Panduan Budidaya Sorgum
Panduan Budidaya Sorgum
2. Pengairan/Irigasi
Setelah benih ditanam maka perlu dilalukan pengairan untuk
menjaga kelembaban tanah dan merangsang perkecambahan. Benih
hanya akan dapat tumbuh bila tanah cukup lembab sehingga air sangat
dibutuhkan untuk proses perkecambahan dan pertumbuhan tanaman
muda sampai tanaman berumur 30 hari setelah tanam. Pengairan
selanjutnya tergantung pada kondisi kelembaban tanah di lapangan
sampai tanaman pada fase pertumbuhan generatif. Pengairan/irigasi
berlebihan atau adanya genangan air sangat tidak baik untuk
pertumbuhan tanaman sorgum.
3. Pemupukan
Pupuk standard yang diperlukan adalah urea dengan dosis 100
kg/ha, TSP 60 kg/ha dan KCl 60 kg /ha. Masing-masing pupuk diberikan
pada waktu tanam, kecuali pupuk urea 1/3 pada saat tanaman, dan 2/3
pada saat tanaman berumur 40 hari setelah tanam, sekaligus dilakukan
pembumbunan. Pupuk diberikan dalam larikan diantara baris kira-kira 10
cm dari pangkal tanaman, kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Pupuk majemuk (pupuk compound) juga baik untuk tanaman sorgum dan
untuk dosis pemakaian dapat mengikuti anjuran seperti tertera pada
kemasan pupuk yang bersangkutan.
4. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman adalah berupa pengendalian Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) yang dapat berupa gulma, hama dan
penyakit tanaman. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual
atau menggunakan herbisida. Pengendalian hama yang berasal dari tanah
mungkin dapat dilakukan dengan penaburan insektisida seperti Furadan
3G. Sedangkan pengendalian penyakit pada batang atau daun dapat
dilakukan dengan fungisida seperti Deicis, Basudin dsb. Hama lain yang
banyak menyerang tanaman sorgum adalah tikus dan burung. Untuk
perkebunan sorgum yang luas, pengusiran hama burung dapat dilakukan
dengan pengaturan sistem amplitudo suara tertentu (sonic bloom). Khusus
untuk pembibitan, setiap malai sorgum terpilih sebaiknya dikerudungi
dengan jaring plastik sebagai pelindung dari serangan hama burung.