Wanita
Disusun oleh :
FAKULTAS TEKNIK
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga penyusunan tugas akhir dapat di kerjakan dengan baik.
Paper ini saya buat untuk memenuhi persyaratan nilai akhir pada mata kuliah konstruksi
pola busana wanita. Kumpulan dari tugas-tugas harian ini di kumpulkan bentuk paper yang
berjudul “Tugas Akhir Konstruksi Pola Busana Wanita”. Saya mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Cucung selaku dosen Konstruksi Pola Busana yang telah memperkenalkan ilmu tentang
Konstruksi Pola kepada saya dan rekan-rekan sehingga kami dapat lebih memahami dunia Pola.
Mata kuliah konstruksi pola busana wanita mengajarkan bagaimana membuat pola dari
beberapa sistem dan pola-pola dasar wanita lainnya. Dalam penyusunan paper ini masih terdapat
kekurangan. Semoga tugas akhir ini dapat diterima dengan baik, serta bermanfaat.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………...
BAB I Pendahuluan
8.1. Lampiran.....................................................................................................................
PENDAHULUAN
Teori Pola
Pola sangat penting artinya dalam membuat busana. Baik tidaknya busana yang
dikenakan dibadan seseorang (kup) sangat dipengaruhi oleh kebenaran pola itu sendiri. Tanpa
pola, memang suatu pakaian dapat dibuat, tetapi hasilnya tidaklah sebagus yang di harapkan.
Dapat pula di artikan bahwa pola-pola pakaian yang berkualitas akan menghasilkan busana yang
enak di pakai, indah di pandang, da bernilai tinggi, sehingga akan tercipta suatu kepuasan bagi si
pemakai.
Kualitas pola pakaian akan ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya adalah :
1. Ketepatan dalam mengambil ukuran tubuh si pemakai, hal ini harus di dukung oleh
kecermatan dan ketelitian dalam menentukan posisi titik dan garis tubuh serta
menganalisis posisi titik dan garis tubuh si pemakai.
2. Kemampuan dalam menentukan kebenaran garis-garis pola, seperti garis lingkar kerung
lengan, garis lekuk leher, bahu, sisi badan, sisi rok, bentuk lengan, kerah dan lain
sebagainya, untuk mendapatkan garis pola yang luwes harus memiliki sikap cermat dan
teliti dalam melakukan pencocokkan ukuran.
3. Ketetpatan memilih kertas untuk pola, seperti kertas dorslag, kertas karton manila atau
kertas koran.
4. Kemampuan dan ketelitian memberi tanda dan keterangan setiap bagian-bagian pola,
misalnya tanda pola bagian muka dan belakang, tanda arah benang/serat kain, tanda
kerutan atau lipit, tanda kampuh dan tiras, tanda kelim dan lain sebagainya.
5. Kemampuan dan ketelitian dalam menyimpan dan mengarsipkan pola. Agar pola tahan
lama sebaiknya di simpan pada tempat-tempat khusus sepertirak dan dalam kantong-
kantong plastik, di arsipkan dengan memberi nomor, nama, dan tangal serta dilengkapi
dengan buku katalog
Definisi Pola
“Pattern” atau “Pola”, dalam bidang jahit-menjahit dimaksudkan suatu potongan kain
atau potongan kertas, yang dipakai sebagai contoh untuk membuat baju, ketika bahan digunting.
Sewaktu membuat pakaian, pola disesuaikan dengan ukuran-ukuran bentuk badan dan model
pakaian. Untuk pakaian yang dijahit menurut pesanan, sebelum pola dibuat, bagian-bagian
tertentu dari tubuh pemakai diukur satu demi satu dengan pita ukur. Bagian-bagian tubuh yang
diukur mulai dari ukuran lingkar leher, lebar dada, panjang dada, hingga lingkar pinggang dan
panjang punggung. Sebelum digambar dalam ukuran sebenarnya, rancangan pola juga dapat
digambar dalam ukuran kecil berdasarkan skala di dalam buku kostum.
Fungsi Pola
Fungsi pola sangat penting artinya bagi seseorang yang akan menjahit busana, tanpa pola
keindahan dan keserasian berbusana akan terabaikan, sehingga tidak sesuai yang dikehendaki.
