Anda di halaman 1dari 30

Teknik Pencetakan Berdasarkan Ketahanan Jaringan

Oleh :
Meutia Komala Putri
Azizah
Fatimah Sahara Zamzami
Najla Asyura
Safira Fasya

DOSEN PEMBIMBING:
drg. Syahrial, Sp.Pros

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2021
TEKNIK MENCETAK
1. Secara mukostatis adalah teknik mencetak untuk tahanan jaringan rendah
2. Secara mukokompresi/mukofungsional adalah teknik mencetak untuk tahanan
jaringan yang tinggi
3. Secara selective pressure adalah teknik mencetak dengan mengkombinasikan teknik
mukostatis dan mukokompresi

Penjelasan:
Pada tahanan jaringan tinggi, keadaan mukosa bila tertekan bergerak, bila dicetak
secara muko statis, akan didapat model dengan bentuk mukosa yang pasif/tidak tertekan
secara fungsional.
Pada kasus bridge…..

Hasil cetakan yang baik

 bahan cetak tidak terlepas dari sendok cetak


 pada hasil cetakan boleh terdapat gelembung udara, sobek dan lipatan
 bagian-bagian sendok cetak tidak boleh terlihat
 gigi-gigi, mukosa, frenulum, vestibulum, batas mukosa bergerak dan tidak bergerak,
teromolar pad, tubermaxila batas palatum durum dan palatum molle, batas gingiva
dengan gigi, perlekatan otot-otot, harus terlihat dengan jelas
Teknik mencetak
Teknik mencetak dengan penekanan yang selektif antara gigi dan jaringan pendukung :

1. Teknik Mukokompresi :
jaringan lunak mulut di bawah penekanan. Pencetakan dilakukan dengan
menggunakan bahan yang mempunyai viskositas tinggi, sehingga tekanan lebih
dibutuhkan ke arah mukosa di bawahnya.
2. Teknik Mukostatis :
jaringan lunak mulut berada dalam keadaan istirahat. Pencetakan yang demikian
dilakukan dengan menggunakan bahan yang mempunyai viskositas yang sangat
rendah, dimana hanya sejumlah kecil tekanan yang dibutuhkan, sehingga pada
keadaan ini sedikit atau tidak ada sama sekali terjadi pergerakan dari mukosa.

Bahan cetak elastomer terbagi 3 yaitu, polieter, polisulfid dan silikon dan ketiga jenis
elastomer tersebut tersedia dalam berbagai viskositas. Viskositas adalah kemampuan
masingmasing bahan untuk tidak mengalir. Rentangan Nilai Viskositas berbagai bahan cetak
elastomer terlihat pada tabel :

Type bahan cetak Rentang nilai viskositas (centi poise)


Putty 400.000 - 700.000
Heavy body 200.000 - 300.000
Regular 40.000 - 150.000
Light body dan wash 10.000 - 70.000

Polieter tersedia dalam tipe : heavy body, regular, dan light body. Polieter paling kaku
dibanding elastomer lainnya oleh karena itu cetakan polieter sukar dibuka. Polieter memiliki
ketahanan terhadap kekoyakan dan elastisitas yang adekuat. Stabilitas dimensinya sangat baik
pada kelembaban yang rendah, namun bahan cetak polieter bersifat hidrofilik dan menyerap
air pada keadaan kelembaban yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan distorsi. Waktu
pengadukan 30 – 45 detik, waktu kerja 2 – 3 menit dan waktu pengerasan 6 – 7 menit dan
biasanya digunakan untuk mahkota dan inlay. Contoh bahan cetak polieter adalah :
Impregum, Permadyne Ramitec dan polygel. Polisulfid tersedia dalam tipe : heavy body,
regular dan light body. Kekakuannya relatif rendah, ketahanan cetakan terhadap kekoyakan
baik. Elastisitasnya jauh dari ideal bahan ini dianggap sebagai bahan yang viskoelastis.
Stabilitas dimensi polisulfid adekuat tetapi pengisian tidak boleh ditunda. Keakuratan cetakan
dengan bahan cetak polisulfid baik, bila menggunakan sendok cetak khusus.

Waktu pengadukan 1 menit, waktu kerja 3 – 6 menit dan waktu pengerasan 10 - 20


menit dan biasanya diguanakan untuk cetakan inlay, mahkota dan jembatan. Contoh bahan
cetak polisulfid adalah : • Permlastic. • Coe-flex. • Omniflex. • Neoplex Silikon tersedia dam
tipe putty, heavy body, regular, light body dan wash. Bahan cetak silikaon yang
berpolimerisasi dengan reaksi kondensasi dikenal sebagai silikon kondensasi, sedangkan
yang berpolimerisasi dengan reaksi adisi disebut silokon adisi yang dikenal dengan sebutan
polivinil siloksan. Bahan cetak silikon kondensasi mengahsilkan deformasi permanen yang
rendah, sifat kakunya sedang. Ketahanan bahan ini terhadap kekoyakan adekuat dan
elastisitasnya sangat bai. Stabilitas dimensinya buru, oleh karena itu cetakan harus diisi
sesegera mungkin. Keakuratan hasil cetakan silikon kondensasi cukup baik dan dapat dipakai
dengan sendok cetak sediaan. Waktu pengadukan 30 – 60 detik, waktu kerja 2 – 3 menit dan
waktu pengerasan 6 – 10 menit, biasanya digunakan untuk pencetakan mahkota, jembatan,
dan kadang untuk pencetakan GTSL. Contoh bahan cetak silikon kondensasi : xantropen dan
optosil. Bahan cetak silikon adisi menghasilkan deformasi permanen yang sangat rendah,
cetakan yang dihasilkan keras. Sehingga menyulitkan pelepasannya dari mulut. Ketahanan
bahan ini terhadap kekoyakan adekuat dan elastisitasnya sangat baik. Stabilitas dimensinya
juga sangat baik. Pengisian pada cetakan dapat ditunda hingga 7 hari. Keakuratan hasil
cetakan baik dengan pemakaian sendok cetak sediaan. Waktu pengadukan 30 – 45 detik,
waktu kerja 2 – 4 menit dan waktu pengerasan 6 – 8 menit, biasanya digunakan untuk
pencetakan mahkota, jembatan dan kadang-kadang untuk GTSL. Contoh bahan cetak silikon
adisi : Reprosil, President, Mirror 3 dan Extrude. Jumlah kompresi yang diterima tidak sama
pada seluruh mukosa, jaringan diatas daerah retromolar akan mengalami pergerakan dengan
derajatyang lebih besar daripada jaringan yang berada lebih ke anterior. Dapat dikatakan
bahwa pencetakan yang akurat dipengaruhi oleh deajat kompresibilitas yang bervariasi dari
berbagai jaringan tergantung dari viskositas bahan yang digunakan. Dengan
mengkombinasikan antara metode mukostatis dan mukokompresi yang dikenal dengan
metode fungsional akan memberi keuntungan, dimana untuk mencapai hal ini secara
maksimal dibutuhkan teknik pencetakan ganda. Jika hal-hal tersebut telah diketahui, maka
pengambilan cetakan pada pasien dapat dilakukan. Pengambilan cetakan ini gunanya untuk
mendapatkan model rahang pasien. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka
diharapkan akan diperoleh hasil cetakan yang baik dimana dimana pada cetakan yang baik
akan terlihat denga jelas bagian-bagian sebagai berikut :

 Seluruh gigi-geligi yang masih ada.


