Anda di halaman 1dari 83

PERANCANGAN LUBE OIL COOLER TIPE FIN & TUBE HEAT

EXCHANGER PADA PROSES PELUMASAN MENGGUNAKAN


METODE NUMBER TRANSFER OF UNIT (NTU)

Kurniawan
NIM: 413119120118

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA 2022
LAPORAN TUGAS AKHIR

PERANCANGAN LUBE OIL COOLER TIPE FIN & TUBE HEAT


EXCHANGER PADA PROSES PELUMASAN MENGGUNAKAN
METODE NUMBER TRANSFER OF UNIT (NTU)

Disusun oleh:

Nama : Kurniawan
NIM : 413119120118
Program Studi : Teknik Mesin

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT KELULUSAN MATA KULIAH


TUGAS AKHIR PADA PROGRAM SARJANA STRATA SATU (S1)
SEPTEMBER 2022
ABSTRAK

Lube oil cooler merupakan salah satu peralatan pada sistem pelumasan PLTGU.
Lube oil cooler berfungsi menjaga temperatur oli pelumas pada temperatur normal.
Pada PLTGU terjadi temperatur keluaran dari Heat Exchanger sebesar 47˚C,
sedangkan temperatur yang dianjurkannya lebih rendah yaitu ±40˚C, terjadi selisih
temperatur dengan keadaan aktual di lapangan sebesar 7˚C.Temperatur di jaga pada
temperatur normal agar mencegah kerusakan pada bearing dan overheat pada turbin.
Jika temperatur melewati batas yang dianjurkan akan mengakibatkan Turbin Uap
mengalami panas berlebih (overheat) sehingga energi akan terbuang menjadi energi
panas dan Turbin akan shut down. Untuk menjaga temperatur lube oil dipilih jenis
heat exchanger tipe fin & tube dengan aliran crossflow. Rancangan lube oil cooler di
mulai dengan menentukan parameter awal rancangan untuk fluida pendingin dan oli
pelumas seperti temperatur, panas spesifik, laju alir massa, viskositas, densitas,
konduktivitas termal. Selanjutnya dilakukan perhitungan menggunakan persamaan-
persamaan umum dan sesuai standar, simulasi menggunakan software Aspen Hysys
V11 dan melakukan analisa terhadap hasil rancangan. Dari perhitungan di dapatkan
dimensi lube oil cooler dengan diameter luar 0,038 m, diameter dalam 0,035 m, 18
BWG, panjang pipa 4,49 m, jumlah baris pipa 161 buah, jumlah pipa per baris 13
buah dengan bentuk triangular dan jumlah sirip 2 buah. Standar dari perancangan
lube oil cooler adalah nilai penurunan tekanan ≤ 0,68 bar, di mana nilai penurunan
tekanan pada sisi duct 0,075 bar dan sisi tube 0,574 bar. Untuk simulasi
menggunakan software Aspen Hysys V11 tidak terjadi eror pada perancangan
dibuktikan dengan aliran material yang berwarna biru dan aliran energi yang
berwarna merah. Dan efektivitas yang di hasilkan sebesar 74,9 %.

Kata Kunci: Lube oil cooler, sistem pelumasan , fin & tube, Aspen Hysys V11, Heat
Exchanger
DESIGN OF LUBE OIL COOLER TYPE FIN & TUBE HEAT EXCHANGER IN
THE LUBRICATION PROCESS USING THE NUMBER TRANSFER OF UNIT
(NTU) METHOD

ABSTRACT

The lube oil cooler is one of the tools in the PLTGU lubrication system. The lube oil
cooler functions to keep the lubricating oil temperature in the turbine at a normal
temperature, namely ± 40 C. The temperature is maintained at normal temperatures
to prevent damage to the bearings and overheating of the turbine. An overheated
turbine will waste energy into heat energi. To maintain the temperature of the lube
oil, a fin & tube type heat exchanger with crossflow flow was chosen. The design of
the lube oil cooler begins by determining the initial design parameters for the
cooling fluid and lubricating oil such as temperature, specific heat, mass flow rate,
viscosity, density, and thermal conductivity. Furthermore, calculations are carried
out using general equations and according to standards, simulation using Aspen
Hysys V11 software and analyzing the design results. From calculaion we get
dimentions of the lube oil cooler with an outside diameter 0,038 m, an inside
diameter of 0,035 m, 18 BWG, a pipe length of 4,49 m, a number of 161 pipes, a
number pipes per line 13 pieces with triangular shape and the number of pipes per
row fins 2 pieces. The standard of lube oil cooler design is the value of pressure drop
≤ 0,68 bar, where the value of pressure drop on the duct side is 0,0075 bar and the
tube side is 0.574 bar. For the simulation using aspen hysys V11, there is no error in
the design as evidenced by the blue material flow and red energi flow. And the
resulting effectiveness is 74.9 %.

Keywords: Lube oil cooler, lubrication system, fin & tube, aspen hysys V11,
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

PENGHARGAAN v

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR SIMBOL xiv

DAFTAR SINGKATAN xv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 LATAR BELAKANG 1

1.2 RUMUSAN MASALAH 2

1.3 TUJUAN PENELITIAN 2

1.4 MANFAAT PENELITIAN 3

1.5 BATASAN MASALAH 3

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 PENELITIAN TERDAHULU 5

2.2 PENGERTIAN PEMBANGKIT LISTRIK GAS UAP (PLTGU) 12

2.3 PRINSIP KERJA PLTGU 12

2.4 SIKLUS PLTGU 13

2.4.1 SIKLUS BRAYTON 13

2.4.2 SIKLUS RANKINE 14

2.5 KOMPONEN PEMBANGKIT LISTRIK GAS UAP (PLTGU) 14


2.5.1 HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) 14

2.5.2 GENERATOR 14

2.5.3 TURBIN GAS 15

2.5.4 TURBIN UAP 16

2.6 SISTEM PELUMASAN TURBIN 17

2.7 ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) 19

2.8 FIN AND TUBE HEAT EXCHANGER 19

2.8.1 SUSUNAN TUBE 20

2.8.2 SIRIP (FIN) 20

2.9 TAHAPAN PERANCANGAN LUBE OIL COOLER 21

2.9.1 PERANCANAAN PIPA 21

2.9.2 PERHITUNGAN KALOR 22

2.9.3 PERHITUNGAN PENYERAPAN PANAS 22

2.9.4 PERHITUNGAN PERBEDAAN TEMPERATUR LOGARITMIK


23

2.9.5 PERHITUNGAN KESETIMBANGAN ENERGI 24

2.9.6 PERHITUNGAN DIAMETER EKIVALEN 25

2.9.7 PERHITUNGAN JUMLAH PIPA PER BUNDLE 25

2.9.8 PERHITUNGAN KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS (h'i) 26

2.9.9 PERHITUNGAN KECEPATAN ALIRAN DAN FLOW AREA 27

2.9.10 PERHITUNGAN BILANGAN REYNOLDS DALAM PIPA 27

2.9.11 PERHITUNGAN EFEKTIVITAS SIRIP (Ω) 28

2.9.12 PERHITUNGAN KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS LUAR


PIPA (hf ) 28

2.9.13 PERHITUNGAN KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS PADA


PERMUKAAN DALAM PIPA (h’fi) 29
2.9.14 PERHITUNGAN KOEFISIEN DESAIN PERPINDAHAN PANAS
MENYELURUH (fin) 30

2.9.15 PERHITUNGAN LUAS PERPINDAHAN PANAS (A) 30

2.9.16 PERHITUNGAN JUMLAH BUNDLE PIPA (n) 31

2.9.17 PERHITUNGAN KOEFISIEN DESAIN AKTUAL


PERPINDAHAN PANAS MENYELURUH (UDact ) 31

2.9.18 PERHITUNGAN KOEFISIEN DIRT FACTOR (Rd’) 32

2.9.19 PERHITUNGAN PENURUNAN TEKANAN (Pressure Drop) 32

BAB III METODOLOGI 36

3.1 DIAGRAM ALIR 36

3.1.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN 36

3.1.2 DIAGRAM ALIR PERHITUNGAN PERANCANGAN 38

3.2 DATA PARAMETER DAN SOFTWARE ASPEN HYSYS V11 39

3.2.1 DATA PARAMETER 39

3.2.2 SOFTWARE ASPEN HYSYS 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 41

4.1 PERHITUNGAN PERANCANGAN 41

4.1.1 PERHITUNGAN KESETIMBANGAN ENERGI 41

4.1.2 PERHITUNGAN ∆ t 42

4.1.3 PERHITUNGAN DIAMETER EKIVALEN 43

4.1.4 PERHITUNGAN JUMLAH PIPA PER BUNDLE 44

4.1.5 PERHITUNGAN KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS DALAM


PIPA (h’i) 44

4.1.6 PERHITUNGAN KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS LUAR


PIPA (h’o) 46

4.1.7 PERHITUNGAN EFEKTIVITAS SIRIP (Ω) 48

4.1.8 PERHITUNGAN KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS


PERMUKAAN PIPA (h’fi) 48
4.1.9 PERHITUNGAN KOEFISIEN DESAIN PERPINDAHAN PANAS
MENYELURUH (UDi) 49

4.1.10 PERHITUNGAN LUAS PERPINDAHAN PANAS (A) 49

4.1.11 PERHITUNGAN JUMLAH BUNDLE PIPA (n) 49

4.1.12 PERHITUNGAN KOEFISIEN DESAIN AKTUAL


MENYELURUH (UDact) 50

4.1.13 PERHITUNGAN DIRT FACTOR (Rd’) 50

4.1.14 PERHITUNGAN PRESSURE DROP (∆ P ) 50

4.2 SPESIFIKASI HASIL PERANCANGAN 52

4.3 ANALISA HASIL PERANCANGAN 53

4.4 ANALISA EFEKTIVITAS HEAT EXCHANGER 54

4.5 ANALISA SIMULASI PERANCANGAN LUBE OIL COOLER 55

BAB V PENUTUP 58

5.1 KESIMPULAN 58

5.2 SARAN 59

DAFTAR PUSTAKA 60

LAMPIRAN 62
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema PLTGU 12

Gambar. 2.2 Diagram T-S PLTGU 13

Gambar. 2.3 Siklus Sederhana Turbin Gas 15

Gambar 2.4 Susunan tube pada heat exchanger 20

Gambar 2.5 Jenis-jenis sirip (fin) 20

Gambar 2.6 Heat Exchangers And Condesar Tube Data 21

Gambar 2.7 LTMD pada aliran berlawanan 24

Gambar 2.8 Derivation of the transverse fin efficiency 28

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 37

Gambar 3.2 Diagram Alir Perhitungan Perancangan 39

Gambar 4.1 Grafik Temperatur Fluida 43

Gambar 4.2 Parameter Simulasi Peng-Robinson 55

Gambar 4.3 Simulasi Perancangan 56

Gambar 4.4 Parameter Simulasi 56


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penelitian-penelitian Terdahulu 5

Tabel 2.2 Parameter Penelitian 21

Tabel 3.1 Parameter Penelitian 39

Tabel 4.1 Data Parameter 1 41

Tabel 4.2 Data Parameter 2 42

Tabel 4.3 Data Parameter 3 43

Tabel 4.4 Data Parameter 4 44

Tabel 4.5 Parameter cooling water 44

Tabel 4.6 Paremeter lube oil 46

Tabel 4.7 Spesifikasi perancangan Lube Oil Cooler 52


DAFTAR SIMBOL

Simbo Keterangan
l
Af Luas permukaan sirip
A Luas perpindahan panas
Ai Luas permukaan dalam pipa
Ai’ Luas perpindahan panas menyeluruh
Cp Panas spesifik
C Laju alir massa cooling water
Ft Friction factor dalam pipa
D Diameter dalam pipa
De Diameter ekivalen
D’ev Diameter ekivalen volumetric
Gs Fluks Massa lube oil
Gt Fluks massa air
hi Koefisien perpindahan panas dalam pipa
hf Koefisien perpindahan panas luar pipa
hdi dirt coefficient equivalent to the reciprocal of the dirt factor inside tube
h’i Koefisien perpindahan panas dalam pipa yang telah dikoreksi
ℎ’fi Koefisien perpindahan panas pada permukaan dalam pipa
Jh Faktor perpindahan panas pada dalam pipa
kw Konduktivitas panas demin water pada temperatur rata-rata
k’ Konduktivitas termal dari bahan pipa dan sirip
Nf Jumlah sirip per inch
n jumlah bundle pipa
𝑅𝑑 Combined dirt factor ketentuan
Res Bilangan reynold lube oil
Rés Bilangan Reynolds untuk penurunan tekanan
DAFTAR SINGKATAN

Simbol Keterangan
PLTGU Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap
HE Heat Exchanger
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

I.1PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian terdahulu terkait heat exchanger dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Penelitian-penelitian Terdahulu


No Judul Penga Nama Vol Link Hasil
rang Jurnal
1 Perancangan Dewi Digilib http:// Efek samping dari
rencana penukar panas
Cold Mulya Polban digilib
pelat belitan untuk
Preheater ni .polba pemanasan awal untuk
mencapai suhu 64,5˚C
Train Tipe n.ac.i
dalam proses desalter
Spiral Plate d minyak memperoleh
penentuan yang lebih
Heat
kecil dengan peningkatan
Exchanger koefisien perpindahan
panas secara umum
Pada Proses
sebesar 44% dan
Desalter viabilitas 0,7339.
Minyak Bumi
2 Rancanangan Risma Digilib http:// Dari perhitungan dan
analisis di simpulkan:
Heat Fajar Polban digilib
Nilai kemalangan
Exchanger Rahay .polba tembaga dari kemalangan
jangkar dan kemalangan
Untuk u n.ac.i
lapangan adalah 2,67
Pendingin d MW.,
Nilai kemalangan
Hidrogen
lengkap dari generator
Pada C3W yang harus didinginkan
adalah 11,8 MWH,
PLTU
Pendingin hidrogen yang
Kapasitas 3 x digunakan untuk
mendinginkan daerah
600 MW
pusat rotor dan stator
adalah 13465171,21
Btu/jam dan berapa
panas yang harus
didinginkan oleh C3W
Hotness exchanger
adalah 14369997,7
Btu/hari.,
Dengan nilai kecukupan
67% Hotness exchanger
dan tension drop dan
faktor tanah sesuai
standar, rencana tersebut
layak digunakan di
PLTU Banten Suralaya.