Untuk membuat pola busana sesuai gambar model yang dikehendaki dibutuhkan pola dasar. Pola
dasar inilah sebagai dasar untuk membuat pola busana sesuai gambar model.
Macam-macam Pola
Ada beberapa macam pola yang dapat digunakan dalam membuat busana, diantaranya
ialah pola konstruksi dan pola standar. Masing-masing pola ini digambar dengan cara yang
berbeda, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, untuk lebih jelasnya akan
diuraikan satu persatu:
1. Pola Konstruksi
Pola konstruksi adalah pola dasar yang dibuat berdasarkan ukuran badan sipemakai, dan
digambar dengan perhitungan secara matematika sesuai dengan sistem pola konstruksi masing-
masing.
Pembuatan pola konstruksi lebih rumit dari pada pola standar disamping itu juga
memerlukan waktu yang lebih lama, tetapi hasilnya lebih baik dan sesuai dengan bentuk tubuh
sipemakai. Ada beberapa macam pola konstruksi antara lain : pola sistem Dressmaking, pola
sistem So-en , pola sistem Charmant, pola sistem Aldrich, pola sistem Meyneke dan lain-lain
sebagainya.
2. Pola standar
Pola standar adalah pola yang dibuat berdasarkan daftar ukuran umum atau ukuran yang
telah distandarkan, seperti ukuran Small (S), Medium (M), Large (L), dan Extra Large (XL).
Pola standar di dalam pemakaiannya kadang diperlukan penyesuaian menurut ukuran sipemakai.
Jika sipemakai bertubuh gemuk atau kurus, harus menyesuaikan besar pola, jika sipemakai tinggi
atau pendek diperlukan penyesuaian panjang pola.
Menyesuaikan pola standar tidak dapat dilakukan dengan hanya mengecilkan pada sisi
badan atau pada sisi rok, atau menggunting pada bagian bawah pola, pada pinggang atau bagian
bawah rok, karena hal tersebut akan membuat bentuk pola tidak seimbang atau akan
menyebabkan bentuk pola tidak sesuai dengan proporsinya masing-masing.
Caranya adalah dengan mengukur sekeliling pada batas leher, dengan meletakkan jari telunjuk di
lekuk leher.
Diukur pas mengelilingi pinggang, kemudian ditambah 1 cm, atau diselakan 1 jari. Untuk
pinggang ban rok dan slack biasanya dikurangi 1 cm.
Diukur mengelilingi badan bawah terbesar , ditambah 2 cm sebelah atas puncak pantat/ bokong
dengan posisi meteran datar. Diukur pas dahulu, kemudian ditambah 4 cm atau diselakan 4 jari.
Diukur dari bawah ban elastic atau tali pita dibawah pinggang, sampai di bawah ban
sentimeter di panggul.
Diukur dari tulang leher yang menonjol di tengah belakang lurus kebawah sampai di bawah ban
elastis pada pinggang
Diukur 9 cm di bawah tulang leher yang menonjol atau pertengahan jarak bahu terendah dan
ketiak dari batas lengan kiri sampai lengan kanan.
8.Panjang sisi (PS).
Diukur dari batas ketiak ke bawah ban petar pinggang dikurangi 2 s/d 3 cm.
