Anda di halaman 1dari 53

HIV (HUMAN

IMMUNODEFICIENCY VIRUS)

Oleh: Rini Niken Luhkito SSt


Pendahuluan
• Human Immuno Deficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem
Kekebalan
• Ditemukan pada tahun 1983
• Secara epidemi Human Immunodefisiency Virus/ Acquired Immunodeficiency
Syndrome
• Telah menjadi masalah global di dunia dan diIndonesia
• Laporan kasus baru selalu meningkat dalam Tiap tahunnya
• Peningkatan Prevalensi HIV pada populasi usia muda menunjukkan adanya
kerentanan terhadap infeksi virus HIV pada dekade kedua kehidupannya, hal
ini berkaitan dengan kebutuhan sosial, psikologis,dan fisiologis mereka saat
beranjak dewasa
Gambar
Klasifikasi Virus HIV
1. Kingdom : Virus
2. Kelas : ss RNA-RT
3. Famili : Retroviridae
4. Genus : Lentiviridae
5. Species : Human immunodeficiency 1

Human immunodeficiency 2
Virus HIV merupakan virus ribo nucleic
acid stukturnya terdiri dari :
1. Envelope yang terdiri atas glikoprotein gp 120 melekat pada glikoprotein gp41
2. Lapisan kedua terdiri dari p17
3. Ditengahnya terdapat inti yang dibentuk oleh p24
4. Didalam inti terdapat 2 buah rantai RNA dan enzim reverse transcriptase
ETIOLOGI

● Pertama kali ditemukan oleh ● Penelitian selanjutnya


Montagnier ( Institute Pasteur membuktikan LAV dan HTL – III
,Paris 1983) merupakan virus yang sama,
● Ilmuwan Perancis yang sehingga pada pertemuan
mengisolasi virus tersebut dari International Committe on
seorang pasien yang memiliki Taxonomy of Viruses ( 1986), dan
gejala limfadenopati sshg pada WHO memberi nama resmi HIV
saat itu dinamakan Lympha ● Tahun 1986 di Afrika ditemukan
denopathy Associated Virus virus lain yg menyebabkan AIDS
(LAV). disebut HIV- 2 dan berbeda
● Gallo ( National Institute of Healt, dengan HIV – 1 secara genetik
USA 1984) menemukan Human T dan maupun antigenik.
Lymphotropic Virus (HTL-III) juga ● Di Indonesia jarang ditemukan
penyeban AIDS. HIV - 2
EPIDEMIOLOGI
• Laporan UNAIDS Report on global AIDS Epidemic th 2012 ditemukan
sebanyak 34 juta penduduk dunia hidup dengan HIV/ AIDS
• ASIA Tenggara ada 5 Negara Utama dengan penduduk yang terifesi HIV
terbanyak :
- India
- Indonesia
- Myanmar
- Nepal
- Thailand
Di Indonesia:

● Banyak pada Laki laki ● Lelaki Suka Laki laki ( LSL)


