Anda di halaman 1dari 35

PENDEKATAN TERAPEUTIK

(PSIKODINAMIK THERAPY & BEHAVIOUR THERAPY)


DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

Disusun Oleh:
KELOMPOK 13
1. Agil Cahya Batara (1914301098)
2. Anastasya Cahya Lestari (1914301061)
3. Sila Restu Ria (1914301088)
4. Feni Meliani (1914301085)

KEMENTRIAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya selaku penulis dapat menyusun makalah ini yang
berjudul “Pendekatan Terapeutik (Psikodinamik Therapy & Behaviour Therapy) Dalam
Asuhan Keperawatan” tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah.

Tegineneng, 9 Februari 2021


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Intervensi dan Psikoterapi.................................................................................................3
2.2 Terapi Psikodinamika........................................................................................................4
2.3 Terapi Behavior.................................................................................................................9
2.4 Asuhan Keperawatan.......................................................................................................13
2.5 Daftar Soal.......................................................................................................................28

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan......................................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................32

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Corey (2005) mengemukakan bahwa psikoanalisa merupakan sebuah model
pengembangan kepribadian dengan pendekatan psikoterapi. Teori Freud banyak
dikembangkan pada model konseling dan terapi psikologis, sekaligus menjadai salah
satu menu wajib dalam memahami dimensi kepribadian manusia. Psikoanalisa klasik
yang kemudian berkembang dalam psikoanalisa kontemporer tetap menjadi salah satu
pertimbangan konselor dan terapis dalam menentukan pendekatan psikoanalisa modern.
Salah satu kritik terhadap psikoanalisa adalah memandang manusia secara deterministik
sehingga dianggap melemahkan martabat kemanusiaan sebagai individu yang penuh
dinamika dan memiliki kebebasan. Perilaku deterministik disebabkan oleh kekuatan
irasional, motivasi ketidaksadaran, dorongan-dorongan biologis dan insting. Perhatian
sentral psikoanalisa adalah dorongan instingtif. Perkembangan manusia ditentukan pada
masa kanak-kanak merupakan salah satu deskripsi dari pandangan pesimisme dan
pasivitas terhadap manusia. Pendekatan psikoanalisa bersifat klinis dan mementingkan
energi-energi psikis dan kurang mengakui aspek kognitif. Posisi individu hanya
ditentukan oleh model perkembangan pada masa kanak-kanak berimplikasi pada
munculnya kritik dan teori baru yang memiliki cara pandang berbeda dengan
psikoanalisa. Pada tahun 1950-an banyak eksperimen yang dilakukan oleh psikolog dan
terapis dalam upaya pengembangan potensi manusia, Salah satu temuan baru yang
didapatkan adalah menganggap pentingnya faktor belajar pada manusia, di mana untuk
memperoleh hasil belajar yang optimal diperlukan reinforcement sehingga teori ini
menekankan pada dua hal dua hal penting yaitu learning dan reinforcement serta
tercapainya suatu perubahan perilaku (behavior). Dalam perkembangan lebih lanjut
teori ini dikenal dengan behavior therapy dalam kelompok paham behaviorisme, yang
dikembangkan melalui penelitian eksperimental.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah pendekatan terapeutik dengan
terapi psikodinamika dan terapi behavioristik dan asuhan keperawatannya.

1
1.3 Tujan Penulisan
Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, penulis memiliki beberapa tujuan
diantaranya:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi.
2. Untuk mengetahui dan memahami pendekatan terapeutik (terapi psikodinamika
dan terapi behaviour).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Intervensi dan Psikoterapi


Intervensi adalah usaha yang dilakukan untuk mengubah kehidupan klien.
Intervensi dapat berupa psikoterapi. Psikoterapi dilakukan sesuai metode-metode
pendekatan dalam psikologi, dilakukan secara sengaja, untuk membantu orang
memodifikasi perilaku, kognitif, emosi, karakter pribadi dan secara keseluruhan,
psikoterapi dilakukan sesuai tujuan klien (Norcross, 1990). Pada psikoterapi ada
komunikasi antara klien dan terapis, ada kepercayaan dari klien terhadap terapis
begitu pula sebaliknya terapis dapat menjaga kepercayaan klien dengan menjaga
rahasia atau informasi yang diberikan klien saat terapi berlangsung dan berikutnya
dalam psikoterapi ada tujuan yang ditentukan atau disepakati diawal oleh terapis
dan klien.

Tahapan dalam Psikoterapi:


1. Datang (dengan rujukan atau sendiri)
2. Kontak pertama (isi form pendaftaran)
3. Asesmen awal (wawancara atau tes)
4. Keputusan (treatmen apa)
5. Penjelasan tentang terapi, kemudian tercapai kesepakatan antara klien dan terapis
6. Sesi terapi
7. Termination (penghentian)
8. Follow up (terjadi sesuai kesepakatan, apakah diperlukan atau tidak)
9. Evaluasi

Sejarah Terapi Psikodinamika


a. Periode Pertama
1. Peristiwa seksual awal yang menyakitkan bagi pasien (penganiayaan,
pelecehan) mengakibatkan kecemasan dan akhirnya muncul gejala lain.
2. Kekuatan tak sadar (mimpi, slip of tongue, humor).
3. Represi: membuat pengalaman menjadi sesuatu yang tidak disadari
4. Resistensi: membuat pengalaman tetap menjadi sesuatu yang tidak
disadari.

3
5. Transferensi: perasaan pasien terhadap terapis
6. Kasus Katharina menguatkan “kekuatan seksual sebagai dasar bagi
berbagai masalah neurotik”

b. Periode kedua:
1. Oedipus Complex (putra dan ibu)
2. Electra Complex (putri dan ayah)
3. Pentingnya masa golden age bagi perkembangan kepribadian

c. Periode ketiga
1. Id : insting dasar
2. Ego : bagian pikiran yang disadari
3. Superego: standar masyarakat yang diinternalisasi termasuk yang
dianggap ideal dan kata hati yang bermoral
4. Dorongan seks dan agresi-instingtual dalam id harus dapat dikontrol oleh
ego agar mampu berfungsi di masyarakat.
5. Teknik: asosiasi bebas, katarsis dan interpretasi untuk meningkatkan
insight
6. Thn 1920, Psikoanalisis sebagai metode terapi surut karena kesembuhan
pasien tidak permanen.

d. Periode Keempat:
1. Perhatian kepada transferens sampai pasien menemukan insight.
2. Klien melihat terapis sebagai ayah. Sampai menemukan insight kenapa
masalahnya muncul dan working through atau menyesuaikan dengan
insight dan akhirnya klien membaik

2.2 Terapi Psikodinamika


Jung

Adapun ide Jung yang berpengaruh bagi psikoterapi pendekatan psikodinamika

antara lain:

3. Ide ketidaksadaran kolektif pada ketidaksadaran pribadi. Tingkah laku

seseorang banyak diarahkan oleh ide-ide dan gambaran-gambaran tidak sadar

4
yang diturunkan kepadanya.

4. Analisis Jungian: eksplorasi mimpi dan fantasi bukan hanya untuk makna

pribadi tetapi juga untuk hubungan kultural dan spiritualnya

5. Jung menggunakan simbol-simbol dalam menganalisa kasus klien

6. Konsep takdir (maksud yang terkandung dalam perkembangan manusia,

kerinduan akan reinkarnasi). Konsep takdir dapat digunakan dalam konseling

kelompok/grup retreat

7. MBTI (16 tipe)

Adler

Sumbangan ide Adler bagi intervensi klinis pendekatan psikodinamika antara lain:

1. Social interest: sifat yang melekat pada diri manusia yang memungkinkan

keberadaan fenomena hubungan sosial, kegiatan kooperatif, mengedepankan

kepentingan sosial diatas kepentingan pribadi, dan gaya hidup yang didominasi

sifat sos.

2. Creative self: menginterpretasi dan memaknai pengalaman serta mencari cara

untuk mengisi tempat khusus seseorang di dunia ini. Bila pengalaman tidak ada

self yang kreatif akan mencoba mensintesiskan melalui imajinasi.

3. Inferiority feelings dan striving for superiority or power

4. Fictional finalism: orang dimotivasi oleh ekspektasi terhadap masa depannya.

5. Freud meyakini masa lalu sebaga penyebab, Adler fiksi atau gambaran final

berfungsi sebagai penuntun.

6. Orang berusaha meraih tujuan.

7. Analisis interaksi keluarga dan urutan kelahiran

Ide Karen Horney dan Sullivan

Ide Karen Horney antara lain:


1. Hubungan manusia yang terganggu pada awal kehidupan anak melahirkan basic
anxiety.

5
2. Neurotic needs, strategi untuk mengatasi kecemasan dasar.
a. Bergerak mendekati orang-orang (membutuhkan cinta)
b. Bergerak menjauhi orang-orang (membutuhkan independensi)
c. Bergerak melawan orang-orang (membutuhkan kekuasaan)
3. Konflik batiniah yang berasal dari kebutuhan neurotik dapat dihindari atau diatasi
bila orang itu dibesarkan dengan rasa aman, cinta dan kepercayaan.
4. Konflik tidak melekat pada sifat manusia.

Ide Sullivan antara lain:


1. Kepribadian adalah refleksi dari jumlah total seluruh pikiran dan perilaku
interpersonal bukan sebuah entitas dan distinct
2. Hubungan intim orang muda (sesama jenis dulu baru dengan lawan jenis)

• Perkembangan Selanjutnya
Alpert mengungkapkan tentang object relation. Object relations difokuskan pada
objek yang biasanya mengacu pada orang-orang kepada siapa pasien menanamkan
perasaan yang kuat. Bayi berelasi dengan payudara ibu, makin lama makin
kompleks.

Beberapa waktu kemudian berkembang Self psychology dengan tokoh yang


bernama Kohut. Patologi dasar dari gangguan borderline dan narsistik dianggap
sebagai kemandekan atau perkembangan self. Adapun faktornya antara lain cacat
fisik, cacat genetik, separation stress, kesulitan orang tua dalam mendukung aspek
self yang timbul dan mengindividualisasi. Setiap pasien memiliki potensi untuk
mengaktifkan self, namun kebutuhan untuk bertahan dalam depresi membuatnya
tidak dapat diaktifkan.

Intervensi terapiutik menghilangkan pertahanan ini memungkinkan klien melewati


depresi dan mengatasi kemandekan perkembangannya. Insight sejati sering
dianggap melibatkan kemampuan untuk mengambil perspektif, sebuah situasi
dimana klien memahami perannya dalam dinamika hubungannya di masa lalu
maupun di masa kini.

6
Psikoterapi psikoanalisa klasik rata-rata membutuhkan waktu 4 tahun. Kemudian
muncul brief psychodinamic therapy, dengan rata-rata terapi hanya 4 sesi, ada yang
sampai 25 sesi. Brief psychodinamic therapy menekankan pada kekuatan-kekuatan
yang dimiliki saat ini dan bagaimana mengatasi masalah dengan fokus pada here
and now, fokus pada problem tertentu, klinisi lebih aktif, agak kurang netral dan
sering berusaha membentuk aliansi kerja dengan cara efisien dan efektif.

• Terapi Psikodinamika
Freud mengembangkan model psikoterapi pertama, kemudian dinamakan terapi
psikodinamika atau psikoanalisa. Psikoanalisa dapat membantu memunculkan
kesadaran, yang direpresentasikan oleh ego, untuk memunculkan id. Misal : seorang
lelaki menyadari rasa marah yang tidak dapat diselesaikannya karena ibu yang
mendominasi atau menolak dengan menguasai hubungan intimnya dengan
perempuan di masa dewasa.

• Prinsip dan Karakteristik Inti Terapi Psikodinamika


1. Konflik intrapsikis dan tidak sadar sangat penting bagi perkembangan
manusia.
3. Terapis mengeksplorasi berbagai upaya untuk menghindari topik-topik atau
aktivitas-aktivitas yang menghalangi kemajuan terapi.
4. Psikopatologi berkembang terutama dari pengalaman masa kanak-kanak awal.
5. Diharapkan bahwa isu2 dan dinamika2 kehidupan yang signifikan akan
muncul kembali dalam hubungan yang dibentuk pasien dengan terapis, yang
menghasilkan transferensi dan kontransferensi (perasaaan terapis dengan
pasien), yang masing- masing dapat bersifat positif dan negatif.
6. Interpretasinya difokuskan pada transferensi, mekanisme pertahanan dan
gejala- gejala saat ini, serta penyelesaian masalah-masalah ini.

• Contoh Terapi dalam Pendekatan Psikodinamika


1. Analisa mimpi
a. Selama tidur, pertahanan ego menurun & impuls-impuls yang tidak diterima
menemukan sarana berekspresi
b. Mimpi adalah jalan kerajaan menuju alam bawah sadar yang biasanya
disangkal.

7
c. Dengan mengungkap isi manifes dari suatu mimpi dan kemudian
mengasosiasi-bebaskan isi mimpi, ahli analisis dan klien berupaya
mengungkap makna bawah sadar.

2. Asosiasi bebas
a. Proses mengeluarkan pikiran-pikiran yang tanpa sensor segera setelah
muncul dalam pikiran
b. Diyakini bahwa secara bertahap mematahkan defens yang membatasi
kesadaran dari proses-proses ketidaksadaran
c. Asumsinya bahwa dengan melepaskan semua hal yang menghambat proses
berfikir seseorang, kesenangan-kesenangan sosial, dan aturan-aturan lain,
hal-hal yang sifatnya unconscious akan lebih mudah muncul dipermukaan.
3. Transferens
Transferens adalah bagaimana klien memperlakukan terapis, tidak hanya
menunjukkan dirinya tapi juga merefleksikan perasaan dan sikap klien terhadap
orang-orang penting yang berpengaruh dalam hidupnya. Freud menyatakan
bahwa transference relationship menunjukkan konflik masa kecil yang dialami
klien, dan countertransference adalah bagaimana terapis memproyeksikan
perasaannya kepada klien.
4. Variasi lain
a. Terapi Adler
Pada terapi Adler, yang menjadi sasaran kesembuhan dengan reedukasi
klien, sehingga mereka bisa hidup di tengah masyarakat sebagai anggota
yang sederajat, yang mau memberi dan menerima dari orang.
Adapun caranya dengan meningkatkan kesadaran pribadi, memodifikasi
premis- premis fundamental, tujuan hidup, konsep dasar. Sasaran dari
proses edukatif dari terapi :
1) Mendorong adanya interes sosial
2) Menolong klien mengatasi perasaan patah semangat dan rendah diri
3) Memodifikasi pandangan klien pada sasaran, yaitu dengan mengubah
gaya hidup mereka
4) Mengubah motivasi yang keliru
5) Membantu klien merasakan kesamaan derajat dengan orang lain

8
6) Membantu orang menjadi anggota masyarakat yang ikut memberikan
sumbangannya.

Pada terapi Adler, fungsi utama dari terapis adalah membuat penilaian yang
komprehensif pada berfungsinya klien. Dalam kegiatan terapi, ditemukan:
a. Kekeliruan yang mendasar, sehingga belajar cara membetulkan asumsi-
asumsi serta kesimpulan yang tidak benar.
b. Menemukan bahwa mereka memiliki sumber dan pilihan-pilihan yang bisa
dimanfaatkan dalam hal menangani isu-isu hidup dan tugas-tugas hidup.

2.3 Terapi Behavior


1. Classical Conditioning
Tokoh yang terkenal pada pendekatan ini adalah Pavlov yang menggunakan anjing
sebagai objek eksperimennya. Kemudian Watson menggunakan tikus dan suara
keras. Pada prakteknya, pendekatan ini efektif untuk menangani perilaku
mengompol pada anak (nocturnal enuresis). Terapinya dengan menggunakan
bantalan yang dipasang bel, bila bantalan basah bel berbunyi menimbulkan kaget
pada anak. Sehingga anak akan berusaha tidak ngompol supaya tidak kaget dengan
suara bel.

2. Operant Conditioning
Pada pendekatan operant conditioning, perilaku akan bertahan atau meningkat
dengan reinforcer atau penguat. Pada kasus Tuan Evans yang kehilangan semangat
terapi setelah sakit stroke. Teh dan snack sore hari menarik Tuan Evans untuk mau
menjalankan terapi. Yang perlu diingat adalah reinforcement tidak terbatas hanya
pada makanan.

3. Terapi Perilaku Lain


a. Token ekonomi adalah pemberian reward untuk perilaku yang diharapkan.
Pemberian reward pada token ekonomi tidak langsung. Saat perilaku yang
diharapkan muncul, maka klien diberikan token. Token tersebut dikumpulkan
untuk kemudian pada jumlah atau waktu tertentu ditukarkan dengan barang
atau kegiatan yang sudah disepakati diawal.

9
b. Time out diberikan untuk mengatasi gangguan tingkah laku pada anak dengan
menempatkan anak di tempat yang sepi dalam jangka waktu pendek
c. Modeling atau peniruan perilaku yang diobservasi. Modeling merupakan ide
dari Albert Bandura. Bandura menggunakan media video saat menerapi klien.
d. Desensitisasi sistematik. Tokoh desentitisasi sistematik adalah Wolpe.
Desentisisasi k bisa digunakan untuk menangani kecemasan, fobia, ketakutan.
Desentisisasi sistematik biasa didampingi dengan relaksasi. Klien diminta
untuk menghadapi ketakutannya mulai dari tingkat yang paling ringan sampai
yang paling berat. Saat klien mulai merasa tidak nyaman, maka diberikan
relaksasi.
e. Flooding bisa diberikan pada klien dengan keluhan berat badan berlebih. Klien
diminta untuk menyebutjan makanan kesukaannya yang dapat memengaruhi
berat badan. Misalnya suka makan aneka gorengan. Kemudian terapis
menyediakan aneka gorengan dengan jumlah yang banyak dan klien diminta
untuk segera mengahabiskan gorengan. Efek

• Prinsip dan Karakteristik Inti Terapi Perilaku


1. Perilaku abnormal biasanya didapat dan dipertahankan berdasarkan prinsip-
prinsip yang sama dengan perilaku adaptif.
2. Perilaku dapat dimodifikasi melalui prinsip-prinsip belajar sosial.
3. Asesmen harus berkelanjutan dan difokuskan pada anteseden dan konsekuensi
perilaku.
4. Teori dan temuan eksperimental dari psikologi ilmiah menjadi pedoman
intervensi.
5. Efektivitas dan kegunaan intervensi tertentu untuk masalah tertentu dievaluasi
secara sistematis.
6. Hasilnya dievaluasi dengan melihat banyaknya perubahan, daya
generalisasinya dan maintenance-nya.

• Terapi Kognitif-Perilaku
Tokoh-tokoh behavioris mulai banyak menggunakan konsep kognitif, karena emosi
mengikuti pikiran. Orang yang berkeyakinan sesuatu hal yang buruk akan terjadi,
timbul cemas atau depresi saat hal itu terjadi.

10
Terapi Kognitif
Salah satu contohnya adalah Rational Emotive Therapy (RET). RET
mengungkap gagasan-gagasan keliru klien dan membantu menggantinya
dengan ide yang benar.

Sebelas keyakinan yang ditemukan pada klien dalam terapi kognitif antara
lain:
a) Mutlak perlu bagi saya untuk dicintai dan disetujui oleh hampir semua
orang yang memiliki hubungan dekat dengan saya.
b) Saya harus benar-benar kompeten dan adekuat dalam semua hal kalau
tidak, saya tidak berarti apa-apa.
c) Orang-orang tertentu memang jahat atau culas dan harus dipersalahkan
atau dihukum (dengan hukuman yang tidak sesuai dengan apa yang telah
dilakukan)
d) Bila ada hal-hal yang berjalan tidak sesuai dengan keinginan saya, maka
itu menjadi bencana besar bagi saya.
e) Beberapa hal memang sangat berbahaya dan mengancam nyawa, jadi
saya harus selalu memikirkannya.
f) Lebih mudah untuk menghindari kesulitan dan tanggung jawab daripada
menghadapinya
g) Saya tidak mampu melakukan berbagai hal sendiri, saya harus dapat
menemukan seseorang yang lebih kuat yang dapat saya andalkan.
h) Apa yang telah terjadi pada diri saya di masa lalu menentukan apa yang
saya kerjakan dan pikirkan sekarang, karena beberapa kejadian yang
traumatik di masa lalu sekarang pasti juga akan sama traumatiknya.
i) Saya mesti ikut merasa resah atas masalah dan gangguan yang dialami
orang lain.
j) Selalu ada solusi yang benar dan tepat untuk semua masalah manusia,
dan bila solusi itu tidak ditemukan, saya pasti merasa sangat kesal.

• Prinsip dan Karakteristik Inti Terapi Kognitif


1. Keterkaitan antara berbagai kejadian, penilaian terhadapnya dan keadaan
emosional dan psikologis yang dihasilkan dikemukakan kepada klien

11
2. Intervensi biasanya berjangka pendek, tidak lebih dari 20 sesi
3. Terapi dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan memodifikasi asumsi-asumsi
dasar, keyakinan-keyakinan inti dan skemata yang maladaptive
4. Terapi sering melibatkan kegiatan di luar sesi dimaksudkan untuk
mendiskonfirmasikan keyakinan-keyakinan yang maladptif dan kesalahan-
kesalahan kognitif
5. Klien dan klinisi berkolaborasi sepenuhnya
• Terapi Kognitif-Behavioral
Dobson (1988), 3 proposisi fundamental Terapi Kognitif-Behavioral
1. Aktivitas kognitif memengaruhi perilaku (penilaian terhadap kejadian
memengaruhi respon terhadap kejadian
2. Aktivitas kognitif dapat dimonitor dan diubah
3. Perubahan perilaku yang diinginkan dapat dipengaruhi melalui perubahan
kognitif.

Terapi kognitif-behavioral menekankan peningkatan keterampilan Self efficacy (penilaian


diri akan kemampuannya), hal ini penting karena merupakan determinan utama dari apakah
perilaku diprakarsai atau tidak, berapa banyak usaha yang dibutuhkan, berapa lama harus
terus berusaha, social problem solving berkorelasi positif dengan kompetensi sosial, dan
berkorelasi negatif dengan psikopatologi, latihan ketrampilan mengatasi masalah
meningkatkan kompetensi sosial dan mengurangi perilaku maladaptif, membantu mengatasi
stress.

12
2.4 Asuhan Keperawatan
I. PENGKAJIAN
1. BIODATA
Nama : Tn.A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 26 tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Kristen
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kisaran
Tanggal Masuk RS : 12 Maret 2016
No. Register : 03.30.28
Ruangan kamar : Dolok Martimbang
Tanggal pengkajian : 24 Mei 2016
Diagnosa Medis : Skizofrenia paranoid

2. Keluhan Utama
Klien sering tiba-tiba ingin merusak barang, memukul orang.Klien mudah
marah dan tersinggung bila diajak berbicara.Klien merasa tidak nyaman
diruangannya karena klien menganggap orang yang tidak dikenalnya adalah orang
jahat.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Provocative/palliative
Klien sering melamun dan tidak mau melakukan apa-apa, lebih suka
menyendiri. Tiba-tiba ingin mengamuksaat diajak berbicara oleh orang
disekitarnya dan klien mengatakan dengan menyendiri atau mengamuk, keadaan
akan menjadi lebih baik danklien merasa puas.
b. Quantity/quality
Klien mengatakan tidak suka di ruangannya karena klien merasa bahwa
ada yang mengancam dirinya sehingga klien merasa tidakaman dan nyaman oleh
karena itu juga klientampak lebih senang menyendiri.

13
c. Severity
Klien merasa cemas, takut dengan orang-orang dilingkungansekitarnya
sehingga klien merasa tidak aman dan nyaman.
d. Time
Sampai saat ini klien masih mengalami kondisi tersebut selama 1 tahun
terakhir ini.

6. Riwayat kesehatan masa lalu


Klien sudah mengalami gangguan jiwa selama 1 tahun terakhir ini dan
klien baru pertama kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa, klien sebelumnya tidak
pernah dirawat ataupun dioperasi.

7. Riwayat Kesehatan Keluarga


Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa seperti
klien, begitu juga dengan saudara kandung klien tidak memiliki riwayat gangguan
jiwa dan juga keluarga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dan anggota
keluarga tidak ada yang meninggal.

8. Riwayat Keadaan Psikososial


Klien mengatakan ia kesal, marah karena merasa sudah di asingkan oleh
keluarga karena penyakitnya.Klien tidak merasakan ada yang kurang dari dirinya,
klien paling menyukai bentuk tubuhnya yaitu hidungnya karena ia merasa
hidungnya mancung, klien ingin cepat sembuh dan ingin pulang ke rumah tetapi
klien merasa jengkel, kesal karena sudah dianggap sakit jiwa oleh seluruh
keluarganya apalagi klien hanyalah seorang anak laki-laki yang tidak memiliki
pekerjaan dan hanya tamatan SMP, klien juga merasa orang-orang disekitarnya
terlihat memusuhinya dan mengancam dirinya sehingga klien merasa tidak aman
dan nyaman. Saat diajak berkomunikasi klien tampak tegang dan menjawab
dengan suara tinggi.Sesaat setelah marah-marah klien tampak menyesal dan
mengatakan menjadi takut dengan orang yang mendekatinya.

14
Klien menganggap ibunya adalah orang yang paling berarti, hubungan
keluarga klien kurang harmonis karena klien sering berkelahi dengan ayah dan
abangnya dan selama klien dirawat di rumah sakit jiwa hubungan sosialisasi
dengan orang lain juga kurang baik karena klien lebih banyak menyendiri dan
kurang percaya dengan orang lain, klien menganggap orang lain adalah ancaman
karena kurangnya sosialisasi antar klien dengan teman-teman di ruangan,
menyebabkan klien memiliki teman yang terbatas. Dan klien merasa semua orang
memusuhinya.Klien menganut keyakinan Agama Kristen tetapi selama klien di
rumah sakit klien jarang mengikuti ibadah.

9. Status Mental
Klien sadar penuh (compos mentis), klien berperilaku curiga melihat orang
lain, klien kurang memperhatikan penampilannya, karena ia rasa tidak terlalu
penting. Saat wawancara klien mudah diajak berbicara, namun klien berbicara
cepat, pandangan tajam dan menjawab pertanyaan dengan singkat-singkat dengan
suara agak tinggi dan klien kurang konsentrasi, klien mengatakan sering ingin
marah terhadap orang-orang disekitarnya karena klien merasa bahwa orang-orang
terlihat memusuhinya sehingga ia rasa mengancam dirinya. Proses pikir klien
terganggu terlihat dari apa saja yang dikatakannya tentang orang-orang yang ada
disekitarnya, klien terus berpikir bahwa semua orang adalah orang jahat dan
mengancam dirinya.

10. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum klien Compos mentis, suhu tubuh T: 36,5˚C, Tekanan dara
(TD): 110/90 mmhg, nadi (RR): 80x/I, pernafasan (HR): 23x/i, tinggi badan:
160cm, berat badan: 63kg.Bentuk kepala klien bulat, simetris dan normal dengan
kulit kepala kotor dan bau, wajah klien tampak merah dan tegang, klien memiliki
2 mata dengan posisi simetris, dan tidak ada kelainan, pandangan klien tajam
ketika klien marah, hidung klien simetris dengan dua lubang hidung dan tidak ada
cuping hidung, bentuk telinga klien simetris kiri dan kanan, tetapi klien sesekali
mendengar suara-suara yang menyuruhnya melakukan kekerasan, mulut klien
kurang bersih, bibir menghitam karena rokok, gigi merapat, gigi kuning dan kotor,

15
klien dapat membedakan rasa asam dan manis, rahang klien terlihat mengatup
ketika rasa marah muncul, tidak dilakukan pemeriksaan pada leher, kulit klien
warna coklat dan sedikit kotor, akral klien hangat dan turgor kembali normal, kulit
disekitar mata terdapat lingkaran hitam, klien terlihat mengepalkan tangannya
ketika rasa marah muncul, suka melempar dan memukul, klien sering gelisah dan
berjalan mondar-mandir di ruangan.

