Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

Disusun Oleh

DIKI STIAWAN
2021207209027

PRODI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2021
1
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI

A. KASUS / MASALAH UTAMA : RESIKO BUNUH DIRI


1. Pengertian Bunuh Diri
a. Bunuh diri didefinisikan oleh herdman (2015) sebagai tindakan yang secara sadar
dilakukan oleh klien untuk mengakhiri kehidupnya.
b. Bunuh diri merupakan suatu sindrom yang merupakan manifestasi dari trauma psikologis
yang sangat dalam , tidak mempunyai harapan, dan harapan yang rendah untuk
mendapatkan pertolongan terhadap penderitaan yang dialami (brendel et al, 2018 dalam
varcolis & halter, 2010).
c. Bunuh diri adalah tindakan sengaja membunuh diri sendiri.menyakiti diri adalah istilh
lenbih luas mengacu pada disengaja keracunan diri sendiri secra sengaja atau cedera, yang
mungkin tidak memiliki niat. Fatal atau hasil (WHO,2014)
d. Bunuh diri adalah penyebab keempat kematian untuk usia 25-44, dan penyebab utama
kedelapan kematian bagi individu usia 45-64.
e. Bunuh diri adalah penyebab kesepuluh kematian, jumlah lebih banyak dari pembunuhan,
yang merupakan lima belas penyebab utama kematian di Amerika Serikat
(AamericanAssociation of Psikologi) (dalam, stuart,2013)

2. Kategori Bunuh Diri, (stuart, 2017)


a. Nunuh diri langsung
Bunh diri langsung adalah tindakan yang disadari dan disengaja untuk mengakhiri
hidupnya seperti pengorbanan diri (membakar diri), mrnggantung diri,mrnrmbak diri
sendiri, meracuni diri, melompat dari tempat yang tinggi, menenggelamkan diri, atau
sufokasi.
b. Bunuh diri tidak langsung
Bunuh diri tidak langsung adalah keingin tersembunyi yang tidak disadari untuk mati, yang
ditandai dengan prilaku kronis beresiko seperti penyalahgunaan zat, makan berlebihan,
aktifitas seks bebas, ketidakpastuhan terhadap program medis, atua olahraga atau pekerjaan
yang membahayakan.

3. Prilaku Resiko Bunuh Diri


2
Menurut (stuart 2013). Prilaku bunuh diri biasanya dibagi ke dalam kategori ide bunuh diri,
ancaman bunuh diri, percobaan bunuh diri, dan bunuh diri.
a. Ide bunuh diri adalah pemikiran untuk melakukan bunuh diri. Ide bunuh diri bisa pasif
ketika hanya ada pikiran untuk bunuh diri tanpa niat untuk bertindak atau aktif ketika ada
pemikiran dan rencana yang menyebabkan kematian.
b. Ancaman bunuh diri yaitu berupa peringatan langsung atau tidak langsung, verbal aau
nonverbal, bahwa seseorang berencana untuk mengakhiri hidupnya. Orang dengan
ancaman bunuh diri dapat membuat pernyataan seperti berikut:
‘’apakah anda akan mengingat saya ketika saya pergi,’’
‘’saya tidak akan berada disini lebih lama lagi’’
‘’tidak ada yang bisa saya lakukan lagi.’’
c. Percobaan bunuh diri
Semua tindakan bunuh diri terhadap diri sendiri yang dilakukan olrh individu yang sangat
menyebabkan kematian, jika tidak dicegah.
d. Bunuh diri
Upaya tindakan bunuh diri yang akan menyebabkan kematian jika tidak ditemukan tepat
pada waktunya.
Juga mengkomunikasikan secara nonverbal dengan memberikan harta berharga, membuat
surat wasiat atau peraturan pemakaman, atau menarik diri dari persahabatan dan kegiatan
social.

4. Jenis Bunuh Diri


a. Bunuh diri egoistik adalah karena kecewa terhadap masyarakat, maka ia meninggalkan
masyarakat itu.
b. Bunuh diri altruistic adalah bunuh diri demi orang lain atau membersihkan kesalahannya.
c. Bunuh diri anomik adalah bunuh diri dalam keadaan masyarakat yang kacau (tidak ada
hukuman, pegangan agama menurun, dukungan social tidak ada).