3 Perancangan M. Jurnal 5 http:// Dari hasil perhitungan


Alat Penukar data umum yang
Zainu Penelitia www.
Kalor Untuk diperoleh adalah kalor
Pembangkit Azkiy n dan trijurn yang diserap oleh R134a
sebesar 1571,25 kJ/s,
Sistem ORC a, Eka Karya al.lem
faktor pengotoran
Maula Ilmiah lit.tris 0,0036, koefisien overall
transfer panas sebesar
na Lembaga akti.ac
264,64 W/m2.K, dan
Penelitia .id koefisien overall bersih
6,62 .103 W⁄(m2.K).
n
Lalu didapatkan
Universit perhitungan Shell yaitu
diameter dalam Shell
as
19,25 inch =1,6 ft. =
Trisakti 488,95 mm, panjang
Shell 12 ft = 144 inch =
3657,6 mm, fluida yang
mengalir adalah gas
buang / flue gas,
temperatur masuk yaitu
573 K, temperatur keluar
yaitu 499,24 K, dan
pressure Drop Shell
sebesar 0,01 Psi.
(Azkiya, 2020)
4 Studi Irwin Jurnal ejourn Dari perkiraan ada
beberapa tujuan, yaitu:
Perhitungan Bizzy, Rekayas al.uns
Lebar cangkang adalah
Alat Penukar R. a Mesin ri.ac.i 438,15 mm dan lebar
silinder adalah 19,05 mm
Kalor Tipe Setiad d
yang ditunjukkan oleh
Shell and i faktor kontaminasi untuk
bisnis bahan.,
Tube Dengan
Manfaat penataan
Program kecukupan 79% dan
faktor pencemaran
Heat
0,001410C m2/W
Transfer
Research
INC.
( HTRI )
5 Analisa Sulis Jurnal https:/ 1. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa
Desain Yulia UMJ /
koefisien kotoran (ΣRf)
Rancangan nto, jurnal. yang muncul pada
permukaan APK akan
Sebuah Alat Fadw umj.a
cenderung membentuk
Penukar ah c.id kurva asimtotik dengan:
Rf * = 0,000028 m2K /
Kalor Jenis Magh
W
Shell and furah Tc = 2,7 bulan (waktu
yang diharapkan waktu
Tube Skala
pengotoran awal).
Laboratorium 2. Hasil dari prediksi
jumlah tube yang ideal
pada saat beda temperatur
rata – rata telah mencapai
20% lebih tinggi dari
design rancangannya yaitu
sebanyak 25 tube
6 Optimasi Iman Jurnal 7 http:// 1. Perhitungan
perancangan sebuah alat
Desain Alat Dirja Ilmiah journa
pemanas udara pipa
Penukar TeknoBi l.univ tanpa sirip, dengan
memanfaatkan energi
Kalor Panas z panca
panas gas buang motor
Udara Untuk sila.ac Diesel, telah dilakukan.
Setelah dilakukan
Pengering .id
perhitungan iterasi
Ikan Dengan beberapa kali dengan
batasan termal yang telah
Memanfaatka
ditetapkan maka
n Gas Buang diperoleh hasil
perancangan alat
Motor Diesel
pemanas udara dengan
susunan pipa 6 baris, di
mana masing-masing
baris terdiri dari 6 buah
pipa juga.
2. Pengaruh efektivitas
perpindahan panas
terbaik sebesar 0,237
dihasilkan dar jarak antar
tube atau pitch ratio 1,25
3. Efektivitas terbaik
dihasilkan dari ukuran
pipa 1” dengan nilai
0,184.

7 Analisis Jajat Jurnal 6 https:/1. Nilai cooling


performance Shell and
Kinerja Heat Sudraj Teknik /
tube adalah 2,25 kW.
Exchanger at Mesin publik Terjadi penurunan panas
aktual 0,411 kW/19,45 %
Shell & Tube (JTM) asi.me
yang setara jumlah solar
Pada Sistem rcubu 0,036 liter/jam.Hasil
2. Penurunan efektivitas
COG Booster ana.ac
pada Shell and tube 2,5
Di Integrated .id % dari perbandingan Qact
dan Qmax
Steel Mill
Krakatau

8 Studi Sirega Jurnal 1 http:// 1. Akibat dari


meningkatnya curve
Numerik r Rekayas jurnal.
delta wingle, laju
Untuk Kerja Chand a, umsu. perpindahan panas dan
pressure drop meningkat.
Penggunaan ra, Manufak ac.id
2. Besar koefisien
Winglet Pada Irfans tur dan konveksi berbanding
lurus dengan bilangan
Heat yah Energi
reynold .
Exchanger 3.Vorteks pada aliran
fluida disebabkan oleh
Tipe
bertambahnya nilai delta
Compact winglet yang mengalir.
9 Perencanaan Sobar Jurnal 2 http://1. Dari data awal
spesifikasi alat penukar
Dan Analisa Ikhsa Teknolo ejourn
kalor kondensor tipe
Perhitungan n gi Proses al.ke shell and tube setelah
dilakukan perhitungan
Jumlah Tube Dan menp
maka didapat diameter
Dan Inovasi erin.g shell 720 mm, panjang
tube 3 m, diameter tube
Diameter Industri o.id
38.1 mm, dan jumlah
Shell Pada tube 192 buah.
2. Pengaruh rata-rata
Kondensor
masing-masing faktor
Berpendingin terhadap jumlah tube
Air Pada a) Ukuran tube diameter
38.1 mm, memberikan
Sistem
pengaruh yang lebih baik
Refrigerasi memberikan perpindahan
panas yang besar dengan
NH3
nilai koefisien
perpindahan U sebesar
1448.21 W/m2K
b) Sedangkan pada
Panjang tube 3 m
memberikan pengaruh
yang lebih baik dari pada
kedua panjang tube yang
lainnya

10 Analisa Yoha Jurnal 2 http:// Sesuai hasil analisa nilai


efektivitas berada pada
Unjuk Kerja nes Teknik ejourn
rentang 0.28 – 0.29.
Alat Penukar M.V. Mesin al-fst- Tetapi efektivitas
Cmin/Cmax, berada pada
Kalor Tipe Lebo, UDANA unc.co
rentang 0.64 – 0.45.
Shell And Gusna m Sehingga APK tipe ini
memiliki kualitas rendah
Tube Untuk wati,
dengan nilai efektivitas
Pendinginan Jahir aktual lebih kecil dari
teoritis.
Minyak wan
Pelumas Pada Ut
Sistem Jarson
Penggerak
Induced
Draft Fan

I.2PENGERTIAN PEMBANGKIT LISTRIK GAS UAP (PLTGU)

Pembangkit Listrik Gas Uap (PLTGU) adalah gabungan dari Pembangkit Listrik
Tenaga Gas (PLTG) dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Panas dari hasil
pembakaran di PLTG untuk memanaskan air di HRSG (Heat Recovery Steam
Genarator) digunakan PLTU sebagai fluida kerja untuk menghasilkan uap jenuh
kering. Uap jenuh kering ini digunakan untuk memutar sudu-sudu turbin. Bahan
bakar untuk PLTGU berwujud cair (BBM) atau gas minyak bumi, penggunaan bahan
bakar akan menentukan tingkat efektivitas pembakaran dan siklusnya. Untuk lebih
jelasnya pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Skema PLTGU


(PT Indonesia Power, 2016)

I.3PRINSIP KERJA PLTGU

PLTGU adalah pembangkit listrik yang mampu mengubah energi panas dari
pembakaran bahan bakar dan udara menjadi energi listrik. Energi panas hasil
pembakaran digunakan untuk memutar sudu-sudu turbin gas dan generator, gas
buang dari turbin gas tidak langsung di buang ke atmosfer tetapi dialirkan ke HRSG.
Uap dari HRSG memiliki tekanan dan temperatur tinggi akan di arahkan ke turbin
uap yang di kopel dengan generator sehingga menghasilkan listrik. Uap akan di
dinginkan menuju kondensor dan akan menjadi air. Air akan di pompakan untuk
mengisi HRSG dan dipanaskan kembali. Hal ini akan terjadi secara berulang,
sehingga disebut sebagai siklus tertutup.

I.4SIKLUS PLTGU

Siklus pada PLTGU adalah siklus brayton dan siklus rankine terlihat pada gambar
2.2, sementara boiler HRSG merupakan bagian dari siklus rankine.
Gambar. 2.2 Diagram T-S PLTGU
(PT Indonesia Power, 2016)

I.4.1 SIKLUS BRAYTON

Pada titik 1’ ke titik 2’ terjadi proses kompresi adiabatik pada kompresor turbin gas.
Titik 2’ ke titik 3’ terjadi proses pembakaran di mana bahan bakar ditambahkan
dengan udara bertekanan dialirkan ke ruang bakar. Proses ekspansi terjadi pada titik
3’ ke titik 4’ dan membuat sudu-sudu turbin gas berputar. Pada titik 4’ ke 1’ proses
pembuangan gas panas ke atmosfer pada siklus sederhana. Pada pembangkit dengan
siklus kombinasi gas buang dialirkan ke boiler HRSG. Sehingga titik 4’ pada siklus
brayton ke 5’ siklus rankine untuk pengoperasian boiler HRSG.

I.4.2 SIKLUS RANKINE

Pada titik 1 ke titik 2 terjadi proses kompresi isentropik oleh pompa air di kompresi
lalu dimasukkan ke penukar panas boiler HRSG. Pada titik 2 air yang terkompresi
diubah menjadi uap di dalam boiler pada titik 3. Pada titik 3 ke 4 proses ekspansi
isentropik uap kering sehingga memutar sudu-sudu turbin uap. Uap akan kembali
menjadi air pada titik 4 ke 1.

I.5KOMPONEN PEMBANGKIT LISTRIK GAS UAP (PLTGU)

I.5.1 HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG)


Heat Recovery Steam Generator (HRSG) adalah sebuah alat yang dapat mengambil
panas dari aliran gas dengan temperatur yang tinggi. Alat ini memproduksi uap yang
dapat digunakan kembali dalam sebuah proses atau untuk menggerakkan turbin uap.
Pembangkit listrik sistem combine cycle menggunakan HRSG. Pada sistem ini, udara
panas hasil dari turbin gas dialirkan ke HRSG untuk menghasilkan uap yang akan
memutar turbin uap.

I.5.2 GENERATOR

Generator merupakan peralatan yang mengubah energi mekanik menjadi


energi listrik. Generator dibagi menjadi generator arus searah dan generator arus
bolak balik sering disebut juga alternator atau generator sinkron. Generator atau
alternator menerapkan pedoman usia kekuasaan mengingat penerimaan yang
menarik. Elemen penting dari usia daya yang dimulai adalah medan tarik, putaran,
dan kecepatan relatif.

Seperti yang ditunjukkan oleh aturan Faraday, jika loop berputar dalam
medan tarik-menarik atau sebaliknya medan menarik berputar dalam lengkungan,
maka, pada saat itu, pada penutupan loop akan ada daya gerak listrik ( voltase).
Berapa banyak tegangan yang digerakkan dalam curl bergantung pada kekuatan
medan tarik, panjang konduksi loop dan kecepatan rotasi.