 Prosessus alveolaris yang tidak bergigi.
 perlekatan otot-otot, pinggiran cetakan harus kelihatan membulat kecuali pada
daerah-daerah yang menggambarkan perlekatan otot.
 Permukaan cetakan harus halus dan tidak berlubang-lubang.
 Dasar sendok cetak tidak boleh terlihat.
 Cetakan rahang atas harus mencakup sampai hamular notch
 Cetakan rahang bawah harus mencakup sampai ke retromolar pad.

3. Teknik Pencetakan Selective Pressure


Teknik selective pressure mengkombinasikan prinsip mukostatis dan mukokompresi.
Jaringan pendukung yang tidak mendapat penekanan (nonstress-bearing tissue) dicetak
dengan penekanan minimal dan memberikan penutupan yang maksimal dengan intervensi
minimal terhadap kesehatan jaringan di sekitarnya. Filosofi dari teknik penekanan selektif
pada area tertentu secara alami mendapatkan adaptasi yang lebih baik untuk menahan beban
pengunyahan yang berlebihan. Sebagai contoh, buccal shelf pada mandibula, yang terutama
terdiri dari tulang kortikal, lebih mampu menahan beban dan tekanan. Mengurangi tekanan
pada residual ridge mandibula, yang terdiri dari tulang cancellous, akan membantu
preservasi jaringan, karena tulang cancellous lebih rentan untuk menekan atropi. Pada
maksila, jaringan di bawah regio posterior palatal seal memiliki glandular dan jaringan lunak
di antara membran mukosa dan periosteum yang menutupi tulang. Jaringan akan lebih mudah
bergerak untuk mempertahankan kedap perifer dari gigi tiruan rahang atas. Prosedur
pencetakan model studi dapat dilakukan dengan bahan irreversible hydrocolloid (alginat) dan
impression compound.

Hasil cetakan rahang atas dengan alginat dan rahang bawah dengan
impression compound

Teknik ini merupakan alternatif pertama pada kasus dengan ridge flabby. Pada kasus
ridge flabby memerlukan modifikasi yang cukup sederhana pada desain sendok cetak yang
memungkinkan operator untuk mendapatkan retensi dan stabilisasi yang cukup pada landasan
gigi tiruan yang berlawanan dengan gaya tilting yang meningkat akibat jaringan yang mudah
bergerak ini. Teknik ini menggunakan sendok cetak perorangan yang dibuatkan window pada
daerah flabby. Daerah pendukung non-flabby dicetak dengan bahan zinc oxide eugenol,
kemudian daerah flabby dicetak dengan bahan cetak polyvynil siloxane. Hasil yang diperoleh
dari teknik ini adalah terjadi distorsi yang sangat minimal pada jaringan flabby sehingga
didapatkan model kerja yang baik untuk menghasilkan gigi tiruan penuh dengan kestabilan
optimal.
Setelah dilakukan pencetakan, cetakan dicor menjadi model studi dan dibuatkan
sendok cetak perorangan. Desain sendok cetak perorangan ini bervariasi, ada yang
menggunakan holes, wax relieves dan windows. Muthukumar mendesain sendok cetak
perorangan dengan menggunakan wax yang diletakkan pada papila insisivus dan mid-
palatine raphe, 3 lapis wax diletakkan pada area flabby dan 1 lapis untuk di area lainnya.
Sencok cetak dibuatkan dengan resin akrilik autopolimerisasi dan handle kecil dibuatkan di
bagian palatal. Kemudian sendok cetak dibuatkan perforasi di area flabby.

Desain sendok cetak perorangan yang dibuatkan window di area mukosa flabby pertama kali
dikemukakan oleh Watson. Singh et al, Chaturvedi et al dan Chittaranjan et al. membuat
sendok cetak perorangan dengan window dari bahan resin akrilik yang telah diberikan spacer
dan stopper.

Pencetakan akhir bertujuan untuk membuat master cast dan basis gigi tiruan. Ada
yang menggunakan bahan plaster of Paris dan ada juga yang menggunakan bahan light body
polyvinyl siloxane. Liddlelow mengemukakan teknik dengan dua bahan cetak yang terpisah,
yaitu plaster of Paris untuk mencetak mukosa flabby dan zinc oxide eugenol untuk mencetak
jaringan yang sehat pada sendok cetak perorangan. Osborne menyarankan teknik dengan
menggunakan dua sendok cetak dan bahan cetak secara terpisah, untuk mencetak jaringan
flabby dan jaringan normal secara terpisah, kemudian dihubungkan secara intraoral. Watson
mengemukakan teknik pencetakan window dengan sendok cetak perorangan yang dibuatkan
window di area mukosa flabby, pencetakan jaringan normal dengan menggunakan zinc oxide
eugenol dan pencetakan mukosa flabby dengan plaster of Paris. Lynch dan Allen
mengemukakan teknik dengan bahan compound dan zinc oxide eugenol. Muthukumar
mengemukakan teknik pencetakan dengan menggunakan bahan monophase untuk mencetak
daerah jaringan tidak flabby, dan daerah jaringan flabby dicetak dengan light body.

Singh mengemukakan teknik pencetakan dengan menggunakan light body yang


dimasukkan ke dalam sendok cetak, dibiarkan selama 3-5 menit, kemudian dikeluarkan dan
dibuang kelebihan bahan yang menutupi window opening, setelah itu cetakan dimasukkan
kembali dalam mulut dan diinjeksikan polyvinyl siloxane di daerah window opening.

