POLA BUSANA
Oleh :
Kelompok 8:
FAKULTAS TEKNIK
2017-2018
KATA PENGANTAR
kepada kami. Sehingga kami mampu menyelesaikan Makalah Dasar Busana sesuai
dengan waktu yang kami rencanakan. Makalah ini kami buat dalam rangka
memenuhisalah satu syarat penilaian mata kuliah Dasar Busana. Yang meliputi nilai
Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula
dalam penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu,
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN……………………………………………………………….
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………..
C. TUJUAN…………………………………………………………………………
A. SEJARAH BUSANA………………………………………………………….
B. PENGERTIAN BUSANA……………………………………………………….
C. MACAM-MACAM BUSANA…………………………………………………
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pekerjaan menata busana akan sangat menarik bagi mereka yang ingin
mendalami pengetahuan dan keterampilan di bidang pembuatan busana. Tata
busana adalah kegiatan atau pekerjaan mewujudkan suatu busana atau pakaian,
yang diawali dengan proses pemilihan model, pemilihan bahan atau tekstil,
pengambilan ukuran. pembuatan pola sampai ke teknik menjahit dan
menyelesaikannya. Setiap tahap dalam proses pembuatan busana tersebut saling
berhubungan satu dengan yang lain dan saling mendukung atau menunjang.
Pattem atau pola dalam bidang jahit menjahit adalah suatu potongan kain
atau kertas yang dipakai sebagai contoh untuk membuat busana, pada saat kain
digunting. Potongan kain atau kertas tersebut mengikuti ukuran bentuk badan
dan model tertentu.
Pola dasar busana adalah suatu sistem/cara dalam membuat busana yang
masih baku belum dirubah sesuai dengan model. Pola busana harus digambar
dengan benar berdasarkan ukuran badan seseorang yang diukur secara cermat,
agar hasil jadi busana nantinya sesuai dengan bentuk tubuh sipemakai. Begitu
pula sebaliknya, jika ukuran yang diambil tidak tepat, menggambar pola juga
tidak benar, maka hasil yang didapatkan akan sesuai dengan ukuran seseorang.
Berikut ini akan diulas terlebih dahulu tentang pola dasar dan pecah pola,
sedangkan pemilihan dan pemahaman gambar sketsa mode akan dibahas
kemudian sekaligus dengan cara memecah pola sesuai desain, model, atau sketsa
mode yang dipilih.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pola ?
2. Apa pengertian pola ?
3. Ada berapa macam pola ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah pola.
2. Untuk mengetahui apa pengertian pola .
3. Untuk mengetahui ada berapa macam pola .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Pola
Pada zaman dahulu orang telah mengenal bentuk-bentuk busana atau
pakaian. Bentuk-bentuk busana pada waktu itu sangat sederhana, dengan wujud
geometris yaitu segiempat atau segiempat panjang. Setiap bangsa mempunyai
cara sendiri-sendiri dalam mengenakan pakaian dengan bentuk geometris
tersebut. Ada pakaian yang dilingkarkan atau dililitkan begitu saja pada tubuh,
dibantu dengan tali untuk mengikat, ada pula yang melubangi bagian tengah
bidangnya untuk memasukkan kepala. Dalam perkembangannya, bentuk-bentuk
maupun cara penggunaan busana tersebut digolongkan menjadi bentuk-bentuk
dasar busana, yaitu celemek panggul, ponco, tunika. dan kaftan.
1. Celemek Panggul
Celemek panggul adalah bentuk pakaian yang paling sederhana dibuat
dari sehelai kain panjang yang dililitkan satu atau beberapa kali pada tubuh
bagian bawah dari pinggang sampai lutut atau sampai menutup mata kaki.
Busana atau pakaian ini sering disebut dengan pakaian bungkus. Dalam
perkembangannya pakaian ini dikenal dengan nama kain panjang atau sarung.
2. Ponco
Ponco adalah bentuk dasar busana yang dibuat dari kain segiempat dan
diberi lubang di tengah untuk memasukkan kepala. Sisi baju tidak dijahit.
3. Tunika
Pengembangan bentuk dasar ponco adalah tunika. Dibuat dari kain
segiempat. berukuran dua kali panjang antara bahu sampai mata kaki atau
sampai batas panggul. Kain dilipat dua menurut arah panjangnya, dengan lipatan
di sebelah atas. Pada pertengahan dibuat lubang leher dengan belahan pendek
pada bagian tengah muka. Sisi-sisinya dijahit dari bawah hingga ± 25 cm
sebelum lipatan. Bagian yang tidak dijahit dipakai untuk memasukkan lengan.
Di Indonesia peninggalan bentuk ini disebut baju bodo dan baju kurung.
4. Kaftan
Kaftan merupakan pengembangan bentuk dasar tunika. Karena dibuat
dari kain berbentuk segi empat. Bagian tengah muka dibuat belahan sampai
bawah, hingga cara mengenakannya tidak perlu melalui kepala. Bentuk dasar
busana ini di Indonesia dikenal dengan nama baju kebaya.
B. Pengertian Pola
C. Macam-macam Pola
1. Pola Konstruksi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan