Anda di halaman 1dari 15

Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Perancangan Komposisi Motif Asimetris


Kain Batik untuk Pola Kemeja Pria

Irfa Rifaah, M.Ds.


Politeknik STTT Bandung
Email Penulis : irfa.rifaah@gmail.com

Pendahuluan
Kain batik untuk pola kemeja pria merupakan
kain berukuran 2,6-2,8 meter yang di dalamnya
terdapat bagian-bagian persegi berbeda ukuran
sebagai area penempatan pola komponen kemeja pria.
Memiliki panjang kain yang melebihi kain panjang batik
pada umumnya, kain ini memang hanya diperuntukkan
untuk kemeja berlengan panjang dan dibuat dengan
teknik batik cap atau tulis. Diawali oleh penelitian
analisis komposisi motif batik yang telah dilakukan
sebelumnya, komposisi simetris memiliki kelebihan
dalam mempertemukan motif ketika sisi samping
busana kemeja terlihat. Hal ini berbanding terbalik
dengan komposisi asimetris, dimana lebih banyak tidak
bertemunya motif pada sisi samping tersebut (atau
diberi istilah dengan adu manis). Alasan inilah
diperlukannya penelitian lanjutan dengan perancangan
desain komposisi motif asimetris kain batik untuk pola
kemeja pria berlengan panjang secara digital, yang
pada tiap tahap perancangannya dari pembuatan
motif, perletakan motif sesuai kain batik pola kemeja
pria, perletakan pola dan pemotongan motif sesuai
polanya, dan terakhir menganalisa potongan pola

ISBN: 1
Ekadasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

sebagai komponen busana kemeja dalam bentuk


digital tiga dimensi.
Tujuan penulisan adalah merumuskan tahapan
pendesainan motif batik hingga menjadi busana
kemeja pria dalam bentuk digital tiga dimensi. Metode
telaah yang digunakan bersifat kualitatif dengan
metode perancangan yang mengambil dari prinsip
yang dikemukakan Tom Kelley dalam bukunya The Art
of Innovation. Diharapkan kedepannya, rumusan dapat
digunakan sebagai tahapan desain, dengan
mempertimbangkan poin-poin penting yang harus
diperhatikan dalam mendesain motif batik pola kemeja
pria berkomposisi motif asimetris.

Metode Perancangan
Prinsip metode perancangan meliputi akan 5
aspek, yaitu:
1. Memahami: bersumberkan atas penelitian terdahulu,
maka perlunya pemahaman akan hal-hal yang dapat
yang dapat menciptakan “adu manis” ketika proses
komposisi desain kemeja asimetris dilakukan.
2. Mengamati: melakukan seleksi detail ragam hias untuk
menjadi motif batik yang dikomposisikan secara
asimetris.
3. Memvisualkan: melakukan visualisasi dari komposisi
motif asimetris hingga menjadi potongan pola busana
kemeja pria.
4. Mengevaluasi: menggabungkan potongan pola busana
kemeja pria sebagai bentuk evaluasi akan terjadinya
“adu manis” pada sisi samping busana kemeja.
5. Menerapkan: tersusunnya rumusan tahapan
pendesainan motif asimetris kain batik untuk pola
kemeja pria dari proses desain hingga evaluasi hasil
desain.

ISBN: 2
Ekadasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Isi
Perancangan desain komposisi motif asimetris
dimulai dari memahami identifikasi akan masalah dari
penelitian terdahulu, yaitu tidak bertemunya motif
pada sisi samping tersebut (atau diberi istilah dengan
adu manis) yang dapat disolusikan dengan
pengkomposisian motif yang sisi ujung motifnya harus
dicermati sebagai bentuk keterampilan
pengomposisian yang lebih tinggi.

Gambar 1 Tampilan depan, samping, dan


belakang dari kemeja batik dengan
komposisi motif asimetris (kiri ke kanan)
(Rifaah, 2020)

Langkah awal yang dilakukan terlebih dahulu


adalah memilih ragam hias batik yang akan disusun
menjadi motif batik yang asimetris. Ragam hias yang
diambil adalah motif batik Kawung dan Parang yang di
beri tambahan ragam hias buanga anggrek, ketiga
motif ini akan menjadi motif utama. Palet warna yang
diambil adalah warna-warna gelap yang didominasi
warna biru dongker (navy blue). Berikut adalah
moodboard sebagai sumber ide dan inspirasi ragam
hias dan palet warna untuk penciptaan motif-motif
asimetris.

