J011201042 Dianita Khairunnis
J011201042 Dianita Khairunnis
Riski Karmila
Abstrak
Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan laut dan daratan. Pengembangan wilayah
pesisir seringkali mendapatkan tekanan dari berbagai aktivitas manusia dan fenomena yang
terjadi di darat maupun laut. Hal ini terilustrasi di berbagai wilayah pesisir dan laut di Indonesia.
Pantai Indonesia memiliki banyak sumber daya alam yang melimpah dan indah sehingga dapat
menjadi potensi yang sangat disayangkan jika tidak dilestarikan dan dimanfaatkan dengan bijak.
Karena ekosistem pantai memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, memungkinkan manusia
untuk memanfaatkan, mengeksploitasi dan membudidayakan sumber daya hayati yang ada
tersebut.Namun sangat disayangkan pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat
mengakibatkan Keindahan alam yang ada di wilayah pesisir dan laut di Indonesia saat ini
menjadi rusak dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat terhadap lingkungan di wilayah
pesisir dan laut. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji perilaku manusia yang dapat
mengakibatkan kerusakan lingkungan dan berdampak pada aspek sosial dan ekonomi
masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu dengan mencari berbagai
fakta dan informasi dari berbagai sumber bacaan terkait dengan dampak perilaku manusia
terhadap keruskan lingkungan di wilayah pesisir dan laut . Hasil penelitian dari berbagai sumber
menunjukkan bahwa perilaku manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
berdampak kepada rusaknya lingkungan di wilayah pesisir dan laut, juga didapatkan bahwa
kurangnya pengetahuan masyarakat dalam menjaga lingkungan serta diikuti rendahnya tingkat
pendidikan yang dapat menyebabkan kurangnya pemahaman penduduk setempat dalam menjaga
lingkungan.
Kata Kunci : Kerusakan lingkungan, pesisir, perilaku manusia
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah lautan meliputi hampir dua per
tiga bagian dari seluruh luas wilayah, yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai
terpanjang kedua di Dunia setelah Kanada. Panjang garis pantai yang dimiliki Indonesia
mencapai 54.716 km atau setara dengan 1.3 kali keliling bumi serta luas lautan sekitar 3,1 juta
1
km2. Hal inilah yang membuat Indonesia memiliki potensi sumberdaya pesisir dan lautan yang
sangat besar.
Wilayah pesisir di Indonesia yang sangat luas ini mempunyai potensi besar untuk
dimanfaatkan menjadi kota pariwisata, perdagangan, dan indsutri karena letaknya yang sangat
strategis dan sumber daya alam yang melimpah. Akan tetapi, karena banyaknya pencemaran dan
kerusakan lingkungan yang terjadi sehingga mengancam pengembangan potensi di kota pesisir
ini menjadi kurang optimal.
Berbagai masalah lingkungan berkaitan dengan pengetahuan, sikap, perilaku dan penilaian
manusia terhadap lingkungan. Hasil penelitian Harris (2006) tentang kondisi lingkungan di Cina
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan pengetahuan, gaya hidup, dan persepsi orang
terhadap seberapa berharganya lingkungan menentukan perilaku manusia terhadap lingkungan.
Lebih lanjut, kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang kebijakan kepesisiran,
tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, watak masyarakat, serta tekanan biaya hidup
menyebabkan masyarakat pesisir sering melakukan perusakan lingkungan pesisir (Primyastanto,
Dewi, & Susilo, 2010).
Hal yang dikemukakan diatas dapat kita lihat pada berbagai kerusakan lingkungan di wilayah
pesisir yang semakin meluas. Penyebab kerusakan lingkungan di wilayah pesisir tersebut lebih
didominasi oleh pencemaran minyak, sampah, dan lain-lain, abrasi pantai, kerusakan mangrove
dan terumbu karang . Dengan melihat penyebab kerusakan tersebut terlihat bahwa aktivitas
manusia yang menjadi penyebab utama dari kerusakan lingkungan di wilayah pesisir dan laut.
Jika dilihat dari dampak kerusakan tersebut secara tidak langsung sebagian besar akan
berdampak kembali kepada aktivitas manusia dan lingkungan, seperti rusaknya biota laut,
terancamnya pemukiman nelayan, terancamnya mata pencaharian nelayan, kerusakan lingkungan
yang cukup parah dan sebagainya. Disamping itu, kerusakan lingkungan ini juga dikhawatirkan
akan membuat sumber daya pesisir dan laut semakin terdegradasi dan aktivitas masyarakat
pesisir akan semakin terancam.
Rumusan masalah
1. Bagaimana kondisi kerusakan lingkungan di wilayah pesisir dan laut Indonesia?
2. Bagaimana perilaku manusia dapat berdampak pada kerusakan lingkungan di wilayah pesisir
dan laut?
