating oil temperature in the turbine at a normal
temperature, namely ± 40 C. The temperature is maintained at normal temperatures
to prevent damage to the bearings and overheating of the turbine. An overheated
turbine will waste energy into heat energi. To maintain the temperature of the lube
oil, a fin & tube type heat exchanger with crossflow flow was chosen. The design of
the lube oil cooler begins by determining the initial design parameters for the
cooling fluid and lubricating oil such as temperature, specific heat, mass flow rate,
viscosity, density, and thermal conductivity. Furthermore, calculations are carried
out using general equations and according to standards, simulation using Aspen
Hysys V11 software and analyzing the design results. From calculaion we get
dimentions of the lube oil cooler with an outside diameter 0,038 m, an inside
diameter of 0,035 m, 18 BWG, a pipe length of 4,49 m, a number of 161 pipes, a
number pipes per line 13 pieces with triangular shape and the number of pipes per
row fins 2 pieces. The standard of lube oil cooler design is the value of pressure drop
≤ 0,68 bar, where the value of pressure drop on the duct side is 0,0075 bar and the
tube side is 0.574 bar. For the simulation using aspen hysys V11, there is no error in
the design as evidenced by the blue material flow and red energi flow. And the
resulting effectiveness is 74.9 %.
Keywords: Lube oil cooler, lubrication system, fin & tube, aspen hysys V11,
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN iv
PENGHARGAAN v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR SINGKATAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
2.5.2 GENERATOR 14
4.1.2 PERHITUNGAN ∆ t 42
BAB V PENUTUP 58
5.1 KESIMPULAN 58
5.2 SARAN 59
DAFTAR PUSTAKA 60
LAMPIRAN 62
DAFTAR GAMBAR
Simbo Keterangan
l
Af Luas permukaan sirip
A Luas perpindahan panas
Ai Luas permukaan dalam pipa
Ai’ Luas perpindahan panas menyeluruh
Cp Panas spesifik
C Laju alir massa cooling water
Ft Friction factor dalam pipa
D Diameter dalam pipa
De Diameter ekivalen
D’ev Diameter ekivalen volumetric
Gs Fluks Massa lube oil
Gt Fluks massa air
hi Koefisien perpindahan panas dalam pipa
hf Koefisien perpindahan panas luar pipa
hdi dirt coefficient equivalent to the reciprocal of the dirt factor inside tube
h’i Koefisien perpindahan panas dalam pipa yang telah dikoreksi
ℎ’fi Koefisien perpindahan panas pada permukaan dalam pipa
Jh Faktor perpindahan panas pada dalam pipa
kw Konduktivitas panas demin water pada temperatur rata-rata
k’ Konduktivitas termal dari bahan pipa dan sirip
Nf Jumlah sirip per inch
n jumlah bundle pipa
𝑅𝑑 Combined dirt factor ketentuan
Res Bilangan reynold lube oil
Rés Bilangan Reynolds untuk penurunan tekanan
DAFTAR SINGKATAN
Simbol Keterangan
PLTGU Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap
HE Heat Exchanger
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
I.1PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian terdahulu terkait heat exchanger dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Pembangkit Listrik Gas Uap (PLTGU) adalah gabungan dari Pembangkit Listrik
Tenaga Gas (PLTG) dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Panas dari hasil
pembakaran di PLTG untuk memanaskan air di HRSG (Heat Recovery Steam
Genarator) digunakan PLTU sebagai fluida kerja untuk menghasilkan uap jenuh
kering. Uap jenuh kering ini digunakan untuk memutar sudu-sudu turbin. Bahan
bakar untuk PLTGU berwujud cair (BBM) atau gas minyak bumi, penggunaan bahan
bakar akan menentukan tingkat efektivitas pembakaran dan siklusnya. Untuk lebih
jelasnya pada Gambar 2.1.
PLTGU adalah pembangkit listrik yang mampu mengubah energi panas dari
pembakaran bahan bakar dan udara menjadi energi listrik. Energi panas hasil
pembakaran digunakan untuk memutar sudu-sudu turbin gas dan generator, gas
buang dari turbin gas tidak langsung di buang ke atmosfer tetapi dialirkan ke HRSG.
Uap dari HRSG memiliki tekanan dan temperatur tinggi akan di arahkan ke turbin
uap yang di kopel dengan generator sehingga menghasilkan listrik. Uap akan di
dinginkan menuju kondensor dan akan menjadi air. Air akan di pompakan untuk
mengisi HRSG dan dipanaskan kembali. Hal ini akan terjadi secara berulang,
sehingga disebut sebagai siklus tertutup.
I.4SIKLUS PLTGU
Siklus pada PLTGU adalah siklus brayton dan siklus rankine terlihat pada gambar
2.2, sementara boiler HRSG merupakan bagian dari siklus rankine.
Gambar. 2.2 Diagram T-S PLTGU
(PT Indonesia Power, 2016)
Pada titik 1’ ke titik 2’ terjadi proses kompresi adiabatik pada kompresor turbin gas.
Titik 2’ ke titik 3’ terjadi proses pembakaran di mana bahan bakar ditambahkan
dengan udara bertekanan dialirkan ke ruang bakar. Proses ekspansi terjadi pada titik
3’ ke titik 4’ dan membuat sudu-sudu turbin gas berputar. Pada titik 4’ ke 1’ proses
pembuangan gas panas ke atmosfer pada siklus sederhana. Pada pembangkit dengan
siklus kombinasi gas buang dialirkan ke boiler HRSG. Sehingga titik 4’ pada siklus
brayton ke 5’ siklus rankine untuk pengoperasian boiler HRSG.
Pada titik 1 ke titik 2 terjadi proses kompresi isentropik oleh pompa air di kompresi
lalu dimasukkan ke penukar panas boiler HRSG. Pada titik 2 air yang terkompresi
diubah menjadi uap di dalam boiler pada titik 3. Pada titik 3 ke 4 proses ekspansi
isentropik uap kering sehingga memutar sudu-sudu turbin uap. Uap akan kembali
menjadi air pada titik 4 ke 1.
I.5.2 GENERATOR
Seperti yang ditunjukkan oleh aturan Faraday, jika loop berputar dalam
medan tarik-menarik atau sebaliknya medan menarik berputar dalam lengkungan,
maka, pada saat itu, pada penutupan loop akan ada daya gerak listrik ( voltase).
Berapa banyak tegangan yang digerakkan dalam curl bergantung pada kekuatan
medan tarik, panjang konduksi loop dan kecepatan rotasi.
Turbin uap merupakan suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial
menjadi energi kinetik dan energi kinetik ini selanjutnya diubah menjadi energi
mekanis (gaya atau torsi) dalam bentuk putaran poros turbin (Shlyakhin, 1999).
Turbin uap merupakan salah satu jenis mesin yang menggunakan metode external
combustion engine (mesin pembakaran luar). Prinsip kerja turbin gas secara umum
dimulai dari pemanasan uap pada ketel uap. Uap hasil pemanasan memiliki
temperatur dan tekanan tinggi sehingga mampu menggerakkan poros turbin. Uap
yang keluar turbin selanjutnya dialirkan ke kondensor untuk di dinginkan. Di
kondensor uap akan kembali menjadi air dengan temperatur dan tekanan yang turun,
selanjutnya air dialirkan kembali ke ketel uap dengan bantuan pompa.
Secara umum komponen-komponen utama dari sebuah turbin uap menurut adalah:
Rotor
Rotor adalah bagian dari turbin yang berputar akibat pengaruh gerakan uap
terhadap sudu-sudu gerak yang terpasang mengelilingi rotor. Jumlah baris pada sudu
gerak rotor sama dengan jumlah baris sudu diam yang terdapat pada casing.
Pasangan antara sudu diam dan sudu gerak disebut tingkat (stage). Sudu gerak (rotor)
berfungsi untuk mengubah energi kinetik uap menjadi energi mekanik.
Casing/shell
Casing adalah wadah pelindung dari rotor yang terdapat sudu-sudu diam (stator)
terpasang melingkar dan berjajar terdiri dari beberapa baris yang merupakan
pasangan dari sudu gerak pada rotor. Sudu diam berfungsi untuk mengarahkan dan
membatasi aliran uap agar tepat dalam mendorong sudu gerak pada rotor.
Bearing (Bantalan)
Bantalan berfungsi sebagai penopang dan penjaga rotor turbin uap agar tetap
pada posisi normalnya. Bantalan akan membatasi gerak relatif antara dua atau lebih
komponen mesin agar selalu bergerak pada arah yang diinginkan. Turbin uap
memiliki dua macam bantalan, yaitu bantalan journal yang berfungsi menopang dan
mencegah poros turbin dari pergeseran arah radial, sedangkan bantalan aksial (thrust
bearing), berfungsi agar mencegah turbin bergeser ke arah aksial.
Turning Gear
Perangkat turbin uap yang mampu memutar rotor turbin generator pada
kecepatan rendah (5-10 rpm) untuk menjamin pemanasan/pendinginan rotor yang
seragam di sepanjang jalur ini sehingga mengurangi kemungkinan bengkoknya rotor.
Turning gear memiliki kapasitas lain, khususnya sebagai penggerak dasar saat turbin
akan mulai mengurangi gesekan statis pada heading.
Pada PLTGU turbin gas atau turbin uap akan di kopel dengan generator untuk
menghasilkan listrik. Ketika turbin beroperasi akan mengakibatkan gesekan pada
bantalan dan poros turbin. Gesekan yang terjadi secara terus menerus akan
menimbulkan panas dan panas yang berlebihan akan mengakibatkan kerusakan pada
material. Untuk mengurangi hal tersebut diperlukan sistem pelumasan pada turbin.
Pelumasan turbin uap diperlukan untuk meminimalkan gesekan putaran pada journal
bearing, thrust bearing, dan gear redustion serta untuk mendinginkan jurnal dan
permukaan bantalan lainnya.
Selain mengurangi gesekan sistem pelumasan turbin juga memindahkan
kotoran, mendinginkan bantalan dan memindahkan panas. Untuk menyerap dan
memindahkan panas digunakan lube oil pada sistem pelumasan turbin. Peralatan
pada sistem pelumasan terdiri dari :
1. Gudang Minyak Pelumas
Lube Oil Repository adalah tangki yang dapat menampung banyak minyak
pelumas. Pasokan ini harus cukup besar sehingga minyak pelumas dapat tetap berada
di tangki selama beberapa waktu untuk mengendapkan tanah dan menghilangkan
gas. Temperatur pelumasan oli diperiksa dan dijaga 100% sepanjang mungkin
dengan tujuan agar interaksi oli dapat berjalan dengan baik. Suhu minyak pelumas
dalam suplai tidak boleh terlalu rendah karena akan menghambat penyedotan.
Dengan asumsi bahwa suhu terlalu rendah, radiator yang dimasukkan ke dalam
tangki akan bekerja secara alami.
2. Siphon Minyak Pelumas Esensial
Essential Lube Oil Siphon atau Primary Lube Oil Siphon, kapasitas sebagai
prinsip mengoleskan oil siphon dan diputar lurus oleh poros turbin gas atau diputar
oleh mesin listrik AC. Essential Lube Oil Siphon yang digerakkan oleh mesin listrik,
siphon dimasukkan ke dalam suplai oli pelumas, sedangkan mesin listrik berada di
atas penutup penyimpanan. Siphon ini harus memiliki opsi untuk memasok
kebutuhan minyak pelumas di bawah kondisi kerja yang khas. Misalnya, batas
Siphon Minyak Pelumas Esensial adalah 2.800 liter setiap saat dengan tegangan 6
bar.
3. Siphon Minyak Pelumas Opsional
Optional Lube Oil Siphon untuk turbin gas yang Essential Lube Oil Siphonnya
diputar lurus oleh poros turbin gas, Auxiliary Lube Oil Siphon akan bekerja saat
putaran turbin masih rendah (saat fire up dan close down) dimana tegangan oli naik
dari Siphon Minyak Pelumas Esensial tidak cukup. Putaran turbin cukup tinggi,
kemudian, pada saat itu, Siphon Minyak Pelumas Tambahan akan berhenti.
Essential Lube Oil Siphon pada turbin uap digerakkan oleh mesin listrik,
kemudian pada saat itu, Auxiliary Lube Oil Siphon berfungsi sebagai penguat.
Siphon Minyak Pelumas Opsional juga akan bekerja dengan asumsi bahwa tekanan
minyak pelumas turun karena alasan yang tidak diketahui.
4. Crisis Lube Oil Siphon
Pembentukan siphon ini setara dengan pembentukan Auxiliary Lube Oil Siphon.
Crisis Lube Oil Siphon dihidupkan oleh mesin listrik DC dan bekerja ketika
tegangan AC hilang atau berpotensi tekanan minyak pelumas turun sejauh mungkin.
Batas dan regangan minyak pelumas dari Crisis Lube Oil Siphon lebih rendah
dari pada Essential Lube Oil Siphon, sehingga hasil penyedotan akan langsung
diberikan ke arah tanpa melalui Lube Oil Cooler. Crisis Lube Oil Siphon pada
umumnya mungkin digunakan saat turbin tidak ditumpuk dan porosnya sangat
rendah (putar gigi).Lube Oil Reservoir
5. Lubricating Oil Gas Exhaust Fan
Lubricating oil gas exhaust fan berfungsi untuk mengeluarkan gas-gas yang ada
di dalam reservoir minyak pelumas, dan membuat sedikit vakum di reservoir.