● Ibu rumah Tangga ● Perempuan resiko rendah (
● Penasun ( Pengguna Narkoba perempuan yang berhubungan
Suntik) dengan pasangan yang terinfeksi
● Wanita Pekerja Seks Komersial /memiliki riwayat terlibat perilaku
beresiko
● Lelaki beresiko rendah ( lelaki
dengan riwayat pelanggan
pekerja seks )
Laporan penderita HIV di Jember
1. Laporan pasien ODHA di Jember pada akhir Desember 2019 HIV sudah
mencapai 5.500
2. Dalam perawatan VCT RSD dr Soebandi 1.255 pasien :
3. - Laki laki : 303
4. - Perempuan : 263
5. - Anak – anak : 25
6. Berdasarkan Tingkat Usia
I. Lebih dari 1 tahun : 14 orang
II. 15 – 19 th : 13 orang
III. 20 – 24 th : 73 orang
IV. 25 - 49 th : 419 orang
V. 50 < : 37 orang
Gambar
Gambar
PATOGENESIS
1. Virus masuk dalam Tubuh melalui perantara :
- Darah
- Semen
- Sekret vagina
- Air susu ibu
- Tranfusi darah
Sebagian besar (75%) penularan melalui hubungan seksual
1. Human Immunodeficiency Virus cenderung menyerang jenis sel tertentu terutama
Limfosit T 4 (CD4) yang memegang peranan penting dalam mengatur dan
mempertahankan sistem kekebalan tubuh.
2. Selain Limfosit T virus juga menginfeksi
3. - Sel Monosit
4. - Makrofag
5. - Langerhans pada kulit
6. - Sel dendritik folikuler pada kelenjar limfe
7. - Makrofag alveoli paru
8. - Sel Mikroglia Otak
● Virus masuk kedalam limposit T4
selanjutnya mengadakan replikasi shg
akhirnya banyak dan menghancurkan sel
limposit itu sendiri
● Bila virus masuk kedalam hospes ( tubuh
penderita ) maka RNA virus diubah
menjadi DNA (Deoxyribonucleic acid )
oleh enzim reverse transcryptase yg
dimiliki oleh HIV
• DNA pro virus tersebut selanjutnya diintegrasikan kedalam sel hospes dan
selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus.
• Proses infeksi dimulai dengan pengikatan (attachment and binding) gp 120
dgn molekul reseptor pada permukaan sel target ( kemokin CCR5/CXCR4
pada CD4). Selanjutnya intivirus masuk kedalam sel dan terjadi fusi
membranseldengan envelope virus
• RNA virus mengalami transkripsi balik menjadi DNA oleh enzim Rtase disebut
complimentary DNA ( DNA untai tunggal), berlanjut menjadi DNA untai ganda
(doublestranded DNA/dsDNA) kemudian dsDNA dibawa keinti sel. Di inti akan
terjadi integrasi dsDNA virus dengan kromosom DNA sel, dimediasi enzim
integrase.
• DNA pro virus tersebut selanjutnya diintegrasikan kedalam sel hospes dan
selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus.
• Proses infeksi dimulai dengan pengikatan (attachment and binding) gp 120
dgn molekul reseptor pada permukaan sel target ( kemokin CCR5/CXCR4
pada CD4). Selanjutnya intivirus masuk kedalam sel dan terjadi fusi
membranseldengan envelope virus.
• Human Immuno deficiency virus ini memiliki sejumlah Gen yang dapat
mengatur replikasi maupun pertumbuhan virus yang baru.
• Gen tersebut disebut tat yang dapat mempercepat replikasi virus sedemikian
hebat shg terjadi penghanturan limposit T4 secara besar besaran akhirnya
menyebabkan kekebalan tubuh mengalami kelumpuhan.
• Sehingga dapat menimbulkan infeksi opportunistik dan keganasan yang
merupakan gejala AIDS
Gambar
Centers for Disease Control (CDC,USA 1986)menetapkan
klasifikasi infeksi gna kepentingan Klinis

1. Kelompok I : Infeksi Akut


2. Kelompok II : Infeksi asimtomatis
3. Kelompok III :Limfsdenopati Generalisata Persisten (LGP)
4. Kelompok IV : Penyakit Penyakit Lain
5. Kelompok IVA : Penyakit konstitusi(Panas, diare, kehilangan berat badan
6. Kelompok IVB : Penyakit Penyakit Neurologis ( ensefalitis, dimensia)
7. Kelompok IVC : Penyakit penyakit infeksi sekunder(pneumocytis
carinii,cytomegalo virus)
8. Kelompok IVD :Kanker sekunder ( Sarkoma kaposi, limfoma non Hodgkin)
9. Kelompok IVE : Keadaan keadaan lain
Klasifikasi Stadium WHO orang yang
terifeksi HIV