ISBN: 3
Ekadasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Penyusunan komposisi motif asimetris kain batik


dilakukan dengan membuat garis putih khas outline
batik sebagai teknik celup rintang, yaitu lilin atau
malam yang menutupi kain sebelum dicelup warna,
dengan susunan asimetris garis-garis organical yang
berisikan ragam hias motif batik Kawung dan Parang.
Penempatan ragam hias bunga anggrek dilakukan
dibeberapa bagian seperti ujung outline, pertemuan
ragam hias, dan pinggir outline ragam hias motif batik.
Palet warna ungu, difokuskan pada ragam hias motif
batik kawung dengan tujuan memperlihatkan alur
asimetris sebagai point of interest dalam desain secara
jelas.

Gambar 2 Moodboard sumber ide dan inspirasi motif


asimetris, serta palet warna.
(Dokumentasi pribadi, 2021)

ISBN: 4
Ekadasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Gambar 3 Komposisi motif asimetris


(Dokumentasi pribadi, 2021)
Motif asimetris yang telah didesain (lihat Gambar
3) memiliki sisi ujung motif yang apabila dilakukan
mirror secara horizontal dapat bertemu dari stau area
pertemuan. Sisi kiri desain motif asimetris memiliki
ujung bawah ragam hias motif batik Kawung,
sedangkan sisi kanan motif adalah ujung dari garis
outline organical ragam hias motif batik Parang. Kedua
poin ini diharapkan menjadi aspek yang harus
diperhatikan dalam menyusun motif ketika
ditempatkan pada kain batik untuk pola kemeja pria,
terlebih ketika pola busana kemeja telah ditempatkan.
Setelah motif asimetris dibuat, maka dilakukan
penempatan motif asimetris pada kain batik untuk
pola kemeja pria. Terdapat dua jenis kain batik pola
kemeja pria yang dijabarkan sebagai berikut.
1. Kain Batik Pola I
Pola ini didapatkan dari hasil penelitian terdahulu
dari survei lapangan, serta sesuai dengan hasil

ISBN: 5
Ekadasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

penelitian Mulyanto dalam penelitiannya


berjudul “Pola Motif Batik sebagai Pakaian
Sanggit”. Kain batik ini pada prinsipnya memiliki
tiga bagian besar, yaitu bagian tangan (kiri),
bagian badan depan, dan saku (tengah), serta
bagian belakang dan detail lainnya (kanan).
Berikut detail ukuran dan penjelasan bagian pola
kain batik.

Gambar 4 Kain Batik Pola I


(Dokumentasi pribadi, 2021)

2. Kain Batik Pola II


Pola untuk kemeja pria pada batik ini didapatkan
dari Komarudin Kudiya, dalam bukunya
Kreativitas dalam Batik. Memiliki bentuk pola
yang berbeda dari sisi pembagian area kain batik.
Adapun kain batik dipecah menjadi dua bagian
atas bawah dari sisi panjang kain (arah lusi). Sisi
atas dari sisi kiri merupakan bagian punggung,
sedangkan sisanya pada sisi atas merupakan pola
untuk badan bagian depan. Bagian bawah sisi kiri
merupakan bagian detail kemeja untuk manset,
dan kerah, sedangkan sisa kearah kanannya

ISBN: 6
Ekadasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

merupakan pola lengan. Adapun area pola saku


ditempatkan diantara pola bagian badan depan
dan detail manset dan kerah di sisi tengah kain.

Gambar 5 Kain Batik Pola II


(Dokumentasi pribadi, 2021)

Terdapat tahapan yang harus dilakukan sebelum


motif asimetris disusun menjadi kain batik berpola,
yaitu :
1. Penentuan motif asimetris yang telah dibuat
menjadi sumber acuan untuk bagian depan
ataupun belakang kemeja ;
2. Setelah penentuan itu, maka dilakukan mirror atau
pencerminan motif secara horizontal. Adapaun hal
ini dilakukan agar motif didapati “adu manis” pada
sisi samping kemeja ;
3. Pola lengan dapat mengambil semua ataupun
detail bagian dari sumber acuan, yang kemudian
harus dilakukan mirror secara horizontal agar
mendapatkan kesatuan motif pada sisi lengan kiri
dan kanan ; dan
4. Untuk pola saku, maka repetasi dari pola depan
dilakukan dengan mengambil bagian sisi kiri badan.

ISBN: 7
Ekadasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Pola komponen kemeja pria berlengan panjang


dilakukan dengan menempatkan bagian pola belakang
(punggung), pola depan kiri, pola depan kanan, lengan
kiri, lengan kanan, manset kiri (2 buah pola persegi
panjang agar terlihat rapi dari sisi luar dan dalam ujung
lengan), manset kanan (2 buah sisi), kerah (2 buah sisi),
penyangga kerah (2 buah sisi). Pola yang ditempatkan
pada kain batik ini, merupakan pola kemeja pria
berukuran L dalam SNI 08-3539-1995.

