Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK OPTIK

FIBER OPTIK

ANGGOTA:

1. RA’AN SHALIHAN (2410100097)


2. NUR IKA PUJI AYU (2411100017)
3. AGIL DISWANTORO (2411100097)
4. GWYN WALESA (2411100128)
5. WINONA ANDNINDYARA (2412100045)
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan zaman, kecepatan transmisi data yang cepat, efektif dan
efisien semakin diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, karena transmisi data
dapat membantu mengirim sebuah data yang mengandung informasi dapat sampai secara
akurat ke penerima transmisi data tersebut. Teknologi yang mendukung semakin cepat,
efektif dan efisien salah satunya adalah serat optik dimana merupakan aplikasi dari ilmu
optik yang telah ada, yaitu mengenai hukum snellius.
Namun, dalam fiber optik pastinya memiliki kehilangan daya yang salah satunya
diakibatkan oleh pembelokan pada fiber optik atau bisa disebut bending. Terjadinya
bending juga bisa dipengaruhi oleh kebutuhan pemasangan dari serat optik tersebut. Dari
beberapa keterangan diatas, perlu diketahui prinsip-prinsip transmisi pada serat optik
serta sejauh mana pengaruh bending pada serat optik.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang terjadi pada percobaan P-2 teknik optik ini adalah :
a. Bagaimana prinsip-prinsip transmisi pada fiber optik ?
b. Bagaimana pengaruh bending pada kecepatan transmisi sebuah fiber optik ?

1. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan P-2 teknik optik ini adalah :
a. Mengetahui prinsip-prinsip transmisi pada fiber optik.
b. Mengetahui seberapa besar pengaruh bending pada jalannya transmisi dalam fiber
optik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fiber Optik

Fiber optik merupakan saluran transmisi (pemindah informasi) yang digunakan untuk
mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Fiber Optik terbuat dari serat
kaca dan bentuknya panjang dan tipis serta berdiameter sebesar rambut manusia. Serat kaca ini
merupakan serat yang dibuat secara khusus yang terbuat dari bahan kaca murni dan kemudian
diproses menjadi sebentuk gulungan kabel agar dapat digunakan untuk melewati data yang ingin
dikirim atauditerima.
Fiber optik ini terdiri dari beberapa bagian yaitu Cladding, Core, dan Buffer Coating.
Core adalah kaca tipis yang merupakan bagian inti dari fiber optik dan menjadi tempat
berjalannya cahaya sehingga pengiriman cahaya dapat dilakukan. Cladding adalah lapisan luar
yang membungkus Core dan memantulkan kembali cahaya yang terpancar keluar kembali ke
dalam Core. Sedangkan Buffer Coating merupakan lapisan plastik yang melindungi serat dari
kerusakan dan kelembaban.
Terdapat dua jenis fiber optik yang umumnya digunakan, yaitu Single Mode dan Multi
Mode. Kabel Single Mode mempunyai ukuran Core yang kecil dan dapat menjangkau jarak yang
lebih jauh hingga ratusan kilometer serta hanya dapat mengirim satu sinyal pada satu waktu
(contoh: telepon dan TV kabel). Sedangkan Multi Mode memiliki ukuran Core yang lebih besar,
dapat mengirim sinyal yang berbeda pada saat yang bersamaan, namun hanya mampu
menjangkau kurang dari 550 meter. Di dalam sistem komunikasi menggunakan fiber optik,
sinyal informasi yang lalu-lalang di dalamnya adalah berwujud cahaya karena cahaya relatif
lebih kebal terhadap gangguan dari luar.
Kecepatan transmisi fiber optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai
saluran komunikasi seperti telepon, TV kabel, atau internet. Fiber optik juga digunakan untuk
keperluan pemotretan medis , sensor, dan optik pencitraan. Komunikasi di dunia tidak akan
berkembang demikian cepat tanpa adanya teknologi yang satu ini.
Fiber optik memiliki banyak kelebihan di antaranya adalah informasi yang ada
ditransmisikan dengan kapasitas (bandwidth) yang besar. Fiber optik dapat dipergunakan dengan
kecepatan yang tinggi, hingga mencapai beberapa gigabit/detik. Karena murni terbuat dari kaca
dan plastik maka signal tidak terpengaruh pada gelombang elektromagnetik dan frekuensi radio.
Ukurannya kecil dan ringan sehingga sangat memudahkan pengangkutan dan pemasangan di
lokasi. Fiber optik juga sangat aman dipasang di tempat-tempat yang mudah terbakar karena
tidak akan terjadi hubungan api pada saat kontak atau terputusnya fiber optik.
Fiber optik memerlukan daya listrik yang relatif tidak terlalu besar. Karena fiber optik
tidak digunakan untuk melewatkan sinyal-sinyal listrik, maka fiber optik tidak akan mengalami
kepanasan dan penipisan akibat tegangan listrik yang lewat di dalamnya. Fiber optik bisa
ditanam di tanah jenis apapun atau digantung di daerah manapun tanpa harus cemas mengalami
korosi/berkarat. Komunikasi menggunakan fiber optik lebih aman karena informasi yang lewat
tidak mudah untuk disadap atau dikacaukan dari luar.
Di antara begitu banyak kelebihan yang dimilikinya, fiber optik juga memiliki
kekurangan di antaranya adalah harganya yang cukup mahal serta fiber optik ini susah untuk
disambung dibandingkan kabel biasa karena metode penyambungannya yang harus
menggunakan teknik dan alat khusus serta ketelitian yang tinggi.
2.2 Bending

Suatu serat optik yang memiliki panjang tertenu memiliki beberapa aspek kerugian nilai yang perlu
diperhitungkan.Salah satu nilai yang diperhitungkan adalah daya. Nilai rugi daya yang disebabkan dengan
membengkokan sepotong pendek serat optik biasanya akan memiliki bilai yang lebih kecil apabila
dibandingkan dengan serat optik dengan panjang yang nilainya jauh lebih besar. Lengkungan tajam
tersebut harus dihindarkan guna memperoleh kinerja serat optik yang optimal.Bending radius serat optik
yang diukur adalah radius paling kecil ketika serat optik dapat dilengkungkan tanpa membuatnya kusut,
menghancurkannya ataupun memperpendek umur dari serat optik tersebut.

2.3 Jenis-Jenis Serat Optik


1. Single mode : serat optik dengan inti (core) yang sangat kecil (biasanya sekitar 8,3
mikron), diameter intinya sangat sempit mendekati panjang gelombang sehingga cahaya
yang masuk ke dalamnya tidak terpantul-pantul ke dinding selongsong (cladding).
Bahagian inti serat optik single-mode terbuat dari bahan kaca silika (SiO2) dengan
sejumlah kecil kaca Germania (GeO2) untuk meningkatkan indeks biasnya. Untuk
mendapatkan performa yang baik pada kabel ini, biasanya untuk ukuran selongsongnya
adalah sekitar 15 kali dari ukuran inti (sekitar 125 mikron). Kabel untuk jenis ini paling
mahal, tetapi memiliki pelemahan (kurang dari 0.35dB per kilometer), sehingga
memungkinkan kecepatan yang sangat tinggi dari jarak yang sangat jauh. Standar terbaru
untuk kabel ini adalah ITU-T G.652D, dan G.657

2. Multi mode  : serat optik dengan diameter core yang agak besar yang membuat laser di
dalamnya akan terpantul-pantul di dinding cladding yang dapat menyebabkan
berkurangnya bandwidth dari serat optik jenis ini.

Bab III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Peralatan Eksperimen

a. Laser

b. Fiber optic multimode

c. Fiber optic singlemode

d. Fiber optic multimode plasatik

e. Penggaris

f. Optical power meter Thorlabs

3.2. Prosedur Eksperimen

1. Mengatur panjang gelombang laser yang akan dialirkan pada Fiber optic.

2. Menyambungkan fiber optic dengan laser dan Optical power meter Thorlabs untuk mengukur
Daya pada fiber optic sebelum fiber di tekuk (digulung).

3. Fiber optic dibentuk lingkaran dengan jari-jari tertentu dari 3cm sampai 0.4cm dengan rentang
pengurangan 0.2 cm

4. Mencatat hasil daya yang tertera pada Optical power meter Thorlabs.
BAB IV

ANALISA DATA

4.1 Data Daya pada Fiber Optik untuk panjang gelombang 1310 nm

Pada percobaan bending dengan menggunakan fiber optic multimode dan singlemode pada
panjang gelombang 1310 nm diperoleh data daya sebagai berikut.

Diameter bending Multimode (uW) Singlemode (uW)


(cm)
0 175.2 152.2
3 175.8 149.5
2.8 175.7 149.3
2.6 175.6 149.3
2.4 175.6 149.1
2.2 175.5 149.0
2.0 175.4 148.8
1.8 175.3 147.2
1.6 175.3 144.2
1.4 175.2 132.2
1.2 175.2 118.2
1.0 174.8 73.3
0.8 174.5 18.8
0.6 174.4 6.45
0.4 174.3 2.3
Tabel 4.1
Sehingga diperoleh grafik diameter terhadap daya sebagai berikut.

Grafik Diameter Bending


terhadap Daya pada λ=1310 nm
200
180
160
140 Multimode (uW)
120 Singlemode (uW)
Daya (uW)

100
80
60
40
20
0
0 8 4 2 6 2 8 4
2. 2. 1. 1. 0. 0.

4.2 Data Daya pada Fiber Optik S untuk panjang gelombang 1550 nm

Pada percobaan bending dengan menggunakan fiber optic multimode dan singlemode pada
panjang gelombang 1550 nm diperoleh data daya sebagai berikut.

Diameter bending Multimode (mW) Singlemode (mW)


(cm)
0 0.193 0.170
3 0.185 0.168
2.8 0.181 0.164
2.6 0.180 0.163
2.4 0.179 0.162
2.2 0.178 0.159
2.0 0.177 0.158
1.8 0.177 0.158
1.6 0.176 0.132
1.4 0.176 0.119
1.2 0.175 0.0657
1.0 0.174 0.0156
0.8 0.173 0.00190
0.6 0.173 0.00118
0.4 0.172 0.00055
Tabel 4.2

Sehingga diperoleh grafik diameter terhadap daya sebagai berikut.

Grafik Diameter Bending


terhadap Daya pada λ=1550 nm
0.25

0.2 Multimode (mW)


Singlemode (mW)
Daya (mW)

0.15

0.1

0.05

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:

1. Fiber optik mentranmisiskan data melewati inti fiber optic (core) berupa gelombang
cahaya.
2. Pada panjang gelombang yang sama, Fiber optic multi mode menyalurkan daya lebih
besar dari pada single mode
3. Semakin kecil diameter bending yang dibentuk pada fiber optic, semakin menurun nilai
daya yang diemisikan.
4. Fiber optik single mode memiliki perubahan lebih besar ketika diameter bending
diperkecil dari pada multi mode.
Disarankan untuk praktikum selanjutnya:

1. Mengarahkan praktikan untuk mengukur daya fiber optic dari diameter awal sampai
selesai sebelum menggati panjang gelombang yang merambat.

LAMPIRAN

TK.

1.

Pada gambar 1
Warna terang pada kabel disebabkan oleh terjadinya loss pada pengiriman data, dan pada
serat optik yg tidak berwarna data yang dikirim tidak mengalami loss

2. Ketika kabel serat optik di potong terjadi warna merah terang pada ujung serat bekas
pemotongan, hal itu terjadi karena indeks bias yang mengalami loss pada sudut kritis

3.
Grafik pada layar OTDR mengalami penurunan disebabkan terjadinya loss pada
pengiriman data dan grafik tersebut juga dapat menunnjukan letak kable yang harus
diperbaiki.
1. Halida Glass untuk Fiber Optik

