Anda di halaman 1dari 17

1

LAPORAN PENDAHULUAN
KEHAMILAN LETAK SUNGSANG

DISUSUN OLEH:

Arnold KN Wijana
15160078

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2016
2

A. Defenisi

Letak sungsang adalah kehamilan dengan janin yang membuujur dalam rahim

dengan bokong pada bagian bawah (Pedoman Pelayanan Medis SMF Obstetri

dan Gineakologi RSK St. Vincentius A Paulo Surabaya, 2010).

Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang

terendah atau presentase bokong

(http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/12/askep-ibu-dengan-letak-sungsang)

B. Etiologi (YBP-SP,1994:611)

1. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air tuban masih

banyak dan kepala anak relatif besar.

2. Hydramnion karena anak mudah bergerak.

3. Placenta praevia karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas

panggul.

4. Bentuk rahim yang abnormal seperti uterus bicornis.

5. Panggul sempit; walaupun panggul sempit sebagai sebab letak sungsang

masih disangsikan oleh berbagai penulis.

6. Kelainan bentuk kepala: hydrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang

sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.

C. Klasifikasi (Bobak, dkk, 2005: 787)

Adapun letak sungsang dapat dibagi menjadi sebagai berikut :

1. Letak bokong murni ; prensentasi bokong murni (Frank Breech). Bokong saja

yang menjadi bagian terdepan sedangkan kedua tungkai lurus keatas.

2. Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki) disamping bokong teraba kaki
3

(Complete Breech). Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna

kalau disamping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.

3. Letak lutut (presentasi lutut ekstensi di bawah bokong) disebut dengan istilah

Incomplete Breech .

4. Letak kaki (kaki ekstensi di bawah bokong) yang disebut; Incomplete Breech.

Tergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut atau hanya teraba satu kaki

atau lutut disebut letak kaki atau lutut sempurna dan letak kaki atau lutut tidak

sempurna.

Dari semua letak-letak ini yang paling sering dijumpai adalah letak bokong

murni. Punggung biasanya terdapat kiri depan. Frekuensi letak sungsang lebih

tinggi pada kehanilan muda dibandingkan dengan kehamilan aterm dan lebih

banyak pada multigravida dibandingkan dengan primigarvida.

Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi :

1. Left sacrum anterior (sakrum kiri depan)

2. Right sacrum anterior (sakrum kanan depan)

3. Left sacrum posterior (sakrum kiri belakang)

4. Right sacrum posterior (sakrum kanan belakang)

D. Tanda dan Gejala


1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu
sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
3. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil
pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang
budar dan lunak.
4. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.

E. Komplikasi
4

1) Komplikasi pada janin:

- Kematian perinatal

- Prolaps funikuli.

- Trauma pada bayi akibat: tangan yang ekstended, kepala yang ekstended,

pembukaan cerviks yang belum lengkap, CPD.

- Asfiksia karna prolaps funikuli, kompresi tali pusat, pelepasan plasenta,

kepala macet.

- Perlukaan/trauma pada organ abdominal atau pada leher.

2) Komplikasi pada ibu:

- Cemas dan stress (Bobak,dkk,2005:787).

- Pelepasan plasenta.

- Perlukaan vagina atau cerviks.

- Endometritis.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1) Anamnese: pergerakan anak teraba oleh ibu di dibagian perut bawah, di

bawah pusat dan ibu sering merasa benda keras ( kepala) mendesak tulang iga

2) Palpasi abdomen

Pada bagian fundus uteri teraba bagian bulat, keras dan melenting atau

kepala teraba di bagian atas. Pada bagian bawah rahim teraba bagian yang

kurang bulat, bulat dan tidak melenting atau bokong teraba pada daerah

pelvis
5

3) Auskultasi

Auskultasi menunjukan DJJ terdengar keras di umbilikus atau di atasnya.

Lokasinya lebih tinggi atau pada punggung anak setinggi pusat.

4) Pemeriksaan vaginal teraba bokong dengan atau kaki serta walau ada

mekoneum masih normal

5) Pemeriksaan USG (Bobak, dkk, 2005)

6) Pemeriksaan X ray.

G. Penatalaksaan

1) Prenatal/ antenatal

Menurut Pedoman Pelayanan Medis SMF Obstetri dan Gineakologi RSK St.

Vincentius A Paulo Surabaya, 2010):

a) Waspada letak sungsang dimulai sejak kehamilan 24 minggu.

b) Usia kehamilan 28 – 30 minggu yang masih didapatkan letak sungsang

maka dilakukan USG untuk mencari kemungkinan adanya kelainan letak

placenta (placenta previa), cacat bawaan atau bentuk rahim.

c) Apabila dalam pemeriksaan USG tidak ditemukan kelainan maka dicoba

dilakukan versi luar ke letak kepala (tanpa paksaan).

d) Pasien diminta kontrol 1 minggu kemudian,bila versi luar gagal maka

kontrol 1 minggu lagi dicoba versi luar sekali lagi, bila gagal versi luar

tidak dilakukan.

e) Untuk kasus-kasus seperti primitua, kehamilan resiko tinggi maka harus

dilakukan pertimbangan khusus.


6

f) Koreksi dengan cara Knee Chest Position diharapkan janin akan kembali

ke presesntasi kepala (YBP-SP,2006:199).

Caranya:

Posisi knee chest (bersujud dengan kaki sejajar pinggul dan dada sejajar

lutut). Lakukan 3 kali sehari selama 10-15 menit setiap kali, lakukan saat perut

Anda kosong, dan bayi aktif, atau dapat menggunakan papan miring). menekuk

lutut tetapi menjaga kaki datar di papan. Tenang, bernapas dalam-dalam, hindari

ketegangan otot.  Juga bisa dengan menggunakan bantal pada permukaan yang

datar untuk menaikkan pinggul 12-18 inci di atas bahu. Gravitasi mendorong

kepala bayi ke fundus, melipat, dan bayi kemudian dapat melakukan jungkir balik

ke posisi vertex.

2) Pada waktu persalinan (YBP-SP,2006:197).

a) Sebelum in partu:

1. Tentukan apakah persalinan dapat pervagiman. Setiap persalinan

sungsang sebaiknya dotolong pada fasilitas kesehatan yang dapat

dilakukan operasi.
7

2. Bila kehamilan berumur 37 minggu atau lebih dan kemungkinan kecil

lahir pervaginam, lakukan versi luar. (bila dilakukan versi pada umur

kehamilan kurang dari 37 minggu sering terjadi kembali pada presentasi

semula).

3. Versi luar bisa dilakukan pada:

- Ketuban intak,

- Air ketuban cukup,

- Tidak ada komplikasi atau kontraindikasi (IUGR, perdarahan, bekas

seksio, kelainan janin, kehamilan kembar, hipertensi)

b) Saat in partu

1. Persalinan pervagiman oleh tenaga penolong yang terlaih akan aman

bila:

- Pelvis adekuat

- Complete breech/ frank breech

- Kepala fleksi

2. Ikuti kemajuan persalinan dengan seksama dengan partograf

3. Jangan pecahkan ketuban. Bila ketuban pecah periksa apakah ada

prolaps tali pusat dan apabila prolaps tali pusat dan kelahiran

pervaginam tidak mungkin maka lakukan seksio sesarea.

4. Indikasi persalinan dilakukan secara sectio caesaria pada letak sungsang

adalah sesabagai berikut:

a. Persalinan pervaginam sukar, berbahaya (CPD/ skor Zatuchi Andros

< 3).

b. Tali pusat menumbung pada primigravida, multigravida (kala I).


8

c. Kemacetan persalinan:

- Fase laten > 14 jam

- Secondary arrest of dillatation

- Prolong second stage

d. Kehamilan premature EFW 2000 gram/ lebih.

Skor Ztuchi Andros (ZA score)

0 1 2
Paritas primi multi
Pernah sungsang tidak 1x >2
EFW >3600 gram 3629 – 3176 gram < 3176 gram
Umur kehamilan >36 minggu 38 minggu <37 minggu
Station < -3 -2 -1
Dilatasi 2 3 4

Syarat:

ZA skor hanya berlaku untuk kehamilan aterm / EFW > 2000 gram.

Skor < 3 : persalinan abdominal (SC)

Skor 4 : perlu evaluasi cermat

Skor > 5 : persalinan pervaginam

H. KONSEP DASAR PERAWATAN


9

1. Pengkajian

1) Identitas:

Pendidikan:

Pendidikan rendah atau merem huruf akan mempersulit dalam penerimaan

informasi.

2) Keluhan

Pergerakan janin terasa dibagian perut bawah, di bawah pusat dan ibu

sering merasa benda keras ( kepala) mendesak tulang iga.

3) Riwayat menstruasi

HPHT untuk menentukan perkiraan persalinan dan umur kehamilan.

4) Riwayat kehamilan yang lalu

Riwayat kehamilan premature, multi para, riwayat kelainan letak

sungsang, hydramnion, placenta previa, panggul sempit beresiko untuk

terjadi kelainan letak sungsang.

5) Riwayat kesehatan

Penyakit yang pernah diderita ibu apakah ibu menderita DM, HT,

Jantung,asma,ginjal, dan apakah ada penyakit keturunan seperti DM, HT,

dan jantung.