Gambar 6 Penempatan pola komponen kemeja pria


pada Kain Batik Pola I dan II (kiri ke kanan)
(Dokumentasi pribadi, 2021)

Penempatan pola komponen kemeja pria, telah


disesuaikan guna manyambungnya motif atau “adu

ISBN: 8
Ekadasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

manis” pada sisi samping kemeja dari pola belakang


dan depan (kiri dan kanan). Tidak hanya itu, pola
depan kiri dan kanan pada proses penjahitannya
terdapat penyambungan lidah penutup untuk
menutupi kancing dan lubang kancing, membutuhkan
overlap motif pada pola depan di bagian tengan dari
sisi kiri dan kanan. Saku yang telah memiliki area pola
persegi pun harus sesuai dengan motif yang berada di
bawah nya, yaitu dada pola badan depan kiri.

Saku

Overlap lidah pola


depan

“Adu Manis” titik


pertemuan pola
depan dan belakang
pada sisi samping.

Gambar 7 Layer tersambungnya motif batik asimetris


(pola belakang, depan kiri dan kanan, dan saku)
(Dokumentasi pribadi, 2021)

Diskusi
Sebagaimana telah disebutkan, terdapat dua
dua jenis kain batik pola kemeja pria, yaitu Kain Batik
Pola I dan II. Pada Gambar 4 dan Gambar 5 Telah
dijelaskan ukuran masing-masing Kain Batik. Kain Batik
Pola I memiliki ukuran 2,6 x 1,15 meter, sedangkan Kain

ISBN: 9
Ekadasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Batik Pola II memiliki ukuran kain 2,8 x 1,05 meter.


Variasi ini terjadi akibat lebar kain yang beredar di
pasaran. Namun, dapat disimpulkan bahwa lebar kain
yang lebih kecil memiliki efek akan panjang kain yang
lebih besar. Tidak hanya itu, efek dari lebar kain yang
memiliki ukuran lebih kecil, berefek juga terhadap
ukuran lebar badan. Hal ini berkaitan dengan lebar
badan pola belakang dan pola depan kiri dan kanan.
Pada proses penempatan pola komponen
kemeja pria, penempatan pola difokuskan kali pertama
pada ujung bagian sisi kiri dan kanan pola bagian
belakang. Dilanjutkan dengan pola depan yang pada
sisi kiri diusahakan dapat bertemu dengan titik motif
pola bagian belakang sisi luar kain (motif batik yang
jelas) yaitu sisi kiri belakang. Begitu pula dengan sisi
pola depan kanan yang diusahakan dapat
dipertemukan dengan pola sisi kanan belakang. Hal ini
yang mendasari kecakapan ketelitian yang lebih lanjut
dari komposisi motif batik, khususnya penempatan
ketika penempatan pola motif asimetris.
Pada Gambar 8 dan Gambar 9 merupakan
digitalisasi tiga dimensi dari komponen pola kemeja
pria yang telah dipotong. Berdasarkan hal tersebut,
dasar penelitian ini, yaitu “adu manis” bertemunya sisi
samping kemeja pria, dari proses perancangan yang
disusun guna terciptanya rumusan yang sesuai
tahapan dan metode perancangan dapat
tervisualisasikan.

ISBN: 10
Ekadasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Gambar 8 Potongan komponen pola kemeja pria dan


digitalisasi 3 dimensi dari Kain Batik Pola I

Gambar 9 Potongan komponen pola kemeja pria dan


digitalisasi 3 dimensi dari Kain Batik Pola II

ISBN: 11
Ekadasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Hasil digitalisasi tiga dimensi dari kemeja pria


yang terbuat dari Kain Batik Pola I memperlihatkan
tersambungnya motif secara sempurna, sehingga
terciptanya “adu manis”. Hal ini kurang sesuai dengan
hasil visualisasi tiga dimensi dari kemeja pria yang
terbuat dari Kain Batik Pola II, yang motifnya kurang
menyambung, terutama dipelihatkan dari perbedaan
ketinggian outline organical motif batik Parang.
Adapun hal ini dikarenakan penempatan pola depan
kiri pada kain yang tidak sesuai dengan pinggiran sisi
kanan pola bagian belakang (yang akan menjadi sisi
luar kiri).

Simpulan
Simpulan dari penelitian akan perancangan
komposisi motif asimetris untuk pola kemeja pria,
adalah:
1. Pada proses pendesainan motif asimetris, harus
dipikirkan ujung sisi horizontal dari ragam hias
yang telah dikomposisikan.
2. Ketika motif asimetris ditempatkan pada kain
batik pola kemeja pria, harus terdapat penentuan
acuan, yaitu bagian depan ataupun belakang
yang menjadi sumber patokannya.
3. Setelah penentuan itu, maka dilakukan mirror
atau pencerminan motif secara horizontal.
Adapaun hal ini dilakukan agar motif didapati
“adu manis” pada sisi samping kemeja.
4. Pola lengan dapat mengambil semua ataupun
detail bagian dari sumber acuan, yang kemudian
harus dilakukan mirror secara horizontal agar

ISBN: 12
Ekadasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

mendapatkan kesatuan motif pada sisi lengan kiri


dan kanan.
5. Untuk pola saku, maka repetasi dari pola depan
dilakukan dengan mengambil bagian sisi kiri
badan.
6. Setelah penempatan motif asimetris selesai
menjadi kain batik pola kemeja pria, maka
dilakukan penempatan komponen pola kemeja,
yang tiap garis pinggir pola komponen harus
dicermati bagian pemotongan motifnya, agar
bagian yang harus bertemu bagian pemotongan
tersebut dapat tersambung kembali pada
komponen pola kemeja selanjutnya.
7. Pemotongan komponen pola kemeja secara
digital.
8. Pengecekan potongan komponen pola kemeja
secara 2 dimensi guna mengecek tersambungnya
motif atau “adu manis”, dengan mengecek
bagian:
a. Bagian sisi kiri kanan pola bagian belakang.
b. Bagian sisi kiri pola bagian depan kiri, yang
harus menyambung dengan sisi kiri pola
bagian belakang (sisi terluar kain motif
batik)
c. Bagian sisi kanan pola bagian depan kanan,
yang harus menyambung dengan sisi kanan
pola bagian belakang (sisi terluar kain motif
batik)
9. Penggabungan potongan komponen pola
kemeja secara digital, agar dapat dievaluasi dari
visualisasi 3 dimensi, dengan metode yang sama
dengan poin No.8.

ISBN: 13
Ekadasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Terdapat peluang penelitian yang dapat


dilakukan dimasa mendatang, yaitu perwujudan hasil
desain ini kepada para pengrajin batik, proses
pmolaan-pemotongan pola oleh pihak produksi
busana, dan penjahitan, guna mengecek kenyamanan
arah serat kain dengan penggunanya.
Hal menarik juga dapat dikembangkan menjadi
penelitian selanjutnya, yaitu bagaimana kain panjang
batik (kain panjang yang tidak diperuntukkan menjadi
kain batik untuk pola kemeja pria) dapat memiliki motif
asimetris yang tetap indah selayaknya kain panjang
untuk bawahan, namun dapat dimodifikasi menjadi
kain untuk kemeja lengan panjang pria. Adapun hal
menjadi penelitian yang dapat dikembangkan akibat
kreatifitas pemola-pemotong dan penjahit dalam
bidang busana.

Referensi
Anas, Biranul. (1997). Indonesia Indah “Batik”.
Jakarta: Yayasan Harapan Kita/BP3 TMII.
Coffin, David Page. (2015). The Shirtmaking
Workbook: Pattern, Design, and Construction
Resources. Minneapolis: Creative Publishing
International.
Dewan Standarisasi Nasional. (1995). Ukuran Kemeja
Pria Dewasa Kain Tenun (SNI 08-3539-1995).
Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional
Hamzuri. (1994). Batik Klasik. Jakarta: Djambatan.
Kelley, Tom. (2001). The Art of Innovation. New York:
Doubleday.

ISBN: 14
Ekadasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Moleong, Lexy J. (2001). Metodologi Penelitian


Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyanto, dan Hartono, Lily. (2014). Pola Motif Batik
sebagai Pakaian Sanggit, dalam Proseding Seni
Tradisi (Hal.12-91). Jakarta: Universitas Trisakti
Jakarta.
Rifaah, Irfa. (2020). Analisis Komposisi Motif Kain
Batik yang Berefek Visual Kemeja Pria, dalam
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan
dan Batik (SNIKB) Vol.2 No.1. Yogyakarta: Balai
Besar Kerajinan dan Batik.
Sachari, Agus. (2002). Estetika: Makna, Simbol dan
Daya. Bandung: ITB.
Sachari, Agus dan Suciyati. (2014). Function and
Meaning of Tiga Negeri (Three Lands) Long
Fabric for Women in Mahmud Traditional
Village, Seni Tradisi (pp. 371-383). Jakarta:
Trisakti.
Sanyoto, Sadjiman Ebdi. (2005). Dasar-dasar Tata
Rupa dan Desain (Nirmana). Yogyakarta: Arti
Bumi Intaran.
Wallschlaeger, Charles. (1992). Basic Visual Concepts
and Principles. USA: McGraw Hill.

ISBN: 15

Anda mungkin juga menyukai