Kondisi vakum ini akan berguna untuk membantu mencegah kebocoran minyak
pelumas dari celah labirin pada ujung bantalan, dan mempercepat penguapan gas-gas
yang terkandung di dalam minyak pelumas.
6. Lube Oil Cooler
Lube Oil Cooler berfungsi untuk mendinginkan minyak pelumas yang sudah
ditampung di dalam reservoir dan akan dialirkan kembali ke bantalan-bantalan. Lube
Oil Cooler atau Pendingin Minyak Pelumas, terdiri dari dua unit, jika salah satu unit
beroperasi dan lainnya sebagai back up ketika ada gangguan. Lube Oil Cooler
dengan media pendingin air akan lebih kecil dimensinya sehingga sedikit memakan
tempat dibandingkan dengan yang menggunakan media pendingin udara. Besarnya
temperatur lube oil sebelum masuk ke turbin harus di bawah 131 °F (55°C).
Temperatur normal untuk lube oil proses pelumasan dan pendinginan berkisar 116,6
°F – 131 °F (49-57°C). Jika temperatur lube oil sebelum masuk turbin berada di atas
temperatur normal saat kondisi operasi, bisa dipastikan terdapat fouling pada lube oil
cooler.
Alat penukar panas (Heat Exchanger) berfungsi untuk memindahkan panas suatu
fluida atau lebih dari temperatur tinggi ke temperatur lebih rendah. Tujuan
perpindahan panas adalah mencapai kesetimbangan termis sistem. Perpindahan panas
terjadi secara kontak langsung dan kontak tidak langsung. Mode dasar perpindahan
panas adalah konduksi, radiasi, dan konveksi (Warren, 1998). Alat penukar panas
digunakan untuk proses pemanasan, penguapan, pendinginan serta pengembunan.
Fin and Tube Heat Exchanger banyak digunakan di berbagai industri karena
bentuknya yang ringan dan ringkas (compact). Alat penukar panas jenis Fin and
Tube memiliki sirip-sirip untuk meningkatkan laju perpindahan panasnya. Aliran
fluida pada tipe ini tidak tercampur karena dibatasi terpisah oleh sirip dan fluida
mengalir melewati bundel tabung bersirip. Fluida cairan dicampur atau tidak
dicampur mempengaruhi keseluruhan perpindahan panas penukar karena
perpindahan panas ini bergantung pada perbedaan suhu antara cairan panas dan
dingin (Incopera & David, 1996).
Untuk merancang Lube Oil Cooler terlebih dahulu kita menentukan atau
mengasumsikan diameter luar, diameter dalam dan ketebalan pipa. Data didapatkan
dari buku Process Heat Transfer, pada tabel Heat Exchangers And Condesar Tube
Data, untuk lebih jelasnya pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Heat Exchangers And Condesar Tube Data
Kern, D. Q. (1965
Selanjutnya menentukan pressure drop dan dirt factor berdasarkan data yang
ada pada lampiran. Nilai pressure drop harus ≤ 10 psi untuk sisi duct (lube oil) dan
sisi pipa (demin water), untuk dirt factor harus ≥ dari ketentuan (Incopera & David,
1996). Penentuan dimensi pipa harus diulang kembali jika belum sesuai dengan
ketentuan tersebut.
Keterangan:
Q = Panas yang diminum dari air demin [kJ/s]
W = Laju aliran massa [kg/s]
C = Panas eksplisit cairan [kJ/kg.K)]
T1 = Suhu delta [°C]
T2 = Suhu keluar [°C]
Untuk memastikan asimilasi panas oleh silinder dapat menggunakan kondisi (2.2.)
Penggambaran:
Q = Panas yang dikonsumsi oleh garis [kJ/s]
A = Daerah perpindahan panas [m2]
UDi = Rencanakan dan koefisien perpindahan panas yang besar [Btu/(hr)(ft2)(oF)]
t = Perbedaan suhu [oC]
Keterangan:
T 1−T 2
Temperature group (R) =
t 2−t 1
t 2−t 1
Temperature group (S) =
T 1−t 1
Penggambaran:
T1 = Suhu teluk cairan panas (minyak) [°C]
T2 = Temperatur keluar cairan panas (minyak) [°C]
t1 = Suhu delta air pendingin [°C]
t2 = Temperatur keluar air pendingin [°C]
(Kern, D. Q.1965)
Keterangan:
∆t1 = T1 – t2
∆t2 = T2 – t1
harus dilakukan dalam merencanakan penukar panas adalah memenuhi hukum utama
termodinamika, tepatnya dengan menghitung keseimbangan massa dan energi dari
cairan panas dan cairan dingin. Neraca massa dan energi ini juga siap untuk
mencirikan aliran yang terjadi pada penukar panas. Untuk menghitung keseimbangan
energi menggunakan kondisi (2.6.).
penggambaran:
Wi = Lajuialiran massaicairan panas (minyak) [kJ/s]
Ci = Ketegangan eksplisit cairan panas (minyak) []
T1 I = Temperatur masuk fluida panas (oli) [°C]
T2i = Temperatur keluar fluida panas (oli) [°C]
wi = Laju alir massa fluida dingin (cooling water) [kg/s]
ci = Panas spesifik fluida dingin (cooling water) [kJ/(kg)( K)]
t1i = Temperatur masuk fluida dingin (cooling water) [°C]
t2i = Temperatur keluar fluida dingin (cooling water) [°C]
2( A f + AO )
de= (2.7.)
π × projected parameter
(Kern, D. Q.1965)
Penjelasan:
Nti= Jumlahibaris peribungkus
Yi= LebariSaluran [m]
ST = Jarakiantara fokusipipa keiatas = OD +i ( 2 x l ) + jarakiantara ujungisudu [m].
k w C . μw 1/3 (2.9.)
h I =Jh ( )
D kw
(Kern, D. Q.1965)
Keterangan:
hii = Koefisieniperpindahan dalamipipai [W/(m2)(K)]
kwi = Konduktivitasipanas coolingiwater pada temperaturirata-ratai [W/(m)(K)]
μw i = Viskositas air pada temperatur rata – rata [Ns/(m)]
Jhi = Faktoriperpindahan panasipada dalamipipa
Ci = Lajuialir massaisea wateri [kJ/(kg) (K)]
Di = Diameteridalam pipai [m]
Nilai koefisieniperpindahanipanas dikoreksi dengan dirtifactor padaipersamaan
(2.10).
hdi × hi
h 'i = (2.10.)
hdi +hi
(Kern, D. Q.1965)
Keterangan:
h 'i = Koefisieniperpindahan panasidalam pipaiyang telahidikoreksii [W/(m2)(K)]
hi = Koefisieniperpindahan panasidalam pipai [W/(m2)(K)]
h di = dirticoefficient equivalentito the reciprocal of theidirt factor inside tube
[W/(m2)(K)] i
Keterangan:
θt = Rasioiviskositas dalamipipa
Rd = Faktorikekotoran
Keterangan:
Vi = Kecepatanialiran airi [m/s]
Gti = Fluksimassa airi [kg/(hr)(m2)]
𝜌wi = Densitasiairi [ W/m.K]
Keterangan:
∝t = FlowiAreai [m2]
Nti = JumlahiPipa
'
∝ ti = Flowiarea per pipai [m2]
Untuk mengetahui jenis aliran fluida yang mengalir dilakukan perhitungan bilangan
reynolds pada persamaan (2.15.).
Ret = D.Gt / μw (2.15.)
(Kern, D. Q.1965)
Keterangan:
D = Diameteridalam pipai [m]
Gt = Fluksimassa airi [kg/hr m2]
μw = Viskositasiair pada temperaturirata – rata
Keterangan:
re = 0.5ix OD’, i [m]
rb = rei–itinggi sirip, [m] i
k' = Konduktivitasitermal dariibahan pipaidan sirip, [W/(m2)(K)] i
yb = 0.5ixitebal sirip (y), [m] i
Penggambaran:
Hf = Koefisienirelokasiieksternal garis, [W/(m2)(K)] i
lf = Faktor perpindahanipanas dalam neracaidan garis
kg = Konduktivitasihangat airidemin, [W/(m2)(K)] i
c = Laju aliranimassa airidemin, [kg/s] i
Keterangan: i
h'f = Koefisieniperpindahanipanas luar pipaiyang telahidikoreksi, [W/(m2)(K)] i
hii = Koefisien perpindahan panas luar pipa, [W/(m2)(K)]
hdii = dirticoefficientiequivalent toithe reciprocaliof the dirtifactor outsideitube,
[W/(m2)(K)] i
Untuk mengamati harga koefisien tanah, harga koefisien tanah yang sama
ditentukan dengan menggunakan kondisi (2.20.).
θt
h do = (2.20).)
Rd
(Kern, D. Q.1965)
Keterangan:
𝛷 = Rasio viskositas dalam pipa
𝑅𝑑 = Faktor kekotoran
I.9.13 PERHITUNGANiKOEFISIEN PERPINDAHANiPANAS PADAi
PERMUKAANiDALAM PIPAi (h’fi)
Koefisieniperpindahan panasipada permukaanibagian dalam garis dihitung untuk
mengetahui karakteristik kuantitatif perpindahan panas konvektif antara fluida
dengan permukaan dalam pipa yang dialirkan fluida. Untuk menghitung seberapa
besar koefisien perpindahan panasnya dimanfaatkan rumus (2.21.).
hf
ih’fi = (Ω × Af × Ao ) . i (2.21.)
Ai
(Kern, D. Q.1965)
Penggambaran:
h'fii = Koefisien perpindahan panas pada permukaan bagian dalam garis, [W/(m2)
(K)] i
Ωi = Kecukupan bilah
Afi = Luas permukaanibilah
Aoi = Daerah silinderitidak tertutup
Hfi = Koefisieniperpindahan panas keluarigaris, [W/(m2)(K)] i
Aii = Luas permukaanidalam pipaiper baris ft [m2] i
Keterangan:
Daerah perpindahan panas akan berbanding lurus dengan laju perpindahan panas dan
juga akan mempengaruhi nilai NTUi (Numberiof MoveiUnits) yang tentunya akan
mempengaruhi kelangsungan hidup dari penukar panas. Untuk menghitung seberapa
besar luas perpindahan panas digunakan persamaan (2.23.).
Q i
iA =
U Di . ∆ t (2.23.)
(Kern, D. Q.1965)
Keterangan:
Ai= Luasiperpindahan kalor
Qi= Panas yangidikonsumsi oleh garis [kJ/s] i
UDi = Koefisien rencanaiperpindahan panas secara umum, [W/(m2)(K)] i
∆ t i= kontrasisuhu [°C] i
A
n= (2.24.)
Ai per bundle
(Kern, D. Q.1965)
Keterangan: i
ni = Jumlahibundleipipa
Ai = Luasiperpindahanipanas [m2] i
Aiiper bundle =iAi . Nt .L [m2] i
Q
U D act= ' i (2.25.)
Ai .∆t
(Kern, D. Q.1965)
Keterangan: i
UDiact = Koefisienidesain aktual perpindahan panas menyeluruh [W/(m2)(K)]
i
Ai’i = Luasiperpindahan panasimenyeluruh
Qi = Panasiyang diserap olehipipa [kJ/s] i
∆ti = Perbedaanitemperatur [°C] i
Ai’idihitung dengan persamaani (2.26.)
Ai ’=(n× Nt)× Ai × L i (2.26.)
(Kern, D. Q.1965)
Keterangan: i
ni = Jumlahibundle pipai
Nti = Jumlahipipai
Aii = Luasipermukaan dalamipipa perilin ft [m2] i
Li = Panjangipipa, [m] i
iRd’ = Rd +iExcess fouling factor× Adding to the outside fouling factori (2.27.)
(Kern, D. Q.1965)
Keterangani:
Rd’i = Combinedidirt factor hasil perhitungan, i
Rdi= Combined dirt factor ketentuan, i
Excessifouling factoridihitung menggunakanipersamaan (2.28.):
1 1
Excess fouling factor = − i (2.28.)
U D act U Di
(Kern, D. Q.1965)
Keterangan: i
UD acti= Koefisienidesain aktual perpindahanipanas menyeluruh, [W/(m2)(K)] i i
UDii= Koefisienidesain perpindahanipanasimenyeluruh, [W/(m2)(K)] i
Sedangkaniaddingitoitheioutsideifoulingifactoridihitungimenggunakanipersamaan
(2.29.). i
Af + AO
Adding to the outside fouling factor = i (2.29.)
Ai'
(Kern, D. Q.1965)
Keterangan: i
Afi = Luasipermukaanisirip [m2] i
Aoi = Bareitubeiarea [m2] i
Ai’i = Luasiperpindahan panasimenyeluruh [m2] i
Istilah dari pressure drop menyinggung hilangnya ketegangan yang tidak dapat
diperbaiki dalam arus. Sesuai Thukukanam (2013) memutuskan penurunan
ketegangan di penukar panas sangat penting karena dua alasan, khususnya:
- Biaya kerja sebenarnya dari penukar panas adalah biaya gaya (daya) untuk
menjalankan peralatan pertukaran cairan seperti sifon, kipas, blower, dan blower
- Laju perpindahan panas pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh perubahan suhu
pencelupan untuk cairan terkonsolidasi/disipasi dengan penurunan tegangan yang
besar.