Kaira mengemukakan teknik pencetakan dengan dua kali pembuatan sendok cetak
perorangan, pada sendok cetak pertama dilakukan pencetakan menggunakan pasta zinc oxide
eugenol untuk mencetak jaringan tidak flabby, dan daerah jaringan flabby dicetak dengan
light body, kemudian cetakan dicor menjadi model dan dibuatkan sendok cetak kedua,
dilakukan pencetakan dengan bahan light body dan medium body.
Cetakan dengan ZOE Cetakan akhir dengan light dan
dan light body medium body

Lynch dan Allen mengemukakan teknik pencetakan dengan menggunakan heavy


body untuk mencetak daerah jaringan tidak flabby, setelah itu cetakan dikeluarkan, bahan
yang menutupi daerah flabby dibuang, kemudian dilakukan border molding dengan
mengaplikasikan bahan heavy body pada tepi cetakan. Setelah setting cetakan dikeluarkan
dari mulut dan diisi dengan light body ke seluruh cetakan baik area flabby maupun tidak
flabby

Chaturvedi mengemukakan teknik pencetakan dengan menggunakan zinc oxide


eugenol untuk mencetak daerah tidak flabby, dan bahan impression plaster digunakan untuk
mencetak daerah flabby
BAHAN-BAHAN CETAKAN
MATERIAL CETAK ELASTIS

1. HIDROKOLOID
Hidrokoloid berasal dari kata hidro dan koloid. Koloid berasal dari kata kola yang
artinya lem dan kata oid yang artinya seperti, maka koloid adalah zat seperti lem dengan
keadaan antara larutan dan suspensi. Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dan 1
fasa. Koloid adalah campuran heterogen, terdiri dan 2 fasa yang sulit dibedakan. Fasa terlarut
tidak tampak secara mikroskopis,
ukurannya 1 - 200 nm.
Suspensi adalah campuran heterogen, terdiri dari 2 fasa yang jelas perbedaannya. Fasa
terlarut tampak secara mikroskopis. Koloid dengan media pelarutnya air, maka disebut
HIDROKOLOID. Koloid dapat berbentuk SOL atau GEL. Sol adalah materi berupa cairan
kental dan gel adalah materi dengan konsistensi seperti gelatin. Hidrokoloid dalam bentuk sol
disebut hidrosol dan dalam bentuk gel disebut hidrogel. Sol dapat diubah menjadi gel dengan
penggumpalan/aglomerasi molekul terlarut membentuk fibril atau rantai molekul dalam
bentuk jaringan. Fibril tersebut melingkupi bahan pelarut, misalnya air.

Sol dapat diubah menjadi gel melalui 2 cara:


 Penurunan temperatur (sifatnya reversibel).
Gel bila dipanaskan akan berubah menjadi sol, dan bila sol didinginkan akan berubah
kembali menjadi gel. Ikatan Van der Waals teijadi pada fibril dalamkeadaan gel.
 Reaksi kimia (sifatnya ireversibel)
Kekuatan gel tergantung pada konsentrasi fibril (semakin tinggi akan semakin kuat)
dan konsentrasi bahan pengisi (mempengaruhi fleksibilitas). Gel dapat menyerap atau
kehilangan air atau cairan lainnya. Evaporasi adalah hilang nya air melalui penguapan.
Sineresis adalah hilangnya air karena molekul gel saling mendekat akibat reaksi setting
yang terus berlanjut, sehingga molekul air terdesak ke permukaan. Imbibisi adalah
bertambahnya air melalui penyerapan.
A. AGAR
Material cetak agar-agar adalah polisakarida kompleks yang diekstraksi dari rumput laut.
Umumnya material cetak agar-agar tersedia dalam bentuk gel yang dikemas dalam tabung
fleksibel (seperti wadah pasta gigi). Teknik pencetakannya mukostatis.

 Komposisi
Komposisi utama agar agar adalah galaktosa sulfat yang apabila bertemu air akan
membentuk gel. Komposisinya adalah
 Agar 14% : sebagai koloid
 Borax 0,2% : memperkuat gel, memperlambat setting gips
 Potasium sulfat 2% : mempercepat setting stone gips
 Air 83,8% : media disperse pelarut

 Reaksi sol - gel


Reaksi atau perubahan dari sol menjadi gel terjadi karena perubahan temperatur.

 Manipulasi
Secara umum ada 3 tahapan, yaitu:
a.      Persiapan bahan
Tahapan pertama adalah mengubah gel hidrokoloid menjadi sol. Cara yang paling efektif
adalah dengan menggunakan air panas. Sebaiknya bahan dibiarkan dalam tempertur ini
selama 10 menit. Setelah dilelehkan, bahan dapat disimpan dalam keadaan sol sampai
waktunya diinjeksikan ke dalam preparasi kevitas atau diisikan ke sendok cetak.
Temperatur yang terlalu rendah dapat menghasilkan bahan cetak dengan kekentalan yang
lebih tinggi dan tidak mampu mereproduksi detail halus dengan tepat.

b.      Kondisioning atau pendinginan


Suhu penyimpanan 65 derajat terlalu tinggi untuk rongga mulut. Oleh karena itu, bahan
perlu didinginkan terlebih dahulu (ditempered). Untuk tahap preparasi, sebuah tube
dikeluarkan dari kompartemen penyimpanan dan dimasukkan ke sendok cetak, sepotong
kasa diletakkan diatas bahan yang terletak di sendok cetak, kemudian diletakkan lagi di
kompertemen pendingin 45 derajat selama 3-10menit.  Waktu yang berbeda-beda
tergantung pada jenis hidrokoloid dan keenceran yang diinginkan oleh dokter gigi. 
Sebagai tambahan, selain menurunkan temperature, pendinginan juga dapat
meningkatkan kekentalan bahan hidrokoloid sehingga bahan tidak mengalir keluar
sendok  cetak.

c.       Membuat cetakan
Sebelum proses pendinginan bahan cetak terselesaikan, bahan semprit diambil dari
kompartemen penyimpanan dan diaplikasikan pada kavitas yang direparasi. Mula-mula
diaplikasikan pada dasar preparasi, kemudian pada bagian lain yang belum tertutup.
Ujung semprit diletakkan di dekat gigi, dibawah permukaan bahan semprit untuk
mencegah gelembung udara. Begitu kavitas yang akan dipreparasi telah tertutup bahan
cetak, sendok cetak yang telah sempurna didinginkan siap untuk dimasukkan kedalam
rongga mulut. Proses gelasi dapat dipercepat dengan mengalirkan air dingin sekitar 18-21
derajat selama 3-5menit.

d.        Keakuratan Bahan Cetak Agar


Bahan Cetak Reversibel adalah bahan cetak paling akurat. Untuk mencapai keakuratan
tersebut perlu diperhatikan beberapa hal, diantaranya :

e.          Kekentalan sol
Kekentalan merupakan pertimbangan paling penting dalam keberhasilan memanipulasi
bahan. Bahan tidak boleh terlalu encer sehingga mengalir keluar sendok cetak, terutama
saat mencetak rahang bawah. Sebaliknya, bahan tidak boleh terlalu kental, sehingga sulit
menembus semua detail gigi-geligi dan jaringan lunak.