5. Skala
a. Skala intensitifitas bunuh diri (S I R S)
1) Skore 0 :
Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang.
2) Skore 1 :
Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri.
3) Skore 2 :
3
Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.
4) Skore 3 :
Mengancam bunuh diri, missal: tinggalkan saya atau saya bunuh diri.
5) Skore 4 :
Aktif mencoba bunuh diri.

b. SAD persons scale


1. Seks (laki-laki)
2. Usia lebih muda 19 atau lebih tua dari 45 tahun
3. Depresi (cukup parah untuk dianggap signifikan secara klinis)
4. Mencoba bunuh diri sebelumnya atau menerima layanan kesehatan
5. Alcohol berlebihan atau penggunaan narkoba
6. Berfikir rasional yang terpisah, bercerai atau janda (atau orang lain akhir dari
hubungan yang signifikan)
7. Rencan bunuh diri terorganisir atau attermp serius tidak ada atau sedikit dukungan
social penyakit kronis atau penyakit medis.

6. Rentang Respon

 Peningkatan diri

4
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap situasional
yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari
pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan di tempat kerjanya.
 Pengambilan resiko yang meningkatkan pertumbuhan
Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami perilaku destruktif atau
menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti
seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap
pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
 Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang
membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya karena pandangan pimpinan
terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seseorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau
bekerja seenaknya dan tidak optimal.
 Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencedaraan diri akibatnya hilangnya harapan
terhadap situasi yang ada.
 Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.

7. Mitos Dan Fakta Resiko Bunuh Diri


Mitos
 Orang-orang yang berbicara tentang bunuh diri tidak bunuh diri. Bunuh diri terjadi tanpa
peringatan.
 Bunuh diri diwariskan, atau ‘’berjalan dalam keluarga’’
 Semua orang bunuh diri adalah gangguan jiwa, dan bunuh diri adalah tindakan orang
psikotik.
 Ancaman bunuh diri merupakan upaya untuk mencari perhatian dan tidak harus siambil
serius.
 Orang-orang biasanya melakukan bunuh diri dengan cara overdosis obat.
 Jika seseorang telah mencoba bunuh diri, dia tidak akan melakukannya lagi.

Fakta
 Delapan dari sepuluh orang yang bunuh diri telah memberikan petunjuk yang pasti dan
peringatan tentang niat bunuh diri mereka.

5
 Orang yang ingin bunuh diri hanya bunh diri untuk waktu yang terbatas. Jika mereka
diselamatkan dari perasaan ingin menghancurkan dirinya, mereka bisa untuk menjalani
kehidupan yang normal.
 Bunuh diri tidak diwariskan. Ini adalah masalah pribadi dan dapat di cegah. Namun,
anggota keluarga dengan bunuh diri meningkatkan factor individu untuk bunuh diri
 Antara 50 dan 80 persen dari semua orang yang akhirnya bunuh diri memiliki sejarah
upaya sebelumnya.

Fakta menurut WHO, 2014


 Lebih dari 800.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun
 Untuk setiap bunuh diri ada lebih banyak orang yang mencoba bunuh diri setiap tahun
 Sebuah usaha bunuh diri sebelumnya merupakan factor resiko yang paling penting
tunggal untuk bunuh diri pada populasi umum.
 Bunuh diri adalah penyebab utama kedua kematian di antara 15-29 tahun
 75% dari kasu bunuh diri global yang terjadi di Negara-negara berpenghasilan rendah dan
mencegah.
 Minum pestisida, menggantung dan senjata api adalah salah satu metode yang paling
umum dari bunuh diri secara global.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Factor predisposisi
a. Teori genetic dan biologis
1) Genetic
Perilaku bunuh diri menurut sadock dan sadock (2011) serta varcarolis dan halter (2010).
Merupakan yang diturunkan dalam keluarga kembar monozigot memiliki resiko lebih
tinggi melakukan bunuh diri (stuart,2011; videback, 2011). Selanjutnya riwayat keluarga
dengan bunuh diri secara signifikan berperan sebagai factor resiko terhadap perilaku
destruktif terhadap diri sendiri (stuart, 2011; videback, 2011; sadock & sadock, 2011)
2) Hubungan neurokimia
Neuronstranmiter adalah zat kimia otak yang ditransmisikan dari dank e sel-sel saraf.
Peningakatan atau penurunan transmitter yang dikaitkan dengan perilaku bunuh diri
adalah dopamine.
3) Diagnosis psikiatri

6
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mengalami
gangguan jiwa.

b. Factor psikologi
1) Kebencian terhadap diri sendiri
Bunuh diri merupakan hasil bentuk dari penyerangan atau kemarahan terhdap orang lai
2) Cirri kepribadian
Keempat aspek kepribadian yang paling tepat terkait dengan peningkatan resiko bunuh
diri adalah permusuhan, impulsive, depresi, dan putus asa. (stuart, 2013)
3) Teori psikodinamik
Teori psikodinamik menyatakan bahwa depresi yang terjadi karena kehilangan sesuatu.