11. Pola Kebiasaan Sehari-Hari


Klien makan 3kali sehari, nafsu makan klien kuat, tidak ada riwayat alergi
maupun mual muntah.Saat makan klien tampak memisahkan diri baik saat
sarapan, makan siang maupun makan sore.Klien saat makan lahap, 1 porsi
makanan habis dengan nasi + lauk + sayur, tidak ada masalah saat makan dan
minum.
Tubuh klien terlihat kurang bersih tetapi klien rajin mandi, gigi dan mulut
terlihat kotor, kuku kaki dan tangan panjang.Aktivitas mandi, makan, eliminasi,
ganti pakaian dilakukan secara mandiri tetapi masih berantakan, klien kurang mau
beraktivitas dengan orang lain karena selalu curiga dan selalu ingin marah dengan
teman lain yang mendekatinya dan juga klien tidak mau ikut kebaktian yang
diadakan di rumah sakit.
Klien BAB 2 kali sehari, karakter feses normal, tidak ada perdarahan,
terakhir BAB dipagi hari, tidak diare dan tidak pernah menggunakan
laksatif.Klien kurang lebih 4 kali sehari BAK, tidak menggunakan kateter, tidak
nyeri, tidak menggunakan diuretic dan tidak ada masalah saat BAK.
Mekanisme koping klien maladaptif. Klien mengatakan apabila ada
masalah maka ia akan menyendiri, memikirkan sendiri masalahnya, klien jarang
membicarakan masalahnya dengan orang lain.

16
II. ANALISA DATA

No Data Masalah keperawatan


1. DS:
Klien mengatakan merasa
cemas, bahwa ada yang
mengancam dirinya
diruangan
DO: Gangguan rasa nyaman
1. Klien menyendiri
2. Klien tidak suka jika ada
yang mendekat kepadanya
3. Klien khawatir orang lain
menyakiti dirinya

2. DS:
Klien mengatakan mudah
marah dan sering emosi
hingga ingin merusak
barang-barang, memukul
orang.
DO: Resiko Perilaku Kekerasan
1. Marah-marah tanpa
sebab
2. Gelisah dan tidak
nyaman
3. Terlihat sering
mengepalkan tangan
4. Merusak barang-barang

17
III. Rumusan Masalah
a. Masalah Keperawatan:
1. Gangguan Rasa Nyaman
2. Resiko Perilaku kekerasan
b. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
Gangguan rasa nyaman ditandai dengan klien merasa gelisah, cemas,
kurang puas dengan keadaan, kurang senang dengan situasi tersebut,
ketidakmampuan untuk relaks, curiga dan merasa terancam di lingkungan
sekitarnya.

IV. Perencanaan Keperawatan


Gangguan Rasa Nyaman
Perencanaa Keperawatan

Dx:Gangguan rasa nyaman


NOC (Nursing Outcome Clasification):
1. Status kenyamanan lingkungan
2. Status kenyamanan fisik
3. Status kenyamanan psikospiritual
4. Status kenyamanan sosiokultural
Kriteria Hasil:
1. Tingkat kecemasan
2. Kepuasan klien: lingkungan fisik
3. Tingkat rasa takut
4. Tingkat rasa stress

Rencana Tindakan Rasional


NIC (Nursing Intervention 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
Clasification): meyakinkan
1. Pengurangan kecemasan 2. Manipulasi lingkungan klien untuk
2. Manajemen lingkungan: mendapatkan kenyamanan yang
kenyamanan optimal
3. Pemberian obat 3. Pertahankan prinsip 6 benar obat
dukungan
4. Dukungan spiritual
5. Peningkatan sistem 6. Dukungan kelompok
18
5. Anjurkan klien untuk berpartisipasi
4. Mendorong klien untuk
dalam kegiatan sosial dan masyarakat
mengikuti kegiatan ibadah dan
berdoa 6. Anjurkan klien mengikuti TAK

Resiko Perilaku Kekerasan


Perencanaa Keperawatan

Dx: Perilaku kekerasan


Tujuan dan kriteria hasil:
1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang dilakukannya
4. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasannya
5. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya
6. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, verbal, dan
dengan terapi obat.

Rencana Tindakan Rasional


1.Bina hubungan saling percaya 1. Kepercayaan dari klien merupakan
hal yang mutlak serta akan
2. Bantu klien mengidentifikasi memudahkan dalam melakukan dalam
penyebab perilaku kekerasan. pendekatan dan tindakan keperawatan
kepada klien.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-
tanda perilaku kekerasan 2. Berikan klien kesempatan
mengungkapkan perasaan kesalnya
4. Diskusikan bersama klien perilaku untuk mengurangi setress dan penyebab
kekerasan apa yang dilakukan saat perasaan kesal diketahui
marah
. 3. Menarik kesimpulan bersama klien
. 5. Diskusikan akibat perilaku supaya klien mengetahui secara garis
verbal, dan minum obat
kekerasannya

. 6. Bantu klien untuk mengontrol


perilaku kekerasan dengan cara fisik,
19
besar tanda-tanda marah atau kesal.

4. Klien mengetahui perilaku kekerasan


yang biasa dilakukan dan dapat membantu
klien menemukan cara yang dapat
menyelesaikan masalah

5. Dengan mengetahui akibat perilaku


kekerasan diharapkan klien dapat merubah
perilaku kekerasannya

6. Mengajarkan kepada klien cara


mengontrol perilaku kekerasan secara fisik,
verbal , maupun spiritual.

7. Latih klien minum obat secara teratur


dengan prinsip 5 benar (benar nama,
pasien, obat, waktu,dan dosis obat) disertai
penjelasan guna obat dan akibat berhenti
minum obat).

20
V. Implementasi dan Evaluasi
1. Gangguan Rasa Nyaman
Hari/tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Selasa, 24 Gangguan 1. Mengajarkan S:
Mei 2016 rasa pasien untuk 1. Klien mengatakan
nyaman melakukan teknik masih cemas/takut
tarik napas dalam dengan teman
(relaksasi) diruangannya
2. Mengusahakan karena mereka akan
lingkungan yang berbuat jahat kepada
kondusif bagi klien klien
dan meyakinkan 2. Klien mengatakan
klien bahwa ia tidak mau minum
aman dekat obat
perawat. O:
3. Menjelaskan - Klien tampak
manfaat obat gelisah
(Risperidone 2mg, - Klien kurang
Chloro 50 fokus
mg)kepada klien A:
Gangguan rasa nyaman
(+)
Klien tidak mau minum
obat (+)
P:
intervensi dilanjutkan
1. Menganjurkan klien
mengikuti ibadah
2. Anjurkan klien
bergabung dengan
kegiatan kelompok
seperti TAK.

21
Rabu, 25 Gangguan 1. Menanyakan S:
Mei 2016 rasa kembali kepada 1. Klien lupa dengan
nyaman klien cara relaksasi manfaat minum obat
tarik napas dalam 2. Klien mengatakan
dan manfaat akan minum obat
minum obat agar dia cepat
2. Menjelaskan pulang
kembali kepada 3. Klien mengatakan
klien bahwa tidak ingin
minum obat sangat mengikuti kegiatan
penting untuk ibadah
kesembuhan klien 4. Klien mengikuti
3. Mengajarkan TAK dan mulai
kepada klien untuk berinteraksi dengan
berdoa dan teman diruangannya
mengikuti kegiatan O:
ibadah - Klien tampak
4. Menjelaskan tenang
kepada klien - Klien ingin
manfaat dikunjungi
berinteraksi keluarganya
dengan teman A:
seperti mengikuti Klien tidak ingin
TAK mengikuti ibadah (+)
P:
intervensi dilanjutka

Kamis, 26 Gangguan 1. Menanyakan S:


Mei 2016 rasa kembali kepada 1. Klien masih
nyaman klien topic mengingat topik
pertemuan yang dibicarakan

22
sebelumnya semalam
2. Menjelaskan 2. Klien mengatakan
kembali manfaat sudah mulai nyaman
beribadah dengan
3. Memberi motivasi lingkungannya
bahwa keluarga karna saat
klien pasti ingin mengikuti TAK dia
klien cepat sembuh berinteraksi dengan
dan pulang teman-temannya
3. Klien mengatakan
malas mengikuti
kegiatan ibadah
4. Klien mengatakan
ingin bertemu
dengan keluarganya
O:
- Klien tenang
- Klien sudah
mau berbicara
dengan
temannya
A:
Klien tidak ingin
mengikuti kegiatan
ibadah (+)
P:
Intervensi dilanjutkan

23
2.Resiko Perilaku Kekerasan
Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi
tanggal
Selasa, 24 Perilaku 1. Membina hubungan S :
Mei 2016 kekerasan saling percaya 1. Klien mau
dengan berjabat tangan
menggunakan salam dan berinteraksi
09.00 wib terapeutik, berjabat 2. Klien mengatakan
SP 1 tangan, menjelaskan marah dan kesal
tujuan interaksi, dan jika diganggu,
membuat kontrak 3. Klien
topik, waktu, dan mengatakan jika
tempat setiap kali dia mulai marah
bertemu klien. jantungnya
2. Mendiskusikan berdetak kencang,
tentang penyebab tangan mengepal,
marah, kesal yang muka merah
dialami klien 4. Klien mengatakan
3. Mengidentifikasi kalau sudah
tanda-tanda perilaku marah akan
kekerasan melempar barang-
4. Mengkaji perilaku barang, berkelahi
kekerasan apa yang 5. Klien mengatakan
dilakukan saat orang-orang
marah disekitarnya
5. Mengkaji akibat menjadi takut
perilaku kekerasan 6. Klien
klien mengorientasikan
6. Membantu klien kembali cara tarik
mengontrol perilaku nafas dalam dan
kekerasan secara memukul kasur
fisik. dan bantal.

24
7. Menganjurkan klien O:
memasukan ke - Klien tampak
dalam jadwal gelisah
kegiatan harian - Tangan
mengepal
- Klien tidak
mau berjabat
tangan
A:
Klien masih cepat
marah (+)
P:
Intervensi
dilanjutkan
Selasa, 24 Perilaku 1. Membina hubungan S:
Mei 2016 kekerasan saling percaya 1. Klien masih ingat
2. Menanyakan kembali kepada perawat
kepada klien dan klien mampu
11.00 wib SP 2 bagaimana cara mengorientasikan
mengontrol perilaku kembali cara tarik
kekerasan secara fisik napas dalam.
1. 2. Klien mengatakan
3. Melatih klien minum malas minum
obat secara teratur obat.
dengan prinsip 6 benar O:
(benar klien, obat, - Klien tampak
dosis, cara, waktu dan tenang
kontinuitas) - Klien mau
4. Menganjurkan klien berjabat
memasukan ke dalam tangan
jadwal kegiatan harian

25
A:
Klien malas minum
obat (+)
P:
Intervensi
dilanjutkan

Rabu, 25 Perilaku 1. Membina hubungan S:


Mei 2016 kekerasan saling percaya 1. Klien tersenyum
2. Menanyakan kembali 2. Klien minum obat
kepada klien prinsip 3. Klien mengatakan
6 benar minum obat mau mencoba
10.00 wib SP 3 3. Mengajarkan klien meminta dengan
cara mengungkapkan baik, menolak
rasa marah secara dengan baik,
verbal mengungkapkan
4. Menganjurkan klien perasaan dengan
memasukan ke dalam baik.
jadwal kegiatan O:
harian - Klien tenang
- Ekspresi
wajah baik
A:
Klien belum bisa
meminta dengan baik
(+)
P:
Intervensi
dilanjutkan

26
Rabu, 25 Perilaku 1. Membina hubungan S:
Mei 2016 kekerasan saling percaya 1. Klien mengatakan
2. Diskusikan hasil senang perawat
latihan mengontrol berbincang-
13.00 Wib perilaku kekerasan bincang
SP 4 secara verbal dengannya lagi
3. Mengajarkan klien 2. Klien
latihan untuk mengorientasikan
beribadah cara meminta,
4. Masukan ke jadwal menolak dan
latihan berdoa mengungkapkan
perasaan dengan
baik
3. Klien
mengatakan tidak
ingin mengikuti
ibadah
O:
- Mimik wajah
klien baik
- Klien ingin
beribadah
A:
Klien tidak ingin
beribadah (+)
P:
Intervensi
dilanjutkan

27
2.5 Daftar Soal
1. Pemberian hadiah untuk perilaku yang diharapkan dengan pemberian token sampai
batas tertentu barulah reward dapat diberikan. Pernyataan tersebut merupakan
pengertian dari ….
A. Time out
B. Modeling
C. Token ekonomi
D. Desensitisasi sistematik
E. Flooding
2. Berikut yang bukan merupakan Prinsip dan Karakteristik Inti Terapi Kognitif-
Perilaku adalah ….
A. Keterkaitan antara berbagai kejadian
B. Intervensi biasanya berjangka pendek, tidak lebih dari 20 sesi
C. Psikopatologi berkembang terutama dari pengalaman masa kanak-kanak
awal.
D. Terapi sering melibatkan kegiatan di luar sesi
E. Klien dan klinisi berkolaborasi sepenuhnya
3. Perhatikan data berikut!
1) Bergerak mendekati orang-orang (membutuhkan cinta)
2) Bergerak menjauhi orang-orang (membutuhkan independensi)
3) Bergerak melawan orang-orang (membutuhkan kekuasaan)
4) Orang berusaha meraih tujuan.
5) Analisis interaksi keluarga dan urutan kelahiran
6) Fictional finalism: orang dimotivasi oleh ekspektasi terhadap masa depannya.
Dari data di atas yang merupakan sumbangan ide Adler bagi intervensi klinis
pendekatan psikodinamika adalah….
A. 1-2-3
B. 1-3-5
C. 2-4-6
D. 4-5-6
E. 1-5-6

4. Berikut ini yang merupaka contoh eksperimen Operant Conditioning pada terapi
behavior adalah….

28
A. Tuan Evans yang kehilangan semangat terapi setelah sakit stroke. Teh
dan snack sore hari menarik Tuan Evans untuk mau menjalankan terapi.
B. Percobaan menggunakan tikus dan suara keras.
C. Menangani perilaku mengompol pada anak dengan memasang bel pada
bantalan. Jika bantalan basah maka bel akan berbunyi. Dengan begitu anak
berusaha tidak akan mengompol karena risih jika mendengar bel berbunyi.
D. Percobaan pada anjing ditutup matanya untuk mencari keberadaan bau-bauan
tertentu menggunakan indera penciuman.
E. Melatih pasien buta untuk berjalan menggunakan tongkat.
5. Psikoterapi psikoanalisa klasik rata-rata membutuhkan waktu berapa lama?
A. 3,5 tahun.
B. 8 bulan
C. 5-7 bulan
D. 4 tahun
E. Tergantung keadaan atau kondisi pasien
6. Therapy yang menekankan pada kekuatan-kekuatan yang dimiliki saat ini dan
bagaimana mengatasi masalah dengan fokus pada hereandnow, fokus pada problem
tertentu, klinisi lebih aktif, agak kurang netral dan sering berusaha membentuk aliansi
kerja dengan cara efisien dan efektif adalah pengertian dari therapy?
A. Terapi Adler
B. Analisa mimpi
C. Terapi behavior
D. RationalEmotiveTherapy
E. Briefpsychodinamictherap
7. Sebutkan salah satu sejarah terapi psikodinamika periode ke-2
A. Pentingnya masa golden age bagi perkembangan kepribadian
B. Tranferensi: perasaan pasien terhadap terapis
C. Id: insting dasar
D. Ego:bagian pikiran yang di sadari
E. Superego
8. Sebutkan tahapan pertama dalam psikoterapi
A. Sesi terapi
B. Datang(dengan rujukan atau datang sendiri)
C. Kontak pertama

29
D. Keputusan
E. Evaluasi
9. Sebutkan salah satu sejarah terapi psikodinamika periode pertama
A. Pentingnya masa golden age bagi perkembangan kepribadian
B. Id:insting dasar
C. Tranferensi: perasaan pasien terhadap terapis
D. Ego:bagian pikiran yang di sadari
E. Superego
10. Berikut ini yang bukan merupakan sumbangan ide Adler bagi intervensi klinis
pendekatan pasikodinamika antara lain
A. Inferiority feelings dan striving for superiority or power
B. Fictional finalism: orang dimotivasi oleh ekspektasi terhadap masa depannya.
C. Freud meyakini masa lalu sebaga penyebab, Adler fiksi atau gambaran final
berfungsi sebagai penuntun.
D. Konflik tidak melekat pada sifat manusia.
E. Analisis interaksi keluarga dan urutan kelahiran

30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terapi psikodinamika atau disebut juga psikoanalisa dapat membantu memunculkan
kesadaran, yang direpresentasikan oleh ego. Terapi kognitif-behavioral adalah aktivitas
kognitif memengaruhi perilaku (penilaian terhadap kejadian memengaruhi respon
terhadap kejadian; aktivitas kognitif dapat dimonitor dan diubah; perubahan perilaku
yang diinginkan dapat dipengaruhi melalui perubahan kognitif.

31
DAFTAR PUSTAKA

Nietzel, M.T., Bernstein, D.A., Milich, R. 1998. Introduction to Clinical Psychology (5th
Ed). New Jersey: Prentice Hall.

Phares, E. Jerry. 1992. Clinical Psychology Concept, Methods, and Profession (4th Ed).
California: Brooks/Cole Publishing Company.

Wiramihardja, Sutardjo A. 2007. Pengantar Psikologi Klinis (Edisi Revisi). Bandung: Refika
Aditama.

32

Anda mungkin juga menyukai