Padatahun1975, peneliti dari Universite de Rennes menyelidiki mengenai fluoride glasses yang
memiliki loss transmisi rendah pada panjang gelombang infrared (0,2 – 8 μm dengan loss terendah
pada 2,55 μm). Fluoride glasses termasuk ke dalam golongan gelas halida dimana material anion nya
adalah elemen dari golongan VIIA dari tabel periodik unsur (F, Cl, Br, I). Material yang diteliti itu
adalah heavy metal fluoride glass yang menggunakan ZrF4 sebagai komponen utamanya. Selain ZrF4
ada komponen lainnya yang dapat digunakan untuk membuat Halide Glass Fiber yaitu BaF2, LaF3,
AlF3, NaF yang semua material itu diistilah kandengan ZBLAN (ZrF4, BaF2, LaF3, AlF3, NaF). Material
ZBLAN tersebut membentuk bagian core dari fiber, sedangkan untuk mendapatkan indek bias yang
lebih rendah salah satu bagian dari ZrF4 diganti dengan HaF4 sehingga menjadi ZHBLAN yang
digunakansebagai cladding (kulit)

Keuntungannya, memiliki redaman yang rendah 0,01 – 0,001 dB/km. Kerugiannya, dalam
fabrikasi sulit untuk dibuat panjang karena:

1. Material harus sangat murni untuk bisa mendapatkan low loss level
2. Fluoride glass sangat mudah mengalami devitrification yang bisa menyebabkan efek
scattering losses

2. Keuntungan Fiber OptikPlastik&Silika

Jenis fiber optik bervariasi dari high loss glass fiber dengan radius core yang lebar untuk
komunikasi dengan jarak yang pendek sampai very transparant (low loss) fiber yang digunakan
untuk komunikasi dengan jarak yang lebih jauh (long haul communication)
Fiber yang terbuat dari bahan plastik jarang digunakan karena redaman-nya yang lebih besar
dibandingkan glass fiber (Silica). Kegunaan fiber plastik ini biasanya untuk aplikasi komunikasi
dengan jarak yang pendek (ratusan meter) dan pada kondisi lingkungan yang ekstrim dimana fiber
plastik lebih memiliki keuntungan dalam hal kekuatan mekanik (mechanical strength) daripada Silika

3. Microbending dan Macrobending

Microbending dalam fiber optik adalah kelengkungan yang terjadi pada skala yang sangat kecil
dapat menyebabkan loss walaupun kabel pada fiber optik terlihat lurus secara kasat mata.
Microbending juga mempengaruhi polarisasi dan dispersi pada mode.

Marcrobending dalam fiber optik adalah pelengkungan atau pembengkokan yang terjadi dan
kasat mata atau dalam ukuran makro, dimana pembengkokan kabel fiber
optikinijugadapatmenyebabkan loss.

Adapun gambar dari Microbending dan Macrobending untuk memperjelas deskripsi diatas
adalah sebagai berikut:

Micro bending

Macro bending
RESUME JURNAL.

1. RA’AN SHALIHAN (2410100097)

RESUME JURNAL ANALISA PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN TRANSMISI


JARINGAN SERAT OPTIK TELKOMSEL REGIONAL JAWA TENGAH

Serat optik sebagai media transmisi mampu meningkatkan pelayanan sistem komunikasi
data, suara, dan video seperti peningkatan jumlah kanal yang tersedia, tersedianya bandwidth
yang besar, kemampuan mengirim data dengan kecepatan yang tinggi, terjaminnya kerahasiaan
data yang dikirimkan, dan tidak terganggu oleh pengaruh gelombang elektromagnetik, petir dan
cuaca. Akan tetapi pada saat serat optik dipilih sebagai media transmisi, maka perlu dilakukan
suatau perhitungan dan analisi power link budget dan rise time budget sebelum serat optik
digunakan dalam sebuah jaringan telekomunikasi agar suatu sistem komunikasi optik dapat
berjalan dengan lancar dan baik, seperti adanya rugi-rugi transmisi (loss) pada kabel serat optik
yang dapat menurunkan kualitas transmisi.

Gambar 1 : Struktur Fiber Optik


Secara umum struktur serat optik terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Inti (Core)
Core atau inti serat, merupakan bagian paling utama dari serat optik, karena pada bagian
ini informasi yang berupa pulsa cahaya ditransmisikan.
2. Bungkus (Cladding)
Cladding merupakan pelapis core, dan mempunyai bahan dasar yang sama dengan core
tetapi mempunyai indeks bias yang lebih kecil daripada core.
3. Jaket (Coating)
Coating berfungsi sebagai pelindung core dan cladding dari tekanan fisik.
Prinsip kerja dari serat optic ini adalah sinyal awal/source yang berbentuk sinyal listrik ini
pada transmitter diubah oleh transducer elektrooptik (Dioda/Laser Dioda) menjadi gelombang
cahaya yang kemudian ditransmisikan melalui kabel serat optic menuju penerima/receiver yang
terletak pada ujung lainnya dari serat optik, pada penerima/receiver sinyal optik ini diubah oleh
transducer Optoelektronik (Photo Dioda/Avalanche Photo Dioda) menjadi sinyal elektris
kembali. Dalam perjalanan sinyal optic dari transmitter menuju receiver akan terjadi redaman
cahaya di sepanjang kabel optik, sambungan-sambungan kabel dan konektor-konektor di
perangkatnya, oleh karena itu jika jarak transmisinya jauh maka diperlukan sebuah atau beberapa
repeater yang berfungsi untuk memperkuat gelombang cahaya yang telah mengalami redaman
sepanjang perjalanannya.
Ada beberapa komponen yang menjadi bahan pertimbangan dalam mendesain suatu
jaringan. Salah satunya adalah rugi-rugi transmisi serat optik (attenuation). Rugi-rugi transmisi
ini adalah salah satu karakterisktik yang penting dari serat optik. Rugi-rugi ini mengahasilkan
penurunan dari cahaya dan juga penurunan bandwidth dari sistem, transmisi informasi yang
dibawa, efisien, dan kapasitas sistem secara keseluruhan. Rugi-rugi serat optik meliputi : Rugi-
rugi Absorpsi, Rugi-rugi Pada Inti dan Cladding, dan Rugi-rugi Konektor dan Splice Power link
bugdet merupakan perhitungan daya yang dilakukan pada suatu sistem transmisi yang didasarkan
pada karakteristik saluran redaman serat optik, sumber optik dan sensitivitas
detektor.Perhitungan daya penerima diformulasikan dengan persamaan :