3. Apa saja dampak perilaku manusia terhadap kerusakan lingkungan di wilayah pesisir dan laut
di Indonesia?
Metode penulisan
Metode penulisan yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah metode Studi pustaka yaitu
penelitian dengan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap
buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan
masalah yang dipecahkan.”(Nazir,1988: 111).
Studi Kepustakaan yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca
literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi obyek penelitian.
PEMBAHASAN
Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan laut dan daratan. Kondisi tersebut
menyebabkan wilayah pesisir mendapatkan tekanan dari berbagai aktivitas dan fenomena di
darat maupun di laut serta mudah terpengaruh dengan adanya buangan limbah dari darat.
Wilayah pesisir yang meliputi daratan dan perairan pesisir sangat penting artinya bagi bangsa
dan ekonomi Indonesia. Wilayah ini bukan hanya merupakan sumber pangan yang diusahakan
melalui kegiatan perikanan dan pertanian, tetapi merupakan pula lokasi bermacam sumber daya
alam, seperti mineral, gas dan minyak bumi serta pemandangan alam yang indah, yang dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia, perairan pesisir juga penting artinya sebagai alur
pelayaran.
Secara umum, aktivitas masyarakat pesisir meliputi aktivitas ekonomi berupa kegiatan
perikanan yang memanfaatkan lahan darat, lahan air, dan laut terbuka; kegiatan pariwisata dan
rekreasi yang memanfaatkan lahan darat, lahan air, dan objek di bawah air; kegiatan transportasi
laut yang memanfaatkan lahan darat dan alokasi ruang di laut untuk jalur pelayaran, kolam
pelabuhan dan lain-lain; kegiatan indutri yang memanfaatkan lahan darat; kegiatan
pertambangan yang memanfaatkan lahan darat dan laut; kegiatan pembangkit energi yang
menggunakan lahan darat dan laut; kegiatan industri maritim yang memanfaatkan lahan darat
dan laut, pemukiman yang memanfaatkan lahan darat untuk perumahan dan fasilitas pelayanan
umum; dan kegiatan pertanian dan kehutanan yang memanfaatkan lahan darat. Aktivitas
ekonomi yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
ketergantungannya terhadap kondisi lingkungan dan sumber daya alam yang ada di sekitarnya,
pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya alam, lembaga sosial aktivitas,
ekonomi pendidikan, kesehatan dan lain-lain (Bengen, 2002). Namun demikian, perlu
diperhatikan agar kegiatan yang beranekaragaman dapat berlangsung secara serasi, karena setiap
aktivitas dan perilaku manusia tentu berpengaruh terhadap lingkungan.
Kerusakan lingkungan di wilayah pantai/pesisir Indonesia sampai saat ini belum bisa
ditanggulangi dengan optimal. Bahkan yang terjadi saat ini, berbagai kerusakan lingkungan di
wilayah pesisir semakin meluas. Penyebab kerusakan lingkungan di wilayah pesisir tersebut
lebih didominasi oleh pencemaran minyak, sampah, dan lain-lain, abrasi pantai, kerusakan
mangrove dan terumbu karang. Dengan melihat penyebab kerusakan tersebut terlihat bahwa
aktivitas manusia lah yang menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan di wilayah pesisir dan
laut. Padahal kalau dilihat dari dampak kerusakan tersebut sebagai besar akan berdampak kepada
aktivitas manusia dan lingkungan, seperti rusaknya biota laut, terancamnya pemukiman nelayan,
terancamnya mata pencaharian nelayan dan sebagainya. Oleh sebab itu apabila hal ini tidak
secepatnya ditanggulangi dengan optimal maka dikhawatirkan sumber daya pesisir dan laut akan
semakin terdegradasi. Selain itu juga aktivitas masyarakat pesisir akan semakin terancam
Kerusakan ekosistem di wilayah pesisir dan laut harus dapat dicermati dan diperhatikan
secara mendalam. Karena dengan terjadinya kerusakan ekosistem di wilayah pesisir dan laut
selalu diikuti dengan permasalahan-permasalahan lingkungan. Kestabilan ekosistem pesisir, dan
laut merupakan suatu hal yang jarang diperhatikan oleh hampir semua masyarakat yang
berkecimpung di dalam pemanfaatan ekosistem pesisir tersebut. Sehingga kerusakan ekosistem
pesisir dan laut dianggap merupakan suatu hal yang wajar sebagai dampak yang akan muncul
akibat kegiatan pengelolaan. Banyak masyarakat yang cenderung enggan untuk memperbaiki
dan merehabilitasi ekosistem pantai yang dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Secara garis besar gejala kerusakan lingkungan yang mengancam kelestarian sumber
daya pesisir dan lautan di Indonesia yaitu : pencemaran, degradasi fisik habitat, over eksploitasi
sumber daya alam, abrasi pantai, konservasi kawasan lindung menjadi peruntukan pembangunan
lainnya dan bencana alam.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut, khususnya di
Indonesia yaitu pemanfaatan ganda, pemanfaatan tak seimbang, pengaruh kegiatan manusia, dan
pencemaran wilayah pesisir.
Ekploitasi Sumber Daya Alam Yang Berlebihan. Untuk mendapatkan hasil tangkapan
ikan yang berlimpah, banyak nelayan yang menggunakan bahan peledak dan alat tangkap yang
merusak sehingga menyebabkan kelangkaan / kerusakan habitat yang ada. Pada umumnya,
kerusakan terumbu karang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan perikanan yang bersifat destruktif,
yaitu penggunaan bahanbahan peledak, bahan beracun (cyanida), dan juga aktivitas
penambangan karang untuk bahan bangunan, reklamasi pantai, kegiatan pariwisata yang kurang
bertanggung jawab, dan sedimentasi akibat meningkatnya erosi dan lahan atas.. Berdasarkan
persen tutupan karang hidup dilaporkan bahwa kondisi terumbu karang di wilayah perairan
Indonesia adalah 39% rusak, 34% agak rusak, 22% baik dan hanya 5% yang sangat bagus.
Pencemaran Pantai
Dari sekian banyak penyebab kerusakan lingkungan laut dan pesisir, pencemaran merupakan
faktor yang paling penting. Hal ini disebabkan karena pencemaran tidak saja dapat merusak
atau mematikan komponen biotik (hayati) perairan, tetapi dapat pula membahayakan
kesehatan atau bahkan mematikan manusia yang memanfaatkan biota atau perairan yang
tercemar. Selain itu pencemaran juga dapat menurunkan nilai estetika perairan laut dan
pesisir yang terkena pencemaran. Tingkat pencemaran di beberapa kawasan pesisir dan
lautan di Indonesia pada saat ini telah berada pada kondisi yang sangat memperhatikan.
Sepanjang tahun 2008 terlihat bahwa kasus pencemaran di wilayah pesisir sedikitnya terjadi
di 8 lokasi, yaitu (1) Kampung Nelayan Dapur 12, Kota Batam, (2) Kecamatan Sungailiat,
Kabupaten Bangka, (3) Perairan Laut Jawa wilayah Kab. Cirebon, (4) Kampung Nongsa,
Kota Batam, (5) Begawan Solo, (6) pesisir Indramayu seperti Eretan, Cantigi, Balongan, dan
Karangsong, (7) Cilacap dan (8) Teluk Ambon, Maluku.
Perairan Indonesia merupakan jalur transportasi yang strategis yang menghubungkan
negara-negara dari benua Asia maupun Eropa yang akan menuju ke Asia Tenggara maupun
Australia ataupun sebaliknya, serta terletak diantara negara-negara produsen minyak di
bagian barat dan negara-negara konsumen di bagian Timur. Dari seluruh perairan Indonesia,
wilayah yang rentan terhadap pencemaran yang diakibatkan oleh tumpahan minyak adalah
Selat Malaka, Selat Makasar, Pelabuhan, dan jalur-jalur laut atau selat yang dilalui oleh
tanker. Posisi strategis tersebut di samping memberikan manfaat secara ekonomi, di lain
pihak juga mengandung risiko terhadap bahaya kerugian dari segi ekologis. Kerugian secara
ekologis tersebut berdampak cukup luas baik secara ekonomis maupun kerusakan sumber
daya alam.
Berdasarkan hasil bahasan di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa menurunnya
lingkungan di wilayah pesisir adalah diakibatkan terutama oleh aktivitas manusia yang tidak
bertanggung jawab, lemahnya penegakan hukum dan tidak adanya keterpaduan pembangunan di
wilayah pesisir yang dapat menyebabkan berbagai dampak terhadap kerusakan lingkungan yaitu
abrasi pantai, pencemaran lingkungan, punahnya sumber daya alam, kerusakan hutan mangrove
dan terumbu karang dan masih banyak lagi. Oleh sebab itu untuk mengatasi permasalahan
kerusakan lingkungan di wilayah pesisir tersebut perlu dibutuhkan kesadaran dari masyarakat
terhadap kerusakan lingkungan di wilayah pesisir dan laut yang terjadi, sehingga dapat
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan wilayah pesisir dengan lebih bijak, dan juga perlu
dilakukan kebijakan yang lebih komprehensif, demokratis, berkeadilan dan bertanggung jawab.
Selain itu juga kebijakan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut dalam era otonomi daerah ini
harus mencerminkan adanya keterpaduan antar sektor dan memperhatikan keadilan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA