Anda di halaman 1dari 3

KONDISI KESEHATAN ANAK SAAT MASA PANDEMI COVID-19

(ADAPTASI KEBIASAAN BARU)

Paper ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Anak I

Disusun oleh :

1. Enka Mutiara Diraeni 0432950319013


2. Fira Alsyafirani 0432950319044
3. Mawadahtussobah 0432950319008
4. Siti Nurandini Aulia 0432950319007

Dosen pengampu : Ns. Rika Harini, M.Kep., Sp.Kp.Ank

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH

BEKASI

2020
Ketika kasus COVID-19 menunjukkan tren penurunan dalam beberapa waktu,
masyarakat dapat beraktivitas dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat,
antara lain menggunakan masker, sering mencuci tangan dengan sabun, menggunakan hand
sanitizer, menjaga jarak aman fisik, mengecek suhu tubuh, dan menutup mulut dan hidung
saat batuk dan bersin. Hal ini untuk menghindari terjadinya gelombang kedua dan
gelombang-gelombang selanjutnya yang lebih berbahaya, mematikan, dan melumpuhkan
sistem pelayanan kesehatan nasional. Walaupun pengurangan PSBB (pembatasan sosial
berskala besar) akan diberlakukan, tidak menutup kemungkinan PSBB akan diberlakukan
kembali jika terjadi peningkatan kasus dalam rentang waktu hingga tahun 2020 saat vaksin
dan terapi definitif COVID-19 diterapkan secara massal.

Pandemi COVID-19 telah berdampak pada sebagian besar aktivitas masyarakat


termasuk pada kelompok kecil yaitu keluarga dan anak. Perubahan pada aktivitas sehari-hari
bagi anak tidak hanya berdampak pada aspek fisik mereka saja, namun juga pada aspek
kesehatan jiwa karena perubahan-perubahan tersebut terjadi dalam waktu yang cukup cepat.

Salah satu dampak dari pandemi pada anak adalah adanya pembatasan sosial yang
diterapkan oleh pemerintah untuk mencegah potensi penularan virus COVID-19. Pembatasan
sosial ini membuat muncul rasa takut yang berlebihan pada anak karena banyaknya informasi
yang mereka terima tentang pandemi ini. Selain itu, pembatasan sosial juga membuat anak
merasa bosan karena harus berdiam diri dirumah dan tidak bisa berinteraksi dengan teman-
temannya.

Kementrian kesehatan juga turut memaparkan data dari Wahana Visi Indonesia
tentang Studi Penilaian Cepat Dampak COVID-19 dan pengaruhnya terhadap anak. Data
trsebut menunjukkan bahwa terjadi ketidakmerataan akses terhadap fasilitas pendukung
untuk pembelajaran daring maupun luring yang dialami pada anak yang sudah masuk usia
sekolah. Sebanyak 68 persen anak dapat mengakses terhadap fasilitas pendukung selama
masa pembelajaran namun juga terdapat 32 persen anak bahkan tidak mendapatkan program
belajar dalam bentuk apapun.

Tidak dapat dipungkiri, pandemi ini juga dapat berdampak kepada aspek psikososial
dari anak dan remaja diantaranya adalah perasaan bosan karena harus tinggal dirumah,
khawatir tertinggal pelajaran, timbul perasaan tidak aman, merasa takut karena terkena
penyakit, merindukan teman-teman, dan khawatir tentang penghasilan orang tua. Dampak
paling membahayakan adalah sebanyak 62 persen anak mengalami kekerasan verbal oleh
orang tuanya selama berada dirumah. Contoh konkrit kekerasan pada anak secara emosional
adalah merendahkan kemampuan anak dalam belajar dan menerapkan pola mendisiplikan
anak yang tidak tepat seperti memberikan hukuman atau sanksi yang dianggap bagi sebagian
orang tua justru akan membangkitkan semangat pada anak. Pemerintah memiliki peran
penting dalam membantu masyarakat, orang tua, maupun anak untuk memahami apakah dia
terdampak secara psikologis. Gejala-gejala umum seperti menurunnya semangat untuk
menjalankan aktivitas, mudah marah, dan cepat kehilangan konsentrasi itu memang normal
namun tetap harus diperhatikan jika terjadi secara berkepanjangan.

Upaya pemerintah melalui Kementrian Kesehatan dalam menangani isu kesehatan


jiwa anak selama masa pandemi adalah dengan membuat regulasi yang menitikberatkan arah
dari setiap kebijakan pada terwujudnya masyarakat yang peduli pada kesehatan jiwa.
Terakhir menghimbau masyarakat untuk selalu tetap patuhi protokol kesehatan pada situasi
apapun, jaga kesehatan fisik dan jiwa untuk kelola stress, berobat dan konsultasi ke rumah
sakit jika mengalami gejala penyakit apapun.

Anda mungkin juga menyukai