Gambaran:
Xi= Tinggi saluran, [m] i
Yi= Lebar Saluran, [m] i
Vsi= Luasivolumetrik, [m] i
Nti= Jumlah silinder per incii
OD'i= Jarak luar melintang (pengukuran luar garis selain tinggi bilah), [m] i
ODi= Jarak luar garis, [m] i
yi= ketebalan keseimbangan, [m] i
Sedangkan permukaan erosi ditentukan dengan memanfaatkan kondisi (2.32)
1
Friction Surface =
2
[ Nt−( Nt −1 ) ] . bare tube area x Y (2.32.)
(Kern, D. Q.1965)
Keterangan: i
Rési = BilanganiReynolds untuk penurunanitekanani
D’evi = Diameter ekivalenivolumetric, [m] i
Gsi = Kecepatanimassa lubeioil, [kg/(hr)(m2)] i
μi =Viskositasilube oil padaitemperatur rata – rata, [kg/(m)(hr)] i
3) NilaiiSpecificiGravity (s) i
Untuk menghitung nilaiispecificigravity (s) imenggunakan persamaan (2.34.) berikut.
s = ρ s / ρw (2.34.)
(Kern, D. Q.1965)
Keterangan: i
Si = Specificigravity
𝜌s = Densitasilube oil, [kg/m3] i
𝜌w = Densitasiair, [kg/m3] i
Densitasilube oil (𝜌s) idihitung dengan persamaani (2.35.).
Mr
ρ s=
Tc (2.35.)
Vol ×
492
(Kern, D. Q.1965)
Keterangan: i
Mri = Beratimolekul lubeioil, [kg] i
Voli = Volumeitetapan =i359, [m3] i
Tci = Temperaturirata – rata lubeioil dalamisatuan [°C] i
Keterangan:
ΔPs = Penurunanitekanan pada sisiiduct, [bar] i
F = Frictionifactor lubeioil
Gsi = Kecepatanimassa lube oil, [kg/(hr)(m2)] i
D’evi = Diameteriekivalenivolumetric, [m] i
si = Specificigravityi
STi = Jarakiantar titik pusat pipaisecaraivertical, [m] i
SLi = Jarak antarititik pusatipipa secaraitransversal, [m] i
∅si = rasioiviskositas lubeioil (∅s = 1) i
Lpi = Panjangilintasanilube oil, [m] i
Panjangilintasan lube oil dihitung denganipersamaan (2.37.). i
Lp = n ×V s (2.37.)
(Kern, D. Q.1965)
Keterangan:
n = Jumlah bundle pipa
𝑉s = Volumetric section, [m]
Persyaratan yangiharus dipenuhi untuk mendesain heat exchanger adalah tekanan
pada sisi duct harus ≤ 10 psi. (Kern, 1950).
b. PenurunaniTekanan DalamiPipa
Keterangan:
ΔPt = Penurunanitekanan di dalamipipa, [bar] i
Fti = Frictionifactoridalam pipa, [ft2/in2] i
Li = Panjangipipa, [ft] i
ni = jumlahibundle pipai
Di = Diameteridalam pipai (ID), [in] i
Gti = Kecepatanimassa seaiwater, [lb/(ft2)(hr)] i
∅ti = RasioiViskositas di pipai [∅t = 1] i
si = specificigravity (s = 1) i
BAB II
METODOLOGI
Pada penelitian kali ini menggunakan dua jenis diagram alir yaitu diagram alir penelitian
dan diagram alir perhitungan perancangan. Diagram alir penelitian adalah diagram yang
menjelaskan secara umum penelitian, sementara diagram alir perhitungan perancangan
adalah diagram yang menjelaskan perhitungan untuk mendapatkan kinerja alat penukar
panas dan data geometri.
Penelitian “Perancangan Lube Oil Cooler Tipe Fin & Tube Heat Exchanger Pada Proses
Pelumasan Menggunakan Metode Number Transfer Of Unit (NTU)” dilakukan dengan
metode kuantitatif sebagai berikut :
1. Perancangan Lube Oil Cooler Tipe Fin & Tube Heat Exchanger mengharuskan suhu
≤ 40 ºC
2. Melakukan analisis perhitungan dan design Lube Oil Cooler Tipe Fin & Tube Heat
Exchanger
Pada bagian ini berisi tahapan-tahapan untuk pengerjaan penelitian. Tahapan
penelitian ini berguna untuk mempermudah mencapai tujuan dalam penelitian. Langkah-
langkah penelitian yang akan di kerjakan ada pada Gambar 3.1.
Mulai
Rd 30 % > Rd ketentuan
DP Cooling water < 10 psi Lube oil < 10 psi
Ya
Desain Perancangan
Penyusunan Laporan
Selesai
Hal pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah menentukan parameter awal
dengan cara mempelajari materi dari jurnal dan buku terkait sistem pelumasan pada
PLTGU sebagai referensi. Untuk mendapatkan suhu keluaran lube oil cooler sebesar
±40°C yang digunakan sebagai pendingin lube oil menggunakan media air.
2. Perhitungan Perancangan
4. Desain Perancangan
Pada bagian ini menentukan data tambahan untuk dimensi lube oil cooler. Untuk
perancangan design jika memenuhi pressure drop. Nilai pressure drop pada sisi duct
dan tube ≤ 10psi (Kern, 1965). Dan tahapan terakhir menentukan analisa rancangan.
5. Penyusunan Laporan
Setelah semua tahapan selesai, penulis akan menyusun Laporan Tugas Akhir dengan
judul “Perancangan Lube Oil Cooler Tipe Fin & Tube Heat Exchanger Pada Proses
Pelumasan Menggunakan Metode Number Transfer Of Unit (NTU)”.
II.1.2DIAGRAM ALIR PERHITUNGAN PERANCANGAN
Diagram alir perhitungan perancangan adalah proses untuk mendapatkan data geometri
dan kinerja dari fin & tube heat exchanger. Diagram alir ini memiliki 19 tahapan
perhitungan perancangan sesuai dengan gambar 3.2 . Tahapan dimulai dari perhitungan
neraca massa dan energi hingga analisis efektivitas heat exchanger untuk tahapan
terakhir.
Hal pertama dilakukan dalam proses perancangan lube oil cooler adalah menghitung
nilai kesetimbangan energi antara fluida oil dan cooling water. Persentase perbedaan
antara fluida oil dan cooling water adalah 10 %.