Ukuran Celana
1. Lingkar pinggang.
2. Tinggi pinggul.
3. Lingkar pinggul.
4. Tinggi duduk.
5. Panjang sisi.
6. Lingkar kaki melalui tumit.
7. Lingkar kaki sekeliling telapak kaki
Ukuran Lengan
1. Lingkar lubang lengan.
2. Lingkar pangkal lengan, diukur pas + 6 cm.
3. Panjang lengan dalam dari ketiak.
4. Panjang lengan luar dari puncak lengan.
5. Lingkar bawah lengan, diukur pas + 3 cm.
6. Panjang lengan pendek bagian dalam.
7. Lingkar pergelangan tangan, diukur pas + 2 cm.
Badan Belakang
A-B = panjang punggung
B-C = dalam leher = 1 cm – 11/2 cm
C-D = lebar leher = 1/6 L. Leher
A-E = ¼ lingkar badan – 2 cm
1 cm untuk orang kurus
E-F = panjang sisi
C-G = A-E
G-H = ¼ F-G dikurangi 1 cm
D-I = panjang bahu, dan titik I jatuh pada garis datar H
Garis D-I ditarik terus dengan 1 a 11/2 cm untuk lipit kup bahu belakang
D-K = ½ panjang bahu – 1 cm
J-L = ½ panjang bahu + 1 cm
A-M = 1/10 lingkar pinggang – 1 cm
Tarik garis M-K
Titik N letaknya 4 cm di bawah garis datar dari F
M-O = 2 cm untuk lipit kup pinggang
O-P = ¼ lingkar pinggang – 2 cm (orang kurus 1 cm) dikurangi jarak A-M
F-Q = garis datar
Q-R = ½ lebar punggung
Tarik garis R-S tegak lurus
Gambar lubang lengan menurut gambar contoh
Tarik garis lipit kup N-O
K-T = 6 cm panjang lipit kup bahu
Tarik garis L-T
Tepi pola badan di gambar dengan garis biru dan T, belakang dengan garis titik-garis.
Muka
A-B = 2 cm
D-G = C-F
G-H = 5 cm
Gambar garis bawah sama dengan pinggang datar dahulu baru melengkung.
Garis sisi digambar dari E ke F cembung di bagian tengah 1 m dan dari F ke I lurus miring
dengan mistar ditarik.
Belakang
A-B = 2 cm
A-E = ¼ lingkar pinggang – 2 cm atau 1 cm seperti badan ditambah 2 cm untuk lipit kup, karena
belakang harus pakai lipit kup
D-G = C-F
G-H = 5 cm
Blouse Dalam
Konstruksi
Pola Pola Kerah
Blouse Lengan Setali =
Lengan Kimono
Kerah Setali Kerah Pasang
1. Rok dari pola dasar, merupakan rok yang modelnya seperti pada pola dasar tanpa ada
lipit atau kerut. Rok biasanya menggunakan retsleting pada bagian tengah muka atau
tengah belakang.
2. Rok span dan semi span, rok span merupakan rok yang bagian sisi bawahnya
dimasukkan 2 sampai 5 cm ke dalam sehingga terlihat kecil ke bawah, sedangkan rok
semi span merupakan rok yang bagian sisinya lurus ke bawah atau bagian bawah sama
besarnya dengan bagian panggul.
3. Rok pias, nama dari rok pias tergantung jumlah pias atau potongan yang dibuat,
misalnya rok pias 3, rok pias 4, rok pias 6 dan seterusnya.
4. Rok kerut yaitu rok yang dibuat dengan model ada kerutan mulai dari batas pinggang
atau panggul sehingga bagian bawah lebar.
5. Rok kembang atau rok klok, yaitu rok yang bagian bawahnya lebar. Rok ini dikenal
dengan rok kembang, rok lingkaran dan rok ½ lingkaran.
6. Rok lipit, rok lipit ada 3 yaitu rok lipit pipih, rok lipit hadap dan rok lipit sungkup. Rok
lipit pipih yaitu rok yang lipitannya dibuat searah seperti rok sekolah murid SD. Rok lipit
hadap yaitu rok yang lipitnya dibuat berhadapan, baik pada bagian tengah muka, tengah
belakang atau diatur beberapa lipitan pada sekeliling rok. Sedangkan rok lipit sungkup
yaitu rok yang lipitnya dibuat berlawanan arah. Misalnya lipit yang satu dibuat kekanan
dan yang satu lagi dibuat arah ke kiri. Lipit ini juga sama dengan lipit pada bagian dalam
atau bagian buruk bahan pada lipit hadap.
7. Rok bertingkat yaitu rok yang dibuat beberapa tingkat. Rok ini ada yang dibuat 2 atau 3
tingkat yang diatur panjangnya. Umumnya bentuk rok ini sering dijumpai pada busana
anak-anak. Tapi tahun ini rok ini juga sedang trend dipakai oleh orang dewasa dan
busana muslim.