f.          Sifat Viskoelastik
Hubungan tegangan – regangan dari bahan hidrokoloid berubah begitu besarnya beban
berubah. Sifat ini menunjukkan perlunya mengeluarkan cetakan dari dalam mulut dengan
cepat. Karena apabila pengeluaran cetakan dari dalam mulut secra perlahan, diputar atau
diungkit akan menyebabkan terjadi distorsi.

g.          Distorsi selama gelasi


h.          Daya reproduksi
Sifat ini mewakili kemampuan untuk membuat die duplikat dari serangkaian cetakan.
Untuk teknik die gandi, dibuat satu cetakan dan kemudian dipotong-potong menjadi die
individual untuk gigi yang akan dipreparasi.
 Sifat-sifat
 Reologi : cukup cair maka dapat mencetak detil permukaan.
 Dapat melewati undercuts.
 Mudah terjadi sineresis dan imbibisi, sehingga harus segera diisi gips
 Kompatibilitas tergantung komposisi.
 Tear resistance jelek.
 Dapat dipakai ulang dan disterilisasi

 Aplikasi
Material cetak agar dapat diguanakan untuk pencetakan dalam pembuatan gigi tiruan,
mahkota dan jembatan

B. ALGINAT
Bahan dasar material cetak alginat adalah asam alginate yang berasal dari rumput laut.
Beberapa atom hydrogen berasal dari gugus karboksil diganti oleh natrium, potassium, atau
ammonium. Senyawa tersebut larut dalam air.

 Komposisi
 Sodium alginat 18% : pembentuk hidrogel
 Kalsium sulfat dihidrat 14% : penyedia ion kalsium
 Sodium fosfat 2% : kontrol waktu kerja
 Potasium sulfat 10% : setting model
 Pengisi (tanah diatom) 56% : kontrol konsistensi
 Sodium silikofluorida : kontrol Ph

 Reaksi Setting
Bila material cetak alginat dicampur dengan air, maka sodium alginat, kalsium sulfat
dan natrium fosfat akan terurai/terion. Pada tahap pertama akan terjadi reaksi antara sodium
fosfat dan kalsium sulfat membentuk kalsium fosfat yang mengendap (reaksi 1). Reaksi ini
akan terjadi hingga sodium fosfat habis. Guna reaksi ini adalah untuk memperlambat
pembentukan gel (reaksi antara sodiumalginat dengankalsium sulfat) agar didapat waktu
kerja yang cukup.

(1) 2 Na3PO4 +3 CaSO4 -> Ca3(PO4)2 + 3Na2SO4


(2) NanAlg + n CaSO4 -> n Na2SO4+Can/2 Alg

Selanjutnya, sodium alginat akan bereaksi dengan kalsium sulfat membentuk kalsium
alginat yang tidak larut dalam air. alginat pada lapisan terluar yang bereaksi. Fibril gel saling
berikatan melalui ion kalsium. Setiap ion kalsium mengikat 2 gugus karboksil dan molekul
alginat/polisakarida yang berbeda.

 Manipulasi
Material cetak alginat tersedia dalam kantung besar (untuk beberapa kali pencetakan)
atau sachet. Sebelum digunakan, material cetak agar homogen atau komponennya tersebar
merata. Perbandingan serbuk dengan air (Water- powder ratio , atau W/P ratio) diukur sesuai
petunjuk pabrik. Biasanya telah disediakan sendok ukur untuk serbuk dan gelas ukur untuk
aimya. Digunakan air dengan suhu ruang, bila air lebih panas dan suhu ruang akan
mempercepat reaksi, dan bila lebih dingin akan memperlambat reaksi.
Pengadukan air dan material cetak dilakukan dalam rubber bowl (mangkuk plastik)
dengan memakai spatula. Retensi alginat dengan sendok cetak dapat melalui pemakaian
sendok cetak berlubang atau bahan adesif (sticky wax atau metil selulosa). Cetakan alginat
harus dilepas dan secara cepat dan jaringan mulut agar elastisitasnya tetap baik. Setelah
dilepas, cetakan alginat sebaiknya dicuci dengan air untuk menghilangkan saliva, ditutup
dengan serbet basah unu=tuk mengurangi sineresis dan segera diisi gips.

 Sifat sifat alginate


 Akurasi
Material cetak alginate cukup cair sehingga dapat mencetak detil permukaan.
Selama waktu kerja tidak ada perubahan viskositas. Selama setting sebaiknya cetakan
tidak digerakkan. Elastisitas cukup baik, maka dapat melewati undercut namun alginat
dapat robek bila undercut terlalu besar. Stabilitas dimensi kurang baik karena terjadi
evaporas. Kompatibilitas dengan gips baik.
 Tidak toksik, tidak iritan dan rasanya dapat diterima
 Waktu setting tergantung pada komposisi dan suhu pencampuran.
 Material alginate tidak stabil dalam penyimpanan bila kondisinya lembab atau
suhunya tinggi.
 Sulit disterilisasi, semprotan disinfektan mempengaruhi detil permukaan
sedangkan perendaman mempengaruhi kepadatan dimensi.
Aplikasi alginate
Material cetak alginate digunakan untuk alat prostettik (gtsl dan gtp) dan orthodontic.
Alginate tidak baik untuk inlay, mahkota dan bridge.

2. ELASTOMER
Bahan cetak elastomer merupakan bahan cetak elastik yang menyerupai karet. Bahan ini
dikelompokkan sebagai karet sintetik. Suatu pengerasan elastomer merupakan reaksi
polimerisasi yang terdiri atas molekul atau polimer besar yang diikat oleh sejumlah kecil
ikatan, yang disebut sebagai reaksi polimerisasi.

Klasifikasi Bahan Cetak Elastomer :


 Polysulfide
 Polyether
 Silicon (Adhisi dan Kondensasi)

A. POLYSULFIDE
Polysulfide merupakan bahan cetak elastomer yang juga dikenal dengan nama
marcaptan, thiokot, atau rubber base. Bahan ini mempunyai riwayat penggunaan paling lama
di kedokteran gigi dari semua jenis elastomer, akan tetapi sekarang relatif kurang populer
penggunaannya.
 Komposisi : Terdiri dari pasta base dan katalis.
 Pasta base
mengandung polimer polisulfid, bahan pengisinya yang cocok (seperti lithopone
dan titanium dioksida) untuk memberikan kekuatan yang diperlukan, bahan
pembentuk sifat plastik (seperti dibutil phtlat) untuk menghasilkan kekentalan
yang tepat bagi pasta, sulfur ± 0,5%.
 Pasta katalis
Untuk meningkatkan reaksi yang disebut sebagai aselator reaksi mengandung
timah dioksid yang menghasilkan sifat warna cokelat gelap.

