Kel.11 Sistem Integumen
Kel.11 Sistem Integumen
SISTEM INTEGUMEN
Dosen : Ns. Sugiyono M.Kep
KELOMPOK 11
Abiyyu Faqih 20194005
Asvin Rahayu 201940010
Definisi Sistem Integumen
Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas.Sistem ini terdiri atas
kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan
sebaseous), dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau
lingkungan eksternal).Integumen merupakan kata yang berasal dari bahasa
Latin “integumentum“, yang berarti “penutup”. Sesuai dengan fungsinya, organ-
organ pada sistem integumen berfungsi menutup organ atau jaringan dalam
manusia dari kontak luar.
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN
Lapisan paling atas dari kulit, tidak mengandung pembuluh darah dan
syaraf. Sel mendapat makanan melalui proses difusi dari jaringan
dibawahnya. Bagian terluar terdiri dari stratum korneum, stratum
lusidum, stratum granolusum, stratum spinosum, dan stratum basale.
LAPISAN DERMIS
Fungsi pengaturan
Fungsi persepsi
suhu tubuh
Kemampuan vasokonstriksi pada
Kulit mengandung ujung ujung saraf suhu dingin sehingga
sensorik di dermis dan subkutis meningkatkan suhu tubuh,
yang peka terhadap rangsangan kemampuan vasodilatasi pada suhu
panas , dingin, rabaan,dan tekanan. panas sehingga menurunkan suhu,
serta kemampuan termorigulasi
melalui evaporasi atau berkeringat.
LANJUTAN
1. Biopsi kulit
Mengambil contoh jaringan dari kulit yang terdapat lesi. Apabila jaringan yang diambil cukup dalam, kita
perlu menggunakan anestesi local. Digunakan untuk menentukan ada keganasan atau infeksi yang
disebabkan oleh bakteri dan jamur.
2. Uji kultur dan sensitivitas
Untuk mengetahui adanya virus, bakteri, atau jamur pada kulit yang diduga mengalami kelainan. Uji ini
juga digunakan untuk mengetahui mikroorganisme tersebut resisten terhadap obat-obatan tertentu.
3. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus
Mempersiapkan lingkungan pemeriksaan dengan pencahayaan khusus sesuai dengan kasus yang dihadapi.
Hindari ruangan pemeriksaan yang menggunakan lampu berwarna-warni karena hal ini akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan
4. Uji temple
Dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi untuk mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya
dengan faktor imunologis, juga untuk mengidentifikasi respon alerginya. Misalnya, untuk membedakan
apakah klien menderita dermatitis kontak alergi atau dermatitis kontak iritan
PATOFLOW
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM INTEGUMEN
A. Pengkajian
1. Anamnesis
- Tanggal dan waktu pengkajian
- Biodata: nama, umur (penting mengetahui angka prevelensi), jenis kelamin, pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit
kulit, banyak terkait dengan factor pekerjaan, [misalnya, dermatitis kontak alergi]).
- Riwayat kesehatan: meliputi masalah kesehatan sekarang, riwayat penyakit dahulu, status kesehatan keluarga, dan
status perkembangan.
Menurut Bursaids (1998), disamping menggali keluhan-keluhan diatas, anamnesis harus menyelidiki 7 ciri lesi kulit yang
membantu anda membuat diagnosis, yaitu :
1. Lokasi anatomis, tempat lesi pertama kali timbul, jika perlu digambar.
2. Gejala dan riwayat penyakit yang berhubungan.
3. Urutan waktu perkembangan perubahan kulit atau gejala sistemik yang berkaitan.
4. Perkembangan lesi atau perubahan lesi sejak timbul pertama kali.
5. Waktu terjadinya lesi, atau kondisi seperti apa yang menyebabkan lesi.
6. Riwayat pemaparan bahan kimia dan pemakaian obat-obatan.
7. Efek terpapar sinar matahari.
LANJUTAN
- Riwayat pengobatan atau terpapar zat: obat apa saja yang pernah dikonsumsi atau pernahkah klien terpapar faktor-faktor yang tidak
lazim. Terkena zat-zat kimia atau bahan iritan lain, memakai sabun mandi baru, minyak wangi atau kosmetik yang baru, terpapar sinar
matahari.
- Riwayat pekerjaan atau aktifitas sehari-hari: bagaimana pola tidur klien, lingkungan kerja klien untuk mengetahui apakah klien
berkontak dengan bahan-bahan iritan, gaya hidup klien (suka begadang, minum-minuman keras, olah raga atau rekreasi, pola kebersihan
diri klien).
- Riwayat psikososial: Stress yang berkepanjangan
2. Pemeriksaan Kulit
- Perubahan menyeluruh
Kaji ciri kulit secara keseluruhan. Informasi tentang kesehatan umum klien dapat diperoleh dengan memeriksa turgor, tekstur, dan warna
kulit. Turgor kulit umumnya mencerminkan status dehidrasi. Tekstur kulit pada perubahan menyeluruh perlu dikaji, karena tekstur kulit
dapat berubah-ubah di bawah pengaruh banyak variabel.
Pada teknik palpasi, gunakan ujung jari untuk merasakan permukaan kulit dan kelembapannya. Tekan ringan kulit dengan ujung jari untuk
menentukan keadaan teksturnya. Secara normal, tekstur kulit halus, lembut dan lentur pada anak dan orang dewasa. Kulit telapak tangan
dan kaki lebih tebal, sedangkan kulit pada penis paling tipis. Kaji turgor dengan mencubit kulit pada punggung tangan atau lengan bawah
lalu lepaskan. Perhatikan seberapa mudah kulit kembali seperti semula. Normalnya, kulit segera kembali ke posisi awal .
- Perubahan setempat
Mula-mula, lakukan pemeriksaan secara sepintas ke seluruh tubuh. Selanjutnya, anjurkan klien untuk membuka pakaiannya dan amati
seluruh tubuh klien dari atas kebawah, kemudian lakukan pemeriksaan yang lebih teliti dan evaluasi distribusi, susunan, dan jenis lesi kulit.
Pemeriksaan kulit yang harus dilakukan
1. Lakukan pemeriksaan kulit secara menyeluruh, periksa tekstur, elastisitas, warna dan turgor kulit.
2. Jika terdapat lesi, amati jenis lesi, lokasi, distribusi, ukuran, dan bagaimana permukaan serta tepi lesi.
3. Periksa bagaimana permukaan kulit yang ada disekitar lesi. Apakah ada kemerahan? Jika ada apakah local atau
menyeluruh?
4. Amati apakah timbul lesi akibat garukan klien.
5. Apakah ada perubahan temperature pada daerah lesi baik panas maupun dingin?
6. Jika terdapat sekret pada daerah lesi, perhatikan karekteristik, warna, viskositas, maupun jumlahnya.
7. Apabila diperlukan data penunjang, konsultasikan untuk melakukan pemeriksaan kulit lain sesuai dengan ketentuan
dan catat hasilnya
Data objektif yang mungkin ditemukan
1. Terjadi perubahan warna kulit, turgor, elastisitas, kelembapan, kebersihan, dan bau.
2. Terdapat lesi primer misalnya macula, papula, vesikula, pustule, bula, nodula, atau urtikaria.
3. Terdapat lesi sekunder, misalnya krusta, skuama/sisik, fisura, erosi, atau lkus.
4. Ditemukannya tanda-tanda radang (rubor/kemerahan, dolor/nyeri, kalor/panas, tumor/benjolan dan
fungsieolesa/perubahan bentuk).
5. Dari pemeriksaan penunjang (kultur kulit, biopsy, uji alergi atau pemeriksaan darah) didapatkan kelainan.
Keluhan :
1. Mengeluh kulit gatal, nyeri, kemerahan, berminyak, kering, kasar, tidak rata, terkelupas, lepuh, panas, dingin,
perubahan warna kulit dan timbul borok.
2. Adanya riwayat alergi, kontak dengan bahan-bahan tertentu (kosmetik, sabun, obat, tanaman, bahan kimia)
3. Riwayat keluarga atau tetangga dengan penyakit kulit.
4. Adanya perubahan pola kebiasaan sehari-hari.
5. Ditemukan data psikologis yang berkaitan dengan masalah kulit (rasa malu, dikucilkan orang lain, harga diri rendah,
takut tidak sembuh, dan cemas).
LANJUTAN
- Ruam kulit
Untuk mempelajari ilmu penyakit kulit, mutlak diperlukan pengetahuan tentang ruam kulit atau ilmu yang mempelajari lesi
kulit. Ruam kulit dapat berubah pada waktu berlangsungnya penyakit.
Ruam primer adalah kelainan yang pertama timbul, berbentuk macula, papula, plak, nodula, vesikula, bula, pustule,
irtika, dan tumor.
Ruam sekunder adalah kelainan berbentuk skuama, krusta, fisura, erosion, ekskoriasio, ulkus, dan parut.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan masalh integument adalah :
1. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, gangguan kekebalan tubuh, atau infeksi.
2. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan proses peradangan, terbukanya ujung-ujung saraf kulit, atau tidak
adekuatnya pengetahuan tentang pelaksanaan nyeri.
3. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan anatomi kulit atau bentuk tubuh.
C. Rencana Keperawatan
Tujuan keperawatan secara umum adalah sebagai berikut.
1. Kulit menjadi normal kembali.
2. Berkurangnya rasa nyeri atau gatal
3. Terlindungnya kulit dari trauma.
4. Tidak terjadi infeksi
5. Konsep diri positif
6. Tidak terjadi penularan
7. Kebutuhan istirahat tidur dapat terpenuhi.
Dalam pengobatan penyakit kulit cukup banyak digunakan obat-obat topical. Macam dan jenis-jenis obat topical ini
banyak sekali, diantaranya saleb dan bedak, minyak, gel, krem, solusi, atau astringen. Perawat perlu mempelajari
sifat dan jenis, obat-obat topical ini karena dalam proses perawatan kulit, perawat banyak memegang peranan, baik
pada tahap promotif, preventif, kuratif, maupun pada tahap rehabilitative. Pada penggunaan obat-obatan topical,
jagan oleskan obat terlalu tebal karena dapat menyebabkan iritasi bahan kimia dan akan menghambat proses
penyembuhan.