Dengan arah jatuhnya lipit, maka dikenal ciri-ciri jatuhnya lipit-lipit tersebut dengan
istilah :
a. Lipit pipih : satu lipatan menghadap ke arah tertentu, kiri atau kanan. Bila ada beberapa
lipit yang jatuh nya kesatu arah, disebut rok pipih searah. Kalau lipitnya tidak dilipat
terus kebawah maka rok itu disebut rok lipit bebas.
b. Lipit hadap : dua lipit pipih yang berhadapan misalnya pada contoh pola rok lipit hadap,
pada tengah muka dan tengah belakang.
c. Lipit sungkup : dua lipit pipih yang bertentangan arah, misalnya contoh-contoh rok lipit
sungkup pada tengah muka dan tengah belakang.
Berdasarkan model dan siluetnya, beberapa aneka jenis rok akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Accordion Skirt, yaitu rok dengan ploi-ploi rata, lembut, halus dan sempit. Ploi tersebut
dibuat dengan cara dijahit atau disetrika dengan bahan kimia. Ploi model seperti ini banyak
digunakan untuk gaun pada abad 19. Baru pada abad 20, model ploi seperti itu mulai
digunakan sebagai aplikasi pada rok atau blus dan sangat populer di tahun 1920 – 1950.
b. A-line Skirt, yaitu rok dengan model melebar di bagian bawah dan membentuk semacam
huruf A. Nama lain dari rok model ini adalah semi flared skirt.
c. Ballerina Skirt, yaitu rok dengan 2 layer dan layer terluar biasanya adalah kain tile yang
dikerut dibagian pinggang dan dibiarkan lepas dibagian bawah sehingga nampak
mengembang. Model rok seperti ini populer di tahun 1950, dan saat ini lebih dikenal dengan
nama rok tutu.
d. Ballon Skirt, yaitu rok yang dijahit kerut pada bagian pinggang dan dibagian bawah juga
dijahit kerut pada lapisan dalamnya (furing), sehingga timbul kesan menggembung pada
bagian tengahnya.
e. Draped skirt, yaitu rok yang dibuat dengan teknik drapping, yaitu adanya layer yang
bertumpuk yang dibuat dari selembar kain lebar dengan serat serong yang dilipat, sehingga
menghasilkan ploi lembut yang dibiarkan jatuh bebas menggantung.
CONTOH GAMBAR :
Accordion A-line
Ballerina
Ballon
Macam – macam kerah
1. Kerah Rebah : kerah yang pada gambar model (desain) nampak jatuhnya pada bahu
sebagian besar sejajar garis bahu. Kerah rebah ini disebut juga kerah tidur atau kerah
pipih atau kerah Peter Pan ( seorang pelawak, yang umumnya memakai baju dengan
kerah rebah yang ada variasinya. Ujung kerah dapat ber variasi, bulat, runcing, dan lain-
lain.
2. Kerah Setengah Tegak : prinsipnya sama, hanya tumpukannya pada bahu terendah 4 cm
atau 6 cm dan menurut tumpukan ini garis leher diturunkan dengan ukuran yang sama,
supaya jatuhnya kerah lebih tegak. Kerah setengah tegak merupakan kerah yang memiliki
penegak di bagian belakang leher dan merebah di bagian muka. Ciri kerah ini pada
bagian belakang tampak lebih tinggi dikarenakan ada penegaknya.
3. Kerah Tegak : kerah yang letaknya tegak yang berada di sekeliling leher, dan hampir
menutupi setengah panjang leher dan jika dilihat dari belakang akan tampak tegak dan
tinggi. Salah satu variasi kerah tegak adalah kerah model tutrleneck dan kerah model
chinese.
4. Kerah Kemeja : kerah yang terdiri dari dua bagian , yaitu kerah dan kaki kerah.
5. Kerah Rever : kerah yang berbentuk kelapak. Dalam menggambar pola rever, pola ini di
bentuk menjadi dua bagian, dimana bagian bawah menyatu dengan badan dan bagian atas
dibuat terpisah.
6. Kerah Scraf : kerah yang dapat dibentuk dari kain persegi panjang dan bisa juga di
bentuk seperti segitiga yang caranya di lilit ke leher.