I.5.3 TURBIN GAS


Turbin gas adalah suatu alat yang memanfaatkan gas sebagai fluida untuk
memutar turbin dengan pembakaran internal. Di dalam turbin gas, energi kinetik
dikonversikan menjadi energi mekanik melalui udara bertekanan yang memutar roda
turbin sehingga menghasilkan daya. Sistem turbin gas yang paling sederhana terdiri
dari tiga komponen yaitu kompresor, ruang bakar dan turbin gas.
Gambar. 2.3 Siklus Sederhana Turbin Gas
(Moran & Shapiro, 2006)
Prinsip kerja turbin gas adalah udara dihisap kompresor pada suhu dan
tekanan tertentu pada titik (1) dan dikompresi hingga mencapai tekanan dan
temperatur tertentu pada titik (2) lalu udara di alirkan menuju ruang bakar dan fluida
mencapai temperatur tertentu pada titik (3), Saat berada di ruang bakar, bahan bakar
di injeksikan dan terjadilah proses pembakaran. Gas hasil pembakaran di alirkan
menuju turbin sehingga terjadi proses ekspansi untuk mencapai temperatur dan
tekanan pada titik (4). Daya yang dihasilkan turbin digunakan menggerakkan
kompresor yang di kopel langsung.
Turbin gas dapat dibedakan berdasarkan siklusnya, konstruksi poros dan
lainnya. Menurut siklusnya turbin gas terdiri dari turbin gas siklus tertutup (Close
cycle) dan turbin gas siklus terbuka (Open cycle). Perbedaan dari kedua tipe ini
adalah berdasarkan siklus fluida kerja. Pada turbin gas siklus terbuka, akhir ekspansi
fluida kerjanya langsung dibuang ke udara atmosfer, sedangkan untuk siklus tertutup
akhir ekspansi fluida kerjanya didinginkan untuk kembali ke dalam proses awal.
Industri turbin gas pada umumnya diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu:
1. Turbin Gas Poros Tunggal (Single Shaft)
Turbin jenis ini digunakan untuk menggerakkan generator listrik yang
menghasilkan energi listrik untuk keperluan proses di industri.
2. Turbin Gas Poros Ganda (Double Shaft)
Turbin jenis ini merupakan turbin gas yang terdiri dari turbin bertekanan tinggi
dan turbin bertekanan rendah, di mana turbin gas ini digunakan untuk menggerakkan
beban yang berubah seperti kompresor pada unit proses.

I.5.4 TURBIN UAP

Turbin uap merupakan suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial
menjadi energi kinetik dan energi kinetik ini selanjutnya diubah menjadi energi
mekanis (gaya atau torsi) dalam bentuk putaran poros turbin (Shlyakhin, 1999).
Turbin uap merupakan salah satu jenis mesin yang menggunakan metode external
combustion engine (mesin pembakaran luar). Prinsip kerja turbin gas secara umum
dimulai dari pemanasan uap pada ketel uap. Uap hasil pemanasan memiliki
temperatur dan tekanan tinggi sehingga mampu menggerakkan poros turbin. Uap
yang keluar turbin selanjutnya dialirkan ke kondensor untuk di dinginkan. Di
kondensor uap akan kembali menjadi air dengan temperatur dan tekanan yang turun,
selanjutnya air dialirkan kembali ke ketel uap dengan bantuan pompa.
Secara umum komponen-komponen utama dari sebuah turbin uap menurut adalah:
 Rotor
Rotor adalah bagian dari turbin yang berputar akibat pengaruh gerakan uap
terhadap sudu-sudu gerak yang terpasang mengelilingi rotor. Jumlah baris pada sudu
gerak rotor sama dengan jumlah baris sudu diam yang terdapat pada casing.
Pasangan antara sudu diam dan sudu gerak disebut tingkat (stage). Sudu gerak (rotor)
berfungsi untuk mengubah energi kinetik uap menjadi energi mekanik.
 Casing/shell
Casing adalah wadah pelindung dari rotor yang terdapat sudu-sudu diam (stator)
terpasang melingkar dan berjajar terdiri dari beberapa baris yang merupakan
pasangan dari sudu gerak pada rotor. Sudu diam berfungsi untuk mengarahkan dan
membatasi aliran uap agar tepat dalam mendorong sudu gerak pada rotor.
 Bearing (Bantalan)
Bantalan berfungsi sebagai penopang dan penjaga rotor turbin uap agar tetap
pada posisi normalnya. Bantalan akan membatasi gerak relatif antara dua atau lebih
komponen mesin agar selalu bergerak pada arah yang diinginkan. Turbin uap
memiliki dua macam bantalan, yaitu bantalan journal yang berfungsi menopang dan
mencegah poros turbin dari pergeseran arah radial, sedangkan bantalan aksial (thrust
bearing), berfungsi agar mencegah turbin bergeser ke arah aksial.
 Turning Gear
Perangkat turbin uap yang mampu memutar rotor turbin generator pada
kecepatan rendah (5-10 rpm) untuk menjamin pemanasan/pendinginan rotor yang
seragam di sepanjang jalur ini sehingga mengurangi kemungkinan bengkoknya rotor.
Turning gear memiliki kapasitas lain, khususnya sebagai penggerak dasar saat turbin
akan mulai mengurangi gesekan statis pada heading.

I.6SISTEM PELUMASAN TURBIN

Pada PLTGU turbin gas atau turbin uap akan di kopel dengan generator untuk
menghasilkan listrik. Ketika turbin beroperasi akan mengakibatkan gesekan pada
bantalan dan poros turbin. Gesekan yang terjadi secara terus menerus akan
menimbulkan panas dan panas yang berlebihan akan mengakibatkan kerusakan pada
material. Untuk mengurangi hal tersebut diperlukan sistem pelumasan pada turbin.
Pelumasan turbin uap diperlukan untuk meminimalkan gesekan putaran pada journal
bearing, thrust bearing, dan gear redustion serta untuk mendinginkan jurnal dan
permukaan bantalan lainnya.
Selain mengurangi gesekan sistem pelumasan turbin juga memindahkan
kotoran, mendinginkan bantalan dan memindahkan panas. Untuk menyerap dan
memindahkan panas digunakan lube oil pada sistem pelumasan turbin. Peralatan
pada sistem pelumasan terdiri dari :
1. Gudang Minyak Pelumas
Lube Oil Repository adalah tangki yang dapat menampung banyak minyak
pelumas. Pasokan ini harus cukup besar sehingga minyak pelumas dapat tetap berada
di tangki selama beberapa waktu untuk mengendapkan tanah dan menghilangkan
gas. Temperatur pelumasan oli diperiksa dan dijaga 100% sepanjang mungkin
dengan tujuan agar interaksi oli dapat berjalan dengan baik. Suhu minyak pelumas
dalam suplai tidak boleh terlalu rendah karena akan menghambat penyedotan.
Dengan asumsi bahwa suhu terlalu rendah, radiator yang dimasukkan ke dalam
tangki akan bekerja secara alami.
2. Siphon Minyak Pelumas Esensial
Essential Lube Oil Siphon atau Primary Lube Oil Siphon, kapasitas sebagai
prinsip mengoleskan oil siphon dan diputar lurus oleh poros turbin gas atau diputar
oleh mesin listrik AC. Essential Lube Oil Siphon yang digerakkan oleh mesin listrik,
siphon dimasukkan ke dalam suplai oli pelumas, sedangkan mesin listrik berada di
atas penutup penyimpanan. Siphon ini harus memiliki opsi untuk memasok
kebutuhan minyak pelumas di bawah kondisi kerja yang khas. Misalnya, batas
Siphon Minyak Pelumas Esensial adalah 2.800 liter setiap saat dengan tegangan 6
bar.
3. Siphon Minyak Pelumas Opsional
Optional Lube Oil Siphon untuk turbin gas yang Essential Lube Oil Siphonnya
diputar lurus oleh poros turbin gas, Auxiliary Lube Oil Siphon akan bekerja saat
putaran turbin masih rendah (saat fire up dan close down) dimana tegangan oli naik
dari Siphon Minyak Pelumas Esensial tidak cukup. Putaran turbin cukup tinggi,
kemudian, pada saat itu, Siphon Minyak Pelumas Tambahan akan berhenti.
Essential Lube Oil Siphon pada turbin uap digerakkan oleh mesin listrik,
kemudian pada saat itu, Auxiliary Lube Oil Siphon berfungsi sebagai penguat.
Siphon Minyak Pelumas Opsional juga akan bekerja dengan asumsi bahwa tekanan
minyak pelumas turun karena alasan yang tidak diketahui.
4. Crisis Lube Oil Siphon
Pembentukan siphon ini setara dengan pembentukan Auxiliary Lube Oil Siphon.
Crisis Lube Oil Siphon dihidupkan oleh mesin listrik DC dan bekerja ketika
tegangan AC hilang atau berpotensi tekanan minyak pelumas turun sejauh mungkin.
Batas dan regangan minyak pelumas dari Crisis Lube Oil Siphon lebih rendah
dari pada Essential Lube Oil Siphon, sehingga hasil penyedotan akan langsung
diberikan ke arah tanpa melalui Lube Oil Cooler. Crisis Lube Oil Siphon pada
umumnya mungkin digunakan saat turbin tidak ditumpuk dan porosnya sangat
rendah (putar gigi).Lube Oil Reservoir
5. Lubricating Oil Gas Exhaust Fan
Lubricating oil gas exhaust fan berfungsi untuk mengeluarkan gas-gas yang ada
di dalam reservoir minyak pelumas, dan membuat sedikit vakum di reservoir.
Kondisi vakum ini akan berguna untuk membantu mencegah kebocoran minyak
pelumas dari celah labirin pada ujung bantalan, dan mempercepat penguapan gas-gas
yang terkandung di dalam minyak pelumas.
6. Lube Oil Cooler
Lube Oil Cooler berfungsi untuk mendinginkan minyak pelumas yang sudah
ditampung di dalam reservoir dan akan dialirkan kembali ke bantalan-bantalan. Lube
Oil Cooler atau Pendingin Minyak Pelumas, terdiri dari dua unit, jika salah satu unit
beroperasi dan lainnya sebagai back up ketika ada gangguan. Lube Oil Cooler
dengan media pendingin air akan lebih kecil dimensinya sehingga sedikit memakan
tempat dibandingkan dengan yang menggunakan media pendingin udara. Besarnya
temperatur lube oil sebelum masuk ke turbin harus di bawah 131 °F (55°C).
Temperatur normal untuk lube oil proses pelumasan dan pendinginan berkisar 116,6
°F – 131 °F (49-57°C). Jika temperatur lube oil sebelum masuk turbin berada di atas
temperatur normal saat kondisi operasi, bisa dipastikan terdapat fouling pada lube oil
cooler.

I.7ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER)

Alat penukar panas (Heat Exchanger) berfungsi untuk memindahkan panas suatu
fluida atau lebih dari temperatur tinggi ke temperatur lebih rendah. Tujuan
perpindahan panas adalah mencapai kesetimbangan termis sistem. Perpindahan panas
terjadi secara kontak langsung dan kontak tidak langsung. Mode dasar perpindahan
panas adalah konduksi, radiasi, dan konveksi (Warren, 1998). Alat penukar panas
digunakan untuk proses pemanasan, penguapan, pendinginan serta pengembunan.

I.8FIN AND TUBE HEAT EXCHANGER

Fin and Tube Heat Exchanger banyak digunakan di berbagai industri karena
bentuknya yang ringan dan ringkas (compact). Alat penukar panas jenis Fin and
Tube memiliki sirip-sirip untuk meningkatkan laju perpindahan panasnya. Aliran
fluida pada tipe ini tidak tercampur karena dibatasi terpisah oleh sirip dan fluida
mengalir melewati bundel tabung bersirip. Fluida cairan dicampur atau tidak
dicampur mempengaruhi keseluruhan perpindahan panas penukar karena
perpindahan panas ini bergantung pada perbedaan suhu antara cairan panas dan
dingin (Incopera & David, 1996).

I.8.1 SUSUNAN TUBE

Susunan tube berpengaruh terhadap performa heat exchanger pada perpindahan


panas. Susunan tube heat exchanger memiliki beberapa bentuk seperti square pitch,
triangular pitch, square pitch rotated dan triangular pitch with cleaning lanes.
Untuk lebih
jelasnya pada Gambar 2.4. Pada penelitian ini di gunakan susunan tube triangular
pitch karena luas permukaan yang dilalui fluida besar sehingga menyerap panas
secara maksimal.
Gambar 2.4 Susunan tube pada heat exchanger

I.8.2 SIRIP (FIN)


Sirip (Fin) berfungsi untuk memperluas area penyerapan suatu perpindahan panas
pada heat exchanger. Sirip (Fin) memiliki banyak jenis, ada yang menyatu dan
berpisah dengan tube. Berikut gambar dan jenis-jenis dari sirip (fin) pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 Jenis-jenis sirip (fin)

I.9TAHAPAN PERANCANGAN LUBE OIL COOLER

Tahapan perancangan dari lube oil cooler adalah sebagai berikut:


I.9.1 PERANCANAAN PIPA

Untuk merancang Lube Oil Cooler terlebih dahulu kita menentukan atau
mengasumsikan diameter luar, diameter dalam dan ketebalan pipa. Data didapatkan
dari buku Process Heat Transfer, pada tabel Heat Exchangers And Condesar Tube
Data, untuk lebih jelasnya pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Heat Exchangers And Condesar Tube Data
Kern, D. Q. (1965

Dari tabel didapatkan nilai sebagai berikut :


Tabel 2.2 Parameter Penelitian
Parameter Jenis Satuan
Inside Diameter 1,5 Inch
Outside Diameter 1,4 Inch
Wall Thickness 0,049 Inch
BWG 18
Flow Area Per Tube 1,54 Inch
SurfaceiPer liniFt (Inside) 0,367i Feet
SurfaceiPer liniFt (Outside) 0,392i Feet
WeightiPer liniFt 0,831i Lbi

Selanjutnya menentukan pressure drop dan dirt factor berdasarkan data yang
ada pada lampiran. Nilai pressure drop harus ≤ 10 psi untuk sisi duct (lube oil) dan
sisi pipa (demin water), untuk dirt factor harus ≥ dari ketentuan (Incopera & David,
1996). Penentuan dimensi pipa harus diulang kembali jika belum sesuai dengan
ketentuan tersebut.