2. Factor prepitasi (stuart, 2019)


a. Akibat stress berlebihan yang dialami individu
b. Masalah interpersonal
c. Kehilangan pekerjaan
d. Ancaman pengurungan
e. Dipermalukan di depan umum

3. Penilaian terhadap stress


a. Kognitif: Klien yang mengalami stress dapat mengganggu proses kognitifnya, seperti
pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang, dan pikiran tidak
wajar.
b. Afektif: Respon ungkapan hati klien yang sudah terlihat jelas dan nyata akibat adanya
stressor dalam dirinya, seperti: cemas, sedih dan marah.
c. Fisiologis: Respons fisiologis terhadap stres dapat diidentifikasi menjadi dua, yaitu Local
Adaptation Syndrome (LAS) yang merupakan respons lokal tubuh terhadap stresor (misal:
kita menginjak paku maka secara refleks kaki akan diangkat) dan Genital Adaptation
Symdrome (GAS) adalah reaksi menyeluruh terhadap stresor yang ada.
d. Perilaku: Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor,
baik faktor social maupun budaya.
e. Sosial: Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong
klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan
7
meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam
kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri.
Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh
diri.

4. Sumber koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan
perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan
bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik secara social
maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong bahkan
mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian
dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif
dalam kegiatan masyarakat lebih mampu mentoleransi stress, sehingga menurunkan angka
bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.

5. Mekanisme koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan
denga perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression dan magical thinking.
Mekanisme pertahanan diri yang seharusnya tidak ditentang tanpa memeberikan koping
alternative. Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman
bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat
mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme
adaptif pada diri seseorang.
C. POHON MASALAH
1. Pohon Masalah

Resiko Bunuh Diri

Ketidakberdayaan

Harga Diri Rendah Kronis

2. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

NO DATA YANG PERLU DIKAJI MASALAH


8
1 Subjektif Resiko Bunuh Diri
Pasien mengatakan tentang :
1. Merasa hidupnya tak berguna lagi
2. Ingin mati
3. Pernah mencoba bunuh diri
4. Mengancam bunuh diri
5. Merasa bersalah / sedih / putus asa / tidak
berdaya
Objektif
1. Ekspresi murung
2. Tak bergairah
3. Banyak diam
4. Ada bekas percobaan bunuh diri

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan : Resiko bunuh diri
Diagnosis medis : Depresi
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (TULIS SESUAI DENGAN MASALAH
UTAMA)
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (individu, keluarga dan kelompok)
1) Individu
2) Keluarga
3) Terapi Aktifitas Kelompok

9
A. Perencana Tindakan Keperawatan (Tulis Sesuai Dengan Masalah Utama)
Dengan Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri

Perencanaan
No Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Pasien Mampu : Setelah 3x pertemuan, SP 1
1) Mengendalikan pasien dapat menunjukan 1) Identifikasi beratnya masalah risiko 1) Mencari tahu atau menggali apa saja aspek
diri dari pentingnya : bunuh diri : isarat, ancaman, yang mengarah resiko bunuh diri
dorongan 1) Wajah bersahabat percobaan yang mengarah untuk 2) Memberikan pemahaman bahwa lingkungan
bunuh diri, dan 2) Menunjukan latihan bunuh diri nya aman
berfikir positif berfikir positif 2) Identifikasi benda benda berbahaya 3) Memberi pengetahuan
diri sendiri 3) dan mengatakannya bahwa 4) Mengontrol apa apa saja yang pasien
2) Mengendalikan lingkungan aman lakukan untuk kegiatan latihannya.
diri dari 3) Latihan cara mengendalikan diri dari
dorongan dorongan bunuh diri, latihan berfikir
bunuh diri, positif diri sendiri
latihan berfikir 4) Masukan dalam jadwal kegiatan
positif keluarga pasien.
SP 2
dan lingkungan
1) Evaluasi Kegiatan yang lalu (SP 1) 1) Membandingkan hasil dan harapan.
3) Mengetahui
2) Latihan cara mengendalikan diri dari 2) Memberi pengetahuan.
cara
dorongan bunuh diri, latihan berfikir 3) Mengontrol apa apa saja yang pasien
4) Membina
positif keluarga dan lingkungan lakukan untuk latihannya.

10
hubungan 3) Masukkan jadwal kegiatan pasien
SP 3
saling percaya
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 1) Membandingkan hasil dan harapan.
SP 2)
2) Diskusikan harapan dan masa depan 2) Memberikan waktu klien untuk mengatakan
dan cara mencapai harapan dan masa harapan nya
depan 3) Memberi pengetahuan.
3) Laih cara mencapai masa depan 4) Memberi pengetahuan.
dengan secara bertahap 5) Mengontrol apa apa saja yang pasien
4) Masukkan dalam jadwal kegiatan lakukan untuk latihannya.
pasien.

SP 4
1) Evaluasi kemampuan pasien yang 1) Membandingkan hasil dan harapan.
lalu (SP 1, SP 2 dan SP 3)
2) Latih tahap kedua kegiatan mencapai 2) Memberikan latihan untuk mencapai masa
masa depan depan
3) Masukan pada jadwal latihan berpikir 3) Memberi pengetahuan.
positif tentang diri, keluarga dan
lingkungan , serta kegiatan yang
dipilih untuk persiapan masa depan

11
Keluarga mampu Setelah 4x pertemuan SP 1
merawat anggota keluarga mampu 1) Diskusikan masalah yang dirasakan 1) Mencari tahu atau menggali apa saja aspek
keluarga yang meneruskan melatih dalam merawat pasien yang akan di tingkatkan
mengalami kegiatan pasien dan 2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, 2) Memberi pengetahuan
masalah resiko mendukung pasien dan proses terjadinya resiko bunuh 3) Memberi pengetahuan
bunuh diri diri dengan menggunakna booklet 4) Memberikan latihan pujian
3) Jelaskan cara merawat resiko bunuh 5) Mengontrol apa apa saja yang pasien
diri lakukan untuk latihannya.
4) Latih cara memberikan pujian hal
positif pasien, member dukungan
pencapaian masa depan
5) Anjurkan membantu pasien sesuai
jadual dan memberikan pujian

SP 2
1) Evaluasi SP 1 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Latih keluarga cara member 2) Memberikan latihan untuk menciptakan
penghargaan pada pasien dan suasana positif
menciptakan suasana positif dalam
keluarga (tidak membicarakan 3) Mengontrol apa apa saja yang pasien
keburukan keluarga) lakukan untuk latihannya.
3) RTL keluarga atau jadwal keluarga
untuk merawat pasien.
SP 3
12
1) Evaluasi kemampuan SP 2 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Bersama keluarga berdiskusi dengan 2) Memberikan pandangan positif pada pasien
pasien tentang harapan masa depan 3) Mengontrol apa apa saja yang pasien
serta langkah-langkah mencapainya lakukan untuk latihannya.
3) RTL krluarga atau jadwal keluarga
untuk merawat.
SP 4
1) Evaluasi kemampuan keluarga. 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Bersama keluarga berdiskusi tentang 2) Memberikan pandangan pada pasien bahwa
langkah dan kegiatan untuk mencapai diirnya berguna
harapan masa depan 3) Dorongan/motivasi untuk mampu
3) Follow up

Terapi Spesialis
1. Terapi indivisu : Terapi CBT
2. Terapi kelompok : logoterapi, terapi supportif
3. Terapi keluarga : terapi komunikasi
4. Terapi komunitas : assertive community theraphy

13
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2010). Standar Pedoman Jiwa


Nurjanah, Intisari. 2011. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Fik-Ui (2014). Standar Asuhan Keperawatan: Spesialis Keperawatan Jiwa. Workshops Ke- 7,
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.
Perry, Potter. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta. EGC
Stuart, G.W., And Laraia (2015), Principles And Practice Of Psychiaatric Nursing, (7th Ed.) St.
Louis : Mosby Year Book.
Stuart, G.W. (2019). Principles And Pratice Of Psichiatric Nursing. ( 9th Ed.) St. Louis : Mosby
Suliswati, Dkk (2015). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

14

Anda mungkin juga menyukai