Anda di halaman 1dari 2

PANDUAN BUDIDAYA SORGUM

(Oleh: Prof. Dr. Soeranto, M.Sc.)

1. Persiapan Lahan, Benih dan Penanaman


Lahan sebaiknya dibersihkan dari gulma/rumput liar dengan cara
dibabat menggunakan arit atau disemprot dengan herbisida sampai mati.
Dilanjutkan pengolahan lahan menggunakan traktor/cangkul/bajak/garu
sampai tanah menjadi remah. Pemberian pupuk kandang (5-10 ton/ha)
pada lahan yang siap tanam sangat dianjurkan. Ajir dipasang untuk
meluruskan barisan dalam penugalan saat tanam sesuai estetika.
Kebutuhan benih sorgum sekitar 5-8 kg benih/ha, tergantung jarak tanam.
Benih sorgum ditanam dalam lubang secara berbaris dengan jarak tanam
70 cm (antar baris) dan 5-10 cm (dalam baris). Benih ditanam 3-4 biji per
lubang, kemudian lubang benih ditutup dengan abu atau tanah halus. Pada
kondisi ekstrim (misal kekeringan), mungkin perlu dilakukan penanaman
secara transplanting pada saat tanaman berumur 3 minggu setelah
tanam, sekaligus dilakukan penjarangan dengan disisakan 2
tanaman/lubang. Benih yang tidak tumbuh, pada lubangnya dapat disulam
dengan tanaman transplanting.

2. Pengairan/Irigasi
Setelah benih ditanam maka perlu dilalukan pengairan untuk
menjaga kelembaban tanah dan merangsang perkecambahan. Benih
hanya akan dapat tumbuh bila tanah cukup lembab sehingga air sangat
dibutuhkan untuk proses perkecambahan dan pertumbuhan tanaman
muda sampai tanaman berumur 30 hari setelah tanam. Pengairan
selanjutnya tergantung pada kondisi kelembaban tanah di lapangan
sampai tanaman pada fase pertumbuhan generatif. Pengairan/irigasi
berlebihan atau adanya genangan air sangat tidak baik untuk
pertumbuhan tanaman sorgum.

3. Pemupukan
Pupuk standard yang diperlukan adalah urea dengan dosis 100
kg/ha, TSP 60 kg/ha dan KCl 60 kg /ha. Masing-masing pupuk diberikan
pada waktu tanam, kecuali pupuk urea 1/3 pada saat tanaman, dan 2/3
pada saat tanaman berumur 40 hari setelah tanam, sekaligus dilakukan
pembumbunan. Pupuk diberikan dalam larikan diantara baris kira-kira 10
cm dari pangkal tanaman, kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Pupuk majemuk (pupuk compound) juga baik untuk tanaman sorgum dan
untuk dosis pemakaian dapat mengikuti anjuran seperti tertera pada
kemasan pupuk yang bersangkutan.
4. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman adalah berupa pengendalian Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) yang dapat berupa gulma, hama dan
penyakit tanaman. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual
atau menggunakan herbisida. Pengendalian hama yang berasal dari tanah
mungkin dapat dilakukan dengan penaburan insektisida seperti Furadan
3G. Sedangkan pengendalian penyakit pada batang atau daun dapat
dilakukan dengan fungisida seperti Deicis, Basudin dsb. Hama lain yang
banyak menyerang tanaman sorgum adalah tikus dan burung. Untuk
perkebunan sorgum yang luas, pengusiran hama burung dapat dilakukan
dengan pengaturan sistem amplitudo suara tertentu (sonic bloom). Khusus
untuk pembibitan, setiap malai sorgum terpilih sebaiknya dikerudungi
dengan jaring plastik sebagai pelindung dari serangan hama burung.

5. Panen dan Pasca Panen


Tanaman sorgum sebaiknya dipanen pada saat biji telah mencapai
masak fisiologis, yaitu ditandai dengan jika bijinya dipencet sudah keras
dan digigit terasa tepung. Tanaman dipanen dengan cara memotong leher
malai kira-kira 10-15 cm dari pangkal malai dan diikat jadi satu dan
digantung terbalik untuk proses pengeringan dengan sinar matahari.
Setelah kering biji dirontok dengan cara dipukul di dalam karung goni
atau menggunakan alat mekanik (thresher). Untuk disimpan lama,
sebaiknya benih memiliki kadar air 13 %. Sorgum tidak tahan terhadap
hama gudang (kutu) sehingga penyimpanan sorgum sebaiknya dalam
ruang dingin dengan suhu di bawah 10° C atau dengan menggunakan
perlakuan pengasapan. Biji sorgum yang digunakan untuk benih (seed)
sebaiknya diambil dari 2/3 bagian atas malai utama, dikeringkan dan
disimpan di ruang dingin sebelum ditanam. Khusus untuk sorgum hijauan
pakan terank (forage sorghum), panen sebaiknya dilakukan pada saat biji
masak susu, kemudian seluruh biomasa dicacah (chopper) dan diproses
menjadi silase, atau diberikan langsung dalam bentuk segar.

Contact: Prof. Dr. Soeranto, M.Sc.


BATAN Jakarta
e-mail: Soeranto@batan.go.id
Tel: +6281310915822

Anda mungkin juga menyukai