Infeksi Primer HIV akut Infeksi stadium I

Infeksi stadium II

Infeksi stadium III Infeksi stadium IV


1. Infeksi Primer HIV: Asimptomatis dan Sindrom retrovirus akut
2. Infeksi stadium I : - Asimptomatis dan Limfadenopati generalisata
3. Infeksi Stadium II: Penurunan BB sedangtidak diketahui sebabnya ( < 10%)
i. Infeksi traktus respiratoris
rekuren(sinusitis, bronkhitis ,Otitismedia
ii. Herpes zoster
iii. Cholitis anguler
iv. Ulserasi oral rekuren
v. Erupsi preuritik popular
vi. Dermatitis seboroik
vii. Infeksi jamur pada kuku jari ektremitas
4. Stadium III :- Penurunan BB yang berat ( >
10%)
1. Diare kronis tanpa diketahui penyebabnya selama >1 bulan
2. Demam persisten yang tidak diketahui penyebabnya
3. Kandisiasis oral
4. Oral hairy leukoplakia
5. Tuberkulosis paru didiagnosis selama 2 bulan terakhir
6. Infeksi bakteri berat ( Pneumonia, epiema, piomiositis, infeksi
tulang atau sendi, meningitis, bakterimia)
7. Stomatitis , ginggivitis /periodontitis ulseratif nekrosis akut
8. Kondisi anemia yang tidak diketahui penyebabnya ( < 8g/dl)
dengan atau neutropenia (500/mm3) selama > 1 bulan( kondisi
dikonfirmasi melalui uji diagnostik
5. Stadium IV : HIV wasting syndrom
- Pneumonia pneumocytis
- Pneumoni bakteri berat
- Kandidiasis esofageal
- Tuberkulosis ekstra paru
- Sarkoma kaposi
- Toksoplasmosis pada sistem saraf pusat
- Ensefalopati HIV
Ciri-ciri penderita HIV
Ciri-ciri penderita HIV
Bagaimana mengetahui status HIV
seseorang
● Bila ingin mengetahui secara ● Setelah terlebih dahulu melakukan counseling,
kemauan sendiri bisa melalui dan mengisi inform consent , pasien boleh
datang langsung ke Poli VCT ( dilakukan pengambilan spesimen.
Voulentary Counseling dan ● Adapun sample yang digunakan
Testing) - Darah kapiler
● Bisa juga karena atas permintaan - Darah vena (Serum plasma atau whole blood)
Dokter, Perawat , Bidan atau setelah dilakukan pengambilan darah pasien
Tenaga Kesehatan lain terkait diminta kembali/ menunggu di poli
kondisi klinis yang dialami pasien Hasil tidak disarankan diberikan pada pasien,
dengan melihat gejala klinisnya yang berhak mengambil hasil adalah petugas
PITC ( Provider Initiasi Tes khusus dar Poli VCT.
Counseling) Hasil Tes diberikan langsung pada counselor untu
● Kesemuanya dengan terlebih Poli VCT atau Dokter yang meminta, dibuka
dahulu melakukan t Pra bersama sama conselor ketika counseling
Counseling dan Pasca Pasca Tes.
Counseling dengan counselor .
Catatan
● PENTING
● Inform consent tertulis dan ditanda
tangani
● Didahului dengan Pre test counseling
● Di ikuti dengan Post test counseling
● Kerahasiaan dijaga
• Selain itu juga diketahui adanya periode masa jendela atau window periode
dimana pada saat pemeriksaan antibodi HIV masih menunjukkan hasil negatip
walaupun virus sudah ada dalam darah pasien yang terinfeksi HIV.
• Terjadi disebabkan karena antibodi yang terbentuk kadarnya belum cukup
untuk dapat terdeteksi secara laboratorium
DIAGNOSIS INFEKSI HIV

● Sesuai Pedoman Pemeriksaan ● Pemeriksaan Laboratorium HIV


Laboratorium HIV Kementrian ● Biakan virus
Kesehatan yaitu dilakukan Tes ● Deteksi antigen :p24
Awal dengan tes Cepat yang ● Deteksi materi genetik, DNA
dikenal Rapid Tes HIV untuk provirus /RNA
mengetahui status infeksi HIV ● Deteksi antibodi : Penyaring dan
dengan cepat kurang lebih 30 konfirmasi
menit dengan metode
Imunokromatografi.
● Dengan mengikuti Strategi yang
disarankan oleh Kemenkes.
Survelen
Alur pemeriksaan anti HIV untuk
diagnosis
● Catatan Penting :
- Untuk individu yang baru didiagnosis , hasil reaktif dilakukan pemeriksaan
ulang dengan bahan baru (14 hari setelahnya), debelum dikonfirmasi.
- Untun hasil indeterminate (inkonklusif) , perlu diulang dengan bahan baru
diambil 14 hari sesudah yang pertama.
- Bila hasil tetap indeterminate dengan bahan baru , dilakukan pemantauan
ulang 3,6 atau 12 bulan . Bila setelah 1 tahun hasil tetap “ indeterminate”(
inkonklusif) dianggap tidak terifeksi HIV
Pemeriksaan Laboratorium