 Keuntungan :
 Waktu kerja lama
 Tebukti akurat
 Ketahanan robek tinggi
 Sedikit hidrofibik
 Harga tidak mahal
 Waktu penyimpanan lama

 Kerugian :
 Memerlukan sendok cetak perseorangan
 Harus diisi dengan stone secepatnya
 Berpotensi terhadap distorsi yang nyata
 Aroma mengganggu pasien
 Kotor dan menimbulakan noda pada pakaian
 Hasil pengisian berikutnya kurang akurat
 Sifat
Tabel 1. Tabel sifat-sifat bahan cetak elastomer

SIFAT POLI SILIKON SILIKON POLIETER


SULFIDA KONDENSASI ADISI (PVS)
Waktu kerja 5,7 3 2-4 2,5
(menit)
Setting time 8-12 6-8 3-7 4,5
(menit)
Shrinkage pada Tinggi Sedang-tinggi Sangat rendah Rendah
saat setting
Kemampuan Sedang Tinggi Sangat tinggi Tinggi
elastis setelah
dilepas
Fleksibilitas Tinggi Sedang Rendah- Rendah-
ketika sedang Sedang
dilepaskan
Tear Strength Sedang- Rendah-sedang Rendah- Sedang
(Kekuatan tinggi sedang
Robekan)
Flow Sedang- Rendah Sangat rendah Sangat
tinggi Rendah
Wettability Sedang Tidak baik Baik-sangat Sangat baik
baik
Reproduksi Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Detail
Penundaan 30 menit- 1 jam 1 minggu 1 minggu
waktu beberapa jam
pengisian
Pengisian Bisa, cetakan Bisa Bisa Bisa
Berulang kedua tidak
begitu akurat

 Cara manipulasi
Pasta katalis dan pasta basis dikeluarkan denagn panjang yang sama pada lembaran
kaca pengaduk. Pasta katalis mula- mula dikumpulkan pada spatula tahan karat dan kemudian
diistribusikan di atas pasta basis, diaduk di lembar pengadukan.
 Penggunaan bahan cetak polysulfide
Material cetak digunakan untuk pencetakan berbagai alat-alat kedokteran gigi.
Setiap alat memerlukan tingkat keakuratan yang berbeda- beda sehingga memerlukan
material cetak dengan persyaratan yang berbeda pula. Aplikasi material cetak dapat
dilihat pada Tabel II.

Tabel II Aplikasi material cetak dan sendok cetaknya


Aplikasi Material cetak Sendok cetak
GTP (gigi tiruan penuh) Plaster of Paris Stok/khusus
ZOE Khusus
Compound Stok/khusus
Alginat

GTS (gigi tiruan Alginat Stok/khusus


sebagian) Elastomer Khusus

Crown, bridge & inlay Elastomer Khusus

Sendok cetak terdiri dari dua macam, stok dan khusus.


a . Sendok cetak stok (standar) terdiri dari dua macam, yaitu yang dapat
digunakan berulang kali (reusable) dan digunakan sekali (disposable).
Sendok cetak reusable terbuat dari logam (berlubang dan tidak berlubang) dan sendok
cetak disposable terbuat dari polimer (berlubang).
b . Sendok cetak khusus dibuat untuk keperluan khusus atau untuk pasien
dengan bentuk dan ukuran rahang tertentu. Sendok cetak ini sekali pakai dan dibuat
dari shellac atau
resin.
Pemilihan sendok cetak ditentukan oleh viskositas material cetak. Beberapa
material cetak tidak tersedia dalam viskositas yang tinggi, sehingga perlu sendok cetak
khusus, misalnya : ZOE, polieter, dan polisulfida. Material cetak lain seperti : plaster of
Paris, alginat dan silikon dapat digunakan dengan sendok cetak biasa.
B. POLYETHER
Polyether merupakan bahan cetak elastomer yang terdiri dari base dan katalis dan
mempunyai mekanisme polimerisasi yang tidak menghasilkan produk sampingan sehingga
bahan ini mempunyai stabilitas dimensi yang baik.
 Komposisi : Terdiri dari base dan katalis.
 Base
- Polyether berujung imine
- Filler – Kolloidal silika
- Plasticizer – glycoether atau phthalate

 Katalis
- Derivat ester dari asam sulfonat aromatis
- Filler – Kolloidal Silika
- Plasticizer – glycoether atau phthalate

 Keuntungan :
 Waktu kerja dan pengerasan cepat
 Terbukti akurat
 Ketahanan sobek cukup
 Kurang hidrofibik
 Distorsi kurang
 Waktu penyimpanan lama

 Kerugian :
 Cukup akurat jika dituangkan langsung
 Kestabilan dimensi buruk
 Bersih, tetapi rasa tidak enak
 Keras, sehingga meliputi permukaan undecut
 Sedikit lebih mahal
 Dapat diisi ulang

 Cara manipulasi :
Cara manipulasinya mirip dengan polysulfide dan silicon. Pasta base dan katalis yang
sama panjang diaduk dengan cepat (30-45 detik), karna working timenya sangat pendek.
Bahan ini sangat mudah dicampur. Hati-hati saat mencampur bahan, hindari kontak dengan
kulit dan mukosa karena bahan ini bereaksi dengan jaringan. Pencampuran dengan handheld
gun dapat mencampur dengan cepat dan tanpa terjadi bubles.
 Penggunaan bahan cetak polyether

Bahan cetak polyether dapat digunakan dalam pencetakan :

 Gigi tiruan penuh (GTP)


Pada pembuatan gigi tiruan penuh, bahan cetak polyether digunakan pada cetakan
yang kedua yang disebut dengan cetakan fisiologis untuk mendapatkan model kerja yang
akurat, sehingga didapat retensi dan stabilitas yang baik. Bahan cetak ini digunakan
berdasarkan agar bahan ini dapat menyebar luas dan merata pada setiap bahagian yang
harus dicetak tanpa adanya tekanan pada jaringan mukosa
 Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)
Pada pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, bahan ini terutama digunakan pada
k
eadaan di mana terdapat undercut yang besar karena bahan ini mempunyai elastisitas
yang baik untuk mencegah dari terkoyak sewaktu dilepaskan dari mulut. Selain itu, pada
pembuatan metal frame, di mana model kerja dari metal frame harus menunjukkan
adaptasi yang akurat dan tepat dari metal terhadap enamel gigi yang masih ada dan hal ini
tidak boleh berkurang, harus benar-benar beradaptasi dengan tepat agar nantinya akan
diperoleh retensi serta stabilisasi yang baik di dalam mulut.
 Gigi tiruan cekat ( crown dan bridge ), tambalan inlay
Dalam pembuatan crown, bridge dan inlay, bahan cetak polyether digunakan
karena mempunyai akurasi dan elastisitas yang baik dalam memenuhi syarat pembuatan
bahan tersebut.
 Implan gigi
 Pesawat ortodonti
 dan juga untuk gigitan kerja