Perhitungan Power Link Budger


Rise time budget merupakan metoda untuk menentukan batasan dispersi pada saluran
transmisi, tujuannya adalah untuk menganalisis kerja sistem secara keseluruhan dan memenuhi
kapasitas kanal yang diinginkan. Rise time budget sistem secara keseluruhan diberikan dengan
persamaan sebagai berikut:

Dengan:
ttx = Rise time sumber optik(ps)
trx = Rise time detectoroptik (ps)
tf = Rise time fiber (ps)
D = Koefisiensi dispersi (ps/nm.km)
σλ = Lebar spektral (nm)
L = Jarak (km)
Nilai Rise Time Budget sistem untuk line coding berbeda dapat dirumuskan sebagai
berikut :

Dimana BR merupakan bit rate sistem


Sebagai acuan data teknis yang digunakan dalam sistem transmisi jaringan serat optik Link
Bawen – Payaman dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1 : Tabel Data Parameter Link Bawean-Payaman


Perhitungan Power Link Budget dan Rise Time Budget
Pada perhitungan ini, sejumlah data diambil dari ketentuan dan data teknis yang ada, dimana
dapat dilihat satu contoh perhitungan Link Bawen – Ambarawa.

Tabel 2 : Spesifikasi Link Bawen-Ambarawa (λ) = 1310 nm

Perhitungan Power Link Budget

Perhitungan Rise Time Budget

Maka nilai rise time sistem sebagai berikut :

Dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa nilai ini berada di bawah ketentuan KPI yaitu ≤
70 ps.

Perhitungan Power Link Budget dan Rise Time Budget Berdasarkan hasil
pengukuran OTDR

Hasil pengamatan melalui OTDR kemudian dipakai untuk melakukan perhitungan power
link budget dan rise time budget. Sebagai satu contoh, berikut dilakukan pengolahan hasil
pengukurna untuk link Bawen – Ambarawa menggunakan Panjang gelombang (λ) = 1310 nm
Gambar 2 : Tampilan hasil perngukuran OTDR Link Bawen-Ambarawa

Perhitungan Power Link Budget

Dengan cara yang sama dapat dihitung pula power link budget pada link yang lainnya.
Perhitungan Rise Time Budget

Maka nilai rise time sistem sebagai berikut :

Dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa nilai ini berada di bawah ketentuan KPI yaitu ≤
70 ps. Dengan cara yang sama dapat dihitung pula rise time budget pada link yang lainnya.

Analisis Nilai Redaman


Analisa redaman sangat diperlukan untuk mengetahui kelayakan jalur instalasi jaringan serat
optik link Bawen-Payaman. Penjelasan lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3 : Nilai redaman hasil perhitungan dan pengukuran

Redaman kabel hasil perhitungan nilanya berbeda dengan redaman kabel hasil
pengukuraan OTDR. Bila dilihat pada seluruh link Bawen-Payaman dengan panjang
gelombang (λ=1310 nm) semua nilai redaman kabel hasil pengukuran OTDR nilainya lebih
besar dibandingkan hasil perhitungan, hal ini disebabkan karena untuk perhitungan kabel
diasumsikan baru (kondisi ideal), sedangkan pada saat pengukuran dilakukan terhadap kabel
yang memang sudah digelar di lapangan, jadi sudah terpengaruh oleh berbagai kondisi
lingkungan yang menyebabkan redamannya bertambah. Sedangkan untuk redaman
sambungan (splice) dengan panjang gelombang (λ=1550 nm) untuk link Bawen-Ambarawa dan
Ambarawa-Coffe Eva nilai hasil pengukuran lebih besar dibandingkan dengan nilai hasil
perhitungan, hal ini disebabkan oleh tidak sempurnanya pada saat penyambungan kabel
(splicing).

Analisis Power Link Budget


Dengan menghitung Power LinkBudget, maka akan dapat diketahui kelayakan performansi
Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO). Di bawah ini adalah tabel daya terima (P r) hasil
perhitungan dan pengukuran berdasarkan OTDR untuk panjang gelombang 1310 nm dan 1550
nm :

Tabel 4 : Nilai daya terima hasil perhitungan dan pengukuran


Daya terima hasil pengukuran OTDR berbeda nilainya dengan nilai hasil perhitungan
berdasarkan data spesifikasi Telkomsel.Hal ini disebabkan karena pada daya terima hasil
pengukuran memiliki nilai redaman yang besar baik dari redaman kabel maupun redaman
sambungan. Akan tetapi nilai total keseluruhan hasil power link budget berdasarkan
pengukuran nilainya masih dibawah standar KPI (Key Performance Indicator) Telkomsel
sebesar – 4 dBm, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran nilainya masih memenuhi
ketentuan dari Telkomsel.

Analisis Rise Time Budget


Evaluasi terhadap parameter ini diperlukan karena dalam Sistem Komunikasi Serat
Optik (SKSO) terdapat dispersi yang harus diperhatikan agar informasi dalam jaringan serat
optik tetap terjamin dan system dapat melewatkan bit rate yang ditransmisikan. Dengan
perhitungan rise time budget dapat ditentukan batasan dispersi maksimum suatu jaringan
transmisi dan dapat diketahui kemungkinan terjadinya degradasi (penurunan) sinyal digital
sepanjang jaringan transmisi yang disebabkan oleh komponen yang digunakan.