● Diagnosa HIV dapat dilakukan dengan dengan 2 Metode


● Langsung
yaitu dengan isolasi virus dari sample , umumnya menggunakan mikroskop
elektron dan deteksi antigen virus, salah satunya PCR
● Tidak Langsung
mengukur zat anti spesifik (antibodi) seperti ELISA, Western blot, Immuno
flouresence (IFA), atau Radioimmunoprecipitation(RIPA).
Pemeriksaan HIV yang lazim dilakukan
Enzym linked
Polymerase
immunosorben
Chain Reaction
assay

01 02 03

Western blot
Enzym linked immunosorben assay
Sensitifitas tinggi 98 ,1 % - 100%, biasanya memberikan hasil positif 2 –
3 bulan sesudah infeksi. Hasil Positif harus dikonfirmasi dengan Western blot.
Akhir- akhir ini tes ELISA menggunakan recombinan antigen, yang sangat
spesifik terhadap envelope dan core . Antibodi terhadap core ditemukan pada
semua stadium infeksi HIV.
Western blot
Sensitifitas tinggi 99,6 % sampai 100%, namun pemeriksaannya cukup
sulit , mahal dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam, Mutlak diperlukan untuk
konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA yang positif.
Polymerase Chain Reaction
Penggunaan PCR antara lain untuk :
1. Tes HIV pada bayi, pada zat anti maternal masih ada pada bayi dan
menghambat pemeriksaan secara serologis
2. Menetapkan status individu yang seronegatif pada kelompok resiko tinggi
3. Tes pada kelompok resiko tinggi sebelum terjadi serokonversi
4. Tes konfirmasi untuk subtipe HIV-2 sebab ELISA sensitifitasnya rendah untuk
HIV-2
Pemilihan Reagensia

● Penyaring Darah & Produk darah serta tranplantasi (Strategi I) :


● Sensitivitsd tertinggi > 99%
● Surveilens ( strategi Idan II) :
Pertama : Sensitivitas > 99%
Kedua : Spesifitas > 98 %
● Diagnosis (Strategi II dan III ):
Pertama : sensitifitas tertinggi ( ≥ 99%)
Kedua : spesifisitas > 98 %
Ketiga : spesifitas > 99%
Preparasi antigen atauprinsip tes berbeda
Sensitifitas