7. Kerah Surplice : kerah bentuk setali dengan garis penutup yang melampaui tengah muka.
8. Kerah Cape : kerah yang berbentuk lingkaran / ½ lingkaran, kerah ini pada dasarnya
adalah bagian yang terpisah dari baju. Setelah itu cape pendek dijahitkan posisinya di
bagian leher gaun.
9. Kerah Shawl Setali : kerah yang di gunting bersatu dengan badan. Ciri – ciri kerah setali
ialah pada tengah belakang kerah ada jahitan sambungan.
CONTOH GAMBAR :
Kerah Rever
Kerah Scraf
Lengan setali ialah lengan yang digunting bersatu dengan badan, jadi tidak ada kampuh atau
jahitan pada lubang lengan. Lengan setali ini dapat digambar bagian muka terpisah dari bagian
belakang atau bersatu. Ketiga syarat yang tertulis pada pola :
Garis bahu lengan setali dapat digambar lurus seperti contoh lengan setali dengan konstruksi
badan muka dan belakang bersatu dengan jarak pada bahu terendah 2 cm tambahan. Garis bahu
lengan setali dapat juga di sorongkan dari bahu terendah ke bawah lengan. Ujung lengan dapat
berupa melengkung atau cembung, tanpa panjang lengan pada bagian ketiak. Bila panjang lengan
pada ketiak diinginkan, ketiak dapat dibentuk melengkung dan ujung lengan lurus.
Blus
Blus adalah pakaian yang menutupi badan bagian atas sampai di bawah pinggang, sedikit atau
banyak. Blus dapat dipakai di luar rok atau di dalam rok. Blus yang dipakai di luar rok
panjangnya berdasarkan desainnya atau model. Blus yang di pakai ke dalam rok, tambahan di
bawah pinggang 15 cm sampai sepanjang tinggi panggul. Blus yang panjang sampai lewat
panggul di pakai di luar rok di sebut tunik.
I.Pemindahan lipit kup pada tempat-tempat umum, yaitu pada enam tempat sekeliling tepi pola
dasar muka, menjadi tujuh dengan tempat aslinya.
1. Garis hias pas dada, bila ada di dada dan garis pas bahu, bila dekat bahu.
2. Garis hias princess, garis potongan vertikal yang jalan lurus dari bahu ke bawah melalui
puncak buah dada, atau dari tengah lubang lengan melengkung melalui puncak buah dada
terus ke bawah pinggang. Bila potongan garis princess tidak melalui puncak buah dada,
umumnya nampak lipit kup kecil dari garis princess menuju ke puncak buah dada.
3. Garis hias empire, garis potongan melintang di bawah buah dada kurang lebih 8 cm.
Umumnya dari garis empire ini ada lipit kup kecil menuju ke puncak buah dada, berupa
lipit kup biasa dengan macam-macam variasi arah atau dirancang sebagai kerut-kerut.
Supaya garis empire jatuhnya tepat dan pas badan, maka pada sisi garis potongan empire
dikurangi 1 cm. Pada pemindahan lipit yang berbentuk kerut-kerut, pada leher, pada pas
bahu dan garis empire harus ada perbaikan garis yang akan dikerut. Ada yang dikurangi
dan ada yang ditambah supaya jatuhnya kerut-kerut tidak gelembung atau tertarik.
4. Garis hias bervariasi dari garis hias pas dada atau bahu dengan garis hias princess atau
dengan garis hias empire.
Cara memindahkan lipit kup pola dasar kedalam garis hias prinsipnya sama dengan
memindahkan pada empat-tempat umum. Lipit kup asli pada bahu ditutup, lipit kup pada
pinggang juga ditutup, kalu pada desain tidak nampak lipit kup pada pinggang
Setelah lipit kup asli ditutup bentuk pola dasar menjadi lekum. Pada lekum pola dasar ini garis-
garis hias yang ada pada model atau desain digambar menurut perbandingan. Kemudian garis-
garis dari model yang telah digambar digunting, sehingga pola menjadi beberapa bagian. Pada
bagian yang tidak dapat diletakkan datar dicari potongan menuju ke puncak buah dada, sehingga
semua bagian dari pola dasar yang telah terpisah dapat diletakkan datar pada kain.