6) Riwayat kehamilan sekarang

Letak sungsang bisa terjadi pada kehamilan primi atau multigravida

terutama pada multigravida, ini karena pada multi gravida ruang rahim

lebih luas sehingga pergerakan janin lebih bebas. Letak sungsang terjadi

pada usia kehamilan < 32 minggu karena pada usia kehamilan tersebut air

ketuban masih banyak yang memudahkan janin bergerak dan mudah


10

terjadi leteak sungsang, tetapi masih bisa kembali pada posisi letak kepala

sampai usia kehamilan < 37 minggu. Pada usia kehamilan 37 minggu atau

lebih letak sungsang sudah tidak dapat kembali ke posisi kepala. Tinggi

fundus uteri pada kehamilan sungsang sesuai dengan usia kehamilan.

7) Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar

a) Aktivitas dan istirahat

Aktivitas pada ibu hamil harus diimbangi dengan istirahat yang cukup

supaya kondisi ibu tetap baik dan tidak turun karena akan sangat

berpengaruh terhadap kondisi janin.

b) Nutrisi dan cairan

Tidak ada diit khusus pada kehamilan sungsang. Tetapi kualitas

makanan ibu hamil tetap harus diperhatikan, karena nutrisi sangat

diperlukan untuk kesehatan ibu dan janin.

c) Eliminasi:

Keluhan yang sering muncul konstipasi dan sering bak. Karena

pengaruh hormon progesterone yang mempunyai efek rileks terhadap

otot polos, salah satunya otot usus, selain itu desakan usus oleh

pembesaran janin juga menyebabkan bertambahnya konstipasi. Untuk

seringnya bak didisebabkan pembesaran janin menyebabkan desakan

pada kantong kemih.

8) Status psikososial
11

Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan wanita dan respon

emosionalnya dalam menerima kehamilan, Ibu hamil dengan letak

sungsang akan merasakan cemas terhadap keadaan dirinya dan keadaan

janinya, memikirkan proses saat melahirkan apabila tidak bisa lahir

spontan maka harus dilakukan operasi. Dukungan keluarga dan lingkungan

terhadap ibu hamil sangat penting dalam mempersiapkan persalinan dan

semua kemungkinan yang akan terjadi.

9) Pemeriksaan fisik

a) Kepala:

- Rambut : warna, kebersihan, mudah rontok/tidak

- Muka: cloasma, jerawat, sianosis, berkeringat

- Mata: sclera, conjungtiva, anemi/tidak, kotoran /secret

- Telinga: kebersihan, gangguan pendengaran

- Hidung: kebersihan, pernafasan cuping hidung, polip

- Mulut: karies gigi, kebersihan mulut dan lidah, kelembaban bibir,

stomatitis, perdarahan gusi

b) Leher: pembesaran kelenjar limfe, tiroid, vena jugularis

c) Dada: retraksi dada, denyut jantung teratur, whezing

d) Payudara: bentuk simetris/tidak, hiperpigmentasi aerola, kondisi putting

susu, pengeluaran kolostrum terjadi kehamilan trimester tiga.

e) Abdomen

Pembesaran perutdan TFU sesuai umur kehamilan, striae gravidarum,

luka bekas operasi, linea nigra, mendengarkan DJJ terdengar diatas

setinggi pusat atau di atasnya, gerakan janin terasa di perut bagian


12

bawah di bawah pusat, melihat kontraksi, letak janin sungsang, ukuran

panggul ibu mempengaruhi proses persalinan, pada letak sungsang

bokong lahir lebih dulu sehingga bisa terjadi partus lama.

f) Vulva dan perineum

Keadaan vulva bersih atau kotor, pengeluaran pervaginam bila berupa

cairan, seperti air berarti ketuban sudah pecah, bila darah dan lender

berarti permulaan persalinan, bila ada varices resiko terjadi perdarahan,

bila ada luka resiko terjadi infeksi.

g) Anus: bila ada hemoroid resiko terjadi perdarahan

h) Ekstrimitas: melihat adanya oedem atau tidak, reflek patella, bila reflek

patella – resiko kelemahan waktu mengejan

2. Diagnosa Keperawatan (Carpenito, 2006)

1) Ansietas berhubungan dengan takut pada kondisi ibu dan janin

2) Resiko cedera pada bayi (asfiksia) berhubungan dengan prolaps tali pusat

(funikuli).

3) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan kepala janin

pada diafragma.

3. Intervensi

1. Kecemasan berhubungan dengan takut pada kondisi ibu dan janin

a) Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan , kecemasan berkurang.

Kriteria hasil:

- Klien tidak gelisah


13

- Klien tampak tenang dan tidak tegang

- Tensi sistol 110-140 & diastole 60-90

- Nadi 60-100x/mnt

b) Intervensi

1) Informasikan kondisi ibu dan janin saat ini

R/dengan memberitahu kondisi ibu dan janin akan memberika perasaan

lega dan nyaman

2) Jelaskan hubungan kecemasan dengan his

R/: semakin tinggi tingkat cemas akan semakin sering his muncul

3) Berikan penjelasan tentang kemungkinan persalinannya nanti bisa lahir

spontan tetapi memang memerlukan observasi yang cermat, tetapi

apabila keadaan tidak memungkinkan untuk lahir spontan baru

dilakukan seksio.

R/: Pengertian klien tentang kemungkinan – kemungkinan

persalinannya dapat membantu mengurangi stres

4) Monitor tingkat kecemasan klien melalui observasi keadaan kesadaran,

nadi dan tensi

R/: Perubahan tanda- tanda vital dan penurunan kesadaran merupakan

tanda adanya kecemasan dan indikasi untuk melakukan intervensi

segera.

5) Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman

R/: lingkungan yang nyaman dan aman dapat membantu menurunkan

stres

6) Bantu klien dalam mengidentifikasi sumber – sumber stres


14

R/: Ditemukannya sumber stres dapat mempermudah intervensi

keperawatan

7) Anjurkan klien untuk bernafas dalam dan perlahan

R/Dengan bernapas dalam dan perlahan , dapat membantu menurunkan

stress

2. Resiko cedera pada bayi (asfiksia) berhubungan dengan prolaps tali pusat

(funikuli).

a) Tujuan :

Selama dilakukan antanatal care tidak terjadi asfiksia pada janin.

Kriteria hasil:

- DJJ teratur

- DJJ terdengar 120 -160 x/mnt.

- Gerakan janin aktif

b) Intervensi

1) Motivasi ibu untuk memriksakan kandungannya secara teratur sesuai

jadwal kunjungan

R/ untuk mengetahui kondisi janin dan menentukan tindakan yang

tepat bila terjadi kelainan pada janin

2) Jelaskan pada ibu tanda-tanda kegawatan janin dalam kandungan dan

segera kontrol.
15

R/: Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda kegawatan janin akan

membantu mencegah komplikasi yang lebih berat menentukan

tindakan.

3) Observasi DJJ janin ( kekuatan dan frekwensi).

R/: DJJ yang lemah dan tidak teratur merupakan tanda terjadinya

asfiksia bayi dalam kandungan.

4) Observasi pergerakan anak dalam rahim

R/: pergerakan janin dalam rahim yang lemah dan jarang merupakan

tanda –tanda bahaya janin yang harus diwaspadai.

5) Kolaborasi dengan dokter bila menemukan tanda-tanda asfiksia pada

janin. R/: Meberikan pertolongan segera pada janin dan mencegah

komplikasi yang lebih berat/kematian janin.


1

WOC KEHAMILAN LETAK SUNGSANG

Premature Hidramnion Placenta Previa Panggul Bentuk rahim Kelainan


sempit abnormal bentuk kepala
- Air ketuban
banyak - Hidroce-
- Ukuran phalus
kepala janin Janin bebas Menghalangi penurunan janin - Anencephal
lebih besar bergerak ke PAP
Tidak seseuai
dengan PAP

Kelainan Letak Sungsang

Pergerakan Prenatal (Antenatal Care)


janin lebih
banyak di
abdomen Usia Kehamilan < 30 minggu Usia Kehamilan > 30-37 minggu
bagian bawah

Knee Chest Position Knee Chest Position

Kepala janin
menekan Berhasil Gagal Observasi
diafragma

Letak kepala Letak Sungsang Prolaps tali Berhasil


Nyeri pusat

Partus Spontan Bokong lebih Tidak ada ada faktor


lunak Tali pusat faktor penyulit
Tidak
terjepit penyulit persalinan:
nyaman bokong janin persalinan - Porlaps tali
Resiko partus & panggul ibu pusat
lama - CPD
Partus - Skor ZA<3
Suplay O2 Spontan - Placenta
ke janin previa
Kecemasan
berkurang - Partus
macet

Sectio
Fetal Distres

Kecemasan
Janin
kekurangan
oksigen

Cedera Perubahan
pada janin perfusi
(Asfiksia) jaringan
perifer
1

DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 1995. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. 2004. Alih bahasa: Maria A. Wijayanti. Jakarta:
EGC.
Carpenitto, Lynda Juall. 2004. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. 2006. Alih Bahasa: Yasmin
Asih. Jakarta: EGC
Sinclair, Constance. 2009. Buku Saku Kebidanan. Alih bahasa: Renata Komalasari. 2010 Jakarta:
EGC
Bidankitacara-mengubah-bayi-sungsang-menjadi-letak-kepala. http://www.bidankita.com/index.

Hidayat. Askep Ibu Dengan Letak Sungsang. http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/12/askep-ibu-


dengan-letak-sungsang/

Anda mungkin juga menyukai