Tabel 5 : Rise time budget hasil perhitungan dan pengukuran λ=1310 nm dan 1550 nm

Hasil rise time budget pengukuran OTDR disemua link apabila dibandingkan dengan
hasil perhitungan berdasarkan data spesifikasi Telkomsel, memiliki perbedaan selisih yang
sangat kecil. Dari hasil perhitungan dan pengukuran OTDR didapat bahwa semua link
memenuhi syarat tsist ≤ 70 ps artinya adalah dispersi yang ada pada sistem tersebut masih dalam
batas normal yang berarti tidak menggangu kinerja sistem.
Perancangan Coupling Antara Solar Collector - Serat Optik Untuk Sistem
Pencahayaan Alami

Nur Ika Puji Ayu (2411100017)


Oleh : Bantara Bayu Permana Putra

Energi matahari dapat digunakan sebagai sumber energi listrik dengan menggunakan
solar cell dan dapat pula digunakan sebagai sumber pencahayaan ruangan yaitu dengan fiber
optic day lighting system yang sudah mulai banyak berkembang. Penelitian-penelitian itu
meliputi model kolektor mulai dari jenis parabola, cermin datar, limas segi empat dan kerucut.
Untuk mendapatkan output atau intensitas pada serat optik yang tinggi perlu dilakukan analisa
pada setiap sistem solar lighting itu sendiri.
Pada perancangan kolektor menggunakan perbandingan f dn d maka akan diperoleh sudut
θ atau sudut yang dibentuk oleh sinar matahari di titik fokus

Gambar 1. Mekanisme pengumpulan sinar pada kolektor

Adapun spesifikasi dari serat optik yang digunakan adalah sebagai berikut :
Jenis : Solid core end glow cable
Bahan core : Polymethil Methacrylate Resin (PMMA)
Bahan cladding : Fluorinated Polymer
Bahan jacket : black PVC
Indeks bias core : 1,49
Diameter core : 6 mm
Sudut penerimaan : 60°
Loss : 0,3 dB/m
Penyesuaian spesifikasi serat optik yaitu besar numerical aperture. Penyesuaian
numerical aperture dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut
NA =n sinθ
dimana :
NA = Numerical Aperture
n = Indeks bias udara
θ = Sudut penerimaan
Langkah pertama yang dilakukan adalah mendapatkan besar intensitas dititik fokus
dengan menggunakan persamaan dibawah ini
dB I
loss( )
m
=10 log ¿
I out
dimana :
loss (dB/m) = besar nilai loss pada serat optik
Iin = Intensitas masukan
Iout = Intensitas keluaran= 153 lux

Kemudian mencari besar sudut dengan menggunakan NA sebesar 0.866, 0.766, 0.6428, 0.5,
0.342, dan 0.1736 dengan panjang fokus 46 cm. Setelah nilai aperture diperoleh dilakukan
perhitungan untuk memperoleh intensitas pada masing – masing NA

dx I x dimana :
= dx = Aperture surface x
do I o
do = Aperture surface awal
Ix = Intensitas x
Io = Intensitas awal

Gambar 2. Variasi Sudut pada nilai apareture

Kemudian dilakukan perhitungan kembali agar mendapatkan intensitas di titik fokus pada
setiap sudutnya.

f x I xn fo = Panjang fokus surface awal


= Ixn = Intensitas xn
f o Io
Io = Intensitas awal

dimana :
fx = Panjang fokus surface x
ANALISA DATA

Dari percobaan diperoleh data grafik sebagai berikut.

Gambar 3 . Perbandingan intensitas terhadap sudut pada titik fokus

Semakin kecil sudut yang dibentuk maka intensitas yang dapat masuk semakin kecil pula. Dalam
gambar diatas terlihat polanya dari kanan ke kiri besar intensitas semakin kecil.

Gambar 4. grafik intensitas terhadap panjang focus

Dapat disimpulkan bahwa aperture sebanding dengan intensitas dan sudut. Kemudian dilakukan
persentase antara besar intensitas di titik fokus dengan intensitas yang pada keluaran serat optik
Tabel 4. Persentase Coupling antara Intensitas di Titik Fokus denngan
Intensitas Keluaran Serat Optik.
Dalam perhitungan cahaya seharusnya dapat ditransmisikan secara maksimal. Namun hal
tersebut terjadi akibat pada pembuatan parabola yang kurang tepat atau simetris. Hal ini dapat
dilihat pada perhitungan dengan menggunakan software OSLO spot size kurang dari diameter
core yaitu sebesar 4,13 x 10-3 mm sedangkan dalam eksperimen lebih besar dari diameter core

Kesimpulan yang didapat dari penelitian yang telah dilakukan adalah:


a. Telah dilakukan perancangan sistem pencahayaan alami dengan serat optik dengan
menggunakan 1 kolektor parabola dan 1 serat optik jenis end glow sepanjang 50 m.
b. Dari hasil perhitungan dapat diperoleh kolektor parabola dengan panjang fokus 1,51 m
dan aperture radius atau diameter 1,30 m yang dapat memenuhi kriteria SNI yaitu
intensitas keluaran serat optik sebesar 500 lux.
c. Pada percobaan diperoleh persentase coupling rata – rat 0,2% sehingga sistem coupling
cahaya tidak dapat berfungsi secara penuh. Hal ini diakibatkan oleh bentuk parabola yang
kurang simetris sehingga diameter spot size berkas lebih besar daripada diameter core.
RESUME PAPER SERAT OPTIK UNTUK TELEKOMUNIKASI
GWYN WALESA (2411100128)

Dalam paper yang berjudul, ANALISA DAN PENENTUAN REDAMAN KABEL


SERAT OPTIK YANG DIGUNAKAN DALAM SISTEM TELEKOMUNIKASI PADA PT.
CHEVRON PACIFIC INDONESIA dipaparkan bahwa paper ini merupakan penelitian mengenai
serat optik untuk bidang telekomunikasi.Dalam paper ini telah dilakukan analisa dan penentuan
redaman kabel serat optik yang digunakan dalam sistem telekomunikasi pada PT.
Chevron Pacific Indonesia. Serat optik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sear optik
Single Mode Step Indeks tipe G.652. Dalam pengaplikasian serat optic, transmisi cahaya di
dalam serat optik mengalami redaman yang secara fisik disebabkan oleh absorbsi, hal ini
disebabkan oleh kerusakan pada penyambunganserta kerusakan fisik lainnya. Pengujian jaringan
dilakukan pada panjang gelombang λ=1310 nm dan λ=1550 nm pada 6 jalur.
Metode yang digunakan adalah link budget yaitu untuk mengetahui kinerja dari sistem
komunikasi kabel serat optik akibat dari redaman yang terjadi di sepanjang kabel. Dari
hasil pengukuran menggunakan alat OTDR M200 didapatkan bahwa redaman tertinggi berada
pada jalur
IT Tower ke kantor
Hasil dari pengukuran yang didapatkan adalah ACME pada jarak 1,2 Km jatuh pada
core 1 dengan panjang gelombang λ=1550 nm, memiliki nilai redaman total 11,5 dB.
Redamantersebut diakibatkan oleh ketidak murnian bahan penyusun serat optik ketika
prosespenyambungan (splice). Pada jalur Rangau ke Pematang MS terdapat 10 core yang
putus dari 18 core yang tersedia. Sedangkan untuk jalur lainnya dalam keadaan normal
yaitu berada dibawah standar ITU (International Telecomunication Union) no. T-REC-G.651-
199802-I yaitu 0.35 dB/km pada panjang gelombang λ=1310 nm dan 0,25 dB/Km pada
panjang gelombang λ=1550 nm yang mengindikasikan seluruh jalur yang telah dibangun
memiliki kinerja yang baik dan dalam keadaan normal sehingga dapat digunakan untuk
beroperasi.
Dari hasil perhitungan tersebut, analisa redaman di sepanjang kabel serat optik
dibandingkan dengan hasil redaman dari alat ukur. Dari hasil perbandingan tersebut
diperoleh, hasil dari pengukuran di lapangan lebih kecil dari pada hasil perhitungan secara
teoritis, hal ini menunjukkan bahwa instalansi jaringan serat optik di PT. Chevron distrik
Duri dalam keadaan normal. Pada jalur IT Tower Duri link ke Technology Support Labolatory
layak untuk dioperasikan. Pada tabel 2 didapatkan hasil nilai redaman terbesar di sepanjang
kabel serat optik sebesar 0,5 dB pada panjang gelombang 1550 nm dengan jarak 0,689 Km,
besarnya loss ini disebabkan oleh alat ukur dan ketidakmurnian serat optik yang
digunakan. Pada jalur IT Tower Duri link ke ACME Office Pokok Jengkol didapatkan hasil
pengukuran redaman tertinggi terdapat pada core 1 pada panjang gelombang 1550 nm sebesar
11,5 dB pada jarak 1.207 Km, sedangkan pada core yang sama pada panjang gelombang 1310
nm menunjukkan keadaan yang normal hal ini disebabkan oleh Absorbsi sehingga pada
panjang gelombang 1550 nm terjadi penyerapan yang besar, kemudian dilanjutkan pada core
2 sebesar 0,5 dB disebabkan oleh sambungan, core 15 sebesar 1,2 dB dengan jarak 1.207 Km
pada panjang gelombang 1550 nm disebabkan oleh absorbsi. Pada core 15 untuk panjang
Gelombang 1310 nm sebesar 0,5 dB disebabkan oleh Konektor dan alat ukur OTDR.
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SUMBER DAN DETEKTOR CAHAYA UNTUK
EKSTENSOMETER SERAT OPTIK
AGIL DISWANTORO (2411100097)

Tomi Budi Waluyo, Dwi Bayuwati, Bambang Widiyatmoko


Bidang Instrumentasi Fisis dan Optoelektronika,
Pusat Penelitian Fisika – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Pada makalah ini menjelaskan tentag pembuatan sumber cahaya menggunakan diode
laser yang distabilkan menggunakan teknik APC (Automatic Power Control), dan detektor
cahaya yang merupakan paduan suatu diodefoto PIN dan penguat operasional derau rendah
jenis CA-251F4 untuk digunakan pada sistem ekstensometer serat optik. Syarat utama bagi
ekstensometer serat optik yang berbasis perubahan intensitas cahaya adalah tersedianya
sumber cahaya dan detektor cahaya yang andal. Intensitas cahaya yang dipancarkan oleh
sumber cahaya harus tetap nilainya (jika mengalami perubahan harus dalam batas toleransi
penggunaan). Detektor yang digunakan harus peka terhadap perubahan intensitas cahaya dan
mempunyai taraf derau yang rendah. Adapun untuk karakterisasinya digunakan Picoscope 3224
yang berfungsi sebagai data logger. Sumber dan detektor cahaya yang dibuat ini dapat
digunakan pada sistem ekstensometer optis untuk mengukur pergeseran tanah dengan tingkat
ketelitian 0.2 mm. Yang menjadi syarat utama bagi sumber cahaya yang akan digunakan pada
sistem sensor serat optik berbasis perubahan intensitas cahaya adalah kestabilan intensitas
cahaya yang dipancarkannya. Perubahan intensitas cahaya yang diterima oleh detektor adalah
akibat besaran fisis yang dideteksi oleh sensor. Detektor cahaya yang digunakan harus peka
terhadap setiap perubahan intensitas cahaya yang terjadi dan mempunyai taraf derau yang
rendah. Pada umumnya sistem sensor serat optik berbasis perubahan intensitas cahaya
menggunakan minimal dua detektor cahaya. Satu detektor digunakan untuk mengukur
perubahan intensitas cahaya akibat besaran fisis yang dirasakan oleh sensor, sedangkan
detektor lainnya digunakan untuk memonitor apakah terjadi perubahan intensitas pada sumber
cahayanya. Telah dibuat sumber cahaya diode laser terstabilkan menggunakan modul Thorlabs
LD2000APC dan detektor cahaya menggunakan penguat operasional derau rendah CA-251F4
dengan waktu warming up untuk mencapai kestabilan sekitar 100 menit yang memadai untuk
digunakan sebagai ekstensometer optis dengan tingkat ketelitian 0.2 mm (sebagai
perbandingan, tingkat ketelitian ekstensometer elektronik komersial ada yang nilainya berkisar
antara 0.25 – 1.0 mm). Tingkat ketelitian yang hanya sebesar 0.2 mm ini dikarenakan
pengukuran perubahan intensitas cahaya akibat rugi lengkungan yang dilakukan pada
karakterisasi ini merupakan pengukuran di yang didominasi oleh derau 1/f (1/f noise).
PERANCANGAN JARINGAN SISTEM KOMUNIKASI FIBER OPTIK UNTUK
APLIKASI DIGITAL BILLBOARD DI KOTA CIMAHI

Winona Andnindyara (2412100045)

Jurnal oleh:
1. Moch Yana H.
2. Akhmad Hambali, Ir MT
3. Ida Wahidah, ST, MT

Konsep Dasar
Sistem transmisi serat optik memilki tiga komponen, yaitu sumber cahaya, media transmisi dan
fotodetektor. Dengan memasang sumber cahaya di salah satu ujung serat optik dan sebuah
fotodetektor di ujung yang lainnya maka akan diperoleh sistem tranmisi, seperti yang terlihat
pada gambar.

Gambar 2.1 Konfigurasi Sistem Komunikasi Optik

Media optik sebagai media transmisi memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan kabel
tembaga maupun gelombang radio. Media serat optik memiliki bandwidth yang lebih lebar
dibandingkan dengan kabel tembaga, sehingga memiliki bit rate yang lebih tinggi. Serat optik
memiliki redaman yang rendah dibandingkan dengan redaman pada kabel tembaga, sekalipun
pada frekuensi tinggi.

Tujuan dari sebuah sistem komunikasi adalah mengirimkan sinyal pesan dari sebuah sumber
informasi dalam bentuk yang telah dikenal oleh user. Untuk melakukannya, transmitter
memodifikasi sinyal pesan ke dalam bentuk yang cocok sesuai dengan kanal yang dilaluinya
yaitu sinyal pembawa (sinyal carrier). Proses ini pada akhirnya kita sebut sebagai modulasi.
Receiver kemudian mengembalikan sinyal pesan yang sudah ditransmisikan melalui kanal
menjadi sinyal pesan seperti bentuk yang semula.

Proses yang terjadi pada receiver ini disebut dengan demodulasi. Kanal transmisi merupakan
medium yang melewatkan informasi dari transmitter ke receiver. Sistem komunikasi optik secara
konsep sama dengan sistem komunikasi jenis lain pada umumnya, namun yang membedakannya
adalah pada sistem komunikasi optik, sinyal informasi dibawa oleh cahaya.

Karakteristik Serat Optik


Performansi sistem komunikasi serat optik dipengaruhi oleh parameter redaman yang
menentukan jarak tempuh sinyal optik yang dapat ditransmisikan dan dispersi yang menentukan
besarnya laju data.

Redaman
Dalam merancang sistem transmisi serat optik, redaman mempunyai peranan yang sangat
penting. Redaman menentukan jarak trasmisi maksimum antara transmitter dan receiver, dan
juga menentukan banyaknya repeater dan margin daya yang diperlukan dalam sebuah link.
Redaman sinyal dalam serat optik dinyatakan dalam decibel.

Power Link Budget


Power Budget adalah perhitungan daya yang dilakukan pada suatu sistem transmisi yang
didasarkan pada karakteristik saluran(redaman), sumber optik dan sensitivitas fotodetektor.
Perhitungan daya sinyal diformulasikan dengan persamaan: Ptx – Prx = Ms + αtotal

Daya diterima detektor :


PR = PS – AT
AT = 2 αc + n αsp + αf L + MS
PS : daya optik dipancarkan dari sumber ujung fiber [dBm]
PR : daya diterima detektor [dBm]
AT : redaman total [dB]
αc : loss konektor [dB/bh]
αsp : loss splice [dB/bh]
αf : konstanta redaman fiber [dB/Km]
L : panjang link [Km]
MS : margin sistem [dB]

Rise Time Budget bertujuan untuk menganalisis kemampuan komponen sistem yang menjamin
bahwa sistem yang didesain dapat melayani bit rate transmisi yang ditrasmisikan, maka
dilakukan perhitungan rise time budget ini. Dalam persamaan berikut ini dituliskan perhitungan
untuk rise time budget sistem yang didesain,
Untuk menentukan pembatasan dispersi link fiber optik.
Rise time sistem keseluruhan : Ttotal =
Ttotal : Rise time sistem keseluruhan
ti : rise time kontributor
ttx : rise time sumber optik/pemancar
tmat : rise time dispersi material fiber

tmod : rise time dispersi modus fiber


twg : rise time dispersi pandu gelombang
trx : rise time detektor optik/penerima
Rise time dispersi = pelebaran pulsa karena dispersi σ
Ttotal =
Ttotal = rise time total sistem (ns)
perancangan jaringan dan parameter input optik

Digital Billboard PT Lintas Mediatama

Gambar 3.8 Jaringan yang akan diimplementasikan


OUTPUT DAN ANALISIS HASIL PERANCANGAN
Rise Time Budget (Kalkulasi Waktu Bangkit)
Rise time budget diperlukan untuk tujuan menganalisis kemampuan komponen sistem yang
dirancang dapat menjamin bahwa sistem yang didesain dapat mentransmisikan bit rate yang
dirancang, rise time budget pada Multimode Graded Index ini sangat perlu dilakukan karena
adanya keterbatasan akibat pengaruh dispersi pada saluran transmisi optik.

Perhitungan Rise Time Budget ini akan dilakukan antar 2 node point to point. Diambil sampel
titik terdekat. Nilai Rise Time Budget akan dipengaruhi 5 faktor yaitu: Ttransmitter, Tmaterial,
Treceiver, Tmodus, dan Tpandu gelombang sehingga Ttotal akan didapatkan.

Ttransmitter sesuai dengan Ttransmitter pada LED yang direkomendasikan oleh PT TELKOM
sebesar 2 ns sampai dengan 10 ns. Asumsi diambil nilai 2 ns karena semakin kecil waktu bangkit
akan berpengaruh pada Bit Error Rate yang semakin handal dan juga bit rate yang bisa
dilewatkan akan semakin besar.

Tmaterial ditentukan oleh tiga komponen yaitu; Lebar spektral, Dispersi kromatik material, dan
Panjang Link.. Tmaterial = σλ x Dm x L = 50 nm x 120 ps/nm.km x 0.22 km = 1320 ps
Tmaterial= 1.32 ns.

3. Treceiver didapatkan dari photodetektor Si-Pin yang digunakan. Dari data sheet spesifikasi
perangkat didapatkan Treceiver sebesar 1 ns untuk operasi gelombang pada 850 nm.

4. Tmodus, bergantung pada 3 faktor yaitu: Modal distortion bandwidth (Bo) yaitu Bandwidth
pada panjang kabel 1 km, faktor q, dan panjang link. Tmodus yang memberikan kontribusi
paling besar dalam Ttotal. Nilai konstanta q dari standarisasi ITU-T dan yang digunakan
TELKOM berada dalam range interval 0<q<1. Secara umum digunakan nilai q sebesar 0.7.
panjang lintasan dari Server BITC menuju

pintu BAROS 1 sebesar 220 meter atau 0.22 km. Sesuai dengan formula Tmodus = (440 x ) km/
Bo MHz.Km.
Tmodus =(440 x (0.22)^0.7 Km / 2500 Mhz.Km) = 0.060982966 μs = 60.982966 ns. Tmodus
yang sangat berkontribusi paling besar dalam nilai akhir Ttotal dibandingkan dengan nilai rise
time yang lain, oleh karenanya itu pembahasan rise time Tmodus relatif lebih panjang.

Power Link Budget


Power Link Budget adalah besarnya daya yang diperlukan untuk dapat mentransmisikan data
atau informasi dari satu titik ke titik lainnya, dimana selama proses transmisi akan terjadi
redaman. Tujuan dari Power Link Budget agar dapat mengestimasi besar daya yang dikirimkan
akan lebih besar dari redaman dan sampai di penerima akan lebih besar atau sama dengan
sensitivitas penerima.
Perhitungan Power Link Budget ini akan dilakukan antar 2 node point to point. Dalam analisis
pembahasan Power Link Budget perhitungan untuk titik terdekat.
 Titik Terdekat adalah Server BITC ke Pintu masuk atau keluar TOL BAROS 1
 Power output LED : -20 dBm (Sesuai Spesifikasi Perangkat Pabrikan).

 Sensitivitas penerima : -63 dBm (didapat dari Bit Rate terkecil pada Rise Time Budget,
sensitivitas minimum, tabel hubungan bit rate dengan sensitivitas).

 Fiber Loss : 2.6 dB/km (Spesifikasi Perangkat).

 Konektor : 0.5 dB (Spesifikasi Perangkat).

 Splicing Loss : 0.5 dB jika ada (TELKOM 2-4 km/haspel).

 Margin System : 6 dB (Teks book).

 Panjang Link : 220 m = 0.22 km (Server BITC-Pintu Tol Baros 1).

Untuk lebih memudahkan proses perhitungan manual yang relatif panjang, tahapannya adalah;
1. Proses yang pertama kali dilakukan adalah mendapatkan nilai power link budget atau dengan
istilah lain namanya required margin. Power link budget ini didapatkan dengan cara melakukan
pengurangan power output LED terhadap sensitivitas penerima. Power link budget = -20 dBm-
(-63 dBm) = -20 dBm + 63 dBm = 43 dB.

2. Kedua adalah melakukan perhitungan terhadap semua komponen system loss yang terdiri
dari : Fiber loss, dari standarisasi pabrikan didapakan nilai fiber loss = 2.6 dB/km. Panjang link
dari server BITC menuju Pintu Tol Baros 1 sebesar 220 m atau kalau dikonversi dalam kilometer
sebesar 0.22 km, hal ini diperlukan karena fiber loss merupakan fungsi redaman 2.6 dB dalam 1
km atau eqivalen dengan 1 km terjadi redaman 2.6 dB. dengan demikian dengan cara mengalikan
komponen redaman fiber loss dengan panjang link, total fiber loss akan didapatkan. Nilainya
sebesar = 2.6 dB/km x 0.22 km = 0.572 dB.

Konektor, dalam hal ini dari Link Server BITC menuju Pintu Tol BAROS 1 akan
dibutuhkan 4 konektor. Satu konektor pada output LED yang merupakan komponen berjenis ST,
maka semua perangkat konektor akan disesuaikan dengan sumber LED optik yang digunakan
dan serat optik Multimode Graded Index. Konektor kedua pada optical switch yang
menghubungkan langsung dengan sumber LED. Konektor ketiga merupakan output dari optical
switch menuju receiver di pintu tol BAROS Terakhir konektor keempat ada pada perangkat
penerima receiver di Pintu Tol BAROS 1. Dari keempat konektor tersebut akan berkontribusi
memberikan redaman pada system transmisi. Masing –masing konektor ST sesuai dengan data
sheet yang didapat bernilai 0.5 dB. Jadi total redaman konektor = 4 x 0.5 dB = 2 dB.

o Splicing atau sambungan antar fiber optik yang diperlukan jikalau satu gulungan optik sudah
habis. Satu gulungan atau dengan nama yang familiar pada fiber optik adalah haspel. Dari
standarisasi Telkom, 1 haspel rata-rata sepanjang 2-4 km. dengan mengacu pada standarisasi
ITU-T yang terbaru maka asumsi diambil 2 km/haspel.

o Margin System yang lebih dikenal dengan safety margin sesuai dengan teks book teoritis
digunakan sebesar interval range 6-8 dB. Margin system yang digunakan diambil yang minimum
yaitu 6 dB dengan asumsi yang paling kecil berkontribusi untuk penambahan redaman pada total
sytem loss.

Total sytem loss= Fiber Loss + Konektor + Splicing + Margin System

Total Sytem loss= 0.572 dB + 2 dB + 0 dB + 6 dB = 8.572 dB.

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari perancangan jaringan sistem komunikasi fiber optik untuk
aplikasi digital billboard di Kota Cimahi ini diantaranya adalah:
1. Topologi kombinasi Star-Bus yang merupakan output algoritma prim.
2. Perangkat; Sumber LED, Konektor ST,diameter core/cladding 62.5/125μm,Optical switch 5
port,Satu FTP server, 12 client PC dan digital billboard,penerima Si.
3. Rise Time Budget.titik terdekat 11.1 Mbps Line coding NRZ,syarat Ttotal<=Tsystem
terpenuhi.
Ttotal = 62.71497248 ns dan Tsys = 63.06306306 ns.
4. Power Link Budget,power margin 34.428 dB>0 dB,Pin Receiver -28.572 dBm, dua syarat
terpenuhi, redaman bertambah dengan banyaknya optical switch.
5. Bit Rate Digital Billboard 43.2 Mbps denganWaktu Transfer, 10 Mbyte, 9.059 s

Anda mungkin juga menyukai