I.9.2 PERHITUNGAN KALOR


Untuk mengetahui nilai kalor yang dilepas pada heat exchanger ini menggunakan
kondisi (2.1).
Q =iW C (T1 –iT2) (2.1.)
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan:
Q = Panas yang diminum dari air demin [kJ/s]
W = Laju aliran massa [kg/s]
C = Panas eksplisit cairan [kJ/kg.K)]
T1 = Suhu delta [°C]
T2 = Suhu keluar [°C]

I.9.3 PERHITUNGAN PENYERAPAN PANAS

Untuk memastikan asimilasi panas oleh silinder dapat menggunakan kondisi (2.2.)

Penggambaran:
Q = Panas yang dikonsumsi oleh garis [kJ/s]
A = Daerah perpindahan panas [m2]
UDi = Rencanakan dan koefisien perpindahan panas yang besar [Btu/(hr)(ft2)(oF)]
t = Perbedaan suhu [oC]

Q = UDi ×A ×∆t (2.2.)


(Kern, D. Q.1965)

Δt pada persamaan (2.2) di dapat dari persamaan (2.3) berikut:


∆t = Ft x ∆LMTD (2.3.)
(Kern, D. Q.1965)
Penggambaran:
Ft = Suhu komponen yang berbeda
LTMD = Log Suhu Rata-Rata Berbeda [K]

Sementara Ft didapatkan dari persamaan (2.4).


Ft =
√ R 2+1 ln ( 1−S ) /(1−R S )
2−S (R +1−√ R +1)
2
(2.4.)
( R−1 ) ln
2−S ( R+1+ √ R2+ 1)
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan:
T 1−T 2
Temperature group (R) =
t 2−t 1

t 2−t 1
Temperature group (S) =
T 1−t 1

Penggambaran:
T1 = Suhu teluk cairan panas (minyak) [°C]
T2 = Temperatur keluar cairan panas (minyak) [°C]
t1 = Suhu delta air pendingin [°C]
t2 = Temperatur keluar air pendingin [°C]

Sementara untuk perhitungan LTMD atau Log Mean Temperature Difference di


jelaskan pada sub bab 2.9.4.

I.9.4 PERHITUNGAN PERBEDAAN TEMPERATUR LOGARITMIK

Besarnya Laju perpindahan panas ditentukan oleh perpindahan suhu di dalam


perpindahan panasnya. Suhu aliran fluida dalam heat exchanger tidak konstan atau
berbeda-beda. Perbedaan suhu pada heat exchanger dikenal dengan Log Mean
Temperature Difference atau LTMD. Perbedaan suhu (∆t) aliran fluida di jelaskan
pada Gambar 2.6 dan untuk menghitung suhu aliran fluida tersebut kita dapat
menghitung menggunakan persamaan (2.5.).
∆ t 2−∆ t 1
LMTD = (2.5.)
ln ∆ t 2 /∆ t
1

(Kern, D. Q.1965)

Keterangan:
∆t1 = T1 – t2
∆t2 = T2 – t1

T1 = Suhu saluran cairan panas (minyak) [°C]


T2 = Temperatur keluar cairan panas (minyak) [°C]
t1 = Suhu teluk air pendingin [°C]
t2 = Temperatur keluar air pendingin [°C]

Gambar 2.7 LTMD pada aliran berlawanan


(Kuppan , 2013)
I.9.5 PERHITUNGAN KESETIMBANGAN ENERGI
Seperti yang ditunjukkan oleh Thukukanam (2013) hal yang paling mendesak yang

harus dilakukan dalam merencanakan penukar panas adalah memenuhi hukum utama
termodinamika, tepatnya dengan menghitung keseimbangan massa dan energi dari
cairan panas dan cairan dingin. Neraca massa dan energi ini juga siap untuk
mencirikan aliran yang terjadi pada penukar panas. Untuk menghitung keseimbangan
energi menggunakan kondisi (2.6.).

Q = W C (T1 – T2) = w c (t2 – t1) (2.6.)


(Kern, D. Q.1965)

penggambaran:
Wi = Lajuialiran massaicairan panas (minyak) [kJ/s]
Ci = Ketegangan eksplisit cairan panas (minyak) []
T1 I = Temperatur masuk fluida panas (oli) [°C]
T2i = Temperatur keluar fluida panas (oli) [°C]
wi = Laju alir massa fluida dingin (cooling water) [kg/s]
ci = Panas spesifik fluida dingin (cooling water) [kJ/(kg)( K)]
t1i = Temperatur masuk fluida dingin (cooling water) [°C]
t2i = Temperatur keluar fluida dingin (cooling water) [°C]

I.9.6 PERHITUNGAN DIAMETER EKIVALEN

Untuk mendapatkan nilai diameter ekivalen dibutuhkan parameter seperti permukaan


keseimbangan (Af), daerah silinder terbuka (Ao), dan tepi yang diproyeksikan.
Untuk menghitung luasnya harga diri menggunakan kondisi (2.7.).

2( A f + AO )
de= (2.7.)
π × projected parameter
(Kern, D. Q.1965)

Nilai parameter diameter ekivalen di dapatkan menggunakan persamaan di


bawah ini.
π
Af i= (OD’2 – OD2) . 2 × Nf × 12i
4
Aoi= (1 – Nf.y) π OD × 1i

Pi= 2 l × 2 . Nf × 12 2 (1 – Nf .y) × 12i


Keterangan:
Afi = Luasipermukaan sirip [ m2]
Aoi = Bari tube area [ m2]
Pi = ProjectediParimeter [m]
OD’ = Diameteriterluar (diameter luar pipaiditambah tinggiisirip) i [m]
ODi = Diameteriluaripipa [m]
Nfi = Jumlahisirip periinch
Yi = Tebalisiripi [m]
Li = Tinggiisirip [m]

I.9.7 PERHITUNGAN JUMLAH PIPA PER BUNDLE


Sebuah penukar panas terdiri dari rencana permainan garis dalam kelompok. Jumlah
garis harus dipertimbangkan mengingat fakta bahwa itu menentukan retensi panas
yang ideal dari penukar panas. Untuk mendapatkannya gunakan syaratnya

Nt=iY / STi (2.8.)


(Kern, D. Q.1965)

Penjelasan:
Nti= Jumlahibaris peribungkus
Yi= LebariSaluran [m]
ST = Jarakiantara fokusipipa keiatas = OD +i ( 2 x l ) + jarakiantara ujungisudu [m].

I.9.8 PERHITUNGAN KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS (h'i)

Untuk mendapatkan nilai koefisien perpindahan panas dapat ditentukan dengan


menggunakan kondisi (2.9.).

k w C . μw 1/3 (2.9.)
h I =Jh ( )
D kw
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan:
hii = Koefisieniperpindahan dalamipipai [W/(m2)(K)]
kwi = Konduktivitasipanas coolingiwater pada temperaturirata-ratai [W/(m)(K)]
μw i = Viskositas air pada temperatur rata – rata [Ns/(m)]
Jhi = Faktoriperpindahan panasipada dalamipipa
Ci = Lajuialir massaisea wateri [kJ/(kg) (K)]
Di = Diameteridalam pipai [m]
Nilai koefisieniperpindahanipanas dikoreksi dengan dirtifactor padaipersamaan
(2.10).
hdi × hi
h 'i = (2.10.)
hdi +hi
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan:
h 'i = Koefisieniperpindahan panasidalam pipaiyang telahidikoreksii [W/(m2)(K)]
hi = Koefisieniperpindahan panasidalam pipai [W/(m2)(K)]
h di = dirticoefficient equivalentito the reciprocal of theidirt factor inside tube
[W/(m2)(K)] i

Untuk mendapatkan nilaiikoefisien perpindahanipanas dalamipipa, terlebih


dahulu nilai dirticoefficient equivalentinya menggunakan persamaan (2.11.).
θt i
h di = i
Rd (2.11.)
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan:
θt = Rasioiviskositas dalamipipa
Rd = Faktorikekotoran

I.9.9 PERHITUNGAN KECEPATAN ALIRAN DAN FLOW AREA

Kecepatan aliran di dapat dari persamaan (2.12) di bawah.


i
V = Gt / 3600ρwi
(2.12.)
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan:
Vi = Kecepatanialiran airi [m/s]
Gti = Fluksimassa airi [kg/(hr)(m2)]
𝜌wi = Densitasiairi [ W/m.K]

Untuk mendapatkan massivelocity menggunakanipersamaani (2.13.)


Gt = w/ 𝜶𝒕 (2.13.)
Keterangan:
Wi = Lajuialir massaiair [kg/s]

Selanjutnya menghitung flow area menggunakan persamaan (2.14.).


'
Nt ∝ t
∝t = (2.14.)
144
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan:
∝t = FlowiAreai [m2]
Nti = JumlahiPipa
'
∝ ti = Flowiarea per pipai [m2]

I.9.10 PERHITUNGAN BILANGAN REYNOLDS DALAM PIPA

Untuk mengetahui jenis aliran fluida yang mengalir dilakukan perhitungan bilangan
reynolds pada persamaan (2.15.).
Ret = D.Gt / μw (2.15.)
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan:
D = Diameteridalam pipai [m]
Gt = Fluksimassa airi [kg/hr m2]
μw = Viskositasiair pada temperaturirata – rata

I.9.11 PERHITUNGANiEFEKTIVITASiSIRIP (Ω)

Untukimendapatkan nilaiiefektivitasisirip (Ω) dibutuhkanibeberapa parameter seperti


re, irb dani𝑦b, nilaiitersebut didapatkan melalui pendekatan pada gambar 2.7.
Gambar 2.8 Derivation of the transverse fin efficiency
(Kern, 1965)
Efektivitas sirip didapatkan dari persamaan (2.16.) dan (2.17.).
(r e −r b) √ hf /k ' y b (2.16.)
re / rb (2.17.)
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan:
re = 0.5ix OD’, i [m]
rb = rei–itinggi sirip, [m] i
k' = Konduktivitasitermal dariibahan pipaidan sirip, [W/(m2)(K)] i
yb = 0.5ixitebal sirip (y), [m] i

I.9.12 PERHITUNGAN KOEFISIENiPERPINDAHAN PANASiLUARiPIPA (


h f )i

Koefisieniperpindahan panas di luar garis dapat ditentukan dengan menggunakan


kondisi (2.18.).
k g Cμg 1/3
h f =Jf ( ) (2.18.)
D kg

Penggambaran:
Hf = Koefisienirelokasiieksternal garis, [W/(m2)(K)] i
lf = Faktor perpindahanipanas dalam neracaidan garis
kg = Konduktivitasihangat airidemin, [W/(m2)(K)] i
c = Laju aliranimassa airidemin, [kg/s] i

Koefisien perpindahan panas luar pipa yang telah didapat dikoreksi


menggunakanidirtfactor menggunakanipersamaani (2.19.).
h do × hf
h 'f= (2.19.)
hdo +h f
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan: i
h'f = Koefisieniperpindahanipanas luar pipaiyang telahidikoreksi, [W/(m2)(K)] i
hii = Koefisien perpindahan panas luar pipa, [W/(m2)(K)]
hdii = dirticoefficientiequivalent toithe reciprocaliof the dirtifactor outsideitube,
[W/(m2)(K)] i
Untuk mengamati harga koefisien tanah, harga koefisien tanah yang sama
ditentukan dengan menggunakan kondisi (2.20.).
θt
h do = (2.20).)
Rd
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan:
𝛷 = Rasio viskositas dalam pipa
𝑅𝑑 = Faktor kekotoran
I.9.13 PERHITUNGANiKOEFISIEN PERPINDAHANiPANAS PADAi
PERMUKAANiDALAM PIPAi (h’fi)
Koefisieniperpindahan panasipada permukaanibagian dalam garis dihitung untuk
mengetahui karakteristik kuantitatif perpindahan panas konvektif antara fluida
dengan permukaan dalam pipa yang dialirkan fluida. Untuk menghitung seberapa
besar koefisien perpindahan panasnya dimanfaatkan rumus (2.21.).
hf
ih’fi = (Ω × Af × Ao ) . i (2.21.)
Ai
(Kern, D. Q.1965)

Penggambaran:
h'fii = Koefisien perpindahan panas pada permukaan bagian dalam garis, [W/(m2)
(K)] i
Ωi = Kecukupan bilah
Afi = Luas permukaanibilah
Aoi = Daerah silinderitidak tertutup
Hfi = Koefisieniperpindahan panas keluarigaris, [W/(m2)(K)] i
Aii = Luas permukaanidalam pipaiper baris ft [m2] i

I.9.14 PERHITUNGAN KOEFISIENiDESAIN PERPINDAHANiPANAS


MENYELURUHi (fin)

Secara umum koefisien rencana perpindahan panas dihitung untuk mengetahui


seberapa besar perpindahan panas yang terjadi pada awal alat penukar panas
digunakan (masih dalam keadaan bersih). Untuk menghitung seberapa besar
koefisien desain perpindahan panas menyeluruh digunakan persamaan (2.22.).
h' fi . hi
U Di= (2.22.)
h' fi +hi
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan:

UDii = Koefisien rencana perpindahan panas secara umum, [W/(m2)(K)] i


h ' fiI = Koefisien perpindahan panas pada permukaan internal garis, [W/(m2)(K)] i
hi I = Koefisien pencabutan setelah revisi , [W/(m2)(K)] i

I.9.15 PERHITUNGANiLUAS PERPINDAHANiPANAS (A) i

Daerah perpindahan panas akan berbanding lurus dengan laju perpindahan panas dan
juga akan mempengaruhi nilai NTUi (Numberiof MoveiUnits) yang tentunya akan
mempengaruhi kelangsungan hidup dari penukar panas. Untuk menghitung seberapa
besar luas perpindahan panas digunakan persamaan (2.23.).

Q i
iA =
U Di . ∆ t (2.23.)
(Kern, D. Q.1965)
Keterangan:
Ai= Luasiperpindahan kalor
Qi= Panas yangidikonsumsi oleh garis [kJ/s] i
UDi = Koefisien rencanaiperpindahan panas secara umum, [W/(m2)(K)] i
∆ t i= kontrasisuhu [°C] i

I.9.16 PERHITUNGAN JUMLAHiBUNDLE PIPAi (n)

A
n= (2.24.)
Ai per bundle
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan: i
ni = Jumlahibundleipipa
Ai = Luasiperpindahanipanas [m2] i
Aiiper bundle =iAi . Nt .L [m2] i

I.9.17 PERHITUNGANiKOEFISIEN DESAINiAKTUAL PERPINDAHANi


PANASiMENYELURUH (U Dact )i

Q
U D act= ' i (2.25.)
Ai .∆t
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan: i
UDiact = Koefisienidesain aktual perpindahan panas menyeluruh [W/(m2)(K)]
i
Ai’i = Luasiperpindahan panasimenyeluruh
Qi = Panasiyang diserap olehipipa [kJ/s] i
∆ti = Perbedaanitemperatur [°C] i
Ai’idihitung dengan persamaani (2.26.)
Ai ’=(n× Nt)× Ai × L i (2.26.)
(Kern, D. Q.1965)
Keterangan: i
ni = Jumlahibundle pipai
Nti = Jumlahipipai
Aii = Luasipermukaan dalamipipa perilin ft [m2] i
Li = Panjangipipa, [m] i

I.9.18 PERHITUNGAN KOEFISIEN DIRT FACTOR (Rd’)

Menghitung koefisien Dirt factor (Rd’) dengan persamaan (2.27.).

iRd’ = Rd +iExcess fouling factor× Adding to the outside fouling factori (2.27.)

(Kern, D. Q.1965)

Keterangani:
Rd’i = Combinedidirt factor hasil perhitungan, i
Rdi= Combined dirt factor ketentuan, i
Excessifouling factoridihitung menggunakanipersamaan (2.28.):
1 1
Excess fouling factor = − i (2.28.)
U D act U Di
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan: i
UD acti= Koefisienidesain aktual perpindahanipanas menyeluruh, [W/(m2)(K)] i i
UDii= Koefisienidesain perpindahanipanasimenyeluruh, [W/(m2)(K)] i
Sedangkaniaddingitoitheioutsideifoulingifactoridihitungimenggunakanipersamaan
(2.29.). i
Af + AO
Adding to the outside fouling factor = i (2.29.)
Ai'
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan: i
Afi = Luasipermukaanisirip [m2] i
Aoi = Bareitubeiarea [m2] i
Ai’i = Luasiperpindahan panasimenyeluruh [m2] i

I.9.19 PERHITUNGAN PENURUNAN TEKANAN (Pressure Drop)

Istilah dari pressure drop menyinggung hilangnya ketegangan yang tidak dapat
diperbaiki dalam arus. Sesuai Thukukanam (2013) memutuskan penurunan
ketegangan di penukar panas sangat penting karena dua alasan, khususnya:
- Biaya kerja sebenarnya dari penukar panas adalah biaya gaya (daya) untuk
menjalankan peralatan pertukaran cairan seperti sifon, kipas, blower, dan blower
- Laju perpindahan panas pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh perubahan suhu
pencelupan untuk cairan terkonsolidasi/disipasi dengan penurunan tegangan yang
besar.

a. PenurunaniTekanan PadaiSisi Ducti (LubeiOil)


1) Menentukai Diameter EkivaleniVolumetrici (D’ev)

4 ×net free volume


D ' ev = (2.30.)
Frictional surface
(Kern, D. Q.1965)

Netifreeivolume dihitung menggunakan persamaan (2.31).


NetiFreeiVolumei
Vs 1 (2.31.)
NFV =X ×Y × − .¿
12 2
(Kern, D. Q.1965)

Gambaran:
Xi= Tinggi saluran, [m] i
Yi= Lebar Saluran, [m] i
Vsi= Luasivolumetrik, [m] i
Nti= Jumlah silinder per incii
OD'i= Jarak luar melintang (pengukuran luar garis selain tinggi bilah), [m] i
ODi= Jarak luar garis, [m] i
yi= ketebalan keseimbangan, [m] i
Sedangkan permukaan erosi ditentukan dengan memanfaatkan kondisi (2.32)
1
Friction Surface =
2
[ Nt−( Nt −1 ) ] . bare tube area x Y (2.32.)

(Kern, D. Q.1965)

2) NilaiiFriction FactoriPada Sisi Duct (fs) i


Untuk menentukan nilai frictionifactor padaisisi ductiterlebih dahulu menghitung
nilai bilangan Reynolds dengan persamaan (2.33.) berikut:
iRés = D’ev x Gs / µi (2.33.)
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan: i
Rési = BilanganiReynolds untuk penurunanitekanani
D’evi = Diameter ekivalenivolumetric, [m] i
Gsi = Kecepatanimassa lubeioil, [kg/(hr)(m2)] i
μi =Viskositasilube oil padaitemperatur rata – rata, [kg/(m)(hr)] i
3) NilaiiSpecificiGravity (s) i
Untuk menghitung nilaiispecificigravity (s) imenggunakan persamaan (2.34.) berikut.
s = ρ s / ρw (2.34.)
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan: i
Si = Specificigravity
𝜌s = Densitasilube oil, [kg/m3] i
𝜌w = Densitasiair, [kg/m3] i
Densitasilube oil (𝜌s) idihitung dengan persamaani (2.35.).
Mr
ρ s=
Tc (2.35.)
Vol ×
492
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan: i
Mri = Beratimolekul lubeioil, [kg] i
Voli = Volumeitetapan =i359, [m3] i
Tci = Temperaturirata – rata lubeioil dalamisatuan [°C] i

4) PenurunaniTekanan Padaisisi ducti (ΔPs) i


Untukimenghitung nilai Penurunanitekanan padaisisi ducti (ΔPs) dengan
persamaani (2.36.).
2
f G s Lp
∆ Ps= 10
¿ (2.36.)
5.22 x 10 D' ev sθs
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan:
ΔPs = Penurunanitekanan pada sisiiduct, [bar] i
F = Frictionifactor lubeioil
Gsi = Kecepatanimassa lube oil, [kg/(hr)(m2)] i
D’evi = Diameteriekivalenivolumetric, [m] i
si = Specificigravityi
STi = Jarakiantar titik pusat pipaisecaraivertical, [m] i
SLi = Jarak antarititik pusatipipa secaraitransversal, [m] i
∅si = rasioiviskositas lubeioil (∅s = 1) i
Lpi = Panjangilintasanilube oil, [m] i
Panjangilintasan lube oil dihitung denganipersamaan (2.37.). i
Lp = n ×V s (2.37.)
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan:
n = Jumlah bundle pipa
𝑉s = Volumetric section, [m]
Persyaratan yangiharus dipenuhi untuk mendesain heat exchanger adalah tekanan
pada sisi duct harus ≤ 10 psi. (Kern, 1950).
b. PenurunaniTekanan DalamiPipa

Untukimenentukan tekananidalam pipaimenggunakan persamaani (2.38.).


2
ft Gt Ln
∆ Pt = 10
(2.38.)
5.22 x 10 Dsθt
(Kern, D. Q.1965)

Keterangan:
ΔPt = Penurunanitekanan di dalamipipa, [bar] i
Fti = Frictionifactoridalam pipa, [ft2/in2] i
Li = Panjangipipa, [ft] i
ni = jumlahibundle pipai
Di = Diameteridalam pipai (ID), [in] i
Gti = Kecepatanimassa seaiwater, [lb/(ft2)(hr)] i
∅ti = RasioiViskositas di pipai [∅t = 1] i
si = specificigravity (s = 1) i
BAB II

METODOLOGI

II.1 DIAGRAM ALIR

Pada penelitian kali ini menggunakan dua jenis diagram alir yaitu diagram alir penelitian
dan diagram alir perhitungan perancangan. Diagram alir penelitian adalah diagram yang
menjelaskan secara umum penelitian, sementara diagram alir perhitungan perancangan
adalah diagram yang menjelaskan perhitungan untuk mendapatkan kinerja alat penukar
panas dan data geometri.

II.1.1DIAGRAM ALIR PENELITIAN

Penelitian “Perancangan Lube Oil Cooler Tipe Fin & Tube Heat Exchanger Pada Proses
Pelumasan Menggunakan Metode Number Transfer Of Unit (NTU)” dilakukan dengan
metode kuantitatif sebagai berikut :
1. Perancangan Lube Oil Cooler Tipe Fin & Tube Heat Exchanger mengharuskan suhu
≤ 40 ºC
2. Melakukan analisis perhitungan dan design Lube Oil Cooler Tipe Fin & Tube Heat
Exchanger
Pada bagian ini berisi tahapan-tahapan untuk pengerjaan penelitian. Tahapan
penelitian ini berguna untuk mempermudah mencapai tujuan dalam penelitian. Langkah-
langkah penelitian yang akan di kerjakan ada pada Gambar 3.1.
Mulai

Menentukan Parameter Awal


(Dimensi Fin & Tube)

Perhitungan perancangan dengan


persamaan 2.8.2 – 2.8.18

Rd 30 % > Rd ketentuan
DP Cooling water < 10 psi Lube oil < 10 psi

Rancangan sesuai syarat


Tidak

Ya

Simulasi Aspen Hysys

Desain Perancangan

Penyusunan Laporan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian


1. Menentukan Parameter Awal

Hal pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah menentukan parameter awal
dengan cara mempelajari materi dari jurnal dan buku terkait sistem pelumasan pada
PLTGU sebagai referensi. Untuk mendapatkan suhu keluaran lube oil cooler sebesar
±40°C yang digunakan sebagai pendingin lube oil menggunakan media air.
2. Perhitungan Perancangan

Perhitungan perancangan dilakukan untuk mendapatkan dimensi-dimensi yang


dibutuhkan seperti diameter luar pipa, diameter dalam pipa, panjang pipa, jumlah pipa
per baris, jumlah baris, jumlah sirip, faktor kekotoran, pressure drop sisi duct, pressure
drop sisi tube.
3. Simulasi Aspen Hysys

Simulasi dengan software di lakukan setelah data penelitian di dapatkan dari


referensi jurnal dan buku terkait. Software yang digunakan untuk simulasi adalah Aspen
Hysys V11.

4. Desain Perancangan

Pada bagian ini menentukan data tambahan untuk dimensi lube oil cooler. Untuk
perancangan design jika memenuhi pressure drop. Nilai pressure drop pada sisi duct
dan tube ≤ 10psi (Kern, 1965). Dan tahapan terakhir menentukan analisa rancangan.

5. Penyusunan Laporan

Setelah semua tahapan selesai, penulis akan menyusun Laporan Tugas Akhir dengan
judul “Perancangan Lube Oil Cooler Tipe Fin & Tube Heat Exchanger Pada Proses
Pelumasan Menggunakan Metode Number Transfer Of Unit (NTU)”.
II.1.2DIAGRAM ALIR PERHITUNGAN PERANCANGAN

Diagram alir perhitungan perancangan adalah proses untuk mendapatkan data geometri
dan kinerja dari fin & tube heat exchanger. Diagram alir ini memiliki 19 tahapan
perhitungan perancangan sesuai dengan gambar 3.2 . Tahapan dimulai dari perhitungan
neraca massa dan energi hingga analisis efektivitas heat exchanger untuk tahapan
terakhir.

Gambar 3.2 Diagram Alir Perhitungan Perancangan

II.2 DATA PARAMETER DAN SOFTWARE ASPEN HYSYS V11


II.2.1 DATA PARAMETER
Pada bagian ini berisi parameter-parameter yang digunakan sebagai acuan data
perancangan awal seperti pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Parameter Penelitian


Parameter Jenis Sumber
Temperatur Fluida Sekunder DCS (Distribution Control System)
Laju Alir Fluida Sekunder DCS (Distribution Control System)
Panas spesifik Fluida Sekunder DCS (Distribution Control System)
Laju alir massa oli Sekunder Thulukkanam (2013)
Tekanan Operasi Sekunder DCS (Distribution Control System)
Luas Penampang Aliran Sekunder D.Q Kern (1950)
Neraca Massa Dan Energi Sekunder D.Q Kern (1950)
Kecepatan Aliran Dan Flow Area Sekunder D.Q Kern (1950)
∆T LTMD Sekunder Wuryanti (2010)
Efektivitas Sirip Primer D.Q Kern (1950)
Bilangan Prandtl Primer D.Q Kern (1950) i
Bilangan Reynolds Primer D.Q Kern (1950) i
Bilangan Nusselt Primer D.Q Kern (1950) i
Heat Transferr Coefficient Primer D.Q Kern (1950) i
Overall Heat Transferr Primer D.Q Kern (1950) i
Coefficient
Jumlah Bundle Pipa Primer D.Q Kern (1950) i
Dirt Factor Primer D.Q Kern (1950) i
Pressure Drop Primer D.Q Kern (1950) i

II.2.2 SOFTWARE ASPEN HYSYS


Software digunakan untuk memvalidasi hasil perancangan, software yang
digunakan dalam simulasi penelitian ini adalah aspen hysys V11. Aspen hysys digunakan
untuk membantu dalam perhitungan- perhitungan yang rumit dan memakan waktu yang
lama jika dikerjakan secara manual. Aspen hysys V11 digunakan pada proses di industri
untuk mengevaluasi performansi. Keuntungan aspen hysys dibandingkan dengan
software lain adalah dapat dioperasikan dan dapat memberikan informasi tentang
parameter diperlukan dan digunakan untuk merancang suatu proses serta dapat
menginformasikan jika terjadi eror.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


III.1 PERHITUNGAN PERANCANGAN

Perhitunganiperancangan untuk lubeioilicooler ini berdasarkanibuku “Process Heat


Transfer” D.Q. iKerni1950 dan di jabarkan pada sub bab 4.1.1 sampai 4.1.14.
III.1.1 PERHITUNGAN KESETIMBANGAN ENERGI

Hal pertama dilakukan dalam proses perancangan lube oil cooler adalah menghitung
nilai kesetimbangan energi antara fluida oil dan cooling water. Persentase perbedaan
antara fluida oil dan cooling water adalah 10 %.
Data yang di dapatkan dari lapangan terlampir pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Parameter 1


Parameter Nilai Sumber Data
Laju alir massa oli (W) 617470 lb/hr Lapangan (CCR)
Panas spesifik oli (C) 0,5732 Btu/lb °F Tabel Termodinamika oli
Temperatur masuk oli (T1) 168,98 °F Lapangan (CCR)
Temperatur keluar oli (T2) 140 °F Lapangan (CCR)
Laju alir massa cooling water (w) 97634,99 lb/hr Lapangan (CCR)
Panas spesifik cooling water (c) 1,0031 Btu/lb °F Tabel Termodinamika water
Temperatur masuk cooling water (t1) 95 °F Lapangan (CCR)
Temperatur keluar cooling water (t2) 109,4 °F Lapangan (CCR)

Oil
Q=W C (T ₁−T ₂ )
¿ 617470 lb /hr × 0,5732 Btu /lb . f ( 168,98−140 ) ⁰ F
btu
¿ 10257013,27 =3006,033 kJ /s
hr
Cooling Water
Q=W C (T ₁−T ₂ )
¿ 97634,99 lb/hr × 1,0031 Btu/lb . f (109,4−95 ) ⁰ F
btu
¿ 13688246,28 =4011 , 628 kJ /s
hr

III.1.2 PERHITUNGAN ∆ t

Untuk mendapatkan nilai ∆ t terlebih dahulu menghitung nilai Ft dan LTMD. Nilai Ft
di dapatkan dari persamaan (2.4.)

Ft =
√ R 2+1 ln ( 1−S ) /(1−R S )
2−S (R +1−√ R2 +1)
( R−1 ) ln
2−S (R+1+ √ R + 1)
2

t 2−t 1
Dimana: S=
T 1−t 1

T 1−T 2
R=
t 2−t 1

Dengan menggunakan data:


Tabel 4.2 Data Parameter 2
Parameter Nilai Sumber Data
Temperatur keluar cooling water (t2) 109,4 °F Lapangan (CCR)
Temperatur grup R 2,01 Hitungan
Temperatur grup S 0,158 Hitungan

Sehingga,

Ft =
√ 2,012 +1 ln ( 1−0,158 ) /(1−2,01× 0,158) =1,34
2−0,158 (2,01+ 1−√ 2,012+1)
( 2,01−1 ) ln
2−0,158(2,01+1+ √ 2,01 +1)
2
Sedangkan untuk mendapatkan nilai LTMD menggunakan persamaan (2.5)
∆ t 2 −∆ t 1 ( 60−45 ) ° F
LMTD ¿ ¿ ¿ 52,95 ° F=11,63 ° C
ln ∆ t 2 /∆ t ln(60 /45)° F
1

Keterangan:
∆t1 = 168,98 – 109,4 = 60 ° F = 15,55 ° C
∆ t 2=109−95=45 ° F=7.2 ° C
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Grafik Temperatur Fluida

III.1.3 PERHITUNGAN DIAMETER EKIVALEN

Untuk mendapatkan nilai diameter ekivalen menggunakan persamaan (2.7.) dan


dibutuhkan parameter seperti permukaan sirip (Af), bare tube area (Ao), dan projected
perimeter.
Tabel 4.3 Data Parameter 3
Parameter Nilai Sumber Data
Outside diameter (OD) 1,5 inch TEMA
Tinggi Sirip 0,748 inch D.Q Kern (1950)
Outside diameter + tinggi sirip (OD’) 2,248 inch D.Q Kern (1950)
Tebal sirip 0,04 inch Rochman (2019)

π
Af = × ( 2,248 −1,5 ) × 2× 2× 12 ¿ 105,636 ¿2 = 0,068 m2
2 2
4
Ao=¿ ¿ 51,998 ¿2=0,033 m2
Projected Parameter¿ ( 2 ×0,748 x 2 x 2 ) ×12+2 ( 1−( 2 ×0,04 ) ) × 12
¿ 93,89∈¿ = 2,384 m
Sehingga didapatkan nilai diameter ekivalen sebagai berikut:
2(105,36+51,998)
d e= =1,069∈¿ 0,027 m
π × 93,89

III.1.4 PERHITUNGAN JUMLAHiPIPA PERiBUNDLE

Untukimendapatkan jumlahipipa per bundleimenggunakanipersamaan (2.8.).


Tabel 4.4 Data Parameter 4
Parameter Nilai Sumber Data
Tinggi Sirip 0,748 inch D.Q Kern (1950)
Lebar duct 3,7 ft D.Q Kern (1950)

Nt= Y / ST
Untuk mendapatkan nilai ST menggunakan persamaan berikut : = OD + ( 2 x l ) + jarak
antar ujung sirip.
ST =1,5∈+ ( 2× 0,748 ) ∈+ 0,5∈¿3,496 ∈¿ 0,088 m
Sehingga di dapatkan jumlah pipa per tube ,
3,7 ft ×12
NT=
3,496∈¿=12,83 ≈ 13 buah¿

III.1.5 PERHITUNGAN KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS DALAM PIPA


(h’i)

Untuk mendapatkan nilai koefisien perpindahan panas dalam pipa (h’i), terlebih dahulu
mendapatkan parameter yang di tentukan dari temperatur rata-rata cooling water sebesar

102,2 ⁰ F seperti, konduktivitas termal ( ), massa jenis ( ρ ) dan viskositas ( μ).


Tabel 4.5 Parameter cooling water
Parameter Satuan
k =0,367 Btu/( hr ft 2)(° F / ft )
ρ=61,93 lb
ft 3
μ=1,984 lb
ft hr
Tahapan untuk menghitung perpindahanipanas dalamipipa sebagaiiberikut :
1. Perhitungan FlowiArea (α t )

Untukimendapatkan nilaiiflow area (α t ) terlebih dahulu mendapatkan nilai flow area per
tube (α ' ¿¿ t)¿. BerdasarkaniOD daniBWG yangitelahiditentukan (dengan trial & error)
flow area per tube (α ' ¿¿ t)¿diketahuiisebesar 1,54 in. Selanjutnya didapatkan nilai flow
area menggunakan persamaan (2.14.).
'
Nt ∝ t
∝t = , sehingga nilai flow area (α t ):
144
α t =1,54∈×0,5∈ ¿ =0,13582 ft =0,0126 m ¿
2 2
144

2. Perhitungan Kecepatan Alir (V)


Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghitung kecepatan massa (mass velocity)
air menggunakan persamaan (2.13.).
Gt =w /α t
97634,99lb/hr lb kg
Gt = 2
=6977041,61 2 = 294017,017
0,13582 ft ft . hr hr .m2
Selanjutnya didapatkan nilai kecepatan alir (V) pada pipa lube oil cooler menggunakan
persamaan (2.12) sebagai berikut.
V =Gt /3600 ρw
lb
6977041,61 2
ft . hr ft m
V= =31,29 = 9,53
lb s s
3600 ×61,93 3
ft
3. Perhitungan Bilangan Reynolds (Re)
Untuk menentukan Bilangan Reynolds (Re) menggunakan persamaan (2.15.). Dengan
menggunakan nilai Inside Diameter (ID) berdasarkan spesifikasi adalah 0,117 ft.
Ret =D. G t /μ w
lb lb
Ret =0,117 ft ×6977041,61 /1,9844
2
ft . hr ft . hr
Ret =411365,585
Bilangan Reynolds (Re) digunakan untuk menentukan koefisien perpindahan panas
dalam pipa serta untuk menghitung penurunan tekanan yang terjadi di dalam pipa.

4. Perhitungan Koefisien Perpindahan Panas (h’i)


Koefisien perpindahan panas di dapatkan dari nilai faktor perpindahan panas dalam pipa
( J̇ H ) yang didapat dari grafik tube side heat transfer curve pada lampiran. Nilai faktor
perpindahan panas dalam pipa ( J̇ H ) berdasarkan bilangan reynolds didapatkan sebesar
800 Sehingga nilai koefisien perpindahan panas (h’i) adalah
k w C . μw 1/3
h I =Jh ( )
D kw
btu
0,367( )( ft ²)( F /ft )
hr
hi =800 ×

( )
1
lb lb
617470,7 ×1,9844 hr 3
hr ft
1,4∈¿ × ¿
btu
0,367 ( )(ft ²)( F/ ft)
hr
Btu W
¿ 29820,3204 2
=169327,631 2
hr ft ° F m K
Nilai dirt coefficient equivalent adalah perbandingan nilai viskositas dan faktor
kekotoran sebesar 1 dan 0,006.
1 2
h di = =166,67 Btu / hr (ft )(° F )
0.006

Sehingga koefisien perpindahan panas dalam pipa (h’i) yang telah dikoreksi dengan
faktor kekotoran menggunakan persamaan 2.10 adalah:
hdi × hi
h 'i =
hdi +hi
166,67 × 29820,3204 Btu W
h 'i = =165,7403 =29,188 2
166,67+29820,3204 2
hr ft (° F) m K

III.1.6 PERHITUNGAN KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS LUAR PIPA (h’o)

Untuk mendapatkan nilai koefisien perpindahan panas luar pipa (h’o), terlebih dahulu
mendapatkan parameter yang di tentukan dari temperatur rata-rata lube oil sebesar 154

⁰ F seperti, konduktivitas termal ( ), massa jenis ( ρ ) dan viskositas ( μ). Parameter

didapatkan dari grafik pada lampiran berdasarkan buku Kern, 1950. Sehingga
didapatkan hasil parameter pada tabel 4.2.
Tabel 4.6 Paremeter lube oil
Parameter Satuan
k =0,2462 Btu/( hr ft 2)(° F / ft )
ρ=51,09 lb
ft 3
μ=1,091 lb
ft hr
Tahapan untuk menghitung nilai koefisien perpindahan panas luar pipa (h’o)
adalah
1. Perhitungan Luas Area

Perhitungan luas area menggunakan persamaan 2. hal ini berfungsi untuk mengetahui
luas area yang dapat dilewati lube oil di dalam duct dengan nilai panjang pipa 14,76 ft
dan lebar duct 3,7 ft.
as=( ( 14,76 ×12 )∗(3,7 ×12))−(13 ×1,5 × 48)−13 ׿
2 2 2
× 0,748× 2× 48 ¿=6876,75¿ =47,755 ft =4,43 m

2. Perhitungan Kecepatan Massa Lube Oil

Kecepatan massa lube oil adalah


617470,7 lb/hr 2 2
Gs = 2
=12929,90 lb /hr . ft =63129,3 kg /hr . m
47,755 ft
3. Perhitungan Bilangan Reynolds

Bilangan Reynolds lube oil digunakan untuk menentukan nilai faktor perpindahan panas
pada pipa dan sirip. Bilangan Reynolds untuk lube oil adalah
0,089 ft ×12929,90 lb /hr . ft 2
Re = =1056,162
lb
1,091
(ft)( hr)
4. Perhitungan Nilai Koefisien Perpindahan Panas Luar Pipa

Koefisien perpindahan panas di dapatkan dari nilai faktor perpindahan panas dalam pipa
( J̇ F ) yang didapat dari grafik tube side heat transfer curve pada lampiran. Nilai faktor
perpindahan panas dalam pipa ( J̇ F ) berdasarkan bilangan reynolds didapatkan sebesar 18
Sehingga nilai koefisien perpindahan panas luar pipa (h’o) adalah
k g Cμg 1/3
h f =Jf ( )
D kg

( )
1
0,2462 617470,7 ×1,091
h f =18 × × 3
0,89 0,2462
Btu W
¿ 6620,405 2
=37592,402 2
hr ft ° F m K
Nilai dirt coefficient equivalent adalah perbandingan nilai viskositas dan faktor
kekotoran sebesar 1 dan 0,006.
1 2
h di = =166,67 Btu / hr (ft )(° F )
0.006

Sehingga koefisien perpindahan panas dalam pipa (h’f) yang telah dikoreksi dengan
faktor kekotoran adalah:

h do × hf
h 'f=
hdo +h f
166,67 ×6620,405 Btu 2
h 'f= =162,57 ( ft ) ( ° F )=923,115 W2
166,67 +6620,405 hr m K
III.1.7 PERHITUNGAN EFEKTIVITAS SIRIP (Ω)

Efektivitas sirip (Ω) didapatkan dari gambar 1 pada lampiran grafik dan tabel, untuk
mendapatkan parameter efektivitas sirip (Ω) menggunakan persamaan (2.16.) dan
(2.17.). Nilai dari parameter efektivitas sirip (Ω) adalah sebagai berikut:

√ h
( r e−r b ) k ' fy
b

r e /r b
Di mana:
r e =0,5× 0,18733=0,093665
0,748
r b =0,093665−( )=0,03133
12
Btu W
h f =6620,405 = 37592,40 2
hr ( ft ¿¿ 2)(° F) ¿ m K
y b=0,5×( 0,004/12)=0,001667


Btu
hr ( ft ¿¿ 2)(° F)
( 0,093665−0,03133 ) 6620,405 =2,6 ¿
26 × 0,001667
r e /r b =2,989
Berdasarkan parameter tersebut maka didapatkan nilai efektivitas sirip sebesar
0,25 atau 25 %.

III.1.8 PERHITUNGAN KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS PERMUKAAN


PIPA (h’fi)

Untuk mendapatkan nilai perpindahan panas permukaan pipa (h’fi) menggunakan


persamaan (2.21).
hf
h’fi =¿) .
Ai
Btu

(
h fi = 0,25 × (
105,636
144
x( )
51,998
144 )
) ×162,573
hr ( ft ¿¿ 2)(° F)
0,392
¿

Btu
¿ 27,43
W
hr (ft ¿ ¿ 2)(° F )=155,754 2
¿
m K

III.1.9 PERHITUNGAN KOEFISIEN DESAIN PERPINDAHAN PANAS


MENYELURUH (UDi)

Koefisien desain perpindahan panas menyeluruh pada lube oil cooler menggunakan
persamaan (2.22):
h' fi . hi
U Di=
h' fi +hi
27,43× 162,57 Btu
U Di= =23,53
27,43+162,57 W
hr (ft ¿ ¿ 2)(° F )=133,609 2
¿
m K

III.1.10 PERHITUNGAN LUAS PERPINDAHAN PANAS (A)

Luas perpindahan panas menentukan jumlah bundle pipa cooler Untuk mendapatkan
nilai luas perpindahan panas menggunakan persamaan (2.23)
Q
A=
U Di . ∆t
13688246,28 Btu /hr
A=
Btu 2 2
23,53 =11835,92 ft =1099,59 m ¿
hr (ft ¿¿ 2)(° F)× 49,14 ° F

III.1.11 PERHITUNGAN JUMLAH BUNDLE PIPA (n)

Jumlah bundle pipa dihitung berdasarkan luas permukaan panas (A). Nilai permukaan
panas per bundle (Ai) adalah
2 2
Ai=0,392× 13× 14,76=73,57 ft =6,83 m
Untuk mengetahui jumlah bundle pipa menggunakan persamaan (2.24)
2
A 11835,92 ft
n= = 2
=160,8 ≈ 161buah
Ai 73,57 ft

III.1.12 PERHITUNGAN KOEFISIEN DESAIN AKTUAL MENYELURUH


(UDact)

Untuk mendapatkan nilai koefisien desain aktual menyeluruh (UD act) terlebih dahulu
mengetahui nilai luas perpindahan menyeluruh dengan persamaan (2.26).
Ai ’=( n× Nt) × Ai × L
' 2 2
A i =( 161× 13 ) × 0,392× 14,76=12115,29 ft =1125 ,54 m
Sehingga nilai koefisien desain aktual menyeluruh (UDact) melalui persamaan
(2.25) adalah
Q
U D act= '
Ai .∆t
13688246,28 Btu
U D act = =22,99
12115,29× 49,14 W
hr (ft ¿ ¿ 2)(° F)=130,543 2
¿
m K

III.1.13 PERHITUNGAN DIRT FACTOR (Rd’)

Untuk mendapatkan nilai dirt factor (Rd’) terlebih dahulu mengetahui nilai excess
flouling factor dan adding outside menggunakan persamaan (2.28) dan (2.29).
1 1 1 1
Excess fouling factor = − = − =0,001
U D act U Di 22,99 23,53
A f + A O (105,63+51,99)
adding ¿ the outside fouling factor= = =0,013
Ai ' 12115,29
Sehingga;
Rd’ = 0,006 + ¿× 0,013) = 0,006
III.1.14 PERHITUNGAN PRESSURE DROP (∆ P )

Pressure drop (∆ P ) terjadi pada sisi duct lube oil dan sisi pipa cooling water. Untuk
mendapatkan pressure drop menggunakan persamaan (2.30) sampai (2.38).
1. Pressure drop pada sisi duct (lube oil)

a. Perhitungan Diameter Ekivalen Volumetric (D’ev)

Untuk mendapatkan nilai diameter ekivalen volumetric (D’ev) dibutuhkan nilai net free
volume dan friction surface.

Net Free Volume


Vs 1
NFV =X ×Y × − .¿
12 2
3,02 1 π 22,25 1
NFV =14,76 ×3,7 × − × [ 13+ ( 13−1 ) ] × × × 3,7− × [ 13+ ( 13−1 ) ]
12 2 4 144 2
( 5,05−2,25 ) 0,04
× × ×2 ×3,7
144 12
¿ 0,81

Friction Surface
Maka besar diameter ekivalen volumetrik menggunakan persamaan 2.30 adalah:
4 ×net free volume
D ' ev =
Frictional surface
4 ×0,81
D ' ev = =0,198 ft=0,06 m
16,30

b. Perhitungan Nilai Friction Factor Pada Sisi Duct (fs)

Nilai friction factor ditentukan berdasarkan bilangan reynolds.


0,0891×12803,33
ℜ= =1045,82
1,091
Sehingga nilai friction factor berdasarkan bilangan reynolds adalah 0,004.
c. Perhitungan Nilai Specific Gravity (s)

Nilai specific gravity dilihat pada tabel berdasarkan besarnya densitas lube oil pada
temperatur rata-rata, sehingga nilainya s=¿ 0,00071.

d. Perhitungan Pressure Drop Pada Sisi Duct (∆ Ps )

Pressure drop pada sisi duct dipengaruhi oleh panjang lintasan. Panjang lintasan lube oil
menggunakan persamaan 2.37 adalah sebagai berikut:
Lp=n ×V s
160,86 ×3,02
Lp= =40,58 ft=12,36 m
12
f G2s Lp
∆ Ps= ¿
5.22 x 1010 D' ev sθs

( ) ( )
0,4 0,6
0,004 ×167182496,6 × 40,58 0,198 3,496
∆ Ps= × × =2,12 psi=0,14 ¯
¿
5,22 ×10 ×0,198 × 0,00071× 0,549 3,496 3,496
10

Penurunan tekanan pada sisi duct lube oil adalah sebesar 2,12 psi atau sebesar 0,14 bar
sudah memenuhi syarat di mana syarat besar penurunan tekanan adalah ≤ 10psi atau
0,68 bar.

2. Pressure drop pada sisi cooling water

a. Penentuan Friction Factor Dalam Pipa (Ft)

Nilai Friction Factor dalam Pipa (Ft) didapatkan dari bilangan reynolds yang telah
dihitung sebelumnya, sehingga nilainya adalah 0,00011

b. Perhitungan Pressure Drop di Dalam Pipa (∆ Pt )

Untuk mendapatkan nilai pressure drop dalam pipa adalah sebagai berikut:
ft G2t Ln
∆ Pt =
5.22 x 10 10 Dsθt
0,00011× 6977041,612 ×14,76 × 8
∆ Pt = 10
=6,92 psi=0,47 ¯
¿
5,22 ×10 × 1,4 ×1,25 ×1
Penurunan tekanan pada sisi dalam pipa (demin water) adalah sebesar 0,47 bar atau
sebesar 6,92 psi sudah memenuhi syarat di mana penurunan tekanan pada sisi dalam
pipa adalah ≤ 10 (psi) atau 0, 68 bar.

III.2 SPESIFIKASI HASIL PERANCANGAN

Berikut hasil dari spesifikasi perancangan Lube Oil Cooler


Tabel 4.7 Spesifikasi perancangan Lube Oil Cooler
Spesifikasi Hasil Perancangan
Parameter Nilai Satuan
Tf Lube Oil 67,77 ⁰C
Tf Cooling Water 39 ⁰C
Diameter luar pipa 0,038 m
Diameteridalam pipai 0,035 m
Panjangipipaiper barisi 4,49 m
Jumlahipipa per barisi 13 Buah
Jumlahibarisi 161 Baris
Jumlahisiripi 2 Sirip
Faktor kekotorani 0,006
Pressureidrop sisi ducti 0,14 Bar
Pressureidrop sisi tubei 0,47 Bar

III.3 ANALISA HASIL PERANCANGAN

Lube oil cooler yang di rancang harus memenuhi persyaratan yang telah disinggung
pada buku “Process Heat Transfer, D.Q Kern, 1950”. Menurut buku “Process Heat
Transfer, D.Q Kern, 1950” persyaratan yang harus dipenuhi lube oil cooler adalah nilai
penurunan tekanan (dirt factor) dan faktor kekotoran (pressure drop). Nilai penurunan
tekanan pada fluida demin water (sisi tube) dan lube oil (sisi duct) berada pada rentang
nilai ≤ 10psi atau ≤ 0,68bar. Nilai penurunan tekanan fluida demin water adalah 0,574
bar atau 6,92 psi. Sedangkan nilai penurunan tekanan fluida lube oil adalah 0,075 bar
atau 2,13 psi.
Selain nilai tekanan fluida, hal yang harus di perhatikan adalah faktor kekotoran.
Faktor kekotoran dari hasil perancangan harus besar atau sama dengan faktor kekotoran
tertentu. Nilai faktor tanah dari susunan ini didapat dari tabel faktor pengotoran (Kern,
1965) yaitu untuk cairan minyak pelumas 0,004 (jam)(ft2)(°F) dan cairan demin air
0,002 (jam)(ft2)( °F) dan setiap kali ditambahkan bersama-sama antara nilai faktor tanah
di sisi virus dan cairan panas adalah 0,006 (jam)(ft2)(°F). Dengan asumsi nilai
komponen polusi dari lube oil cooler tidak persis norma dasar, dapat dikatakan bahwa
konsekuensi rencana dari lube oil cooler tidak dapat dilakukan, oleh karena itu nilai
faktor debasement harus lebih diperhatikan daripada base. norma. Nilai faktor tanah
yang terlalu kecil akan menyebabkan laju pengotoran pada lube oil cooler lebih
menonjol sehingga memerlukan dukungan yang lebih serius yang akan mendorong biaya
perawatan yang lebih tinggi.

III.4 ANALISA EFEKTIVITAS HEAT EXCHANGER

Analisa efektivitas dilakukan untuk mengetahui kalor yang di serap dan di lepas oleh
heat exchanger. Efektivitas sebelum dan sesudah perancangan diketahui dari
perhitungan metode Number Transfer of Unit (NTU). Menurut Straight to the point P.
Incopera dan David P. Dewitt (1981) kecukupan suatu penukar panas dicirikan sebagai
proporsi antara perpindahan panas normal (asli) dengan perpindahan panas terbesar yang
mungkin terjadi pada penukar panas.
perpindahan panas yang diharapkan
ε=
perpindahan panas maksimum yang mungkin
Perpindahan panas yang di harapkan (lube oil) dimana persamaan yang
digunakan adalah Qlube oil = Cplube oil x (Tc, o – Tc, i). Sedangkan perpindahan panas
maksimum yang mungkin (cooling water) ditentukan dari perbandingan nilai Cpcooling water
dengan Cpdemin water,

jika (Cp)demin water > (Cp)lube oil , Qmax = (Cp)lube oil (Th, I - Tc, I) dan
jika (Cp)air demin < (Cp)minyak pelumas , Qmax = (Cp)air demin (Th, I - Tc, I).
Perpindahan panas paling ekstrem mungkin terjadi ketika salah satu cairan mengalami
perbedaan suhu yang setara dengan kontras suhu terbesar yang terkandung dalam
penukar panas, khususnya perbedaan antara suhu saluran cairan panas dan cairan dingin.
Cairan yang mungkin mengalami kontras suhu terbesar ini adalah cairan yang memiliki
batas panas dasar (Cp). Dengan tujuan agar kecukupan alat penukar panas adalah:

m c Cp c (T c ,o ⁻ T c ,i)
ε=
mmin Cp min (T h ,i ⁻ T c, i)
Untuk mendapatkan efektivitas lube oil cooler maka diperoleh Qactual sebagai berikut:
q act =mc ×C pc ×(T c, o−T ci )
¿ 617470,7 lb/hr × 0,5732 Btu /lb . f ×(109,4 ºF – 95ºF )
Btu
¿ 10257013,27 =3006,033 kJ /s
hr
Untuk mendapatkan q max, cairan yang memiliki basis c dan m menurut rencana
diperoleh dari cairan minyak pelumas seperti yang ditunjukkan pada perkiraan berikut:
q min =mmin ×C pmin ×(T h ,i −T c, i)
¿ 947634,9 lb/hr × 1,0031 Btu/lb . f ×(168,98 ºF – 140ºF )
Btu
¿ 13688246,28 =4011, 628 kJ /s
hr
Maka efektivitas didapat berdasarkan perbandingan antara q actual dan q maks sebagai
berikut:
3006,033
ℇ= = 0,749 atau 74,9 %.
4011 , 628

III.5 ANALISA SIMULASI PERANCANGAN LUBE OIL COOLER

Simulasi lube oil cooler dilakukan untuk mengetahui rancangan alat yang dibuat
bisa diterapkan atau tidak. Sinkronisasi dilakukan dengan software Aspen Hysys V11.
Aspen Hysys adalah software yang berguna dalam simulasi dan sizing, menampilkan
proses secara detail. Aspen Hysys memberikan protes kerangka modern yang dilengkapi
dengan kapasitas pertukaran masing-masing item dan mencirikan objek batas-batas
tertentu dan beberapa faktor interaksi.
Berikutnya adalah rekreasi yang dilengkapi dengan Aspen Hysys, fase awal
dalam peragaan ulang rencana pendingin oli pelumas adalah memasuki batas reproduksi
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2. Bundel cair yang digunakan dalam
reproduksi ini adalah Peng-Robinson. Peng-Robinson adalah semacam kondisi
termodinamika ekspres yang menggambarkan hubungan antara tegangan, volume dan
suhu dalam struktur numerik.

Gambar 4.2 Parameter Simulasi Peng-Robinson


Peng -Robinson digunakan untuk fluida fase uap dan cair, dan aplikasi minyak, gas serta
petrokimia. Pemilihan fluid package akan menentukan hasil proses pada simulasi.
Selanjutnya merangkaiikomponen simulasi selayaknya pembangkit seperti pompa,
turbin dan penukar panas tipe fin and tube.
Gambar 4.3 Simulasi Perancangan
Setelah komponen simulasi perancangan selesai seperti gambar 4.3 Tahapan selanjutnya
adalah memasukkan batasan untuk setiap bagian, misalnya, mengoles laju aliran oli, laju
aliran air pendingin, mengolesi delta oli dan suhu outlet, teluk air pendingin dan suhu
outlet dan regangan seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Parameter Simulasi


Setelah parameter telah dimasukkan dan tidak terjadi eror lagi pada simulasi yang
diketahui dari aliran material yang berwarna biru dan aliran energi yang berwarna
merah.

BAB IV

PENUTUP
IV.1 KESIMPULANi

Dari efek samping dari rencana keseimbangan dan penukar panas tipe silinder,
ujung-ujungnya diperoleh.
1. Hasilirancangan lube oil cooler tipe fin & tube dengan fluida kerja lube oil dan
fluida pendingin cooling water adalah sebagai berikut:

Spesifikasi Hasil Perancangan


Parameter Nilai Satuan
Tf Lube Oil 67,77 ⁰C
Tf Cooling Water 39 ⁰C
Diameteriluar pipai 0,038 m
Diameteridalam pipaii 0,035 m
Panjang pipai 4,49 m
Jumlah pipa per barisi 13 buah
Jumlah barisi 161 baris
Jumlah siripi 2 sirip
Faktor kekotorani 0,006
Pressureidrop sisiiduct 0,075 bar
Pressureidrop sisiitube 0,574 bar

2. Setelah dilakukan simulasi menggunakan software aspen hysys V11 hasil


perancangan valid dibuktikan dengan aliran material yang berwarna biru dan aliran
energi yang berwarna merah, serta tidak terjadi eror ketika dimasukkan parameter.

3. Berdasarkan analisis performance dengan metode Number of Transfer Unit (NTU)


pada perancangan di dapatkan efektivitas sebesar .74,9 %

IV.2 SARAN

Untuk penelitian selanjutnya menggunakan software yang lebih akurat Dikarenakan


Analisa simulasi menggunakan software aspen hysys hanya mengkonfirmasi rancangan
sesuai atau dapat beroperasi, serta software tidak dapat menampilkan nilai NTU secara
keseluruhan dan hanya menampilkan nilai heat flow.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Rochman Fachrudin, G. R. (2019). Pengaruh Jumlah Sirip Terhadap Perpindahan


Panas Double Pipe Heat Exchanger . Jurnal Teknik Mesin, 68-71.
Azkiya, M. Z. (2020). Perancangan Alat Penukar Kalor Untuk Pembangkit ORC. Jurnal
Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti. Diambil
kembali dari http://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id
Bizzy, I., & Setiadi, R. (2013). Studi Perhitungan Alat Penukar Kalor Tipe Shell and
Tube Dengan Program Heat Transfer Research INC (HTRI). Jurnal Rekayasa
Mesin. Diambil kembali dari ejournal.unsri.ac.id
Dirja, I. (2017). Optimasi Desain Alat Penukar Kalor Panas Udara Untuk Pengeringan
Ikan Dengan Memanfaatkan Gas Buang Motor Diesel . Jurnal Ilmiah
TEKNOBIZ. Diambil kembali dari http://journal.univpancasila.ac.id
Geankopolis, C. J. (1993). Transport Processes and Unit Operations Third Edition. New
Jersey: Prentice-Hall International, Inc.
Ihsan, S. (2017). Perencanaan dan Analisa Perhitungan Jumlah Tube dan Diameter Shell
pada Kondensor Berpendingin Air pada Sistem Refigerasi NH3. Jurnal
Teknologi Proses Dan Inovasi Industri .
Incopera, F. P., & David, P. D. (1996). Fundamental of Heat and Mass Transfer Seventh
Edition.
Kern, D. Q. (1965). Process Heat Trnasfer . Mc. Graw Hill.
Khairunnisa, T. (2019). Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Unit 1
Keramasan.
Kuppan , T. (2013). Heat Exchanger Design Handbook Second Edition. U.S: Taylor &
Francis Group.
Kurniawan, R. H. (2014). Analisa Performansi Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap
(PLTGU) Sicanang Belawan. e-Dinamis, 101-107.
Lebo, Y. M., Gusnawati, & Jarson, J. U. (2015). Analisa Unjuk Kerja Alat Penukar
Kalor Tipe Shell And Tube Untuk Pendingin Minyak Pelumas Pada Sistem
Penggerak Induced Draft Fan . Jurnal Teknik Mesin , 59-64.
Moran, M., & Shapiro, N. H. (2006). Fundamental Of Engineering 5th Edition.
Mulyani, D. (2019). Perancangan Cold Preheater Train Tipe Spiral Plate Heat
Exchanger Pada Proses Disalter Minyak Bumi. Diambil kembali dari
http://digilib.polban.ac.id
PT Indonesia Power. (2016). Pengoperasian PLTGU.
Rahayu, F. R. (2018). Rancangan Heat Exchanger Untuk Pendingin Hidrogen Pada
C3W PLTU Kapasitas 600 MW. Diambil kembali dari http://digilib.polban.ac.id
Sarkar, D. (2015). Thermal Power Plant: Design and Operation. Amsterdam: Elsevier
Science.
Shlyakhin, P. (1999). Turbin Uap. Jakarta: Erlangga.
Siregar, C., & Irfansyah. (2018). Studi Numerik Unjuk Kerja Penggunaan Winglet Pada
Heat Exchanger Tipe Compact. Jurnal Rekayasa Material, Manufaktur dan
Energi, 20-29.
Sudrajat, J. (2017). Analisis Kinerja Heat Exchanger Shell & Tube Pada Sistem COG
Booster Di Integrated Steel Mill Krakatau . Jurnal Teknik Mesin.
Sumarno, F. G., & Priyoatmojo, S. (2015). Perpindahan Panas Pada Gas Turbine Closed
Cooling Water Heat Exchanger Di Sektor Pembangkitan PLTGU Cilegon .
Jurnal Teknik Energi, 85-90.
Wahyudi, I. (2013). Modifikasi Dan Evaluasi Performa Shell And Tube Heat Exchanger
Single Phase. e-Journal Undip.
Warren, R. (1998). Handbook of Heat Transfer. New York: Mc. Graw Hill.
Wibowo, K. A., & Dwiyantoro, A. B. (2014). Studi Numerik Peningkatan Cooling
Performance Pada Lube Oil Cooler Gas Turbine Yang Disusun Secara Seri Dan
Paralel dengan Variasi Kapasitas Aliran Lube Oil. Jurnal Teknik POMITS.
Wuryasti, F. (2021, Januari 13). Ekonomi. Diambil kembali dari Media Indonesia:
https://mediaindonesia.com/ekonomi/376710/permintaan-turun-realisasi-
produksi-listrik-2020-hanya-80
Yulianto , S., & Maghfurah , F. (2015). Analisa Desain Rancangan Sebuah Alat Penukar
Kalor Jenis Shell and Tube Skala Laboratorium. Jurnal UMJ. Diambil kembali
dari https://jurnal.umj.ac.id

LAMPIRAN

LAMPIRAN U. KARTU ASISTENSI TA

KARTU ASISTENSI TUGAS AKHIR

Nama : Kurniawan Mata Kuliah : Tugas Akhir


NIM : 41319120118 Semester :4

E-mail : kurniawan9519@gmail.com : Agus Budihadi, ST., MT


Pembimbing
TLP/HP : 082115270048 E-mail Dosen : agusbdhd@yahoo.co.id
Prodi : Teknik Mesin TLP/HP Dosen : 0811970504
Fakultas : Teknik

No TGL Keterangan Paraf

1 20/08/21 Asistensi untuk judul yang di pilih pada Tugas Akhir

2 31/08/21 Asistensi Bab 1-2 Tugas Akhir

3 06/08/21 Revisi terkait latar belakang dan dasar teori

4 16/08/21 Perjelas di latar belakang, Tugas Akhir apakah


perancangan atau menghitung performance

5 24/09/21 Asistensi bab 3 untuk submit progress laporan tugas


akhir

6 28/09/21 Submit powerpoint untuk sidang kemajuan tugas akhir

7 30/09/21 Revisi powerpoint sidang tugas akhir dan acc laporan


tugas akhir

8 27/10/21 Konsultasi revisi hasil sidang kemajuan Tugas Akhir

9 3/11/21 Perbaikan pada kutipan tabel yang disebutkan 2 kali


dalam penulisan di dasar teori

10 4/11/21 ACC untuk submit perbaikan ke penguji sidang


kemajuan Tugas Akhir

11 2/12/21 Konsultasi tugas akhir dan penginformasian telah lulus


tes toefl

12 2/12/21 Pengecekan materi presentasi sidang Tugas Akhir dan


meminta izin untuk pendaftaran Tugas Akhir
13 16/12/21 ACC untuk submit laporan Tugas Akhir

Tabeli1. ThermaliConductivities ofiLiquidsi


Tabeli2. Viscosities ofiPetroleum Fractionsi

Tabeli3. SpecificiGravities ofiHydrocarbons


Tabeli4. Viscositiesiof Liquidsi
Tabeli4. Transverseifin heat transferiand pressureidrop. ((a) Jamesoni (b) Gunteriand
shaw, itransactions of theiASME)

Tabeli5. Transverseifin heai transfer andipressure dropi ((a) Jamesoni (b) Gunteriand
shaw, itransactions ofitheiASME)
Tabeli6. Tubeiside frictionifactors
Tabeli7. Tubeiside heatitransfericurve
Tabeli8. ShelliSide frictionifactors
Tabeli9. ShelliSide HeatiTransferiCurve
Tabeli10. Heatiexchanger andiCondenser TubeiData
Tabeli11. ThermaliConductivity, iSpesificiHeats, SpesificiGravities of MetalsiandiAlloys

Anda mungkin juga menyukai