Data yang di dapatkan dari lapangan terlampir pada tabel 4.1.
Oil
Q=W C (T ₁−T ₂ )
¿ 617470 lb /hr × 0,5732 Btu /lb . f ( 168,98−140 ) ⁰ F
btu
¿ 10257013,27 =3006,033 kJ /s
hr
Cooling Water
Q=W C (T ₁−T ₂ )
¿ 97634,99 lb/hr × 1,0031 Btu/lb . f (109,4−95 ) ⁰ F
btu
¿ 13688246,28 =4011 , 628 kJ /s
hr
III.1.2 PERHITUNGAN ∆ t
Untuk mendapatkan nilai ∆ t terlebih dahulu menghitung nilai Ft dan LTMD. Nilai Ft
di dapatkan dari persamaan (2.4.)
Ft =
√ R 2+1 ln ( 1−S ) /(1−R S )
2−S (R +1−√ R2 +1)
( R−1 ) ln
2−S (R+1+ √ R + 1)
2
t 2−t 1
Dimana: S=
T 1−t 1
T 1−T 2
R=
t 2−t 1
Sehingga,
Ft =
√ 2,012 +1 ln ( 1−0,158 ) /(1−2,01× 0,158) =1,34
2−0,158 (2,01+ 1−√ 2,012+1)
( 2,01−1 ) ln
2−0,158(2,01+1+ √ 2,01 +1)
2
Sedangkan untuk mendapatkan nilai LTMD menggunakan persamaan (2.5)
∆ t 2 −∆ t 1 ( 60−45 ) ° F
LMTD ¿ ¿ ¿ 52,95 ° F=11,63 ° C
ln ∆ t 2 /∆ t ln(60 /45)° F
1
Keterangan:
∆t1 = 168,98 – 109,4 = 60 ° F = 15,55 ° C
∆ t 2=109−95=45 ° F=7.2 ° C
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.
π
Af = × ( 2,248 −1,5 ) × 2× 2× 12 ¿ 105,636 ¿2 = 0,068 m2
2 2
4
Ao=¿ ¿ 51,998 ¿2=0,033 m2
Projected Parameter¿ ( 2 ×0,748 x 2 x 2 ) ×12+2 ( 1−( 2 ×0,04 ) ) × 12
¿ 93,89∈¿ = 2,384 m
Sehingga didapatkan nilai diameter ekivalen sebagai berikut:
2(105,36+51,998)
d e= =1,069∈¿ 0,027 m
π × 93,89
Nt= Y / ST
Untuk mendapatkan nilai ST menggunakan persamaan berikut : = OD + ( 2 x l ) + jarak
antar ujung sirip.
ST =1,5∈+ ( 2× 0,748 ) ∈+ 0,5∈¿3,496 ∈¿ 0,088 m
Sehingga di dapatkan jumlah pipa per tube ,
3,7 ft ×12
NT=
3,496∈¿=12,83 ≈ 13 buah¿
Untuk mendapatkan nilai koefisien perpindahan panas dalam pipa (h’i), terlebih dahulu
mendapatkan parameter yang di tentukan dari temperatur rata-rata cooling water sebesar
Untukimendapatkan nilaiiflow area (α t ) terlebih dahulu mendapatkan nilai flow area per
tube (α ' ¿¿ t)¿. BerdasarkaniOD daniBWG yangitelahiditentukan (dengan trial & error)
flow area per tube (α ' ¿¿ t)¿diketahuiisebesar 1,54 in. Selanjutnya didapatkan nilai flow
area menggunakan persamaan (2.14.).
'
Nt ∝ t
∝t = , sehingga nilai flow area (α t ):
144
α t =1,54∈×0,5∈ ¿ =0,13582 ft =0,0126 m ¿
2 2
144
( )
1
lb lb
617470,7 ×1,9844 hr 3
hr ft
1,4∈¿ × ¿
btu
0,367 ( )(ft ²)( F/ ft)
hr
Btu W
¿ 29820,3204 2
=169327,631 2
hr ft ° F m K
Nilai dirt coefficient equivalent adalah perbandingan nilai viskositas dan faktor
kekotoran sebesar 1 dan 0,006.
1 2
h di = =166,67 Btu / hr (ft )(° F )
0.006
Sehingga koefisien perpindahan panas dalam pipa (h’i) yang telah dikoreksi dengan
faktor kekotoran menggunakan persamaan 2.10 adalah:
hdi × hi
h 'i =
hdi +hi
166,67 × 29820,3204 Btu W
h 'i = =165,7403 =29,188 2
166,67+29820,3204 2
hr ft (° F) m K
Untuk mendapatkan nilai koefisien perpindahan panas luar pipa (h’o), terlebih dahulu
mendapatkan parameter yang di tentukan dari temperatur rata-rata lube oil sebesar 154
didapatkan dari grafik pada lampiran berdasarkan buku Kern, 1950. Sehingga
didapatkan hasil parameter pada tabel 4.2.
Tabel 4.6 Paremeter lube oil
Parameter Satuan
k =0,2462 Btu/( hr ft 2)(° F / ft )
ρ=51,09 lb
ft 3
μ=1,091 lb
ft hr
Tahapan untuk menghitung nilai koefisien perpindahan panas luar pipa (h’o)
adalah
1. Perhitungan Luas Area
Perhitungan luas area menggunakan persamaan 2. hal ini berfungsi untuk mengetahui
luas area yang dapat dilewati lube oil di dalam duct dengan nilai panjang pipa 14,76 ft
dan lebar duct 3,7 ft.
as=( ( 14,76 ×12 )∗(3,7 ×12))−(13 ×1,5 × 48)−13 ׿
2 2 2
× 0,748× 2× 48 ¿=6876,75¿ =47,755 ft =4,43 m
Bilangan Reynolds lube oil digunakan untuk menentukan nilai faktor perpindahan panas
pada pipa dan sirip. Bilangan Reynolds untuk lube oil adalah
0,089 ft ×12929,90 lb /hr . ft 2
Re = =1056,162
lb
1,091
(ft)( hr)
4. Perhitungan Nilai Koefisien Perpindahan Panas Luar Pipa
Koefisien perpindahan panas di dapatkan dari nilai faktor perpindahan panas dalam pipa
( J̇ F ) yang didapat dari grafik tube side heat transfer curve pada lampiran. Nilai faktor
perpindahan panas dalam pipa ( J̇ F ) berdasarkan bilangan reynolds didapatkan sebesar 18
Sehingga nilai koefisien perpindahan panas luar pipa (h’o) adalah
k g Cμg 1/3
h f =Jf ( )
D kg
( )
1
0,2462 617470,7 ×1,091
h f =18 × × 3
0,89 0,2462
Btu W
¿ 6620,405 2
=37592,402 2
hr ft ° F m K
Nilai dirt coefficient equivalent adalah perbandingan nilai viskositas dan faktor
kekotoran sebesar 1 dan 0,006.