Pembuatan untuk registrasi gigitan sekarang dapat digunakan dengan pemakaian


bahan polyether karena bahan ini lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan wax.
Bagaimanapun bahan polyether yang digunakan untuk registrasi gigitan berbeda dengan
bahan yang digunakan untuk pencetakan.
Hal ini disebabkan karena bahan ini mempunyai akurasi yang tinggi, elastisitas
dan stabilitas dimensional yang baik berbanding bahan cetak elastik hidrokoloid yang lain

C. SILIKON
a. Silikon Adisi (polyvinyl siloxane)
Bahan cetak Polyvinyl siloxane adalah elastomer polimerisasi adisi silikon yang
diperkenalkan pada tahun 1970 sebagai sistem dua pasta yaitu pasta basis dan pasta katalis.
Sejak waktu bahan cetak ini diperkenalkan secara luas di pasaran. Bahan cetak ini
mempunyai perubahan dimensi yang rendah, setting time yang relatif pendek, tidak
menghasilkan by product pada reaksi polimerisasi, dan mempunyai stabilitas dimensi yang
baik. Polyvinyl siloxane digunakan pada pembuatan gigi tiruan cekat, tambalan, gigi tiruan
lepasan dan implan.
 Komposisi Bahan Cetak Polyvinyl Siloxane
Polyvinyl siloxane merupakan bahan cetak yang terdiri atas pasta basis dan
katalis mengandung vinil silikon. Dimana bahan ini merupakan modifikasi dari
silikon kondensasi. Pasta basis mengandung polymethyl hydrogen siloxane, serta pre-
polimer siloxan lain. Pasta katalis mengandung divinyl polidimetil siloxane dan pre-
polimer siloxan lain. Bila pasta katalis mengandung aktivator garam platinum, berarti
pasta yang berlabel basis harus mengandung hibrid silikon. Bahan retarder mungkin
juga terdapat dalam pasta yang mengandung katalis platinum.

 Sifat Kimia Bahan Cetak Polyvinyl Siloxane


Reaksi adisi antara group silane dan vinyl terjadi pada saat pengadukan. Dan
dimana terjadi perubahan dimensi selama polimerisasi dan tidak ada produk
sampingan (by product) seperti alkohol maupun gas hidrogen karena adanya
penambahan garam platinum untuk menyerap hidrogen sehingga tidak terjadi
kontraksi silikon dan poreus permukaan cetakan dan meminimalisasi perubahan
dimensi yang terjadi selama polimerisasi. Biasanya waktu kerja adisi silikon
umumnya 2 sampai 4 menit dan waktu pengerasan biasanya 4 sampai 6 menit. Salah
satu faktor yang mempengaruhi waktu kerja cetakan adalah viskositas bahan cetak,
dimana viskositas bahan yang rendah akan memperpanjang waktu kerja. Begitu bahan
cetak masuk ke mulut, bahan tersebut dengan cepat menghangat. Retarder tidak
praktis dengan alat pengaduk otomatis karena mempercepat tahap persiapan, efek
akhirnya adalah waktu kerja menjadi lebih panjang tanpa menurunkan waktu
pengerasan. Kemudahan dan kecepatan pemindahan bahan ke dalam mulut telah
menciptakan tuntutan terhadap bahan dengan waktu pengerasan yang lebih pendek.
Perubahan dimensi yang paling kecil pada waktu setting (pengerasan) dari semua
bahan cetak elastomer adalah menunjukkan perubahan dimensi pada bahan cetak
polyvinyl siloxane. Dimana viskositas bahan yang rendah menunjukkan perubahan
dimensi yang paling tinggi (0,02-0,05 persen shrinkage) akibat bahan pengisi yang
rendah. Bahan yang mengeras secara klinis hampir mengalami proses reaksi
sempurna, sehingga sedikit sekali residu polimerisasi yang menghasilkan perubahan
dimensi. Perubahan dimensi umumnya berasal dari pengerutan termal, begitu bahan
mendingin dari temperatur mulut ke temperatur ruangan. Pada tipe adisi ini,
pengerutan yang terjadi segera setelah bahan cetak dikeluarkan dari mulut juga
menunjukkan angka yang cukup kecil jika dibandingkan dengan bahan elastomer lain.
Hal ini berarti bahwa elastisitas bahan ini sangat baik.

 Sifat Fisis Bahan Cetak Adisi Silikon (Polyvinyl Siloxane)


Viskositas adalah ukuran kekentalan suatu bahan beserta ketidakmampuannya
untuk mengalir. Bahan dengan viskositas rendah memiliki kemampuan untuk
mengalir lebih baik daripada bahan dengan viskositas yang tinggi. Bahan cetak
siloxane mempunyai beberapa tingkat viskositas yaitu: very high viscosity (putty),
high viscosity (heavy body), medium viscosity ( regular body), low viscosity (light
body). Masing-masing viskositas dari bahan cetak ini memiliki komposisi yang sama,
perbedaan terdapat pada partikel bahan pengisi (filler) yang ditambahkan untuk
meningkatkan viskositas bahan cetak tersebut.
Viskositas bahan ini dapat meningkat sesuai dengan kandungan filler
didalamnya. Semakin banyak filler yang ditambahkan semakin tinggi viskositasnya
yang diikuti dengan menurunnya tingkat kecairan bahan cetak. Bahan cetak adisi
silikon tipe light body dapat merekam secara akurat detail permukaan preparasi
gigi,tetapi bahan ini tidak cukup stabil untuk mempertahankan bentuknya selama
pembuatan model kerja. Detail permukaan adalah kemampuan bahan cetak untuk
menghasilkan keakuratan permukaan objek dan berhubungan dengan viskositas bahan
cetak. Dimana viskositas bahan cetak yang rendah menghasilkan detail yang lebih
baik. Demikian juga bahan cetak heavy body memiliki cukup viskositas untuk
mencegah kelebihan aliran jika dimasukkan kedalam sendok cetak.

 Sifat Mekanis Bahan Cetak Adisi Silikon (Polyvinyl Siloxane)


Flow adalah sifat bahan yang memungkinkan untuk berubah bentuknya bila
diberikan suatu load walaupun load tersebut tidak diperbesar lagi (konstan). Bahan
cetak yang memiliki flow yang tinggi mengalir dengan baik dan dapat mencetak detail
yang baik. Flow pada bahan cetak siloxane baik bila dibandingkan dengan bahan
cetak elastomer lainnya.
Elastisitas adalah sifat suatu benda yang dimungkinkan untuk diubah
bentuknya dengan beban yang bila beban tersebut dihilangkan akan kembali kebentuk
semula. Sifat elastik yang baik pada suatu bahan dapat di tunjukan dengan melihat
besarnya elastic recovery dan perubahan dimensi bahan tersebut. Deformasi permanen
berhubungan dengan derajat cross-linking dari polimer standar, temperatur, dan rata-
rata stress yang diterima. Polyvinyl siloxane dilaporkan sebagai bahan cetak paling
elastik karena dapat memperlihatakan elastic recovery yang lebih baik dan deformasi
permanen yang kecil dibandingkan bahan elastomer yang lain.
Siloksan adalah bahan cetak yang memiliki elastic recovery yang paling tinggi
bila dibandingkan dengan bahan cetak elastomer lainnya. Bahan cetak siloxane
memiliki sifat elastisitas yang paling baik dibandingkan dengan bahan cetak elastomer
lainnya. Distorsi ketika mengeluarkan melalui undercut umumnya tidak terjadi,
karena bahan ini mempunyai nilai regangan dalam tarikan yang rendah (distorsi
permanen).

b. Silikon Kondensasi
 Komposisi bahan
Bahan cetak silikon kondensasi dikemas sebagai pasta basis dan suatu pasta
katalis atau cairan dengan kekentalan rendah. Karena polimer silikon merupakan
suatu cairan, silikon koloidal atau logam oksida ukuran mikro ditambahkan sebgai
pengisi untuk menbentuk suatu pasta. Silikon memiliki tingkat energi kohesif yang
rendah dan karena itu punya interaksi molekul yang lemah. Pengaruh bahan pengisi
terhadap kekuatan adalah hal yang penting, ukuran partikel harus dalam kisaran
optimal 5-10µm. Partikel yang lebih kecil cenderung berkumpul bersama-sama tapi
partikel yang lebih besar tidak berperan untuk memperkuat. Bahan dengan kekentalan
tinggi atau putty untuk mengatur pengerutan polimerisasi yang besar dari bahan cetak
silikon kondensasi. Bahan ini mengandung pengisis cukup banyak sehingga polimer
yang ada menjadi lebih sedikit dan pengerutan polimerisasinya juga lebih kecil.
Ekspansi termal keseluruhan lebih sedikit dibandingkan polimer karena partkel
pengisi memiliki koefisien ekspansi termal lebih kecil. Polimer ini tidak memilki
karakteristik warna. Kondensasi bahan pasta silikon dan putty dapat dibuat dalam
berbagai jenis warna. Merah muda, pastel, hijau dan ungu adalah warna yang sering
ditemukan.

 Manipulasi
Silikon kondensasi dikemas dalam pasta basis dan cairan katalis atau reaktor.
Bahan putty dikemas sebagai pasta yang amat kental dan suatu caira aselerator. Untuk
menghasilkan bahan yang teraduk sempurna adalah tidak mudah ketika putty dan
cairan yang mengandung minyak dicampur. Dengan sistem manapun , teknik
pencampuran terbaik adalah meremas bahan tersebut dengan jari.

 Waktu kerja dan pengerasan


Temperatur memiliki pengaruh nyata terhadap kecepatan prses pengerasan
dari bahan cetak silikon kondensasi. Mendinginkan bahan atau mengaduknya pada
permukaan dingin memperlambat proses reaksi. Mengubah perbandngan basis dan
katalis adalah metode lain yang efektif dan praktis dalam mengubah kecepatan
pengerasan bahan cetak ini.

 Elastisitas
Sifat elastis bahan silikon kondensasi lebih ideal dibandingkan polisulfid.
Bahan ini menunjukkan deformsi permanen minimal dan dapat kembali ke bentuk
semula dengan cepat bila diregangkan. Bahan ini tidak terlalu kaku sehingga tidak
sulit mengeluarkan dari undercut tanpa meyebabkan distorsi.

 Rheologi
Bahan tersebut dapat memberikan respon elastik. Bahan ini cenderung
bereaksi sebagai suatu elastik bila diregangkan dengan cepat , jadi cetakan harus
dikeluarkan dengan cepat sehingga deformasi yang terjadi adalah elastik dan kembali
ke bentuk semula.

 Stabilisasi Dimensi
Pengerutan polimerisasi yang berlebihan dari silikon kondensasi memerlukan
suatu modifikasi tehnik pembuatan cetakan supaya menghaslkan cetakan yang akurat.
Sebagai tambahan dari besarnya pengerutan ketika mengeras, ketidakstabilan dimensi
juga disebabkan oleh penguapan produk reaksi yaitu etil alkohol. Model yang paling
akurat diperoleh dengan mengisis cetakan dengan menggunakan gypsum stone
langsung setelah setelah cetakan dikeluarkan dari mulut.

 Biokompatibilitas
Adanya kemungkinan tertinggalnya bahan yang robek pada sulkus gingiva.
Karena bahan silikon tidak radiopak, sulit dideteksi adanya robekan bahan cetak.
Seringkali peradangan gingiva menyertai adanya ”benda asing” diduga akibat iritasi
preparasi gigi atau sementasi restorasi.

MATERIAL CETAK NON ELASTIK

1. Zinc Oxide Eugenol (ZOE)


Zinc Oxide Eugenol (ZOE) adalah material cetak rigid irreversibel yang digunakan
untuk mencetak pasien edentulous dengan menggunakan teknik mukokompresif. Sesuai
namanya, material cetak ini terbuat dari Zinc Oxide dan Eugenol.
 Klasifikasi
 Tipe 1: Hard
 Tipe 2: Soft

 Karakteristik
 Kekentalan (viskositas) tinggi
 Stabilitas dimensional cukup memuaskan, kurang dari 0,1% shrinkage terjadi
selama proses pengerasan
 Reproduksi detail baik

 Kelebihan
 Stabilitas dimensional baik
 Reproduksi detail baik
 Permukaan cetakan dapat dimodifikasi dengan penambahan di area yang
kekurangan
 Mudah dimanipulasi
 Working time lama, sehingga border molding ketika relining gigi tiruan dapat
dilakukan

 Kekurangan
 Sensasi terbakar akibat eugenol
 Menempel pada kulit dan instrumen, sukar dibersihkan
 Kaku, sehingga bisa patah di area undercut

2. Impression compound
Impression compound adalah bahan cetak rigid, reversible yang ditentukan oleh
perubahan fisik berdasarkan kondisi ( suhu, kelembaban). Impression compound digunakan
untuk mencetak ridge tanpa gigi dan jaringan pendukungnya.

