Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

Komunikasi adalah bagian yang penting dalam kehidupan dan menyatu dengan kehidupan
kita. Setiap saat, manusia selalu berkomunikasi dan menggunakannya dalam berinteraksi dengan
manusia lain. Kata-kata yang diucapkan seseorang adalah komunikasi, diamnya seseorang adalah
komunikasi, tertawanya seseorang adalah komunikasi, dan menangisnya seseorang adalah
komunikasi. Dengan berkomunikasi, kehidupan kita akan interaktif dan menjadi lebih dinamis (Tri
Anjaswari, 2016).

H wahjudi nugroho (2009), Komunikasi dalam keperawatan gerontik adalah


komunikasi yang di aplikasikan dalam praktek asuhan keperawatan lansia. Komunikasi
dengan lansia adalah suatu proses penyampaian pesan/gagasan dari perawat atau pemberi
asuhan keperawatan pada lansia dan di peroleh tanggapan dari lansia, sehingga diperoleh
kesepakatan bersama tentang isi pesan komunikasi. Tercapainya komunikasi berupa pesan
yang disampaikan oleh komunikator (perawat) sama dengan pesan yang di terima oleh
komunikan (lansia).

A. Cara berkomunikasi  dengan lansia


1. Hindari memberi saran, kecuali diminta
Biasanya, orangtua memberi nasihat dan meminta anak untuk
mendengarkannya. Tapi sebaliknya, bila saat ini orang tua yang diberi nasihat
mungkin takkan berjalan dengan semestinya. Terkadang sulit bagi beberapa lansia
untuk menerima nasihat atau saran dari anaknya. Karena itu, memberikan saran
sebaiknya dihindari kecuali Anda yakin telah diminta. Biasanya lebih baik meminta
pihak lain yang posisinya netral yang menjadi pemberi saran.  Meski demikian,  Anda
dapat memberikan dorongan dan dukungan, tanpa memberikan nasihat.
2. Dengarkan apa kata orang tua
Benar-benar mendengarkan apa yang dikatakan sesepuh Anda. Jangan
menyela atau memotong pembicaraan. Dengarkan terlebih dulu apa yang diucapkan
dan disampaikan lansia. Kemudian, setelah itu Anda bisa mencoba mengutarakan apa
yang ingin disampaikan pada orang tua.
3. Terima perbedaan opini
Tak selamanya dalam satu sekeluarga ada satu kesepahaman. Karena itu,
hormati pendapat orang lain, dalam hal ini orang tua Anda dan jangan abaikan bila ia
tidak setuju dengan Anda. Dengarkan semua opininya,  bila memungkinkan cobalah
untuk berkompromi ketika perlu mengambil sebuah keputusan.

4. Bicara dengan suara sedikit lebih nyaring


Beberapa lansia mengalami masalah pendengaran karena fungsi
mendengarnya sudah menurun. Tetap tenang dan berbicara dengan cara yang lembut
dan tanpa basa-basi. Berbicaralah lebih nyaring, jika perlu, tetapi hindari berteriak.
Pastikan pengucapannya jelas, hindari bergumam dan berbicara terlalu cepat. Fokus
pada satu ide dan gunakan kalimat singkat serta sederhana. Jika orang yang Anda
cintai masih belum memahami apa yang Anda katakan, cobalah untuk
mengucapkannya secara berbeda dan menggunakan kata-kata yang berbeda.
5. Hindari merendahkan
Pastikan upaya Anda untuk "meningkatkan volume" dan memperlambat pola
bicara tidak dianggap merendahkan. Bahkan jika orang tua mengalami demensia atau
gangguan pendengaran yang ekstrem, hindari berbicara seolah-olah mereka anak-
anak.
6. Pastikan suasana yang nyaman/tak berisik
Hindari melakukan percakapan di tengah-tengah suara bising atau berisik
seperti kendaraan, televisi atau radio. Anda dan orang tua menjadi sulit fokus
berkomunikasi.  Matikan televise atau radio, atau paling tidak kecilkan volumenya.
Bicaralah secara berhadap-hadapan sehingga orang tua dapat menangkap ekspresi
wajah Anda.
7. Upayakan untuk tertawa
Tertawa benar-benar obat terbaik. Momen-momen lucu sering muncul.
Bersikap terbuka, hindari perbincangan terlalu serius. Tertawa bersama dapat
meredakan ketegangan dan membangun kedekatan dengan orang yang Anda cintai.

B. Teknik berkomunikasi dengan lansia

Menurut Aspiani (2014), karakteristik lansia berbeda-beda sehingga kita harus


memahami lansia tersebut. Dalam berkomunikasi dengan lansia ada teknik-teknik khusus
agar komunikasi yang dilakukan berlangsung lancar dan sesuai tujuan yang diinginkan, yaitu:
1. Teknik Asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima dan memahami lansia dengan
menunjukkan sikap peduli dan sabar untuk mendengarkan dan memerhatikan ketika
lansia berbicara agar maksud komunikasi dapat dimengerti. Asetif merupakan
pelaksanaan dan etika berkomunikasi.
2. Responsif
Reaksi terhadap fenomena yang terjadi pada lansia merupakan suatu bentuk
perhatian yang dapat diberikan. Ketika terdapat perubahan sikap terhadap lansia
sekecil apapun hendaknya mengklarifikasi tentang perubahan tersebut.

3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya untuk tetap konsisten terhadap komunikasi yang
diinginkan. Hal ini perlu diperhatikan karena umumnya lansia senang menceritakan
hal yang tidak relevan.
4. Suportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik aspek fisik maupun psikis secara
bertahap menyebabkan emosi lansia menjadi labil. Perubahan ni dapat disikapi
dengan menjaga kestabilan emosi lansia, misalnya dengan mengiyakan, senyum, dan
mengaggukkan kepala ketika lansia berbicara.
5. Klarifikasi
Perubahan yang terjadi pada lansia menyebabkan proses komunikasi tidak
berjalan dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu dilakukan agar maksud pembicaraan
dapat dimengerti.
6. Sabar dan Ikhlas
Perubahan pada lansia yang terkadang merepotkan dan kekanakkanakan.
Apabila tidak disikapi dengan sabar dan ikhlas akan menimbulkan perasaan jengkel
sehingga komunikasi tidak berjalan dengan baik. Hal tersebut menimbulkan
kerusakan hubungan komunikasi.

Menurut Zen (2013), dalam berkomunikasi dengan lansia ada beberapa teknik yang dapat
dilakukan yaitu:
a. Pendekatan perawatan terhadap lansia baik secara fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual serta menunjukkan rasa hormat dan keprihatinan.
b. Berkomunikasi menggunakan bahasa yang baik dengan menggunakna kalimat
sederhana dan pendek, kecepatan dan tekanan suara tepat, berikan kesempatan
lansia untuk bicara, hindari pertanyaan yang mengakibatkan lansia menjawab
“ya” dan “tidak” dan ubah topik pembicaraan jika lansia sudah tidak tertarik.
c. Komunikasi nonverbal yang meliputi perilaku, kontak mata, ekspresi wajah,
postur dan tubuh, dan sentuhan.
d. Meningkatkan komunikasi dengan lansia yaitu dengan memulai kontak.
e. Suasana komunikasi harus diciptakan senyaman mungkin saat berkomunikasi
dengan lansia, misalnya posisi duduk berhadapan, jaga privasi, penerangan
yang cukup, dan kurangi kebisingan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertaankan dan meningkatkan
kontrak dengan oran lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari
orang seringkali salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah.
Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingka laku
dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi denan orang lain dan
dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus
berlangsung secara dinamis yan maknanya dipacu dan ditransmisikan.
Komunikasi pada lansia tidaklah begitu sulit dibutuhkan teknik-teknik
tersendiri untuk melakukan komunikasi pada lansia banyak hal-hal yang harus
diperhatikan diantaranya :

1. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.


2. Tehknik untuk wawancara.
3. Kendala dan hambatan dalam komunikasi.
4. Mood dan privasi
5. Aspek-aspek yang harus diperhatikan.

B. Saran
Komunikasi pada lansia baiknya dilakukan secara bertahap supaya
mudah dalam pemahamannya. Lansia merupakan kelompok yang sensitive dalam
perasaannya oleh sebab itu, saat komunikasi harus berhati-hati agar tidak
menyinggung perasaannya.

Anda mungkin juga menyukai