1 2
h di = =166,67 Btu / hr (ft )(° F )
0.006
Sehingga koefisien perpindahan panas dalam pipa (h’f) yang telah dikoreksi dengan
faktor kekotoran adalah:
h do × hf
h 'f=
hdo +h f
166,67 ×6620,405 Btu 2
h 'f= =162,57 ( ft ) ( ° F )=923,115 W2
166,67 +6620,405 hr m K
III.1.7 PERHITUNGAN EFEKTIVITAS SIRIP (Ω)
Efektivitas sirip (Ω) didapatkan dari gambar 1 pada lampiran grafik dan tabel, untuk
mendapatkan parameter efektivitas sirip (Ω) menggunakan persamaan (2.16.) dan
(2.17.). Nilai dari parameter efektivitas sirip (Ω) adalah sebagai berikut:
√ h
( r e−r b ) k ' fy
b
r e /r b
Di mana:
r e =0,5× 0,18733=0,093665
0,748
r b =0,093665−( )=0,03133
12
Btu W
h f =6620,405 = 37592,40 2
hr ( ft ¿¿ 2)(° F) ¿ m K
y b=0,5×( 0,004/12)=0,001667
√
Btu
hr ( ft ¿¿ 2)(° F)
( 0,093665−0,03133 ) 6620,405 =2,6 ¿
26 × 0,001667
r e /r b =2,989
Berdasarkan parameter tersebut maka didapatkan nilai efektivitas sirip sebesar
0,25 atau 25 %.
(
h fi = 0,25 × (
105,636
144
x( )
51,998
144 )
) ×162,573
hr ( ft ¿¿ 2)(° F)
0,392
¿
Btu
¿ 27,43
W
hr (ft ¿ ¿ 2)(° F )=155,754 2
¿
m K
Koefisien desain perpindahan panas menyeluruh pada lube oil cooler menggunakan
persamaan (2.22):
h' fi . hi
U Di=
h' fi +hi
27,43× 162,57 Btu
U Di= =23,53
27,43+162,57 W
hr (ft ¿ ¿ 2)(° F )=133,609 2
¿
m K
Luas perpindahan panas menentukan jumlah bundle pipa cooler Untuk mendapatkan
nilai luas perpindahan panas menggunakan persamaan (2.23)
Q
A=
U Di . ∆t
13688246,28 Btu /hr
A=
Btu 2 2
23,53 =11835,92 ft =1099,59 m ¿
hr (ft ¿¿ 2)(° F)× 49,14 ° F
Jumlah bundle pipa dihitung berdasarkan luas permukaan panas (A). Nilai permukaan
panas per bundle (Ai) adalah
2 2
Ai=0,392× 13× 14,76=73,57 ft =6,83 m
Untuk mengetahui jumlah bundle pipa menggunakan persamaan (2.24)
2
A 11835,92 ft
n= = 2
=160,8 ≈ 161buah
Ai 73,57 ft
Untuk mendapatkan nilai koefisien desain aktual menyeluruh (UD act) terlebih dahulu
mengetahui nilai luas perpindahan menyeluruh dengan persamaan (2.26).
Ai ’=( n× Nt) × Ai × L
' 2 2
A i =( 161× 13 ) × 0,392× 14,76=12115,29 ft =1125 ,54 m
Sehingga nilai koefisien desain aktual menyeluruh (UDact) melalui persamaan
(2.25) adalah
Q
U D act= '
Ai .∆t
13688246,28 Btu
U D act = =22,99
12115,29× 49,14 W
hr (ft ¿ ¿ 2)(° F)=130,543 2
¿
m K
Untuk mendapatkan nilai dirt factor (Rd’) terlebih dahulu mengetahui nilai excess
flouling factor dan adding outside menggunakan persamaan (2.28) dan (2.29).
1 1 1 1
Excess fouling factor = − = − =0,001
U D act U Di 22,99 23,53
A f + A O (105,63+51,99)
adding ¿ the outside fouling factor= = =0,013
Ai ' 12115,29
Sehingga;
Rd’ = 0,006 + ¿× 0,013) = 0,006
III.1.14 PERHITUNGAN PRESSURE DROP (∆ P )
Pressure drop (∆ P ) terjadi pada sisi duct lube oil dan sisi pipa cooling water. Untuk
mendapatkan pressure drop menggunakan persamaan (2.30) sampai (2.38).
1. Pressure drop pada sisi duct (lube oil)
Untuk mendapatkan nilai diameter ekivalen volumetric (D’ev) dibutuhkan nilai net free
volume dan friction surface.
Friction Surface
Maka besar diameter ekivalen volumetrik menggunakan persamaan 2.30 adalah:
4 ×net free volume
D ' ev =
Frictional surface
4 ×0,81
D ' ev = =0,198 ft=0,06 m
16,30
Nilai specific gravity dilihat pada tabel berdasarkan besarnya densitas lube oil pada
temperatur rata-rata, sehingga nilainya s=¿ 0,00071.
Pressure drop pada sisi duct dipengaruhi oleh panjang lintasan. Panjang lintasan lube oil
menggunakan persamaan 2.37 adalah sebagai berikut:
Lp=n ×V s
160,86 ×3,02
Lp= =40,58 ft=12,36 m
12
f G2s Lp
∆ Ps= ¿
5.22 x 1010 D' ev sθs
( ) ( )
0,4 0,6
0,004 ×167182496,6 × 40,58 0,198 3,496
∆ Ps= × × =2,12 psi=0,14 ¯
¿
5,22 ×10 ×0,198 × 0,00071× 0,549 3,496 3,496
10
Penurunan tekanan pada sisi duct lube oil adalah sebesar 2,12 psi atau sebesar 0,14 bar
sudah memenuhi syarat di mana syarat besar penurunan tekanan adalah ≤ 10psi atau
0,68 bar.
Nilai Friction Factor dalam Pipa (Ft) didapatkan dari bilangan reynolds yang telah
dihitung sebelumnya, sehingga nilainya adalah 0,00011
Untuk mendapatkan nilai pressure drop dalam pipa adalah sebagai berikut:
ft G2t Ln
∆ Pt =
5.22 x 10 10 Dsθt
0,00011× 6977041,612 ×14,76 × 8
∆ Pt = 10
=6,92 psi=0,47 ¯
¿
5,22 ×10 × 1,4 ×1,25 ×1
Penurunan tekanan pada sisi dalam pipa (demin water) adalah sebesar 0,47 bar atau
sebesar 6,92 psi sudah memenuhi syarat di mana penurunan tekanan pada sisi dalam
pipa adalah ≤ 10 (psi) atau 0, 68 bar.
Lube oil cooler yang di rancang harus memenuhi persyaratan yang telah disinggung
pada buku “Process Heat Transfer, D.Q Kern, 1950”. Menurut buku “Process Heat
Transfer, D.Q Kern, 1950” persyaratan yang harus dipenuhi lube oil cooler adalah nilai
penurunan tekanan (dirt factor) dan faktor kekotoran (pressure drop). Nilai penurunan
tekanan pada fluida demin water (sisi tube) dan lube oil (sisi duct) berada pada rentang
nilai ≤ 10psi atau ≤ 0,68bar. Nilai penurunan tekanan fluida demin water adalah 0,574
bar atau 6,92 psi. Sedangkan nilai penurunan tekanan fluida lube oil adalah 0,075 bar
atau 2,13 psi.
Selain nilai tekanan fluida, hal yang harus di perhatikan adalah faktor kekotoran.
Faktor kekotoran dari hasil perancangan harus besar atau sama dengan faktor kekotoran
tertentu. Nilai faktor tanah dari susunan ini didapat dari tabel faktor pengotoran (Kern,
1965) yaitu untuk cairan minyak pelumas 0,004 (jam)(ft2)(°F) dan cairan demin air
0,002 (jam)(ft2)( °F) dan setiap kali ditambahkan bersama-sama antara nilai faktor tanah
di sisi virus dan cairan panas adalah 0,006 (jam)(ft2)(°F). Dengan asumsi nilai
komponen polusi dari lube oil cooler tidak persis norma dasar, dapat dikatakan bahwa
konsekuensi rencana dari lube oil cooler tidak dapat dilakukan, oleh karena itu nilai
faktor debasement harus lebih diperhatikan daripada base. norma. Nilai faktor tanah
yang terlalu kecil akan menyebabkan laju pengotoran pada lube oil cooler lebih
menonjol sehingga memerlukan dukungan yang lebih serius yang akan mendorong biaya
perawatan yang lebih tinggi.
Analisa efektivitas dilakukan untuk mengetahui kalor yang di serap dan di lepas oleh
heat exchanger. Efektivitas sebelum dan sesudah perancangan diketahui dari
perhitungan metode Number Transfer of Unit (NTU). Menurut Straight to the point P.
Incopera dan David P. Dewitt (1981) kecukupan suatu penukar panas dicirikan sebagai
proporsi antara perpindahan panas normal (asli) dengan perpindahan panas terbesar yang
mungkin terjadi pada penukar panas.
perpindahan panas yang diharapkan
ε=
perpindahan panas maksimum yang mungkin
Perpindahan panas yang di harapkan (lube oil) dimana persamaan yang
digunakan adalah Qlube oil = Cplube oil x (Tc, o – Tc, i). Sedangkan perpindahan panas
maksimum yang mungkin (cooling water) ditentukan dari perbandingan nilai Cpcooling water
dengan Cpdemin water,
jika (Cp)demin water > (Cp)lube oil , Qmax = (Cp)lube oil (Th, I - Tc, I) dan
jika (Cp)air demin < (Cp)minyak pelumas , Qmax = (Cp)air demin (Th, I - Tc, I).
Perpindahan panas paling ekstrem mungkin terjadi ketika salah satu cairan mengalami
perbedaan suhu yang setara dengan kontras suhu terbesar yang terkandung dalam
penukar panas, khususnya perbedaan antara suhu saluran cairan panas dan cairan dingin.
Cairan yang mungkin mengalami kontras suhu terbesar ini adalah cairan yang memiliki
batas panas dasar (Cp). Dengan tujuan agar kecukupan alat penukar panas adalah:
m c Cp c (T c ,o ⁻ T c ,i)
ε=
mmin Cp min (T h ,i ⁻ T c, i)
Untuk mendapatkan efektivitas lube oil cooler maka diperoleh Qactual sebagai berikut:
q act =mc ×C pc ×(T c, o−T ci )
¿ 617470,7 lb/hr × 0,5732 Btu /lb . f ×(109,4 ºF – 95ºF )
Btu
¿ 10257013,27 =3006,033 kJ /s
hr
Untuk mendapatkan q max, cairan yang memiliki basis c dan m menurut rencana
diperoleh dari cairan minyak pelumas seperti yang ditunjukkan pada perkiraan berikut:
q min =mmin ×C pmin ×(T h ,i −T c, i)
¿ 947634,9 lb/hr × 1,0031 Btu/lb . f ×(168,98 ºF – 140ºF )
Btu
¿ 13688246,28 =4011, 628 kJ /s
hr
Maka efektivitas didapat berdasarkan perbandingan antara q actual dan q maks sebagai
berikut:
3006,033
ℇ= = 0,749 atau 74,9 %.
4011 , 628
Simulasi lube oil cooler dilakukan untuk mengetahui rancangan alat yang dibuat
bisa diterapkan atau tidak. Sinkronisasi dilakukan dengan software Aspen Hysys V11.
Aspen Hysys adalah software yang berguna dalam simulasi dan sizing, menampilkan
proses secara detail. Aspen Hysys memberikan protes kerangka modern yang dilengkapi
dengan kapasitas pertukaran masing-masing item dan mencirikan objek batas-batas
tertentu dan beberapa faktor interaksi.
Berikutnya adalah rekreasi yang dilengkapi dengan Aspen Hysys, fase awal
dalam peragaan ulang rencana pendingin oli pelumas adalah memasuki batas reproduksi
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2. Bundel cair yang digunakan dalam
reproduksi ini adalah Peng-Robinson. Peng-Robinson adalah semacam kondisi
termodinamika ekspres yang menggambarkan hubungan antara tegangan, volume dan
suhu dalam struktur numerik.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 KESIMPULANi
Dari efek samping dari rencana keseimbangan dan penukar panas tipe silinder,
ujung-ujungnya diperoleh.
1. Hasilirancangan lube oil cooler tipe fin & tube dengan fluida kerja lube oil dan
fluida pendingin cooling water adalah sebagai berikut:
IV.2 SARAN
LAMPIRAN
Tabeli5. Transverseifin heai transfer andipressure dropi ((a) Jamesoni (b) Gunteriand
shaw, itransactions ofitheiASME)
Tabeli6. Tubeiside frictionifactors
Tabeli7. Tubeiside heatitransfericurve
Tabeli8. ShelliSide frictionifactors
Tabeli9. ShelliSide HeatiTransferiCurve
Tabeli10. Heatiexchanger andiCondenser TubeiData
Tabeli11. ThermaliConductivity, iSpesificiHeats, SpesificiGravities of MetalsiandiAlloys