Impression compound terdiri dari berbagai bentuk :


a. Sheet ( lembar )
1. Cake

2. Stick

 Komposisi

Komposisi bahan cetak ini sangat bervariasi dan biasanya menjadi


rahasia pabrik. Komposisi material cetak ini adalah campuran resin alami (mis.
shellac, dammar, rosin), wax (beeswax, colophony), plasticiser (guttapercha,
asam stearat), dan bahan pengisi (kalsium karbonat, lime stone).

 Sifat-sifat
 Material cetak ini sangat kental maka bersifat mukokompresif sehingga
 tidak dapat mencetak detil
 Bila dingin kaku sehingga tidak dapat mencetak undercuts.
 Stabiltas dimensi jelek dan konduktivitas panas rendah.

Klasifikasi impression compound berdasarkan ADA no 3 ada 2 tipe :


 Tipe 1
a. Low fusing compound seperti green stick compound yang digunakan untuk border
molding ( pembentukan tepi sendok cetak perseorangan )

Cara border molding :


1. Green stick compound dipanaskan diatas api secara merata arah horizontal
2. Letakan green stick compound di tepi SCP dimulai dari bagian posterior ke anterior
per regio
3. Panaskan lagi diatas api, celupkan kedalam air hangat (tempering) lalu masukkan ke
mulut pasien
4. Pasien dianjurkan untuk melakukan gerakan fungsional seperti menghisap, menelan,
menggigit, mengerakkan rahang bawah ke kiri dan ke kanan untuk mendapatkan
ketebalan sayap distobukal rahang atas
. Tipe 2
High fusing compound seperti sendok compound untuk membuat sendok spesial.
 Keuntungan impression compound
 Murah bisa digunakan kembali
 Tidak menimbulkan iritasi pada pasien
 Bisa dimodifikasi atau dilunakkan kembali sampai diperoleh cetakan yang akurat.

 kerugian
 Sulit untuk mencatat detail yang akurat
 Jaringan lunak diberi tekanan karena pada saat mencetak dengan teknik
mukokompresi
 Distorsi
 Sulit umtuk menghilangkan undercut
 Tidak memiliki rasa yang enak
 Pasien bisa tidak nyaman karena kekakuannya

3. Impression Plaster
Impression plaster atau yang lebih dikenal dengan gips cetak merupakan bahan cetak
yang berbahan dasar dari gipsum. Gipsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai
belahan dunia. Gipsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Secara
kimiawi gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat
(CaSO4. 2H2O) murni. Sekarang bahan cetak gips jarang digunakan sebagai bahan cetak
sejak bahan elastomer telah tersedia, karena gips cetak bersifat rigid dan lebih mudah patah.
Dalam kedokteran gigi bahan ini digunakan untuk membuat model studi dari rongga mulut
serta struktur maksilo-fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium
kedokteran gigi sebagai pembuatan protesa gigi. Gips ini harus disimpan dalam kantung
kedap udara karena akan menyerap air dari udara dan akan mempengaruhi waktu pengerasan.
Impression plaster digunakan untuk membuat cetakan akhir guna mendapatkan model kerja
dengan tekanan minimal. Sifat bahan ini tidak elastis, jadi tidak dapat digunakan bila ada
undercut. Diperlukan sendok cetak khusus dengan dibuat ruangan antara sendok cetak
dengan jaringan penyangganya, ini bertujuan agar ketebalan bahan cetaknya cukup.
Viskositas bahan cetak impression plaster rendah, sehingga dimungkinkan untuk mencetak
mukosa jaringan yang tidak boleh ditekan (pergerakan mukosa seminimal mungkin). Pada
pasien yang salivanya berlebihan, dengan bahan ini sukar untuk mendapatkan hasil cetakan
yang cermat di rahang bawah karena saliva akan bercampur dengan impression plaster.

4. Impression Wax (malam)


Dibutuhkan pemanasan untuk mencairkan bahan ini. Umumnya digunakan untuk
koreksi pada cetakan akhir yang menggunakan bahan lain seperti plaster atau zinc oxide
eugenol pasta. Malam cetak dengan temperatur mulut kadang-kadang digunakan untuk
cetakan akhir. Diperlukan sendok cetak perseorangan yang betul-betul cermat. Hasil cetakan
harus segera dituang dengan stone. Bahan cetak wax biasa digunakan untuk menghasilkan
cetakan yang memerlukan tekanan (mucocompressive) dalam pembuatan gigi tiruan. Bahan
ini juga dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan cetakan yang disebabkan karena
ukuran sendok cetak yang terlalu kecil sehingga wax dapat ditambahkan pada bagian ujung
sendok cetak yang disesuaikan dengan rahang pasien.

BAHAN-BAHAN YANG DI GUNAKAN PADA


RSGM UNSYIAH

No Jenis bahan Teknik pencetakan Kegunaan Alasan


1. Alginat a. Mukokompresi Untuk mencetak model a. Karena mudah di
b. Mukostatis studi (GTP, GTSL, dan manipulasi
Orhodonti) b. Nyaman bagi pasien
c. Rasanya dapat
diterima
d. Harganya relatif
murah
e. Bahannya tidak
mengiritasi jaringan
dan tidak beracun
f. Elastisitasnya tinggi
g. Tidak larut dengan
saliva sehingga
tidak terjadi
perubahan demensi

2. Impression Mukokompresi Untuk mencetak ridge a. Murah dan bisa


compound tanpa gigi dan jaringan digunakan kembali
pendukungnya b. Tidak menimbulkan
iritasi pada pasien
c. Bisa dimodifikasi
atau dilunakkan
kembali sampai
diperoleh cetakan
yang akurat

3. Green stick Mukofungsional Untuk mencetak a. Settingnya cepat


compound bagian-bagian otot b. Dapat digunakan
terutama dibagian kembali
vestibulum dan c. Tidak menyebabkan
frenulum (pada saat perubahan dimensi
border molding) yang signifikan
setelah pengerasan
serta menghasilkan
detail jaringan yang
halus

4 Double Mukokompresi Untuk cetakan fixed a. Hasil cetakan


impression dan removable partial akurat, shrinkage
denture seperti crown kecil
3. atau bridge b. Detail permukaan
yang baik
c. Sangat elastic
d. Stabilitas dimensi
yang baik
e. Non-toksik dan
non-iritan

Anda mungkin juga menyukai