● Kemampuan tes untuk mendeteksi dengan benar serum yang mengadung


antibodi terhadap HIV

True Positif
True positif + False Negatif
Spesitifitas

● Kemampuan tes untuk mendeteksi dengan benar serum TIDAK mengandung


antibodi terhadap HIV

True Negatif
True negatif + Fase Negatif
Terapi Anti Retro viral
• HIV / AIDS sampai saat ini memang belum bisa disembuhkan secara total
namun membuat penderita menjadi lebih sehat dengan memberikan
Pengobatan Antiretroviral ( disingkat ART) bermanfaat menurunkan
morbiditas dan mortalitas dini akibat infeksi.
• ART merubah HIV dari penyakit yang mematikan menjadi penyakit kronis.
Tujuan Pengobatan ARV (anti retroviral)
Bertujuan :
1. Mengurangi penularan HIV di masyarakat
2. Memulihkan dan atau memelihara fungsi imunologi (stabilisasi / peningkatan
sel CD4)
3. Menurunkan komplikasi akibat HIV
4. Memperbaiki kualitas hidup ODHA
5. Menekan virus secara maksimal dan secara terus menerus
6. Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan HIV
Hal Hal yang diperhatikan dalam
penggunaan antiretroviral
• Replikasi HIV yang cepat dan terus menerus sejak awal sedikitnya terbentuk 10
milyar virus tiap harinya, namun karena waktu paruh (half life) virus bebar ( virion)
sangat singkat maka sebagian besar virus akan mati
• Replikasi yang terus menerus mengakibatkan kerusakan kekebalan tubuh ssemakin
berat, sehingga semakin rentan terhadap infeksi oportunis,
• Viral load menunjukkan tingginya replikasi HIV sehingga penurunan CD4
menunjukkan kerusakan sistem kekebalan tubuh oleh HIV
• Nilai viral loadmenggambarkan progresivitas penyakit dan beresiko kematian.
Pemeriksaan berkala CD4 dan Viral load dapat menentukan progresivitas penyakit
dan mengetahui syarat yang tepat untuk memulai atau mengubah rejimen ARV.
• Tingkat progresivitas penyakit pada ODHA dapat berbeda beda.
Penggolongan ART ( anti Retro viral)
• ARV terdiri atas beberapa golongan , masing masing golongan bekerja dalam
langkah yang berbeda untuk mencegah replikasi virus dalam sel CD4
A. Menghambat masuknya virus
B. Menghambat reverse transkriptase enzyme
1. Analog nukleosida/ nukleotida ( NRTI/NtRTI)
- Analog nukleosida
- Analog Thymin, Zidovudin ( ZDV/AZT dan Stavudin ( d4T)
- Analog Cytosin : Lamivudin ( 3TC) dan Zalcibatin (ddC)
- Analog Adenin : Didanosine (ddl)
- Analog Guanin : Abacavir
-Analog nuklotida, analog adenosin monofosfat :Tenovir
Penggolongan ART ( anti Retro viral)
2. Non Nukleosida Reverse Transcriptase Inhibitor ( NNRTI) yaitu
Nevirapine (NVP)
Efaviren (EFV)
Delavidine (DLV)

3. Penghambat enzim protease (PI) Ritonsvid (RTV)


Sequinavis (SQV)
Indinavir ( IDV)
Nelvinefis ( NFV)
Amprenavir (APV)
Lopinavir /Ritonavir
Mekanisme kerja ARV

Menghambat masuknya virus ke sel


Bekerja dengan jalan berikatan dengan sub unit GP4
selubung glikoprotein virus sehingga fungsi virus ke target
sel dihambat satu- satunya menghambat fusi Enfuritid
1. Analog Nukleotida (Inhibitor RTI)
1. Analog nukleosida (NRII)
NRII diubah secara intraseluler dalam 3 tahap penambahan 3 gugud fosfat dan
selanjutnya berkompetisi dengan natured nekleotida menghambat RI sehingga
perubahan RNA menjadi DNA terhambat . Selain itu NRII juga menghentikan
pemanjangan DNA
2. Analog Nukleotida ( NtRII)
Mekanisme kerja NtRTI pada penghambatan replikasi HIV sama dengan NRTItetapi
hanya memerlukan 2 tahap proses fosfosilasi
3.Non Nukleotida ( NNRTI)
1. Bekerja tidajk melalui tahapan fosfolirasi intra seluler tetapi berkaitan langsung dengan
reseptor pada RI dan tidak berkompetisi dengan nukleotida natural. Aktifitas antiviral
terhadap HIV tidak kuat
C. Protease Inhibitor
Secara reversible dengan enzim protease yang menghasilkan pembentukan protein yang
dibutuhkan untuk proses akhir pematangan virus. Akibat virus yang terbentuk tidak masuk
dan tidak mampu menginfeksi sel lain.
Protease Inhibitor adalah ARV yang potensial
Indikasi ART

● Tidak semua ODHA 1. Secara Klinis sebagai penyakit


membutuhkan ART tergantung tahap lanjut dan infeksi HIV
pada tahap infeksi HIV 2. Infeksi HIV Stadium IV tanpa
● ODHA seharusnya segera memandang CD4
memulai ARV ketika infeksi HIV 3. Infeksi HIV stadium III dengan
telah ditegakkan secara jumlah CD4 < 350/mm3
laboratoris. 4. Infeksi stadium I dan II dengan
jumlah < CD4 < 200 mm3
Hindari penyakitnya jangan jauhi orangnya
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai