Anda di halaman 1dari 84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HASRAT SEKSUAL DALAM NOVEL


SEPERTI DENDAM, RINDU HARUS DIBAYAR TUNTAS
KARYA EKA KURNIAWAN; KAJIAN PSIKOANALISIS

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh
Gregorius Agung Rendra Prasastyo
NIM: 134114002

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
April 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HASRAT SEKSUAL DALAM NOVEL


SEPERTI DENDAM, RINDU HARUS DIBAYAR TUNTAS
KARYA EKA KURNIAWAN; KAJIAN PSIKOANALISIS

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh
Gregorius Agung Rendra Prasastyo
NIM: 134114002

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
April 2017

I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Skripsi

HASRAT SEKSUAL DALAM NOVEL


SEPERTI DENDAM, RINDU HARUS DIBAYAR TUNTAS
KARYA EKA KURNIAWAN; KAJIAN PSIKOANALISIS

Oleh
Gregorius Agung Rendra Prasastyo
NIM: 134114002

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

S. E. Peni Adji, S. S., M. Hum. Tanggal 6 juli 2017

Pembimbing II

Drs. B. Rahmanto, M. Hum. Tanggal 2 Juli 2017

II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Skripsi

HASRAT SEKSUAL DALAM NOVEL


SEPERTI DENDAM, RINDU HARUS DIBAYAR TUNTAS
KARYA EKA KURNIAWAN; KAJIAN PSIKOANALISIS

Dipersiapkan dan ditulis oleh


Gregorius Agung Rendra Prasastyo
NIM: 134114002

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji


pada tanggal 12 Juli 2017
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan


Ketua S. E. Peni Adji, S. S., M. Hum. .......................
Sekretaris Drs. B. Rahmanto, M. Hum. .......................
Anggota Dr. Yoseph Yapi Taum, M. Hum. .......................
S. E. Peni Adji, S. S., M. Hum. ........................
Drs. B. Rahmanto, M. Hum. ........................

Yogyakarta, 31 Juli 2017


Fakultas Sastra
Universitas Sanata Dharma

Dr. Paulus Ari Subagyo


Dekan Fakultas Sastra

III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Juni 2017

Gregorius Agung Rendra Prasastyo

IV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah

untuk Kepentingan Akademis

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Gregorius Agung Rendra Prasastyo

NIM : 134114002

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Hasrat Seksual
dalam Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka
Kurniawan; Kajian Psikoanalisis”.

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata


Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengolahnya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya
di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin
dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta,

Pada tanggal, 30 Juni 2017

Yang menyatakan,

Gregorius Agung Rendra Prasastyo

V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Untuk kedua orang tua, Stefanus Mujiono Dwiatmaja dan Anna Elisabeth
Krismiyapin

VI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTO

“Jika hidup adalah sebuah permainan, maka bermainlah dengan adil”

“Kemaluan bisa menggerakkan orang dengan biadab. Kemaluan merupakan otak

kedua manusia, seringkali lebih banyak mengatur kita daripada yang bisa

dilakukan kepala”

(Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, Eka Kurniawan)

“Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar

kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya

hewan yang pandai” (Pramoedya Ananta Toer)

VII
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan restu-

Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hasrat Seksual dalam

Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan;

Kajian Psikoanalisis”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada program studi Sastra Indonesia.

Penulis menyadari bahwa banyak bantuan dan dukungan yang diterima

dalam penyelesaian skripsi. Oleh karena itu, dari hati yang paling dalam serta

tidak mengurangi rasa hormat, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. S. E. Peni Adji, S. S., M. Hum, selaku Pembimbing I yang dengan

sabar membimbing penulis serta memberi semangat dan setia

memberikan waktu kepada penulis dalam bimbingan skripsi.

2. Drs. B. Rahmanto, M. Hum, selaku Pembimbing II yang selalu

memberikan waktunya dan masukan-masukan kepada penulis serta

dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Yoseph Yapi Taum, M. Hum, selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang selalu sabar memberikan dukungan kepada penulis

menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Prodi Sastra Indonesia, Drs. Hery Antono, M. Hum

(Alm), Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum, Dra. Fr. Tjandrasih

VIII
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Adji, M. Hum, Sony Christian Sudarsono, S. S., M.A, Maria

Magdalena Sinta Wardani, S. S, M.A serta dosen-dosen mata kuliah

tertentu.

5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Sastra yang telah membantu

penulis dalam administrasi akademik selama kuliah.

6. Seluruh staf dan karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma

yang telah membantu dalam menyediakan buku-buku referensi yang

dibutuhkan oleh penulis.

7. Kedua orang tua penulis, Stefanus Mujiono Dwiatmaja dan Anna

Elisabeth Krismiyapin yang telah memberikan doa dan dukungan baik

secara moril dan material kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

8. Untuk keluarga yang tidak hentinya memberi dukungan melalui doa-

doa di segala kesempatan.

9. Bapak Januar dan keluarga selaku donatur penulis yang telah

membantu penulis sehingga dapat melanjutkan studi di Universitas

Sanata Dharma.

10. Teman-teman seperjuangan Sastra Indonesia Angkatan 2013. Terima

kasih atas kebersamaan yang luar biasa selama menjadi mahasiswa

sastra.

11. Seluruh keluarga Bengkel Sastra dan HMPS Sastra Indonesia yang

telah banyak berproses dan berorganisasi selama masa studi.

IX
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12. Agatha Sulistyorini teman penulis yang telah senantiasa memberikan

dukungan, semangat, dan motivasi sehingga penulis mampu berjuang

kembali untuk menyelesaikan skripsi ini.

Serta seluruh pihak yang ikut andil dalam proses penyelesaian. Semoga

jasa baik mereka mendapat balasan yang semestinya dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari skripsi ini tidak sempurna. Oleh karena itu, kesalahan dan

kekuarangan yang terdapat pada skripsi ini merupakan tanggung jawab penuh

penulis. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Kulon Progo, 30 Juni 2017

Penulis

X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Prasastyo, Gregorius Agung Rendra. 2017. “Hasrat Seksual Dalam Novel


Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas Karya Eka Kurniawan;
Kajian Psikoanalisis”. Skripsi. Yogyakarta: Sastra Indonesia, Fakultas
Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini menganalisis struktur kepribadian tokoh dalam novel Seperti


Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan dengan kajian
psikoanalisis. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan struktur
kepribadian tokoh dalam novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
karya Eka Kurniawan serta (2) mendeskripsikan bentuk pengalihan perilaku
terhadap hasrat seksual tokoh yang terdapat dalam novel Seperti Dendam, Rindu
Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan. Penelitian ini menggunakan teori
psikoanalisis Freud. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi
pustaka. Metode analisis data yang digunakan adalah metode formal dan metode
analisis isi. Metode penyajian hasil analisis yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif.
Analisis struktur kepribadian tokoh meliputi id, ego, dan superego yang
terdapat pada tokoh Ajo Kawir, Si Iteung, dan Mono Ompong. Ketiga tokoh
memiliki id yang sama yaitu hasrat seksual. Pernah mengalami tindakan
pelecehan seksual semasa kecil merupakan pengalaman traumatis mereka. Mereka
berusaha mengalihkan pengalaman traumatis dengan suka berkelahi. Bentuk
pengalihan perilaku tokoh terhadap hasrat seksual meliputi regresi, sublimasi, dan
identifikasi. Ketiga hal tersebut merupakan upaya yang dilakukan oleh ketiga
tokoh untuk mengalihkan pengalaman traumatis.
Regresi merupakan pengulangan kembali tingkah laku yang cocok bagi
tahapan perkembangan atau usia sebelumnya yakni perilaku kekanak-kanakan.
Regresi yang terjadi pada ketiga tokoh ditandai dengan sikap menangis. Sublimasi
merupakan pembelotan atau penyimpangan libido seksual kepada kegiatan yang
secara sosial lebih dapat diterima. Dalam banyak cara, sublimasi merupakan
mekanisme yang sehat karena energi seksual berada di bawah kontrol sosial.
Sublimasi yang terjadi pada Ajo Kawir ditandai dari keputusannya menjadi sopir
truk. Sublimasi yang terjadi pada Si Iteung ditandai dari keputusannya belajar
ilmu bela diri, sedangkan Mono Ompong memilih untuk menjadi kernet truk milik
Ajo Kawir. Identifikasi merupakan proses memperkuat harga diri dengan
membentuk suatu persekutuan nyata atau palsu dengan orang lain, baik seseorang
maupun kelompok. Ajo Kawir melakukan identifikasi terhadap Iwan Angsa,
sedangkan Si Iteung dan Mono Ompong melakukan identifikasi terhadap Ajo
Kawir.

XI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Prasastyo, Gregorius Agung Rendra. 2017. “Sexual Desire in the Novel


Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas Karya Eka Kurniawan;
Kajian Psikoanalisis”. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Letter, The
Faculty of Literature, Sanata Dharma University.

The objek of this research is to analyzed the personality structures of the


characters in the novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas by Eka
Kurniawan with psychoanalysis study. The purposes of this research were (1) to
describe the personality structures of the characters in the novel Seperti Dendam,
Rindu Harus Dibayar Tuntas by Eka Kurniawan and (2) to describe the forms of
diversion behavior towards sexual desire characters that was in the novel Seperti
Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas by Eka Kurniawan. This research used
psychoanalysis theory by Freud. Data collection method used was the literature
study. Data analysis methods used were formal and analisis isi methods. The
presentation method of the analysis result used was descriptive qualitative.
The analysis of personality structures of the characters covered id, ego, and
superego which were in the characters of Ajo Kawir, Si Iteung, and Mono
Ompong. The three characters had the similar id, it was traumatic experience.
They ever experienced sexual harassment when they were kids. Then, id was
manifested into ego. It was characterized by their behavior which would like to
fight. The forms of diversion behavior towards sexual desire covered regression,
sublimation, and identification. Those three matters were the efforts which were
done by the three characters for shifting their id of sexual desire.
Regression is the repetition of behavior which is suitable for the stage
development or earlier age namely infantile behavior. Regression which happened
to the three characters was characterized by crying. Sublimation is defection or
irregularities libido to the more acceptable social activities. In many ways,
sublimation is the healthy mechanism because the sexual energy is under the
social control. Sublimation which happened to Ajo Kawir was marked by his
decision to be truck driver. Sublimation which happened to Si Iteung was marked
by her decision to learn about martial arts, whereas Mono Ompong chose to be
driver assistent in Ajo Kawir’s truck. Identification is the process to strengthen the
self-esteem by composing the real or false alliance with others, either a person or
group of people. Ajo Kawir did the identification to Iwan Angsa, while Si Iteung
and Mono Ompong did the identification to Ajo Kawir.

XII
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................ v

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... vi

MOTTO ................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ........................................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................. xi

ABSTRACT ............................................................................................ xii

DAFTAR ISI .......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
1.5 Kajian Pustaka.................................................................................. 5
1.6 Landasan Teori ................................................................................. 7

1.6.1 Kajian Psikoanalisis................................................................ 7

1.6.2 Dinamika Kepribadian ............................................................ 8


1.6.2.1 Naluri ......................................................................... 9
1.6.2.2 Penyaluran dan Penggunaan Energi Psikis ................ 11

XIII
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.6.2.3 Kecemasan ................................................................. 11


1.6.2.4 Mekanisme Pertahanan Ego ...................................... 13

1.6.3 Struktur Kepribadian ............................................................... 14

1.6.3.1 Id ................................................................................ 15
1.6.3.2 Ego ............................................................................. 15
1.6.3.3 Superego .................................................................... 16

1.7 Metode Penelitian.............................................................................. 17

1.7.1 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 17

1.7.2 Metode Analisis Data .............................................................. 17

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ................................... 17

1.8 Sumber Data ...................................................................................... 18

1.9 Sistematika Penyajian ....................................................................... 18

BAB II HASRAT SEKSUAL DALAM STRUKTUR KEPRIBADIAN


TOKOH PADA NOVEL SEPERTI DENDAM, RINDU HARUS
DIBAYAR TUNTAS KARYA EKA KURNIAWAN .......................... 20
2.1 Pengantar ........................................................................................... 20

2.2 Struktur Kepribadian Ajo Kawir ....................................................... 21

2.3 Struktur Kepribadian Si Iteung ......................................................... 32

2.4 Struktur Kepribadian Mono Ompong ............................................... 39

2.5 Rangkuman Struktur Kepribadian Tokoh ......................................... 43

2.5.1 Tabel Rangkuman Struktur Kepribadian Tokoh ..................... 44

BAB III REGRESI, SUBLIMASI, DAN IDENTIFIKASI SEBAGAI


MANIFESTASI HASRAT SEKSUAL DALAM NOVEL SEPERTI
DENDAM, RINDU HARUS DIBAYAR TUNTAS KARYA EKA
KURNIAWAN ....................................................................................... 47
3.1 Pengantar ........................................................................................... 47

XIV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3.2 Regresi .............................................................................................. 48

3.2.1 Regresi pada Tokoh Ajo Kawir .............................................. 48

3.2.2 Regresi pada Tokoh Si Iteung ................................................ 49

3.2.3 Regresi pada Tokoh Mono Ompong ...................................... 51

3.3 Sublimasi ........................................................................................... 53

3.3.1 Sublimasi pada Tokoh Ajo Kawir .......................................... 53

3.3.2 Sublimasi pada Tokoh Si Iteung ............................................. 54

3.3.3 Sublimasi pada Tokoh Mono Ompong................................... 54

3.4 Identifikasi......................................................................................... 55

3.4.1 Identifikasi pada Tokoh Ajo Kawir ........................................ 56

3.4.2 Identifikasi pada Tokoh Si Iteung .......................................... 57

3.4.3 Identifikasi pada Tokoh Mono Ompong ................................ 58

3.5 Rangkuman ....................................................................................... 59

BAB IV PENUTUP ............................................................................... 61

4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 61

4.2 Saran .................................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 66

PROFIL PENULIS ............................................................................... 68

XV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara normatif, seksualitas dipandang sebagai ciri, sifat, atau peranan seks

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 1014). Kebanyakan ahli menganggap

bahwa dorongan seks manusia adalah warisan biologis (Horton, 1999: 147).

Perilaku seksual seringkali dinilai sebagai sesuatu yang menyimpang dari norma

atau kaidah yang telah berlaku di masyarakat. Aktivitas kejiwaan ini memiliki

peranan dalam membentuk perilaku seseorang terutama dalam hubungannya

dengan aktivitas sosial.

Menurut Endraswara (2003: 97) psikologi sastra merupakan kajian yang

memandang karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan. Dalam arti yang luas, karya

sastra dipandang sebagai bentuk yang merepresentasikan kehidupan nyata

manusia. Kajian psikoanalisis diharapkan mampu menemukan aspek-aspek

ketidaksadaran yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Sigmund Freud disebut-

sebut sebagai pencetus teori psikoanalis ini. Menurut Sigmund Freud, setiap karya

sastra mempunyai tiga unsur sistem penting, yakni id, ego, dan superego.

Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas merupakan novel

ketiga Eka Kurniawan. Novel sebelumnya adalah Cantik Itu Luka dan Lelaki

Harimau. Hal menarik dari novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

karya Eka Kurniawan adalah alur ceritanya yang ringan serta kepribadian para

tokoh yang penulis anggap sangatlah kompleks.

Secara umum novel karya Eka Kurniawan ini mengisahkan tentang

“burung”, alias kemaluan seorang pria yang suka berkelahi bernama Ajo Kawir.

Masalah yang dihadapi oleh Ajo Kawir adalah “burung”nya yang tidak bisa

bangun dan mengeras. Kemaluan milik Ajo Kawir seperti orang yang sedang tidur

pulas. Hal ini bermula ketika sahabatnya yang bernama Si Tokek mengajaknya

untuk mengintip seorang wanita sinting berparas cantik bernama Rona Merah

yang diperkosa oleh dua oknum polisi. Karena ketidakhati-hatiannya, Ajo Kawir

tertangkap basah sedang mengintip. Kemaluan Ajo Kawir memutuskan untuk

tidur dalam waktu yang cukup lama setelah mendapatkan paksaan dari dua oknum

polisi untuk turut serta memperkosa Rona Merah. Sudah beberapa cara dilakukan

oleh Ajo Kawir untuk membuat kemaluannya bangun, mulai dari mengoleskan

cabai rawit, menyengatkan lebah, membaca buku-buku tipis stensilan karya

Valentino bahkan mengancam akan memenggalnya dengan golok, tetapi

kemaluannya tidak juga bangun. “Burung” milik Ajo Kawir yang tertidur pulas

merupakan alegori dari kehidupannya yang brutal dan keras. Konflik-konflik

yang timbul dalam cerita tidak lepas dari kemaluan milik Ajo Kawir itu sendiri.

Yang menarik dari novel ini adalah tokoh-tokoh yang dihadirkan dalam cerita

merupakan tokoh-tokoh yang perilakunya dilandasi oleh hasrat seksual.

Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan

merupakan karya sastra yang dipilih oleh penulis untuk dijadikan sebagai bahan

penelitian. Penulis memilih topik struktur kepribadian tokoh Novel Seperti

2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas didasarkan pada alasan bahwa perilaku

tokoh Ajo Kawir, Si Iteung, dan Mono Ompong dilandasi oleh hasrat seksual

mereka. Sementara itu, hasrat seksual merupakan isu atau masalah penting dalam

dinamika kepribadian. Para tokoh ini dipilih karena mereka memiliki kepribadian

dan keterkaitan yang kuat terhadap tokoh lainnya yang memicu adanya

perkembangan dan perubahan struktur kepribadian para tokoh serta

menghidupkan alur cerita.

Karya sastra ini akan dianalisis struktur kepribadian tokoh sebelum

kemudian dianalisis menggunakan kajian psikoanalisis. Selanjutnya kajian

psikoanalisis ini diharapkan mampu mengungkapkan nilai-nilai seksualitas dalam

novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dalam 1.1, permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana struktur kepribadian tokoh pada novel Seperti Dendam,

Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan?

1.2.2 Bagaimana bentuk pengalihan perilaku tokoh terhadap hasrat seksual

pada novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka

Kurniawan?

3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tiga tujuan sebagai berikut.

1.3.1 Melakukan analisis dan mendeskripsikan struktur kepribadian tokoh

dalam novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya

Eka Kurniawan.

1.3.2 Mendeskripsikan bentuk pengalihan perilaku tokoh terhadap hasrat

seksual yang terdapat dalam novel Seperti Dendam, Rindu Harus

Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini adalah deskripsi pengaruh seksualitas dalam novel

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan yang

diperoleh dari analisis struktur kepribadian serta dari analisis psikoanalisis tokoh-

tokoh sentral pada novel tersebut. Secara umum hasil penelitian tentang perilaku

tokoh pada novel ini muncul karena perkembangan seksualitas yang dialami oleh

para tokoh.

Manfaat teoretis penelitian ini adalah memberikan sumbangan ilmu

pengetahuan di bidang psikoanalisis dan sosiologis sastra yaitu memberikan

contoh kajian penerapan teori struktur kepribadian serta psikoanalis tokoh dalam

novel karya Eka Kurniawan. Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai rujukan

penelitian tentang studi sosiologi khususnya pengaruh seksualitas pada perilaku

seseorang terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, diharapkan

4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penelitian ini dapat membantu pembaca memahami novel Seperti Dendam, Rindu

Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan secara lebih mendalam.

1.5 Kajian Pustaka

Topik yang sama mengenai perilaku tokoh dalam sebuah karya sastra

(novel) yang didasari oleh hasrat seksual secara umum pernah dibahas oleh

Yulianti (2007), Oktivita (2009), dan Budiman (2015).

Topik tentang seksualitas dan psikologis secara umum pernah dibahas oleh

Yulianti (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Psikoanalisis dalam Novel

Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan”. Yulianti berpendapat bahwa

perkembangan figur tokoh terutama dalam kaitannya dengan perilaku seksual

mereka timbul karena gangguan psikis (rasa iri). Dalam skripsinya, Yulianti juga

mengungkapkan bahwa perkembangan kelima tokoh perempuan dalam novel

Cantik Itu Luka di dasari oleh perilaku seperti Oedipus Kompleks, Narsisme,

Kastrasi, Fantasme, Mimpi, dan Mitologi. Yulianti menegaskan bahwa manusia

telah memiliki sejumlah libido pada saat lahir sebagai bayi kemudian lima tahun

pertama hidupnya sangat berpengaruh pada kepribadiannya ketika dewasa,

termasuk pula di dalamnya tentang perilaku seksualitas.

Tinjauan mengenai perilaku seksualitas dan psikologi juga pernah dibahas

oleh Oktivita (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Perilaku Seksual dalam

Novel Saman karya Ayu Utami: Tinjauan Psikologi Sastra”. Oktivita berpendapat

bahwa psikologi seksual bersangkut paut dengan tingkah laku seksual. Pada

hakikatnya, konsep tentang moralitas dan seksualitas itu sangat samar-samar

5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

batasnya. Sebab, kebiasaan-kebiasaan dan sikap hidup yang dirasakan sebagai

normal oleh suatu kelompok masyarakat, dapat dianggap sebagai seksual oleh

kelompok kebudayaan lainnya.

Selain itu, banyak ditemukan resensi mengenai novel Seperti Dendam,

Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan, salah satunya adalah resensi

yang dilakukan oleh Budiman (2015) yang dimuat dalam blog Kompasiana. Hasil

resensinya adalah novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

mengisahkan mengenai kemaluan seorang lelaki bernama Ajo Kawir yang tidak

bisa berdiri. Berbagai cara telah Ajo Kawir lakukan untuk dapat membuat

kemaluannya dapat berdiri kembali. Menurut Budiman, ada tiga hal menarik dari

novel ini yang pertama adalah cover novel yang bergambar seekor burung dengan

corak batik. Gambar burung yang sedang tertunduk ini membuat orang yang

melihatnya saja akan penasaran dan memutuskan untuk mencari tahu isi cerita

novel. Kedua, judul dari novel karya Eka Kurniawan ini sungguh sangat menarik.

Kata “Rindu” tidak semata-mata mengacu pada kerinduan tokoh Ajo Kawir

terhadap kekasihnya yang bernama Iteung belaka. Kerinduan yang ditawarkan

adalah mengenai kerinduan seorang lelaki dan bagaimana hasrat seksual itu dapat

terpenuhi. Ketiga, akhir cerita novel ini sungguh sangat luar biasa karena dapat

membuat pembacanya merasa terharu, terkesan, tersenyum karena geli. Sebuah

penutup yang sempurna untuk menyelamatkan pembaca dari dalamnya lautan

permenungan yang ditawarkan oleh novel ini.

Dari hasil kajian pustaka di atas, diketahui bahwa topik yang dipilih oleh

peneliti belum pernah diteliti sebelumnya. Topik dalam penelitian ini termasuk

6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

topik baru. Berdasarkan uraian di atas maka orisinalitas penelitian berjudul

“Hasrat Seksual dalam Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

karya Eka Kurniawan dengan pendekatan psikoanalisis” dapat

dipertanggungjawabkan.

1.6 Landasan Teori

Suatu penelitian memerlukan teori-teori atau pendekatan yang tepat dan

sesuai dengan objeknya. Landasan teori dalam penelitian ini memaparkan kajian

psikoanalisis, dinamika kepribadian, struktur kepribadian tokoh, kajian psikologi,

dan pengertian mengenai hasrat seksual.

1.6.1 Kajian Psikoanalisis

Pendekatan psikoanalis menurut Sigmund Freud sesungguhnya

merupakan suatu pendekatan yang sangat ampuh untuk memahami perilaku

seseorang, terutama yang sulit diamati secara kasat mata. Pikiran-pikiran

yang tidak sering muncul dalam perilaku, dapat tiba-tiba muncul bahkan

kebanyakan tinggal bersembunyi sampai suatu saat mendapatkan jalan

keluar untuk ekspresinya dalam mimpi atau fantasi dalam bentuk yang

terselubung (Moesono, 2003: vii-viii). Kontribusi yang tepat bagi

pemahaman insting seksual dalam diri seseorang yang setidaknya

berhubungan dengan pribadi normal, hanya dapat diperoleh dari satu

sumber, dan hanya dapat dicapai melalui satu jalur yang pasti (Freud, 2014:

34).

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Davidoff (1988: 19) mengemukakan bahwa teori psikoanalisis

merupakan satu teori penelitian Freud mengenai kepribadian, abnormalitas,

dan perawatan penderita. Freud mendasarkan teori kepribadiannya pada dua

ide yang sangat mendasar yaitu:

a. Tingkah laku manusia tidak dikuasai oleh akal, tetapi oleh naluri

irrasional, naluri menyerang, terutama naluri seks.

b. Sebagian kecil dari pikiran dan kegiatan manuisa muncul dari

proses mental yang disadari dan yang paling besar mempengaruhi

tingkah laku manusia adalah ketidaksadaran (suatu tempat

penyimpanan ingatan dan keinginan-keinginan) yang tidak pernah

timbul mencapai kesadaran atau telah tertekan, yaitu terdorong

keluar kesadaran, sebab menimbulkan rasa takut dan memalukan

dalam diri sendiri.

Sejalan dengan pendapat Freud, penulis berusaha menganalisis

perilaku para tokoh yang didasari oleh hasrat seksual. Bertolak dari hal ini

pula penulis akan memfokuskan penelitian pada psikoanalisis.

1.6.2 Dinamika Kepribadian

Freud memandang manusia sebagai sebuah sistem energi yang

kompleks dan dikuasai oleh hukum konservasi energi yang mengatakan:

energi dapat berubah bentuk tetapi jumlahnya akan tetap sama. Menurut

Freud hukum ini juga berlaku bagi kehidupan psikis. Berbagai kebutuhan

badaniah manusia menimbulkan berbagai ketegangan atau kegairahan dan

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

akan terungkap melalui sejumlah perwakilan mental dalam bentuk dorongan

atau keinginan yang dinamakan naluri (Hartono, 2003: 5). Selanjutnya, isi

dari dinamika kepribadian adalah naluri, penyaluran dan penggunaan energi

psikis, kecemasan, dan mekanisme pertahanan ego.

1.6.2.1 Naluri

Naluri atau instink adalah perwujudan ketegangan badaniah

yang berusaha mencari pengungkapan dan peredaan ketegangan,

serta merupakan bawaan tiap makhluk hidup. Setelah perang dunia

pertama (sekitar tahun 1920), ia melihat banyak agresi manusia.

Freud mengatakan terdapat dua naluri utama manusia yaitu naluri

hidup dan naluri mati. Energi yang mendasari naluri hidup adalah

libido. Libido bukan hanya merupakan dorongan seksual tetapi

juga merupakan dasar bagi seluruh dorongan untuk hidup. Bila

cinta dan seks merupakan perwujudan naluri hidup, maka benci dan

agresivitas merupakan perwujudan naluri mati (Hartono, 2003: 5-

6).

Seksualitas meliputi sebuah perasaan, hubungan antar

manusia, serta komunikasi antar pasangan sehingga tidak dibatasi

oleh keadaan fisik seseorang. Seksualitas adalah aspek penting

dalam kehidupan yang mempengaruhi cara kita memperlihatkan

kasih sayang, menilai diri sendiri dan berhubungan dengan orang

lain. Seskualitas didasarkan pada nilai-nilai pribadi kita sendiri

(www.wordpress.com)

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Perilaku seksual adalah gejala tingkah laku yang didorong

oleh hasrat seksual, baik lawan jenisnya maupun dengan sesama

jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bermacam-macam mulai dari

perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan

bersenggama. Objek seksualnya dapat berupa orang lain, orang

dalam khayalan atau diri sendiri (Sarwono, 2000: 137).

Tidak terdapat definisi yang dapat diterima secara universal

mengenai hasrat seksual (sexual desire). Seringkali definisi hasrat

seksual dibingungkan dengan aspek lain dari seksualitas manusia.

Pada kenyataannya, hasrat seksual dapat diasosiasikan dengan

perilaku seksual (sexual behavior) tapi pada dasarnya hasrat

seksual terpisah dengan perilaku seksual (DeLamater dan Morgan

Sill, 2005).

Freud menyebutkan libido sebagai energi yang mendasari

naluri hidup. Libido tidak hanya merupakan dorongan seksual tapi

merupakan dasar bagi seluruh untuk hidup. Istilah seks dan cinta

merupakan perwujudan naluri hidup (Hartono, 2003: 5-6). Teori-

teori psikoanalisis Sigmund Freud khususnya yang berhubungan

dengan kajian seksualitas akan diterapkan dalam menganalisis

perilaku tokoh karena seperti yang diyakini oleh Freud, sejak lahir

manusia telah memiliki libido (dorongan seksual) yang harus

dipenuhi.

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.6.2.2 Penyaluran dan Penggunaan Energi Psikis

Dinamika kepribadian ditentukan oleh cara energi psikis

didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan superego. Jumlah

energi yang terbatas mengakibatkan persaingan di antara ketiga

sistem itu dalam menggunakan energi tersebut. Jika salah satu

sistem menjadi lebih kuat, kedua sistem lainnya akan menjadi lebih

lemah, kecuali ada energi baru yang ditambahkan kepada seluruh

sistem (Semiun, 2006: 83).

Id memiliki semua energi psikis dan menggunakannya untuk

refleks serta pemenuhan hasrat melalui proses primer dengan upaya

pemuasan kebutuhan. Energi id sangat mudah berubah, itu berarti

id dapat dengan mudah berpindah-pindah dari satu gerakan atau

gambaran ke gerakan atau gambaran lain. Hal itu disebabkan

karena id tidak mampu mengadakan diskriminasi secara cermat di

antara objek (Semiun, 2006: 83).

Ego tidak mempunyai sumber energi sendiri. Oleh karena itu,

ego meminjam energi dari id. Pengalihan dari id ke proses-proses

yang membentuk ego terlaksana lewat suatu mekanisme yang

disebut identifikasi (Semiun, 2006: 84).

1.6.2.2 Kecemasan

Kecemasan menurut Freud (1933/1964) adalah suatu

perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan

sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang

11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

akan datang. Seiring berjalannya waktu, pandangan Freud tentang

kecemasan berubah. Libido yang tidak diungkapkan atau energi

dorongan seksual yang terbendung karena represi kemudian

dilepaskan secara eksplosif dalam suatu keadaan yang berubah,

yakni keadaan kecemasan. Singkatnya, kecemasan terjadi karena

represi dorongan seksual (Semiun, 2006: 87-88).

Pandangan awal Freud yang mengatakan kecemasan terletak

di id kemudian diganti dengan kecemasan terletak di ego. Hal itu

dikarenakan model struktural baru dari Freud mengemukakan

bahwa ego harus menjadi tempat kecemasan. Dengan demikian,

hanya ego yang dapat merasakan kecemasan, sementara id,

superego, dan dunia luar terlibat salah satu dari tiga kecemasan

menurut Freud. Ketergantungan ego dengan id menyebabkan

kecemasan neurotik, ketergantungan ego dengan superego

menyebabkan kecemasan moral, dan ketergantungan ego dengan

dunia luar menyebabkan kecemasan realistik (Semiun, 2006: 88).

Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap suatu bahaya

yang tidak diketahui. Kecemasan moral adalah kecemasan yang

terjadi karena adanya konflik antara kebutuhan realistik dengan

tuntutan superego. Kecemasan realistik adalah perasaan yang tidak

menyenangkan terhadap suatu bahaya yang mungkin terjadi

(Semiun, 2006: 88-89).

12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.6.2.3 Mekanisme Pertahanan Ego

Freud mengartikan mekanisme pertahanan ego sebagai

strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan

terbuka dari dorongan-dorongan id maupun untuk menghadapi

tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan bisa

dikurangi atau diredakan. Mekanisme pertahanan ego tersebut

adalah represi, sublimasi, proyeksi, displacement, rasionalisasi,

reaksiformasi, dan regresi (Koeswara, via Setiadi, 2012: 12-13).

Represi merupakan mekanisme pertahanan ego yang paling

utama karena menjadi basis bagi mekanisme-mekanisme

pertahanan ego yang lainnya serta paling berkaitan langsung

dengan peredaan kecemasan. Hal itu karena represi adalah

mekanisme yang dilakukan oleh ego untuk meredakan kecemasan

ke dalam alam tak sadar manusia. Sublimasi adalah mekanisme

pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah dan atau

meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan

dorongan primitif id yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam

tingkah laku yang bisa diterima dan dihargai oleh masyarakat.

Proyeksi adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku

yang menimbulkan kecemasan pada orang lain. Displacement

adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan

kepada objek atau individu yang kurang berbahaya atau kurang

mengancam dibanding dengan objek atau individu semula.

13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Rasionalisasi ialah upaya individu menyelewengkan atau

memutarbalikkan kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang

mengancam ego melalui dalih atau alasan tertentu yang seakan-

akan masuk akal, sehingga kenyataan tersebut tidak lagi

mengancam ego individu yang bersangkutan. Reaksi formasi

berkaitan dengan kemampuan individu untuk mengendalikan

dorongan-dorongan primitif agar tidak muncul sambil secara sadar

mengungkapkan tingkah laku sebaliknya. Regresi adalah usaha

yang dilakukan individu untuk menghindarkan diri dari kenyataan

yang mengancam dengan cara kembali ke taraf perkembangan yang

lebih rendah serta bertingkah laku seperti ketika ia berada dalam

taraf yang lebih rendah itu (Hatono, 2003: 12-13).

1.6.3 Struktur Kepribadian

Salah satu penemuan besar psikoanalisis adalah adanya kehidupan tak

sadar pada manusia. Freud membayangkan manusia sebagai gunung es di

tengah lautan yang hanya nampak kecil saja yaitu puncak teratasnya.

Sebagian besar badan gunung es tersebut berada di bawah permukaan air

laut. Bagian yang berada di bawah permukaan air laut ini kemudian dibagi

menjadi dua yaitu bagian pra-sadar yang dengan usaha dapat kita angkat ke

atas dan bagian tak sadar yang hanya muncul dalam perbuatan-perbuatan

tidak sengaja, fantasi, khayalan, mimpi, mitos, dongeng, dan sebagainya.

Pada tahun 1923, Freud mengemukakan dalam bukunya The Ego and The Id

14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pandangannya mengenai struktur kepribadian manusia, yaitu terdiri dari tiga

bagian yang tumbuh secara kronologis: Id, Ego, dan Superego. (Hartono,

2003:2.3)

1.6.3.1 Id

Id adalah segi kepribadian tertua, sistem kepribadian pertama,

ada sejak lahir (bahkan mungkin sebelum lahir), diturunkan secara

genetis, langsung berkaitan dengan dorongan-dorongan biologis

manusia dan merupakan sumber energi manusia, sehingga

dikatakan juga oleh Freud sebagai jembatan antara segi biologis

dan psikis manusia. Id bekerja berdasarkan prinsip-prinsip primitif

sehingga bersifat kaotik (kacau, tanpa aturan), tidak mengenal

moral, dan tidak memiliki rasa benar-salah (Hartono, 2003: 2-4).

1.6.3.2 Ego

Ego adalah segi kepribadian yang harus tunduk pada id dan

harus mencari dalam realitas apa yang dibutuhkan id sebagai

pemuas kebutuhan dan pereda ketegangan. Oleh karena itu, ego

adalah segi kepribadian yang dapat membedakan antara khayalan

dan kenyataan serta mau menanggung ketegangan dalam batas

tertentu. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas artinya dapat

menunda pemuasan diri atau mencari bentuk pemuasan lain yang

sesuai dengan batasan lingkungan dan hati nurani. Ego

menjalankan proses sekunder artinya menggunakan kemampuan

15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berpikir secara rasional dalam mencari pemecahan masalah terbaik

(Hartono, 2003: 4).

1.6.3.3 Superego

Superego merupakan perwakilan dari berbagai nilai dan

norma yang ada dalam masyarakat di tempat individu itu hidup.

Anak mengembangkan superego nya melalui berbagai perintah dan

larangan yang diberikan orang tuanya. Titik perkembangan yang

sangat penting dalam pembentukan superego adalah dilaluinya

tahap oeidipal dengan baik. Freud membagi superego dalam dua

hal yaitu hati nurani dan ego ideal. Hati nurani diperoleh dari

penghukuman berbagai perilaku anak yang dinilai jelek oleh orang

tua dan menjadi dasar bagi rasa bersalah. Ego ideal adalah hasil

pujian dan penghadiahan atas berbagai perilaku yang dinilai baik

oleh orang tua. Anak yang mengejar keunggulan dan kebaikan akan

memiliki nilai diri jika itu berhasil dilakukan. Superego

memungkinkan manusia memiliki pengendalian diri dan selalu

akan menuntut kesempurnaan manusia dalam pikiran, perkataan,

dan perbuatan (Hartono, 2003: 4-5).

16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Metode ini merupakan prosedur yang sistematik dan standar utnuk

memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 1985:211). Penelitian ini

dilakukan menggunakan metode studi pustaka dengan mencari dan

membaca banyak pustaka, termasuk karya sastra secara cermat (Nazir,

1985: 111-132). Teknik catat digunakan untuk mencatat data yang diperoleh

dari teks-teks novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya

Eka Kurniawan.

1.7.2 Metode Analisis Data

Metode ini digunakan untuk menganalisis isi. Metode ini dilakukan

dengan cara pencatatan untuk memudahkan dalam mengetahui pandangan

masing-masing tokoh setelah melakukan penyimakan dan pencermatan

novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan.

Metode analisis data yang penulis lakukan adalah dengan menganalisis

struktur kepribadian tokoh dalam novel Seperti Dendam, Rindu Harus

Dibayar Tuntas. Analisis struktur kepribadian tokoh dilakukan untuk

menjembatani penulis dalam melakukan kajian psikoanalisis tokoh pada

novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Data yang telah dianalisis disajikan secara deskriptif kualitatif, yaitu

dengan mengunakan metode analisis data yang bertujuan menggambarkan

17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

atau melukiskan keadaan subjek atau objek yakni seseorang, lembaga,

masyarakat, dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang

tampak atau sebagaimana adanya yang tergambar dalam teks Seperti

Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (Nawawi dalam Siswantoro, 2005:

56).

1.8 Sumber Data

Data merupakan bahan penelitian. Karya sastra yang menjadi objek

penelitian ini adalah novel dengan identitas sebagai berikut:

Judul Buku : Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Pengarang : Eka Kurniawan

Tahun Terbit : 2014 edisi pertama

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Halaman : 256 halaman

1.9 Sistematika Penyajian

Penelitian ini dibagi menjadi empat bab. Sistematika penelitian ini dirinci

sebagai berikut:

Bab I berisi pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar. Bab ini dibagai

menjadi delapan sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan

sistematika penyajian.

18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bab II berisi analisis hasrat seksual dalam struktur kepribadian tokoh pada

novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan.

Analisis ini digunakan untuk menjembatani ke tahap analisis selanjutnya.

Bab III berisi deskripsi analisis psikoanalisis, regresi, sublimasi, dan

identifikasi sebagai manifestasi hasrat seksual dalam novel Seperti Dendam,

Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan.

Bab IV merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil

penelitian novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka

Kurniawan dengan tinjauan psikoanalisis.

19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

HASRAT SEKSUAL DALAM STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH


PADA NOVEL SEPERTI DENDAM, RINDU HARUS DIBAYAR TUNTAS
KARYA EKA KURNIAWAN

2.1 Pengantar

Pada bab ini penulis akan mengkaji Novel Seperti Dendam, Rindu Harus

Dibayar Tuntas dari segi struktur kepribadian tokoh. Dalam asumsi penulis, untuk

mengetahui perilaku tokoh yang erat kaitannya dengan hasrat seksual, penulis

menganalisis terlebih dahulu struktur kepribadian tokoh-tokoh yang terdapat pada

novel. Dalam hal ini, penulis mengolah teks manifes dan mencoba

mengungkapkan teks yang tersembunyi di baliknya untuk mengungkap perilaku

para tokoh yang berhubungan dengan hasrat seksual.

Struktur kepribadian manusia mencakup tiga hal, yakni id, ego,dan

superego. Id berada pada alam ketaksadaran, sementara ego dan superego

meliputi alam sadar manusia (Hartono, 2003: 5). Penulis mendapati setidaknya

tiga tokoh yang dapat dianalisis struktur kepribadiannya dalam novel Seperti

Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Ketiga tokoh tersebut adalah Ajo Kawir

yang merupakan tokoh utama, Si Iteung dan Mono Ompong yang merupakan

tokoh tambahan dalam novel. Ketiga tokoh tersebut memiliki sikap yang sama

yakni gemar berkelahi. Kegemaran mereka berkelahi merupakan bentuk

pengalihan terhadap pengalaman traumatis tokoh yaitu pelecehan seksual.

20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.2 Struktur Kepribadian Ajo Kawir

Ajo Kawir merupakan tokoh utama dalam alur cerita pada novel Seperti

Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Ia digambarkan sebagai seorang lelaki

yang gagah perawakannya juga gemar berkelahi. Kegemarannya berkelahi

bertolak belakang dari perilakunya semasa kecil. Semasa kecil, Ajo kawir

digambarkan sebagai seorang remaja yang taat beribadah. Ia juga digambarkan

sebagai seorang remaja yang cukup pandai di kelasnya, ia tidak pernah

mendapatkan nilai jelek untuk setiap mata pelajaran.

“Pada dasarnya Ajo Kawir anak baik, begitu Si Tokek akan berkata. Di antara
teman-teman sepermainan mereka, Ajo Kawir yang paling rajin pergi ke surau. Di
sekolah nilainya tak pernah memalukan.” (Kurniawan, 2014: 9)

Ajo Kawir gemar membaca, ia lebih suka membaca komik mengenai surga

dan neraka.

“Ajo Kawir memperlihatkan komik-komiknya. Tapi ini komik tentang surga dan
neraka, katanya. Bahkan kiai di surau memuji komik-komik ini.” (Kurniawan,
2014: 8)

Tanpa disadari, kegemarannya membaca komik mengenai surga dan neraka

ini menjadi pengetahuan dasar atau lebih tepat sebagai pedoman hidupnya dalam

berperilaku. Pengetahuan dasarnya dalam berperilaku ini merupakan superego

nya. Ia beranggapan bahwa apa yang ia lakukan di dunia akan

dipertanggungjawabkan di akhirat nantinya.

“Astagfirullah, bisakah kita cari mainan lain? Aku tak mau masuk neraka dan
kemaluanku digigit memek bergigi.” (Kurniawan, 2014: 9)
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kegemarannya berkelahi sendiri muncul karena masalah yang menimpa

kemaluannya. Hal ini bermula ketika ia diajak oleh sahabatnya yang bernama Si

Tokek untuk mengintip wanita gila bernama Rona Merah. Ajo Kawir merasa tidak

nyaman dan ketakutan dengan perbuatan yang ia lakukan bersama dengan

sahabatnya. Ia sering mendapatkan nasihat dari Wa Sami ibu dari Si Tokek untuk

tidak mendekati rumah wanita gila itu.

“Ajo Kawir segera bilang bahwa Wa Sami berkali-kali sudah mengatakan agar
tidak mengganggu perempuan itu.” (Kurniawan, 2014: 10)

Rasa tidak nyamannya berubah menjadi rasa ingin tahu ketika mendapati

dua oknum polisi yang masuk ke rumah Rona Merah. Setelah menanti beberapa

saat, Ajo Kawir mengetahui apa yang akan dilakukan oleh kedua oknum polisi

tersebut. Kedua oknum polisi tersebut ternyata berniat akan memperkosa Rona

Merah. Karena ketidakhati-hatiannya, ia tertangkap basah sedang mengintip

perbuatan kedua oknum polisi tersebut.

“Ajo Kawir, menonton semua adegan itu sambil menggigil dengan mata tak lepas
dari lubang tempat mengintip, tak kuasa menopang tubuhnya. Pegangannya ke
kusen jendela terlepas, dan tanpa bisa dicegah ia tergelincir. Suara gaduhnya
mengagetkan semua orang.” (Kurniawan, 2014: 27)

Ia dipaksa oleh dua oknum polisi yang memperkosa Rona Merah untuk turut

serta memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang senggama milik Rona

Merah. Salah seorang polisi bahkan menodongkan pistol ke kepala Ajo Kawir.

22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Ajo Kawir ketakutan, menggeleng dan hendak pergi. Tapi Si Perokok Kretek
mengeluarkan dan menempelkan moncong pistol ke dahi si bocah sambil berkata,
diam dan lihatlah!” (Kurniawan, 2014: 28)

Kedua oknum polisi memaksa Ajo Kawir untuk turut memperkosa Rona

Merah. Pada saat itu juga batang kemaluan milik Ajo Kawir memutuskan untuk

tidur dalam waktu yang cukup lama.

“Ajo Kawir diam saja, kedua polisi kesal dan hampir mengangkatnya untuk
memasukkan kemaluannya secara paksa ke dalam perempuan itu. Tapi mendadak
mereka terdiam dan menoleh ke arah selangkangan Ajo Kawir. Di luar yang
mereka duga, kemaluan bocah itu meringkuk kecil, mengerut dan hampir melesak
ke dalam. Setelah berpandangan sejenak, kedua polisi tiba-tiba tertawa sambil
menggebrak-gebrak meja.” (Kurniawan, 2014: 29)

Alasan mendasar dari rasa takut yang dialami oleh Ajo Kawir sehingga

membuat batang kemaluannya memutuskan untuk tidak bergerak bukan karena

paksaan atau pistol yang ditodongkan oleh oknum polisi ke kepalanya melainkan

karena superego yang dimilikinya. Ia sadar betul bahwa perbuatannya akan

dipertanggung jawabkan di akhirat. Pengalaman traumatis ini timbul akibat

dominasi superego.

Si Tokek merasa bersalah atas kejadian yang menimpa sahabatnya itu. Ia

sering menyalahkan dirinya sendiri dan berusaha keras untuk membuat

sahabatnya dapat melupakan kejadian itu. Untuk menebus kesalahannya, ia

memutuskan untuk senantiasa menemani ke mana pun sahabatnya itu pergi.

Bahkan, ketika Ajo Kawir memutuskan untuk mencari masalah dengan anak lain

dan mengajak mereka berkelahi, Si Tokek tidak akan tinggal diam. Ia akan

23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan senang hati ikut dalam perkelahin itu. Kegemaran Ajo Kawir berkelahi

merupakan bentuk pengalihan trauma miliknya.

“Untuk urusan ini, Si Tokek merupakan orang yang merasa paling bersalah,
meskipun Ajo Kawir tak pernah menganggapnya demikian. Si Tokek ingin
melakukan apa pun untuk menebus kesalahannya, tapi ia sadar tak ada apa pun
yang berharga di dunia ini yang bisa dilakukannya untuk menebus semua
kesalahan itu.” (Kurniawan, 2014: 5)

“Dan apa boleh buat, Si Tokek tak pernah mau membiarkan sahabatnya babak-
belur sendirian, maka ia pun sering memperoleh bagian lebam di sana-sini.”
(Kurniawan, 2014: 4)

Suatu ketika, Paman Gembul datang menemui Iwan Angsa yang merupakan

ayah dari Si Tokek. Paman Gembul merupakan rekan kerja dari Iwan Angsa

semasa keduanya masih muda. Maksud kedatangannya adalah mencari orang

yang mau bekerja untuknya (berkelahi). Iwan Angsa menolak untuk berkelahi

kembali dan menyarankannya untuk bertemu dengan Ajo Kawir. Ajo Kawir tentu

dengan senang hati menerima tawaran itu. Ia merasa senang bukan karena

imbalan yang ditawarkan oleh Paman Gembul, ia hanya berpikir akan sangat

menyenangkan jika dapat berkelahi dengan banyak orang sehingga dapat

melupakan masalah yang menimpa kemaluannya tersebut. Sikap Ajo Kawir yang

dengan senang hati menerima tawaran Paman Gembul merupakan bentuk

pengalihan trauma miliknya.

“Dan sekarang aku ingin kamu menghajar seorang lelaki lain. Lebih tua darimu.
Jauh lebih tua. Dan mungkin lebih kuat darimu. Namanya Si Macan.”
(Kurniawan, 2014: 66)

24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Aku hanya butuh duitmu, dan terutama aku hanya butuh seseorang yang mau
berkelahi denganku.” (Kurniawan, 2014: 72)

Suatu hari, ketika Ajo Kawir mencari seorang lelaki bernama Pak Lebe

seorang pengusaha tambak dan berniat untuk menghajarnya, Ajo Kawir bertemu

dengan seorang gadis cantik yang juga ahli dalam berkelahi bernama Si Iteung. Si

Iteung merupakan pengawal pribadi Pak Lebe. Pertemuan itu berujung pada

perkelahinan antara keduanya. Dari perkelahian itu timbul perasaan cinta antara

keduanya. Ia mengagumi sosok Si Iteung bukan saja karena ia memiliki paras

yang cantik, tetapi karena Si Iteung merupakan wanita yang ahli bela diri. Ia jatuh

cinta kepada wanita yang dapat mempertahankan kehormatannya. Anggapan

seperti inilah yang kemudian menjadi cerminan ego tokoh Ajo Kawir.

“Ajo Kawir mencoba tersenyum. Bibirnya terasa sakit, tapi ia tersenyum.


Matanya berbinar melihat Iteung di depannya. Ia senang melihat rambutnya yang
beriak ketika menerjangnya, ketika mengiriminya pukulan. Ia senang melihat
roman mukanya yang memerah menahan marah. Ia senang melihat matanya yang
memancarkan kebencian.” (Kurniawan, 2014: 84)

“Kakinya masih terasa goyah, tapi gadis itu telah mengiriminya satu pukulan lagi.
Ia kembali terhuyung dan terjatuh ke rerumputan. Rumput dengan tanah keras di
bawahnya. Ia merasa ia tak mampu lagi untuk bergerak. Ia sudah selesai. Ia tak
menyesal. Ia merasa bahagia. Ia bahagia merasakan pukulan gadis itu di tubuhnya.
Ia bahagia merasakan gadis itu betapa dekat dengannya.” (Kurniawan, 2014: 88)

“Iteung,” gumamnya. Ia tak tahu apakah gadis itu mendengarnya atau tidak. Ia
bahkan nyaris tak bisa mendengar suaranya sendiri. “Aku, aku mencintaimu.”
(Kurniawan, 2014: 89)

Hubungan mereka direstui oleh kedua orang tua masing-masing, tetapi tidak

oleh teman Si Iteung yang bernama Budi Baik. Budi Baik merupakan teman

seperguruan Si Iteung yang juga menaruh perasaan kepada Si Iteung. Kehadiran


25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tokoh Ajo Kawir dianggap sebagai penghalang bagi hubungannya dengan Si

Iteung. Suatu waktu, Budi Baik dan teman-temannya mencegat Ajo Kawir dan

mengeroyoknya hingga babak belur. Hal ini kemudian diketahui oleh Si Iteung

dan Si Tokek yang kemudian balik menghajar mereka. Ajo Kawir dan Si Iteung

pun memutuskan untuk menikah walaupun sebelumnya Ajo Kawir sempat ragu

apakah ia dapat membuat Si Iteung bahagia dengan keadaannya. Ego dari Ajo

Kawir yang menemukan pujaan hatinya yakni seorang wanita yang ahli bela diri

dan beranggapan bahwa ia merupakan sosok wanita yang dapat mempertahankan

kehormatannya membawanya ketingkat yang lebih tinggi yakni superego yang

ditandai dengan menikahi Si Iteung.

“Kami sudah menentukan hari pernikahan. Aku akan bahagia. Ia akan bahagia.
Aku akan melewati umur dua puluh dengan bahagia.” (Kurniawan, 2014: 101)

“Beberapa bulan setelah melewati ulang tahun Ajo Kawir yang kedua puluh, dan
beberapa hari setelah Iteung melewati umur yang sama, mereka menikah. Kedua
orangtua Iteung sangat bahagia. Kedua orangtua Ajo Kawir juga sangat bahagia.
Iwan Angsa dan Wa Sami sampai berkaca-kaca melihat Ajo Kawir menikah. Si
Tokek tampak tersenyum ke sana-kemari, ikut menerima para tamu.” (Kurniawan,
2014: 112)

Menikah dengan Si Iteung merupakan bentuk pengalihan trauma miliknya.

Kehadiran sosok Iteung pada kehidupan Ajo Kawir membuatnya dapat melupakan

pengalaman traumatisnya. Sosok Iteung yang kuat dan ahli bela diri membuat Ajo

Kawir dapat melupakan Rona Merah. Tindakan Ajo Kawir yang mencintai Iteung

terjadi karena dorongan id nya yaitu hasrat seksul yang ia kelola agar tidak

melakukan pemerkosaan kepada tokoh yang lebih kuat. Pengelolaan tersebut

dilakukan oleh ego miliknya. Superego miliknya mengatakan bahwa ia tidak

26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

boleh melakukan pemerkosaan dan hubungannya dengan Si Iteung harus legal

maka ia menikahi Si Iteung. Hal inilah yang menjadi motif Ajo Kawir memilih

Iteung sebagai kekasihnya. Ada superego yang memang dipengaruhi oleh

dorongan id akan tetapi ia dapat mengelola dengan memilih tokoh yang kuat

sehingga ia tidak akan melakukan energi psikis negatif yaitu pemerkosaan.

Kehidupan keluarga Ajo Kawir yang tadinya baik-baik saja menjadi retak

setelah ia mendapati bahwa Si Iteung hamil. Anggapan bahwa keahlian Si Iteung

dalam berkelahi yang dapat mempertahankan kehormatannya runtuh seketika.

Runtuhnya anggapan tersebut menimbulkan kembali pengalaman traumatisnya.

Ajo Kawir tahu bahwa anak yang dikandung oleh Si Iteung bukanlah anaknya,

Ajo Kawir sadar betul bahwa ia tidak dapat menghamili istrinya tersebut.

Kehamilan Si Iteung menjadi tamparan keras bagi dirinya. Tamparan itu

membuatnya kembali mengingat pengalaman traumatis yang menimpa dirinya di

rumah Rona Merah. Karena hal itulah Ajo Kawir menjadi sangat marah kepada

dirinya sendiri.

Rambut Iteung agak basah, begitu pula wajah dan pakaiannya. Tapi ia masih
berdiri di tempatnya. Setelah beberapa saat, Ajo Kawir segera menyadari mata
Iteung berkaca-kaca.
“Ada apa?” tanya Ajo Kawir. “Kamu dari mana sejak pagi?”
Airmata Iteung meleleh, mengalir di pipinya.
“Iteung? Ada apa?”
“Aku dari rumah sakit,” katanya. Ia mulai terisak. “Aku... aku hamil.”
“Ha . . . apa?”
Iteung tertunduk dan terduduk di kursi. Ia menangis dan menyembunyikan
wajahnya. Di sela isaknya ia mengatakan sesuatu, tapi Ajo Kawir tak
mendengarnya dengan jelas.
“Iteung!” Ajo Kawir mulai berteriak. “Katakan siapa? Siapa?”
Bahu Iteung terguncang-guncang.
“Lonte!”

27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ajo Kawir berbalik, membuka pintu dan membantingnya. Ia berjalan


meninggalkan rumah itu, menerobos gerimis. (Kurniawan, 2014: 118-119)

Ajo Kawir memutuskan untuk meninggalkan rumah dan kembali

menjalankan misi yang diberikan oleh Paman Gembul untuk mencari dan

membunuh orang yang bernama Si Macan. Ajo Kawir berusaha untuk menolak

timbulnya kembali pengalaman traumatis miliknya. Hal ini dapat dibuktikan

dengan tindakan Ajo Kawir yang membunuh Si Macan. Terjadi pertemuan antara

unsur id dan superego miliknya yang direalisasikan oleh unsur ego miliknya.

Disatu sisi Ajo Kawir berusaha melakukan perlawanan terhadap pengalaman

traumatisnya dengan membuat unsur ego baru di dalam dirinya yaitu membunuh

Si Macan, tetapi di sisi lain superego miliknya tidak dapat mengontrol tindakan

dari Ajo Kawir. Tindakan perlawanan superego ini menjadi klimaks dari struktur

kepribadian tokoh Ajo Kawir.

“Ajo Kawir merebut tongkat itu. Si Macan terhuyung. Sebelum Si Macan roboh
ke tanah, tongkat itu menyambar batok kepalanya. Terdengar bunyi derak tongkat
patah, serta batok kepala yang terbelah.” (Kurniawan, 2014: 120)

Anti klimaks dari struktur kepribadian tokoh Ajo Kawir ditandai dari

sikapnya yang menyerahkan diri kepada polisi dan mendekam di penjara selama

beberapa tahun. Tindakan Ajo Kawir menyerahkan diri kepada polisi untuk

mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut merupakan cerminan superego

miliknya yang kemudian direalisasikan oleh ego.

28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Jangan berbuat bodoh,” kata Paman Gembul. “Kau aman di sini. Kau bisa belajar
mesin mobil di sini. Ini bengkel yang bagus. Mereka tak tahu kau di sini. Aku tak
ingin melihatmu mati.” (Kurniawan, 2014: 152)

Setelah keluar dari penjara Ajo Kawir memutuskan membeli sebuah truk

dan bekerja menjadi sopir truk. Banyak hal yang kemudian ia pelajari dari semua

kejadian yang telah menimpa dirinya, khususnya dari kemaluannya sendiri selama

mendekam di penjara. Ia bertekad untuk tidak kembali menjadi seorang yang

gemar berkelahi dan memutuskan untuk hidup damai seperti yang diajarkan oleh

kemaluannya. Hal ini membuktikan perkembangan ego yang dimiliki oleh Ajo

Kawir. Kegemarannya berkelahi menghilang bahkan berubah menjadi pribadi

yang lebih tenang serta berpikiran jernih. Pekerjaannya menjadi seorang sopir truk

mempertemukannya dengan tokoh yang bernama Mono Ompong dan Jelita.

“Ajo Kawir menoleh ke si kenek dan berpikir, sebelas tahun lalu, ketika umurnya
sama dengan bocah itu, ia benar-benar akan melakukan apa yang dikatakan si
kenek. Barangkali lebih dari itu. Ia tak akan menghajar Si Kepala Botak, sebab itu
tak perlu. Ia yakin, jika itu terjadi sebelas tahun lalu, ia akan membiarkan truknya
menghajar sedan Si Kepala Botak.” (Kurniawan, 2014: 122)

Dari tokoh Mono Ompong ia dapat kembali mengingat sosok dirinya ketika

masih remaja yang gemar sekali mencari masalah dengan anak yang sebaya

dengannya dan mengajak mereka berkelahi. Dari tokoh Jelita inilah ia sering

memimpikan kemaluannya dapat berdiri kembali. Hal ini menjadi bukti

menguatnya unsur id miliknya. Keinginannya menjadi pribadi yang normal masih

ada, tetapi disisi lain pengalaman traumatisnya belum sepenuhnya sembuh. Ia

masih berharap dapat melihat batang kemaluannya berdiri kembali. Ia berjanji

29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pada dirinya sendiri jika suatu saat kemaluannya sembuh ia akan pulang ke rumah

dan menemui Si Iteung. Jauh dalam benaknya ia masih mencintai istrinya.

“Di kamar mandi, setelah membuka celana dalamnya, ia melihat Si Burung


memang basah dan lengket. Si Tokek yang pernah mengatakan hal ini: dipakai
atau tidak burungmu, tubuh lelaki yang sehat terus menghasilkan pejuh. Lama-
kelamaan itu akan penuh. Harus dikeluarkan dengan cara apa pun, atau mereka
akan jebol dan memutuskan keluar sendiri. Dengan mimi atau tidak. Yang ia tahu,
kini mereka jebol karena mimpi. Mimpi Jelita.” (Kurniawan, 2014: 217)

“Jika aku bisa kembali ngaceng, pikirnya, aku punya satu-satunya alasan untuk
kembali ke rumah. Untuk melihat gadis kecilku, dan terutama untuk melihat
isteriku.” (Kurniawan, 2014: 225)

“Jika aku bisa ngaceng, pikirnya kembali, aku bisa membuat Iteung bahagia. Dan
aku juga bisa bahagia. Bahkan satu hari yang membahagiakan antara aku dan
Iteung, barangkali bisa menghapus tahun-tahun yang menderitakan ini. Tapi
apakah meniduri Jelita satu-satunya cara untuk membuat Si Burung bangun,
seperti apa yang diajarkan mimpiku?” (Kurniawan, 2014: 226)

Keputusannya berdamai dan menerima segala kejadian yang telah

menimpanya merupakan bentuk pengalihan trauma miliknya. Dari hal inilah

secara tidak langsung kesembuhan mulai terjadi pada dirinya. Perkembangan id

milik Ajo Kawir mulai termanifestasikan dalam mimpi. Mimpi merupakan salah

satu bentuk alam bawah sadar manusia dimana id berperan penting di dalamnya

sedangkan superego kehilangan kendali. Dari mimpi inilah Ajo Kawir sering

mendapati kemaluannya dapat berdiri kembali ketika melihat Jelita.

“Tiba-tiba ia teringat sesuatu, menyadari sesuatu. Hal ini telah terjadi berkali-kali,
tapi baru kali ini ia menyadarinya. Ingatannya sangat jelas: di mimpi itu, mimpi
berbaring di karpet bersama Jelita di bak truk, Si Burung terbangun. Keras dan
besar.” (Kurniawan, 2014: 218)

30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Hal yang dirasakan oleh Ajo Kawir ketika sedang memimpikan Jelita

ternyata berdampak pada kehidupan nyatanya. Hal ini membuktikan bahwa id

miliknya mencoba menerobos batas ego. Ia menjadi pribadi yang tidak fokus

dalam bekerja. Ia semakin sering berbicara dengan kemaluannya. Ia merasa heran

dengan selera atau hasrat seksual miliknya. Hal ini bukan tanpa alasan karena

sebelumnya ia mengenal dua pribadi wanita berparas cantik yakni Rona Merah

dan Si Iteung akan tetapi kemaluannya tidak bergerak sedikit pun. Berbeda

dengan dua wanita berparas cantik tadi, dalam mimpinya ia mendapati

kemaluannya tengah berdiri ketika menjumpai Jelita yang jauh tidak lebih cantik

dari dua wanita yang pernah dikenalnya. Bahkan jauh dari kata cantik, Jelita lebih

tepat jika dibilang jelek. Dari tokoh Jelita inilah ia kemudian dapat sembuh dari

penyakit yang menimpa kemaluannya tersebut. Ia dan Jelita bercinta di bilik

kamar mandi di sebuah pom bensin. Untuk pertama kalinya, Ajo Kawir merasa

sangat bahagia mendapati kemaluannya dapat berdiri kembali. Hal ini

membuktikan bahwa ia berhasil meloloskan id miliknya.

“Kemudian perempuan itu mendekatinya, menyentuh pipinya. Jelita berjinjit,


mencium bibirnya. Ajo Kawir masih terdiam, bertanya-tanya apakah semua ini
bagian dari mimpinya, atau sesuatu yang terjadi di luar tidurnya? Ia tak punya
waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Jelita memeluknya, terus
menciuminya. Hingga akhirnya Jelita berlutut, dan mulai membuka kancing jins
Ajo Kawir. Ketika celananya melorot, bahkan Ajo Kawir pun terpana dibuatnya.
Ia melihat Si Burung bangun. Mengacung keras, besar, menunjuk. Ia belum
pernah melihat Si Burung sedemikian indahnya.” (Kurniawan, 2014: 230-231)

Dari tokoh Jelita pula Ajo Kawir teringat kembali dengan sosok wanita yang

pernah ia kenal sebelumnya. Ia merasa ada kemiripan antara Jelita dengan Rona

31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Merah. Kedua tokoh tersebut merupakan karakter yang sama lemahnya jika

dibandingkan dengan Si Iteung.

“Ia memang jelek. Super jelek. Tapi tidakkah melihatnya kau merasa seperti
pernah bertemu dengannya? Kurasa ia mengingatkanku kepada perempuan itu. Si
perempuan gila. Rona Merah. Entahlah, tapi kurasa mereka perempuan yang
sama.” (Kurniawan, 2014: 239-240)

2.3 Struktur Kepribadian Si Iteung

Si Iteung merupakan tokoh tambahan pada novel Seperti Dendam, Rindu

Harus Dibayar Tuntas. Ia digambarkan sebagai sosok gadis berparas cantik yang

juga pandai berkelahi. Keahliannya berkelahi tidak lepas dari latar belakang masa

kecilnya yang pernah mendapatkan tindakan pelecehan seksual. Pengalaman

pelecehan seksual ini menjadi trauma baginya. Sebagai pengalihan trauma

miliknya ia ingin terlihat kuat di depan orang lain terutama di depan lelaki.

Pada masa kecilnya, Si Iteung yang masih duduk di bangku sekolah pernah

mendapatkan perilaku pelecehan seksual dari gurunya. Gurunya yang bernama

Pak Toto kerap kali melakukan aksi cabul terhadap dirinya setiap pulang sekolah.

“Iteung selalu teringat masa itu, masa ketika lonceng tanda sekolah berakhir
berbunyi dan anak-anak ribut berlomba keluar dari kelas. Ia akan menjadi yang
terakhir keluar dari kelas. Bukan semata karena ia tak mau berdesak-desakan
dengan mereka, tapi karena Pak Toto, guru dan wali kelas mereka, selalu
memintanya pulang terakhir, untuk membantunya melakukan beberapa pekerjaan
kecil.” (Kurniawan, 2014: 160)

Sementara Iteung melakukan pekerjaanya, Pak Toto akan melingkarkan


tangannya ke pundak Iteung, lalu jari-jemarinya menyentuh dada gadis itu,
dengan sentuhan nakal. Dan Iteung akan menoleh sambil berkata: “Ih, Bapak.
Apa-apaan, sih?” Pak Toto akan tertawa kecil dan berbisik: “Lihat, Iteung.
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dadamu mulai tumbuh. Sebentar lagi kamu perlu pakai beha.” (Kurniawan, 2014:
160-161)

“Pak Toto memegang erat Iteung dari belakang. Lelaki itu duduk di kursi,
sementara Iteung duduk di pangkuannya. Satu tangan kiri mendekap dan
menggenggam dada si gadis kecil. Tangan yang lain menerobos ke balik rok.
Iteung mencoba melepaskan diri, tapi Pak Toto merengkuhnya semakin erat.
Celana Pak Toto sudah setengah terbuka. Iteung bisa merasakan sesuatu
menyodok-nyodok liar menyentuh pantatnya. Kemudian ia merasa ada yang basah
dan lengket. Dan Pak Toto berhenti melakukan gerakan apa pun. Tangannya
berhenti. Dengan cepat Iteung berdiri, membebaskan diri. Ia menoleh dan melihat
kemaluan hitam legam terkulai di kursi. Iteung merasa ada yang sakit di celah
antara kedua kakinya. Ia mencoba berjalan seperti biasanya tapi ada rasa sakit di
sana.” (Kurniawan, 2014: 161-162)

Hal ini kemudian menjadi pengalaman traumatisnya. Oleh ego, trauma ini

kemudian dialihkan dalam bentuk sosok wanita yang dapat dihormati dan dihargai

derajatnya oleh kaum lelaki. Keinginannya masuk ke perguruan silat ini akhirnya

ia utarakan kepada ayahnya. Ia beranggapan bahwa sikap lelaki yang ditunjukkan

oleh ayahnya adalah sikap lelaki yang dapat diterimanya sebagai seorang

perempuan. Sikap ayahnya yang terbuka, menghormati dan menghargai ibunya

membuatnya merasa nyaman berada di dekatnya.

“Papa, aku ingin mengambil les,”


“Aku mau belajar berkelahi.” (Kurniawan, 2014: 165-166)

Ia merupakan satu-satunya anak perempuan dalam perguruan silat itu.

Walaupun sempat mendapat berbagai macam bentuk ejekan dari teman-teman

seperguruannya, Si Iteung tetap bertekad untuk menjadi seorang wanita yang ahli

dalam bela diri. Hal ini merupakan wujud pengalihan trauma miliknya.

33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Kenapa kamu ingin belajar berkelahi?”


“Aku ingin melindungi ini.” Ia menunjuk satu titik di pangkal kedua pahanya.
(Kurniawan, 2014: 168)

Di perguruan silat itulah ia belajar banyak teknik berkelahi demi menjaga

kehormatannya, dan dari perguruan silat itu juga ia kemudian berkenalan dengan

tokoh bernama Budi Baik. Perilaku dari Budi Baik tidak sebaik namanya. Dari

tokoh bernama Budi Baik ini ia juga kerap mendapatkan perilaku pelecehan

seksual.

“Lalu ia merasa sesuatu menyentuh bagian itu. Bagian yang telah menjadi basah.
Tangan Budi Baik. Ia membuka mata, ia tak sadar matanya setengah menutup,
dan segera sadar tangan Budi Baik berada di antara pangkal kedua pahanya.
Menyentuh celah basah di sana, menyentuh dengan hangat. Ia merasa dirinya
terbang.” (Kurniawan, 2014: 171)

Ternyata ketika ia berusaha untuk mencari pengalihan dari pengalaman

traumatisnya ia masih diingatkan kembali akan pengalaman traumatisnya tersebut.

Pengalaman traumatis Si Iteung semakin kuat, dendam terhadap gurunya semakin

menjadi-jadi. Ketika sudah benar-benar mahir dalam berkelahi ia melakukan aksi

balas dendam dengan menghajar gurunya tersebut. Aksi balas dendamnya ia

lakukan dengan cara menggoda gurunya ketika berada di ruang bimbingan

konseling. Saat gurunya yang bernama Pak Toto mulai tergoda dan melancarkan

aksi pelecehan seksual Si Iteung tidak segan-segan untuk menghajar gurunya

tersebut. Tidak hanya sampai di situ, Si Iteung bahkan menelanjangi gurunya dan

membakar pakaian milik gurunya tersebut di tengah lapangan sekolah.

34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Ia hampir menyentuh si gadis, hampir mengisap tubuhnya, tapi gerakan Iteung
jauh lebih cepat. Satu tendangan keras mendarat di biji kemaluannya. Pak Toto
memekik. Pekikannya tertahan, sebab satu pukulan menghajar rahangnya.
Tendangan lain dan pukulan lain datang tak terelakkan. Hanya dalam beberapa
saat, lelaki itu ambruk di samping kaki kursi, dengan hidung bengkak dan
berdarah dan tangan memegangi biji kemaluan. Tergeletak tak sadarkan diri. Di
dekat gerbang sekolah ada drum bekas aspal yang berfungsi sebagai tempat
sampah. Ada bara api kecil di dalamnya, sisa pembakaran. Itung melemparkan
kemeja, kaus dalam, celana dan cangcut Pak Toto ke dalam drum bekas aspal
tersebut. Perlahan mulai digerogoti percik api.” (Kurniawan, 2014: 172)

Setelah aksi balas dendamnya tercapai Si Iteung memutuskan untuk menjadi

seorang pengawal pribadi lelaki tua pengusaha tambak ikan bernama Pak Lebe. Ia

juga beranggapan bahwa semua lelaki adalah musuh. Pertemuannya dengan Ajo

Kawir yang hendak menghajar Pak Lebe berujung pada perkelahian merupakan

awal dari hubungan cinta keduanya. Id Si Iteung yakni hasrat seksualnya

mengalami perkembangan yang dapat dibuktikan dari hubungan cintanya dengan

Ajo Kawir. Anggapan bahwa laki-laki adalah musuh berubah membentuk

superego bahwa laki-laki adalah teman.

“Kukatakan sekali lagi, aku enggak bisa ngaceng.”


“Aku enggak peduli, aku juga mencintaimu.” (Kurniawan, 2014: 89)

“Aku senang karena kamu berhasil membuatnya kembali menjadi perempuan,”


kata calon mertuanya. “Aku sering sedih melihatnya berkelahi. Ia sering
berkelahi. Ia memanjat pohon, ngebut dengan motor, naik gunung. Lalu ia masuk
perguruan dan semakin sering berkelahi. Tapi lihat sekarang. Ia ke mana-mana
memakai rok. Dan pagi ini aku melihat ia memoleskan lipstikku ke bibirnya.” Ajo
Kawir tersenyum mendengarnya. “Ia benar-benar jatuh cinta kepadamu.”
(Kurniawan, 2014: 97)

35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Si Iteung mengalami konsolidasi justru setelah bertemu dengan Ajo Kawir

yang ternyata impoten, tetapi di situlah titik baliknya. Rasa aman yang ia dapatkan

dari Ajo Kawir tidak semata-mata karena ia mencintainya melainkan juga karena

ia tahu bahwa kemaluan Ajo Kawir tidak bisa berdiri. Ia beranggapan bahwa

lelaki yang kemaluannya tidak bisa berdiri tentu tidak akan dapat menyakitinya.

Hal ini membuktikan bahwa trauma miliknya mulai menghilang sedangkan

superego miliknya mulai dominan. Superego dari Si Iteung sendiri juga dapat

dibuktikan dari ia yang memutuskan untuk menikah dengan Ajo Kawir meskipun

ia tahu bahwa kemaluan Ajo Kawir tidak bisa berdiri.

“Apa yang akan kau lakukan dengan lelaki yang tak bisa ngaceng?” tanya Ajo
Kawir. “Aku akan mengawininya.” (Kurniawan, 2014: 90)

Dalam kehidupan rumah tangga mereka, ia yang merupakan seorang wanita

tulen ternyata juga merasakan kerinduan untuk dapat bercinta dengan suaminya

tersebut. Hal ini tentu membuktikan bahwa tokoh Si Iteung mengalami

perkembangan superego miliknya. Superego miliknya yang beranggapan bahwa

lelaki adalah teman mulai berkembang. Lelaki seharusnya tidak hanya bisa

melindunginya akan tetapi dapat memberikan keturunan terlebih kepuasan

seksual. Hal ini dapat dibuktikan dari sikap Si Iteung yang sering meminpikan dan

membayangkan kemaluan milik suaminya dapat berdiri kembali.

“Iteung selalu berharap ada keajaiban yang akan membuat kemaluan suaminya
terbangun. Ia akan berusaha untuk membangunkannya, dan akan menyerah
membiarkan tangan suaminya menyelinap ke selangkangannya yang basah. Ia
akan memejamkan mata, dan entah kenapa ia mulai membayangkan burung hitam

36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

legam milik Pak Toto. Lain kali ia memikirkan kemaluan milik Budi Baik. Ia tak
bisa mengusir bayangan-bayangan itu. Bahkan setelah ia melenguh panjang.”
(Kurniawan, 2014: 179)

Karena perkembangan superego nya mulai dominan menguasai ego nya, Si

Iteung kemudian mencari Budi Baik yang dianggap dapat memberikannya

kepuasan seksual. Hal ini membuktikan bahwa ego perlu direalisasikan.

“Ia tahu, tubuhnya tak hanya memerlukan jari tangan yang pandai menari. Ia
membayangkan kemaluan hitam legam milik Pak Toto, tapi dengan perasaan jijik
ia tak mungkin memperolehnya. Tapi ia bisa memperoleh kemaluan Budi Baik. Ia
pernah memperolehnya, dan yakin bisa memperolehnya kembali. Ia hanya perlu
diam.” (Kurniawan, 2014: 179)

Perbuatannya dengan Budi Baik berujung pada kehamilan yang menimpa

dirinya. Kecemasan dan ketakutannya timbul seketika karena ia tahu bahwa

suaminya pasti akan marah bahkan kecewa terhadap dirinya. Hal ini terbukti

dengan Ajo Kawir yang pergi dari rumah dalam keadaan marah setelah

mengetahui dirinya hamil. Kecemasan dan ketakutan yang timbul pada dirinya

merupakan cerminan dari ego Si Iteung yang kembali muncul. Kehamilan yang

menimpanya membuat dirinya kembali teringat akan pengalaman traumatisnya

(pelecehan seksual). Anggapan bahwa lelaki merupakan musuh kembali menguat

pada dirinya. Untuk menebus kesalahan dan penghianatannya terhadap Ajo Kawir

yakni satu-satunya lelaki yang dianggapnya sebagai teman adalah dengan

mengarahkan ego nya untuk membunuh Budi Baik.

37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

”Iteung segera tahu, Budi Baik sudah sangat lembek. Ia tak kesulitan untuk
menghajarnya, membuat bocor hidungnya, membuat robek ujung bibirnya, dan
meremukkan jari-jemarinya. Iteung malas mengatakan apa pun. Ia mengirim
tendangan ke rahang Budi Baik. Si bocah terlempar ke sudut rumah, membentur
dinding. Iteung tak ingin memberinya kesempatan untuk lari. Ia mengejar. Ia
menjambak rambut Budi Baik, mengangkatnya, lalu dengan deras membenturkan
kepala itu ke dinding. Ia yakin batok kepala bocah itu retak. Budi Baik berhenti
menjerit. Ia terdiam. Tubuhnya lemas jatuh ke lantai. Darah mengalir
menggenang di lantai.” (Kurniawan, 2014: 236-237)

Energi ego yang dialami Si Iteung tidak berlangsung lama karena superego

nya kemudian mulai mendominasi kembali. Hal ini dapat dibuktikan dari

sikapnya yang menyerahkan diri kepada polisi untuk mempertanggungjawabkan

perbuatannya tersebut.

“Pak Polisi, aku sudah membunuh orang,” kata perempuan itu. Si Polisi masih
terpaku. Perempuan itu mengulurkan tangannya, meminta diborgol. Si Polisi
gugup, lalu kelabakan mencari borgol. Setelah menemukan benda itu, akhirnya Si
Polisi memborgol tangan Iteung. (Kurniawan, 2014: 237)

Di dalam penjara ia kerap dikunjungi oleh Paman Gembul dan berbagi

banyak informasi, terlebih ia mendapat informasi dari Paman Gembul perihal

kesembuhan penyakit suaminya hanya akan terjadi ketika dapat membunuh dua

oknum polisi yang pernah menyuruh suaminya untuk memperkosa Rona Merah.

“Kurasa hanya satu cara untuk merebut kembali kebahagiaan kalian. Aku telah
menemukan mereka. Aku sudah memberitahu suamimu. Sial sekali. Penjara dan
burung sialan itu telah banyak mengubah hidupnya. Ia tak ingin membunuh kedua
polisi itu. Ia tak ingin membunuh siapa pun. Ia bahkan tak ingin berkelahi dengan
siapa pun.” (Kurniawan, 2014: 233)

38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ego Si Iteung kembali muncul setelah mendapatkan informasi tersebut dari

Paman Gembul. Dorongan superego mulai mempengaruhi ego untuk dapat

membalaskan dendam suaminya. Hal ini dapat dibuktikan dari sikap Si Iteung

setelah keluar dari penjara. Keluar dari penjara Si Iteung memilih untuk segera

mencari kedua oknum polisi tersebut dan membunuh mereka. Ia hanya bisa

sebentar bertemu dengan Ajo Kawir yang memutuskan kembali ke rumah

sebelum akhirnya ia sendiri harus kembali masuk ke dalam penjara untuk

mempertanggung jawabkan perbuatannya tersebut.

“Iteung, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Ajo Kawir. “Aku membunuh dua
polisi, Sayang. Dua polisi sahabat baikmu.” (Kurniawan, 2014: 242)

2.4 Struktur Kepribadian Mono Ompong

Mono Ompong merupakan tokoh tambahan dalam novel Seperti Dendam,

Rindu Harus Dibayar Tuntas. Ia digambarkan sebagai seorang remaja lelaki yang

gemar berkelahi. Kegemarannya berkelahi muncul sedari ia masih duduk di

bangku sekolah dasar. Pernah ia berkelahi dengan temannya karena tidak terima

akan perilaku temannya tersebut yang memelorotkan celana olahraganya di depan

teman-temannya.

“Ini untuk kelakuanmu menginjak sepatuku, ini untuk merobek bukuku, dan ini
untuk kelakuanmu memelorotkan celana olahragaku di depan anak-anak
perempuan. ia memukul membabi buta, dan ia memperoleh pukulan yang
membabi buta pula.” (Kurniawan, 2014: 139)

39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Peristiwa tersebut menjadi pengalaman traumatisnya. Dari perkelahian itu ia

kehilangan dua gigi depannya. Kegemarannya berkelahi ini merupakan bentuk

pengalihan trauma sekaligus sebagai internalisasi nilai superego oleh ego bahwa

perkelahian merupakan jalan termudah agar seorang lelaki dapat diakui oleh lelaki

lainnya.

Perkenalannya dengan Ajo Kawir sendiri terjadi ketika ia memutuskan

untuk menjadi kernet truk miliknya. Perilaku dari Mono Ompong yang mudah

sekali tersulut emosi dan suka berkelahi inilah yang kemudian membangkitkan

trauma milik Ajo Kawir.

“Aku tak peduli. Tapi kurasa menjadi sopir truk akan banyak petualangan, akan
banyak keributan, akan banyak caci-maki, dan akan banyak perkelahian. Tak ada
pekerjaan lain yang memberi jalan untukku menjadi jagoan yang sesungguhnya.”
(Kurniawan, 2014: 186)

Mono Ompong mencintai seorang gadis di desanya yang bernama Nina. Ia

sering menceritakan soal Nina kepada Ajo Kawir, bahkan mengaku-ngaku bahwa

Nina merupakan kekasihnya. Pernah suatu kali ia menggunakan uang SPP-nya

hanya untuk dapat bercinta dengan Nina.

“Mono Ompong memejamkan mata. Semakin merinding. Nina menyentuhnya,


mengelusnya. Mono Ompong mengigit bibir. Nina kembali mengelus barangnya.
Ada sesuatu yang mendesak ingin keluar. Satu sentuhan lagi, dan sesuatu
menyembur dari ujung kemaluan Mono Ompong.”
Ya ampun, Mono,” pekik Nina, sebelum tertawa ngakak.
“Pelbur. Baru nempel langsung nyembur.” Nina terus tertawa ngakak dan Mono
Ompong merasa ingin mati. (Kurniawan, 2014: 209-210)

40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Hal tersebut ternyata hanya mempermalukan dirinya sendiri dan membuat

ibunya marah besar. Ia malu kepada Nina karena gagal membuktikan bahwa ia

merupakan sosok lelaki yang kuat dalam hal bercinta. Ia juga malu karena

hukuman yang diberikan oleh ibunya dengan menjewer telinganya di depan

tetangganya setelah ibunya mengetahui bahwa ia telah mencuri tabungan ibunya

serta menggunakan uang SPP-nya untuk bercinta dengan Nina. Dari hal inilah

kemudian ia memutuskan untuk berhenti sekolah dan memilih bekerja sebagai

kernet truk milik Ajo Kawir.

“Anak jadah! Kau colong duit ibumu buat nyoblos sama perempuan. Jadah! Anak
tolol. Keluar sekolah dan sekarang nyolong duit untuk nyoblos perempuan.
Kenapa tidak kau coblos saja bebek di belakang rumah? Semuanya boleh kau
coblos. Gratis! Anak jadah! Berengsek! Koplok! Sialan! Babi!” (Kurniawan,
2014: 210)

Superego nya mengalami perkembangan yakni adanya anggapan bahwa

dengan meniduri seorang wanita maka keberadaannya akan diakui oleh lelaki lain.

Keinginannya untuk dapat meniduri Nina bukan semata-mata karena hasrat

seksual yang dimilikinya melainkan karena ia ingin membuktikan diri agar

mendapatkan pengakuan dari teman-temannya sebagai seorang lelaki sejati. Hal

ini tidak lepas dari pengalihan pengalaman traumatis miliknya. Superego Mono

Ompong berperan dominan hingga menguasai ego nya. Hal ini dapat ditunjukkan

dari pekerjaannya sebagai seorang kernet truk yang semata-mata hanya untuk

mengumpulkan uang agar dapat ia gunakan untuk membayar Nina. Hal ini juga

dibuktikan dari Mono Ompong yang menerima tawaran dari Si Kumbang seorang

pengemudi truk lain yang menantangnya berkelahi. Ia berpesan pada Ajo Kawir

41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

untuk mempertaruhkan uangnya pada kemenangan dari Si Kumbang, tetapi Ajo

Kawir tidak melakukannya. Ajo Kawir mempertaruhkan uang tersebut untuk

kemenangan dari Mono Ompong sendiri. Ajo Kawir merasa ada persamaan antara

dirinya dengan Mono Ompong. Mereka memiliki pengalaman traumatis yang

sama yaitu pelecehan seksual.

“Taruh semua uangku untuk kemenangan Si Kumbang,” kata Mono Ompong


kepada Ajo Kawir.
“Apa maksudmu? Kau boleh kalah, tapi jangan pernah berencana kalah.”
“Setidaknya, jika aku kalah, aku memperoleh uang banyak.”
“Kalau kau mati?”
“Berikan uang itu untuk Nina. Itu nama gadis di foto itu.” (Kurniawan, 2014: 187)

Mono Ompong yang digambarkan sebagai seorang remaja dengan nyali

yang besar ternyata mendapati dirinya sendiri ketakutan dan cemas jika ia kalah

dalam pertarungan bahkan tidak dapat bertemu lagi dengan wanita pujaannya. Hal

ini dibuktikan dari sikap Mono Ompong yang berubah ketakutan bahkan

meringkung dan menangis di dalam kabin truk milik Ajo Kawir. Rasa takut dan

cemas yang dialami Mono Ompong menunjukkan timbulnya kembali pengalaman

traumatisnya. Jika ia kalah dalam perkelahiannya dengan Si Kumbang maka ia

akan malu di hadapan banyak orang.

“Aku kangen Nina.” Ia kembali mewek. Airmatanya bercucuran di pipi. Ajo


Kawir dan Jelita hanya saling pandang tak tahu bagaimana menghentikan seorang
bocah yang mewek karena seorang gadis yang bahkan mereka tak mengenalnya.
(Kurniawan, 2014: 191)

42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Setelah mendapatkan nasihat dari Ajo Kawir, Mono Ompong memutuskan

untuk tidak menjadi seorang pecundang dengan lari dari perkelahiannya dengan Si

Kumbang. Hal ini menunjukkan superego bekerja lebih dominan yang kemudian

direalisasikan lewat oleh ego. Ia tetap berkelahi dengan Si Kumbang dan

memenangkan perkelahian dengan luka yang cukup serius pada tulang kakinya.

“Mono Ompong selalu berharap bisa menjadi jagoan. Ia selalu berharap bisa
berjalan ke tengah kerumunan dan orang-orang menyingkir ketakutan. Mungkin
pertarungan ini merupakan kesempatannya, satu-satunya kesempatan, untuk
memberitahu semua orang bahwa ia jagoan.” (Kurniawan, 2014: 182)

“Untuk Mono Ompong, ini bukan soal uang. Ini perkara yang sama dengan
peristiwa ketika ia kehilangan dua giginya. Usaha untuk menjadi jagoan.”
(Kurniawan, 2014: 187)

2.5 Rangkuman Struktur Kepribadian Tokoh

Struktur kepribadian manusia mencakup id, ego, dan superego. Ketiga unsur

tersebut mempengaruhi perilaku para tokoh. Ketiga tokoh memiliki id yang sama

yaitu hasrat seksual. Ketiga tokoh juga memiliki pengalaman traumatis yang sama

yaitu pelecehan seksual. Mereka berusaha mencari dan menolak timbulnya

kembali pengalaman traumatis mereka. Kegemaran mereka berkelahi merupakan

salah satu bentuk pengalihan terhadap pengalaman traumatis mereka.

43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.5.1 Tabel Rangkuman Struktur Kepribadian Tokoh

Struktur Kepribadian
Tokoh Keterangan
Id Ego Superego
 Hasrat Seksual  Suka  Setiap  Trauma disuruh
berkelahi tindakan akan memperkosa.
hingga dipertanggung Trauma timbul
membunuh Si jawabkan di akibat dominasi
Macan. akhirat. superego.
 Jatuh cinta  Hubungannya Kegemaran
pada sosok dengan Si berkelahi
(pribadi) yang Iteung harus merupakan
lebih kuat legal; pengalihan
bernama menikahi Si trauma miliknya
Iteung. Iteung. hingga
 Bekerja membunuh Si
Ajo sebagai sopir Macan.
Kawir truk. Perkenalan
dengan Si Iteung
membuat
superego
berkembang.
Dominasi
superego
direalisasikan
oleh ego dengan
menikahi Si
Iteung dan
bekerja sebagai
sopir truk.
 Hasrat Seksual  Suka  Belajar bela  Trauma
berkelahi diri dengan mengalami
hingga masuk pelecehan
membunuh perguruan seksual oleh
Budi Baik silat. gurunya. Trauma
dan dua  Anggapan dialihkan dengan
Si oknum polisi. bahwa lelaki suka berkelahi
Iteung  Jatuh cinta adalah musuh dan masuk
pada Ajo berubah perguruan silat.
Kawir yang menjadi lelaki Dalam usaha
impoten. adalah teman mengalihkan
dan suami trauma ia
setelah kembali ditarik
bertemu pada pengalaman

44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan Ajo traumatisnya


Kawir. setelah
mendapatkan
pelecehan
seksual dari Budi
Baik. Muncul
anggapan bahwa
lelaki adalah
musuh. Superego
muncul setelah
berkenalan
dengan Ajo
Kawir.
Anggapan bahwa
lelaki adalah
musuh berubah
menjadi lelaki
adalah teman dan
juga suami.
Dominasi
superego tidak ia
dapatkan dari
Ajo Kawir, maka
ia mencari
pemenuhan pada
Budi Baik.
Kehamilan yang
menimpanya
memicu
timbulnya
kembali trauma.
Ia mengarahkan
ego pada Budi
Baik dengan
membunuhnya.
 Hasrat  Suka  Perkelahian  Trauma
Seksual berkelahi. merupakan mendapatkan
 Bekerja jalan termudah pelecehan
sebagai agar seseorang seksual dari
kernet truk lelaki dapat temannya.
Mono
milik Ajo diakui oleh Trauma dialihkan
Ompong
Kawir. lelaki lainnya. dengan suka
 Kuat dalam berkelahi
bercinta sekaligus sebagai
merupakan internalisasi dari
salah satu cara superego.

45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

agar Superego
mendapatkan berkembang
pengakuan dari lewat anggapan
orang lain. bahwa lelaki
dihargai bukan
hanya karena
jago berkelahi
tetapi juga kuat
dalam bercinta.
Dominasi
superego
mempengaruhi
ego sebagai
bentuk
pengalihan
trauma.

Ketiga tokoh memiliki id yang sama yaitu hasrat seksual. Mereka

berusaha mencari bentuk pengalihan trauma mereka. Salah satu bentuk

pengalihan trauma yang mereka lakukan adalah dengan berkelahi.

Selanjutnya, pada bab tiga penulis akan mengkaji bentuk manifestasi hasrat

seksual ketiga tokoh.

46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

REGRESI, SUBLIMASI, DAN IDENTIFIKASI SEBAGAI MANIFESTASI


HASRAT SEKSUAL DALAM NOVEL SEPERTI DENDAM, RINDU
HARUS DIBAYAR TUNTAS KARYA EKA KURNIAWAN

3.1 Pengantar

Dalam bab ini penulis akan memaparkan jenis-jenis pengalihan id ketiga

tokoh, yang meliputi regresi, sublimasi, dan identifikasi. Ketiga tokoh dalam

novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas memiliki id yang sama yaitu

hasrat seksual (pengalaman pernah mendapatkan pelecehan seksual). Hasrat

seksual ketiga tokoh dialihkan oleh ego mereka ke dalam perilaku yang beragam.

Hal ini menyebabkan perubahan dan perkembangan pada perilaku mereka

terutama terhadap mekanisme pertahanan ego mereka. Mereka mengalami proses

bentuk pengalihan dari hasrat seksual yang mereka miliki.

Penulis telah melihat kehidupan ketiga tokoh, kemudian menganalisis

struktur kepribadian tokohnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui id mereka

yaitu hasrat seksual yang menjadi latar belakang perilaku mereka. Setelah

menganalisis struktur kepribadian tokoh, penulis menemukan tiga hal penting

yang mempengaruhi perilaku mereka, yaitu regresi, sublimasi dan identifikasi.

Ketiga hal tersebut merupakan bentuk pengalihan dari hasrat seksual yang mereka

miliki. Seperti pernah penulis singgung sebelumnya, pada bab tiga ini penulis

akan memaparkan bentuk pengalihan berupa sikap pengalihan terhadap hasrat

47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

seksual dalam bentuk regresi, sublimasi, dan identifikasi yang terdapat pada

ketiga tokoh yakni Ajo Kawir, Si Iteung, dan Mono Ompong.

3.2 Regresi

Regresi adalah kembali ke masa-masa di mana seseorang mengalami

tekanan psikologis. Dapat dikatakan pula pengulangan kembali tingkah laku yang

cocok bagi tahapan perkembangan atau usia sebelumnya yakni perilaku kekanak-

kanakan (Berry, 2001: 82). Bentuk pengalihan dari hasrat seksual ini

memperlihatkan bahwa ketiga tokoh merasa nyaman dengan tingkah laku yang

dapat dikategorikan sebagai perilaku anak kecil ketika sedang mengalami

kecemasan. Rasa cemas mereka timbul karena ego mendapat dorongan dari id

yang berupa hasrat seksual.

3.2.1 Regresi pada Tokoh Ajo Kawir

Regresi yang dialami oleh Ajo Kawir merupakan bentuk pengalihan

trauma miliknya. Hal ini dapat dibuktikan dari tingkah laku kekanak-

kanakan Ajo Kawir yaitu menangis. Ajo Kawir kedapatan menangis di

emperan toko milik ibu Si Tokek. Sikap kekanak-kanakannya ini muncul

karena rasa cemas. Ia merasa cemas jika perkelahiannya dengan Si Macan

akan berujung pada kekalahan bahkan kematian. Ia yang tengah jatuh cinta

kepada Si Iteung merasa takut jika kekalahannya membuat dirinya tidak

bisa bertemu lagi dengan gadis yang dicintainya. Rasa cemas dan gelisah

ini kemudian ia alihkan dengan menangis.

48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Sudah lama Si Tokek tak melihat Ajo Kawir berurai air mata, tapi saat itu
ia kembali melihatnya. Ia pergi ke toko dan kembali membawa sebotol bir
yang telah terbuka, menyodorkannya kepada Ajo Kawir.” (Kurniawan,
2014: 96)

Ajo Kawir berencana untuk membatalkan tantangannya berkelahi

dengan Si Macan, akan tetapi ia sudah terlanjur terang-terangan berteriak

menantang Si Macan di kampungnya. Hal inilah yang membuat Ajo Kawir

merasa dilema. Superego miliknya melarang untuk berkelahi dengan Si

Macan, tetapi dorongan id miliknya mendominasi ego. Ego tersebut

kemudian direalisasikan dalam bentuk kecemasan. Kecemasan yang timbul

ini kemudian dialihkan dengan sikap menangis.

3.2.2 Regresi pada Tokoh Si Iteung

Regresi yang dialami oleh Si Iteung merupakan bentuk pengalihan

trauma miliknya. Regresi atau tingkah kekanak-kanakan Si Iteung dapat

dibuktikan dari dirinya yang tengah menangis sembari menahan kaki Ajo

Kawir yang hendak pergi meninggalkan rumah. Hal ini bermula dari Ajo

Kawir yang mengetahui bahwa dirinya tengah mengandung seorang anak.

Tentu anak dalam kandungannya bukanlah anak dari Ajo Kawir melainkan

anak dari hubungannya dengan Budi Baik. Hubungannya dengan Budi Baik

terjadi karena perkembangan superego miliknya. Superego yang

beranggapan bahwa lelaki adalah teman dan suami berkembang menjadi

lelaki seharusnya bisa memberikan keturunan terlebih kepuasan secara

seksual. Si Iteung yang tidak mendapatkan pemenuhan superego dari Ajo

49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kawir lantas mengalihkan superego nya pada Budi Baik. Kehamilan yang

menimpa dirinya memicu timbulnya kembali pengalaman traumatisnya. Ia

merasa bahwa dirinya telah mendapatkan pelecehan seksual dari Budi Baik.

“Perek, gumamnya, sambil berbalik hendak pergi meninggalkan Iteung.


Tapi Iteung dengan sigap menangkap kedua kakinya, memeluknya erat. Ajo
Kawir hampir ambruk karenanya. Selama beberapa saat ia terus berusaha
melangkah dan Iteung harus terseret oleh kakinya. Ia berhenti, sementara
Iteung terus mendekap kedua kakinya, tak mau melepaskannya, dan terus
menangis.” (Kurniawan, 2014: 157)

Sikap kekanak-kanakan Si Iteung berhubungan dengan rasa cemas dan

takut jika Ajo Kawir mengetahui perihal kehamilannya bahkan memutuskan

untuk pergi meninggalkan rumah dan tidak akan kembali lagi. Hal ini

terbukti dengan sikap Ajo Kawir yang memutuskan pergi dari rumah dalam

keadaan marah setelah mengetahui dirinya hamil. Sikap cemas yang dialami

oleh Si Iteung merupakan ego yang timbul akibat dorongan dari superego

miliknya.

Superego Si Iteung mengalami sebuah dinamika timbul dan

tenggelam. Hal ini dapat dibuktikan dari superego Si Iteung yang

beranggapan bahwa lelaki adalah teman dan suami berkembang menjadi

lelaki seharusnya dapat memberikan keturunan terlebih kepuasan secara

seksual. Dominasi superego mempengaruhi ego yang berujung pada

kehamilan. Kehamilan yang menimpa dirinya membuat ia ditarik kembali

untuk mengingat pengalaman traumatisnya. Si Iteung berusaha membangun

kembali superego nya yang beranggapan bahwa lelaki adalah teman dan

suami dengan cara mengalihakan ego nya kepada Budi Baik. Dominasi ego

50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kemudian direalisasikan dengan menghajar Budi Baik hingga tewas.

Perbuatannya ini kemudian ia pertanggungjawabkan dengan menyerahkan

diri kepada polisi.

3.2.3 Regresi pada Tokoh Mono Ompong

Regresi yang dialami oleh Mono Ompong merupakan bentuk

pengalihan trauma miliknya. Regresi atau tingkah kekanak-kanakan Mono

Ompong dapat dibuktikan dari sikapnya yang meringkuk, menangis

seseunggukan dan mengunci diri dalam kabin truk milik Ajo Kawir.

Sikapnya yang menangis di dalam kabin truk milik Ajo Kawir merupakan

bentuk pengalihan dari pengalaman traumatisnya. Perasaan malu karena

pernah mendapatkan pelecehan seksual dari temannya kembali muncul. Ia

takut jika kekalahannya dalam duel melawan Si Kumbang hanya akan

membuat dirinya malu untuk yang kesekian kalinya. Perasaan cemas dan

takut merupakan ego yang timbul karena dorongan superego miliknya. Ego

kemudian direalisasikan dalam bentuk sikap menangis.

“Si Bocah meringkuk di dalam kabin truk, menangis sesenggukan. Ajo


Kawir menyuruhnya membuka pintu kabin, yang dikunci dari dalam, tapi Si
Bocah bergeming. Gerimis turun. Ajo Kawir menggedor-gedor pintu, dan Si
Bocah tetap tak beranjak. Ajo Kawir berteriak-teriak, Sialan kau, buka
pintu! Si Bocah tetap meringkuk, menangis sesenggukan. Gerimis semakin
lebat. Ajo Kawir dan Jelita terpaksa berlindung di emperan warung tutup.”
(Kurniawan, 2014: 190)

Sikap kekanak-kanakan Mono Ompong muncul akibat timbulnya

kecemasan jika tidak bisa bertemu dengan Nina. Ia takut jika

perkelahiannya dengan Si Kumbang berujung pada kekalahan yang

51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menyebabkan dirinya tidak bisa bertemu dengan wanita yang dicintainya.

Di sisi lain, superego Mono Ompong untuk dapat memperoleh pengakuan

dari orang lain memaksanya untuk tidak lari dari perkelahiannya dengan Si

Kumbang. Dominasi superego mempengaruhi ego. Hal ini dapat dibuktikan

dari sikap Mono Ompong yang kemudian tetap menerima tantangan Si

Kumbang untuk berduel dengannya. Pada akhirnya ia menang dalam

perkelahian itu dengan luka di sekujur tubuhnya dan harus menjalani rawat

inap di rumah sakit.

3.3 Sublimasi

Sublimasi adalah mengubah berbagai rangsangan yang tidak diterima,

apakah itu dalam bentuk seks, kemarahan, ketakutan, atau bentuk lainnya ke

dalam bentuk-bentuk yang bisa diterima secara sosial. Dengan kata lain sublimasi

merupakan pembelotan atau penyimpangan libido seksual kepada kegiatan yang

secara sosial lebih dapat diterima. (Koeswara, via Setiadi, 2012: 12-13)

Dalam banyak cara, sublimasi merupakan mekanisme yang sehat, karena

energi seksual berada di bawah kontrol sosial. Bagi Freud seluruh bentuk aktivitas

positif dan kreatif adalah sublimasi, terutama sublimasi hasrat seksual. Sublimasi

yang dialami oleh ketiga tokoh merupakan bentuk pengalihan trauma mereka.

Pelecehan seksual yang mereka terima saat masa kanak-kanak merupakan

pengalaman traumatis keetiga tokoh. Ajo Kawir memutuskan menjadi sopir truk

untuk mengalihkan trauma miliknya, Si Iteung memilih untuk mengalihkan

trauma miliknya dengan berolahraga (belajar ilmu bela diri), sedangkan Mono

52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ompong memilih untuk menjadi seorang kernet truk milik Ajo Kawir untuk

mengalihkan trauma miliknya. Ketiga tokoh mengalihkan trauma mereka ke hal-

hal yang lebih positif.

3.3.1 Sublimasi pada Tokoh Ajo Kawir

Untuk mempertanggungjawabkan tindakannya karena telah

membunuh Si Macan, Ajo Kawir menyerahkan diri kepada polisi dan

mendekam di penjara untuk waktu yang cukup lama. Semasa di dalam

penjara itulah ia banyak melakukan instropeksi diri dan berefleksi mengenai

segala kejadian yang telah menimpa dirinya. Hal ini menjadi titik awal

sublimasi Ajo Kawir. Ia menyadari bahwa kemaluannya mengajarinya

untuk dapat hidup dengan tenang dan berpikiran jernih dalam menyikapi

segala macam bentuk kejadian di sekitarnya. Sublimasi yang terdapat pada

tokoh Ajo Kawir terjadi ketika ia keluar dari penjara. Ia memutuskan untuk

membeli sebuah truk dan menjadi seorang sopir truk. Keputusannya ini

merupakan bentuk pengalihan trauma miliknya.

Ajo Kawir mengubah berbagai rangsangan yang tidak diterima yakni

bentuk seks, kemarahan, bahkan ketakutan ke dalam bentuk yang bisa

diterima secara sosial terlebih bisa diterima oleh dirinya. Hal ini dapat

terjadi karena Ajo Kawir berhasil meloloskan id nya.

“Truk ini milikku sendiri,” kata Ajo Kawir ketika pertama kali ia bergabung
dengannya beberapa bulan lalu. “Aku mencicilnya selama tiga tahun lebih.”
(Kurniawan, 2014: 137)

“Si Kumbang hanya ingin mencari keributan denganmu”, kata Mono


Ompong. Giginya bergemelutuk. “Aku tahu, dan ia tak akan

53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memperolehnya”. “Cepat atau lambat, ia akan mengajakmu berduel. Entah


apa alasannya. Ia tak suka kamu, sesederhana itu. Ia tak suka orang bicara
tentangmu sebagai pembunuh Si Macan.” “Ia tak akan memperoleh alasan
apa pun, dan aku tak ingin berduel dengannya. Tidak dengan siapa pun.
Demi kemaluanku!” (Kurniawan, 2014: 131)

3.3.2 Sublimasi pada Tokoh Si Iteung

Sublimasi yang terdapat pada tokoh Si Iteung dibuktikan dari dirinya

yang meminta kepada ayahnya untuk mendapat pelajaran tambahan yaitu

dengan masuk ke perguruan silat Kalimasada. Keinginannya ini merupakan

bentuk pengalihan trauma miliknya. Peristiwa pelecehan seksual yang

dilakukan oleh gurunya merupakan pengalaman traumatis baginya. Hal ini

memicu munculnya anggapan bahwa lelaki adalah musuh.

“Papa, aku ingin mengambil les,...”


“Aku mau belajar berkelahi.” (Kurniawan, 2014: 165-166)

Si Iteung memilih untuk mengalihkan traumanya dengan berolahraga.

Dalam hal ini berlatih bela diri dikategorikan sebagai tindakan yang dapat

diterima secara sosial terutama dapat diterima oleh dirinya. Sebagai bentuk

pengalihan trauma, ia ingin terlihat kuat di depan orang lain terutama di

depan lelaki.

3.3.3 Sublimasi pada tokoh Mono Ompong

Sublimasi pada tokoh Mono Ompong dapat dibuktikan dari

keputusannya menjadi kernet sopir truk milik Ajo Kawir. Sikapnya ini

merupakan bentuk pengalihan traumanya. Keputusannya menjadi kernet

truk tidak lepas dari usahanya mengumpulkan uang yang akan ia gunakan

54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

untuk dapat bercinta dengan Nina. Hal ini membuktikan dominasi dari

superego yang direalisasikan oleh ego.

“Ia tak pernah mengira akan menjadi sopir truk. Tak jauh dari rumahnya ada
pembakaran kopra, dan pemilik pembakaran memiliki sebuah truk. Keluar
dari sekolah ia bekerja di pembakaran kopra itu dan beberapa kali ia
mencoba truk tersebut. Ia bisa mengemudikan truk sebelum mencoba mobil
jenis lainnya. Meskipun begitu ia tak pernah mengira sopir truk. Tapi Ajo
Kawir bilang, ia pengemudi yang hebat. Untuk bocah umur dua puluh
tahun, ia bisa tidur nyenyak selama kemudi berada di tangannya.”
(Kurniawan, 2014: 136)

3.4 Identifikasi

Identifikasi merupakan proses memperkuat harga diri (self-esteem) dengan

membentuk suatu persekutuan (aliansi) nyata atau maya dengan orang lain, baik

seseorang maupun kelompok. Identifikasi ini dilakukan kepada orang-orang yang

dipandang sukses atau berhasil dalam hidupnya. Identifikasi dengan penyerangan

adalah bentuk introjeksi yang terfokus pada pengadopsian, bukan dari segi umum

atau positif, tapi dari sisi negatif. (http://bkpemula.wordpress.com)

Identifikasi merupakan mekanisme pengalihan energi id pada proses-proses

yang membentuk ego (Semiun, 2006: 83). Identifikasi yang terjadi pada ketiga

tokoh merupakan bentuk pengalihan trauma mereka. Mereka berusaha

memperkuat harga diri mereka dengan membentuk sebuah persekutuan (aliansi)

dengan orang yang dipandang berhasil dalam hidupnya.

55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3.4.1 Identifikasi pada Tokoh Ajo Kawir

Identifikasi yang terdapat pada tokoh Ajo Kawir ditunjukkan dari

kedekatannya dengan tokoh Iwan Angsa. Iwan Angsa merupakan ayah dari

Si Tokek. Ajo Kawir menilai bahwa Iwan Angsa merupakan pribadi yang

sukses dalam hidupnya. Iwan Angsa pernah menjadi preman yang ditakuti

oleh banyak orang. Kesuksesan Iwan Angsa tidak hanya terletak ketika ia

menjadi preman di masa mudanya melainkan ia yang kemudian bertobat

dan memperbaiki dirinya hingga menjadi seorang lelaki yang bertanggung

jawab terhadap keluarganya. Iwan Angsa sendiri menganggap Ajo Kawir

sebagai anaknya. Iwan Angsa merupakan tokoh yang bertanggung jawab

terhadap segala tindakan yang dilakukan oleh Ajo Kawir dan Si Tokek.

Identifikasi yang terjadi pada Ajo Kawir merupakan bentuk pengalihan

trauma miliknya dengan berusaha memperkuat superego.

“Namanya Ajo Kawir, Ia dalam perlindunganku, segala yang terjadi


padanya menjadi tanggung jawabku, maka aku lebih suka ia tak menerima
tawaranmu. Tapi dengan atau tanpa tawaranmu, ia akan pergi ke sana-
kemari berkelahi dengan orang. Cepat atau lambat ia bisa mati karena itu.
Jadi mungkin ada baiknya ia berkelahi dan memperoleh duit karena itu.”
(Kurniawan, 2014: 69)

“Ayahnya sudah menyerah dengan semua kelakuan Ajo Kawir, hingga


suatu hari ia datang menemui Iwan Angsa dan berkata kepadanya, “Aku tak
tahu apa lagi yang harus kulakukan. Ia tak mau mendengarkanku.”
(Kurniawan, 2014: 73)

“Tapi sejak saat itu, Iwan Angsa menjadi satu-satunya orang yang
mengawasi semua kelakuannya. Iwan Angsa tahu kapan dan dengan siapa ia
berkelahi.” (Kurniawan, 2014: 73)

56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dari tokoh Iwan Angsa inilah Ajo Kawir sering mendapatkan nasihat,

terutama nasihat agar berperilaku baik dan menjauhi masalah. Hal ini

semakin memperkuat superego milik Ajo Kawir yaitu untuk berperilaku

baik karena ia beranggapan bahwa segala macam bentuk perilaku manusia

akan dipertanggung jawabkan di akhirat.

“Iwan Angsa berkali-kali menasihatinya, terutama soal berkelahi merupakan


cara paling buruk untuk bertahan hidup. Tapi sangat jelas Ajo Kawir tak
mendengar nasihat-nasihatnya, terutama setelah kemaluannya tak bisa
berdiri.” (Kurniawan, 2014: 72)

3.4.2 Identifikasi pada Tokoh Si Iteung

Identifikasi yang terjadi pada tokoh Si Iteung ditunjukkan dari

kedekatannya dengan Ajo Kawir. Bahkan, Si Iteung akhirnya menikah

dengan Ajo Kawir. Pertemuan mereka terjadi ketika dirinya tengah bekerja

sebagai pengawal seorang lelaki tua bernama Pak Lebe. Perkelahiannya

dengan Ajo Kawir berujung pada timbulnuya perasaan cinta kepada Ajo

Kawir. Kehadiran Ajo Kawir menimbulkan superego pada dirinya.

Anggapan bahwa lelaki adalah musuh menghilang dan digantikan oleh

superego miliknya.

“Kukatakan sekali lagi, aku enggak bisa ngaceng.”


“Aku enggak peduli, aku juga mencintamiu.” (Kurniawan, 2014: 89)

Si Iteung tahu betul bahwa kekasihnya tersebut merupakan lelaki yang

memiliki nyali besar dalam berkelahi. Selain itu, penyakit yang menimpa

kemaluan Ajo Kawir merupakan salah satu hal yang memperkuat superego

57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Si Iteung. Penyakit yang menimpa kemaluan Ajo Kawir membuat Si Iteung

beranggapan bahwa ia tidak akan mendapatkan tindakan pelecehan seksual

dari kekasihnya tersebut.

3.4.3 Identifikasi pada Tokoh Mono Ompong

Identifikasi yang terjadi pada tokoh Mono Ompong ditunjukkan dari

kedekatannya dengan Ajo Kawir. Pekerjaannya menjadi kernet truk milik

Ajo Kawir membuatnya mengenal secara dekat pribadi Ajo Kawir. Secara

tidak langsung Mono Ompong menempatkan Ajo Kawir sebagai pedoman

hidup dalam pencarian jati dirinya. Masa lalu Ajo Kawir yang menjadi

seorang jagoan berkelahi merupakan cerita yang paling ia sukai. Ia sering

meminta Ajo Kawir untuk memberikan kunci sukses dalam mengalahkan

semua lawannya dalam sebuah perkelahian.

“Beritahu aku rahasia bagaimana mengalahkan Si Kumbang,” kata Mono


Ompong. “Aku yakin kau memilikinya. Aku dengar dari para sopir kau jago
berkelahi. Kau membunuh Si Macan. Beri aku rahasianya. Rahasia para
petarung.” (Kurniawan, 2014: 206)

Perilaku Mono Ompong yang mudah tersulut emosinya dan suka

berkelahi membangkitkan kembali trauma milik Ajo Kawir. Dari tokoh

Mono Ompong inilah ia seperti dapat melihat kembali dirinya ketika masih

berusia belasan tahun. Di sisi lain, Ajo Kawir yang telah berhasil

meloloskan id nya berusaha menasihati Mono Ompong agar menjauhi

segala macam bentuk masalah.

58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Aku tak ingin kamu bikin keributan, Bocah,” kata Ajo Kawir. “Tersenyum
dan minta maaf, dan urusan selesai. Kita bisa melanjutkan perjalanan. Tak
ada truk yang rusak, tak ada sedan yang rusak. Lebih penting lagi, tak ada
manusia yang terluka. Kita harus bersyukur tidak sama-sama masuk ke
dalam sungai.” (Kurniawan, 2014: 122-123)

3.5 Rangkuman

Bentuk pengalihan berupa sikap pengalihan terhadap hasrat seksual dalam

bentuk regresi, sublimasi, dan identifikasi terdapat pada ketiga tokoh yakni Ajo

Kawir, Si Iteung, dan Mono Ompong. Regresi atau kembali ke masa kanak-kanak

yang disebabkan oleh tekanan psikologis ditunjukkan dengan sikap menangis oleh

ketiga tokoh. Tekanan psikologis yang dialami ketiga tokoh berkaitan dengan

pengalaman traumatis mereka yaitu tindakan pelecehan seksual.

Sublimasi atau mengubah berbagai rangsangan yang tidak diterima entah itu

dalam bentuk seks, kemarahan, ketakutan atau bentuk lainnya, ke dalam bentuk-

bentuk yang bisa diterima secara sosial juga ditunjukkan lewat perilaku ketiga

tokoh. Si Iteung memilih mengubah rangsangan yang tidak diterimanya dengan

masuk ke sebuah perguruan silat, sedangkan Ajo Kawir dan Mono Ompong

memilih bekerja sebagai sopir dan kernet truk. Dalam hal ini, ketiga tokoh

mengubah orientasi hasrat seksual dan kemarahan mereka ke tindakan yang lebih

positif karena ketiga tokoh secara sadar dapat mengontrol energi seksual mereka.

Identifikasi atau proses memperkuat harga diri dengan membentuk suatu

persekutuan nyata atau maya dengan orang lain, baik seseorang maupun

kelompok juga dilakukan oleh ketiga tokoh sebagai wujud sikap pengalihan

terhadap hasrat seksual mereka. Ajo Kawir memilih untuk belajar dari kisah hidup

59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Iwan Angsa yang dianggap sukses dengan hidupnya menjadi seorang preman

yang bertobat. Si Iteung dan Mono Ompong memilih untuk belajar dari sikap Ajo

Kawir yang dapat menerima keadaanya. Hal ini berkaitan dengan keberhasilan

Ajo Kawir meloloskan id miliknya.

60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah struktur kepribadian tokoh

pada novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan.

Penelitian ini juga menggunakan analisis psikoanalisis untuk mengetahui bentuk

manifestasi penyaluran id tokoh Ajo Kawir, Si Iteung, dan Mono Ompong.

Pelecehan seksual yang diterima semasa kecil merupakan pengalaman

traumatis ketiga tokoh. Pelecehan seksual yang diterima oleh Ajo Kawir yaitu

disuruh memperkosa wanita gila bernama Rona Merah oleh dua oknum polisi

karena tertangkap basah sedang mengintip. Ajo Kawir melakukan identifikasi

terhadap ayah Si Tokek yang bernama Iwan Angsa. Iwan Angsa dianggap berhasil

menjadi pribadi yang disegani oleh banyak orang juga pribadi yang

bertanggungjawab terhadap keluarganya. Pertemuannya dengan Si Iteung dalam

suatu perkelahian merupakan awal hubungan asmara keduanya. Ajo Kawir yang

tengah dilema karena keputusannya telah menantang Si Macan untuk berduel dan

tengah jatuh cinta pada Si Iteung mengalami regresi yang ditunjukkan dari

sikapnya menangis di emperan toko milik Wa Sami. Dominasi superego

mempengaruhi ego yang ditandai dengan keputusannya menikahi Si Iteung.

Pernikahannya dengan Si Iteung yang awalnya berjalan bahagia berubah setelah ia

mengetahui Si Iteung tengah hamil. Kehamilan Si Iteung merupakan tamparan

61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

keras yang memaksanya kembali mengingat pengalaman traumatis miliknya. Ia

mengalihkan trauma miliknya dengan membunuh Si Macan. Superego berusaha

mendominasi ego yang ditandai lewat sikapnya menyerahkan diri kepada polisi

untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Setelah keluar dari penjara Ajo

Kawir memutuskan untuk membeli sebuah truk dan bekerja sebagai sopir truk.

Hal ini merupakan bentuk sublimasi yang terjadi pada Ajo Kawir sebagai bentuk

manifestasi penyaluran id miliknya. Ia belajar dari kemaluannya untuk menjadi

pribadi yang tenang dan berpikiran jernih dengan menjauhi segala macam bentuk

masalah di sekitarnya. Dari pekerjaannya sebagai sopir truk, ia bertemu dengan

Mono Ompong dan Jelita. Mono Ompong bekerja sebagai kernet truk miliknya

hingga pada suatu hari memutuskan untuk berkelahi dengan sopir truk lain

bernama Si Kumbang. Jelita bekerja sebagai kernet truk milik Ajo Kawir untuk

menggantikan Mono Ompong yang tengah menjalani rawat inap di sebuah rumah

sakit tentara karena perkelahiannya dengan Si Kumbang. Dari tokoh Jelita ini Ajo

Kawir kedapatan mimpi basah. Dalam mimpi itu Ajo Kawir melihat bahwa

kemaluannya dapat berdiri dan kembali mengeras. Hal yang dirasakan oleh Ajo

Kawir ketika sedang memimpikan Jelita ternyata berdampak pada kehidupan

nyatanya. Hal ini membuktikan bahwa id miliknya mencoba menerobos batas ego.

Dominasi id ini kemudian terealisasikan dengan sikapnya bercinta dengan Jelita di

sebuah bilik kamar mandi pom bensin. Ajo Kawir yang telah mengalami

kesembuhan pada kemaluannya memutuskan untuk kembali ke rumah dan

menemui Si Iteung. Ego berkosilidasi dengan superego sehingga dapat menerima

62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pengalaman traumatisnya yang ditunjukkan dengan memilih untuk kembali pada

Si Iteung.

Pelecehan seksual yang diterima oleh Si Iteung yaitu perilaku cabul yang

dilakukan oleh gurunya setelah jam sekolah berakhir. Pelecehan seksual ini

kemudian menjadi pengalaman traumatis baginya. Ia berusaha mengalihkan

traumanya dengan berlatih ilmu bela diri di perguruan silat Kalimasada. Akan

tetapi, usahanya tersebut gagal setelah ia mendapatkan tindakan yang serupa dari

teman seperguruannya yang bernama Budi Baik. Ia seolah ditarik kembali untuk

mengingat pengalaman traumatisnya. Keinginannya berlatih ilmu bela diri

merupakan sublimasi yang adalah bentuk manifestasi penyaluran id miliknya.

Kehadiran Ajo Kawir menimbulkan superego pada dirinya. Ia mulai beranggapan

bahwa lelaki adalah teman dan juga suami. Si Iteung mencoba melakukan

identifikasi yang ditandai lewat kedekatannya dengan Ajo Kawir. Superego Si

Iteung mengalami perkembangan dari anggapan lelaki adalah teman dan juga

suami berkembang menjadi lelaki seharusnya dapat memberikan keturunan

terlebih kepuasan secara seksual. Si Iteung yang tidak mendapatkan pemenuhan

superego nya dari Ajo Kawir lantas mencari pemenuhan lewat tokoh Budi Baik.

Hubungannya dengan Budi Baik tersebut berakhir pada kehamilan yang

menimpanya. Si Iteung mengalami regresi yang ditandai dengan sikapnya

menangis menahan kepergian Ajo Kawir. Ajo Kawir memutuskan pergi dari

rumah setelah mengetahui Si Iteung tengah hamil. Kehamilan dan kepergian Ajo

Kawir ini memicu timbulnya kembali pengalaman traumatis miliknya. Si Iteung

berusaha membangun superego nya yaitu lelaki adalah teman dan suami dengan

63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengalihkan ego nya pada Budi Baik dengan menghajarnya hingga tewas. Pada

akhirnya Si Iteung menyerahkan diri kepada polisi untuk

mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut.

Pelecehan seksual yang pernah diperoleh oleh Mono Ompong semasa kecil

yaitu sikap temannya yang memelorotkan celana olahraganya di depan teman-

temannya. Pelecehan seksual ini menjadi pengalaman traumatis baginya.

Kegemarannya berkelahi merupakan pengalihan traumanya, sekaligus sebagai

interalisasi nilai superego bahwa perkelahian merupakan jalan termudah agar

seorang lelaki mendapatkan pengakuan dari lelaki lainnya. Mono Ompong

mencintai seorang gadis di desanya yang bernama Nina. Superego miliknya

mengalami perkembangan yaitu anggapan bahwa seorang lelaki dapat

memperoleh pengakuan bahwa dari lelaki lain jika ia kuat dalam bercinta.

Sublimasi yang tejadi pada dirinya ditandai dengan ia yang memutuskan untuk

berhenti dari sekolah dan menjadi seorang kernet truk milik Ajo Kawir.

Pertemuannya dengan Ajo Kawir merupakan bentuk identifikasi. Ia menjadikan

Ajo Kawir sebagai panutan dalam hidupnya karena Ajo Kawir yang dapat

mengalahkan semua lawannya dalam sebuah perkelahian. Perilaku Mono

Ompong yang mudah tersulut emosinya juga gemar berkelahi membangkitkan

kembali trauma milik Ajo Kawir. Mono Ompong sering mendapatkan nasihat dari

Ajo Kawir untuk berhenti berkelahi dan menjauhi segala macam masalah.

Dominasi dari superego Mono Ompong membuatnya menerima tawaran Si

Kumbang untuk berkelahi. Di sisi lain, ia merasa dilema karena jika ia kalah

dalam perkelahiannya dengan Si Kumbang maka ia tidak akan dapat bertemu lagi

64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan Nina. Kecemasannya ini berujung pada sikapnya yang mengunci diri

dalam kabin truk milik Ajo Kawir sembari menangis sesenggukan. Hal ini

merupakan bentuk regresi yang terjadi pada Mono Ompong. Superego miliknya

kembali menguat setelah mendapatkan nasihat dari Ajo Kawir. Ia memutuskan

untuk tidak menjadi pecundang dengan lari dari perkelahiannya dengan Si

Kumbang. Pada akhirnya ia memenangkan perkelahian dengan luka serius pada

kakinya sehingga harus menjalani rawat inap di sebuah rumah sakit tentara.

4.2 Saran

Dalam penelitian terhadap novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar

Tuntas karya Eka Kurniawan ini difokuskan pada struktur kepribadian dan bentuk

manifestasi penyaluran id. Adanya kedua fokus tersebut peneliti menemukan ada

dinamika pada struktur kepribadian tokoh. Dinamika struktur kepribadian tokoh

dipengaruhi oleh hasrat seksual para tokohnya. Hasrat seksual para tokoh tidak

lepas dari tindakan pelecehan seksual yang diterima semasa kanak-kanak.

Tindakan ini merupakan pengalaman traumatis ketiga tokoh.

Para tokoh berusaha memanifestasikan id mereka ke hal yang lebih positif.

Dalam proses pengalihan tersebut memicu terjadi dinamika pada struktur

kepribadian mereka. Sangat disarankan bagi peneliti selanjutnya yang

menggunakan novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka

Kurniawan ini untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan dinamika

kepribadian.

65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Daftar Pustaka

Eka Kurniawan. 2014. Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas.


PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Pustaka


Widyatama. Yogyakarta.

Davidoff, Linda L. 1988. Psikologi: Suatu Pengantar, Jilid 1. Erlangga.


Jakarta.

Hartono, Budi. 2003. “Dasar-dasar Psikoanalisis Freudian”. Dalam


Anggadewi Moesono (ed). Psikoanalisis dan Sastra. Depok. Pusat
Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian UI.

Horton, Paul B. 1999. Sosiologi Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Moesono, Anggadewi. 2003. Psikoanalisis dan Sastra. Depok: Universitas


Indonesia.

Mulyono, Y. Bambang. 1986. Kenakalan Remaja dalam Perspektif


Pendekatan Sosiologis, Psikologis, Teologis dan Usaha
Penanggulangannya. Andi Offset. Yogyakarta.

Nazir, Moh. 1985. Metode Penelitan. Grafika Indonesia. Bandung.

Oktivita, 2009. “Perilaku Seksual Dalam Novel Saman Karya Ayu Utami:
Tinjauan Psikologi Sastra”. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah.

Sarwono. 2000. Teori-teori PsikoanalisSosial. Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

Semiun, Yustinus. 2006.Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud.


Yogyakarta: Kanisius.

66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Setiadi, Yustinus Wendi. 2012. “Dinamika Kepribadian Tokoh-tokoh Utama


dalam Novel 3 Cinta 1 Pria karya Arswendo Atmowiloto: Kajian
Psikoanalisis Sigmund Freud”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma

Sigmund Freud. 2014. Manifesto Seksualitas. Diterjemahkan dari Three


Essays on the Theory of Sexuality. Basic Books, 2000. Titah Surga.
Yogyakarta.

Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologis.


Muhamadiyah University Press. Surakarta.

Wellek, R & Warren, A. 1990. Teori Kesusastraan (Diindonesiakan oleh


Melani Budianta). PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yulianti, Yeni. 2007. “Psikoanalisis Dalam Novel Cantik Itu Luka Karya Eka
Kurniawan”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Sumber Online
Royanto. 2015. “Psikologi Sastra”. https://rochyanto.wordpress.com/2015/
04/15/91/ Diunduh pada Rabu, 23 September 2016 pukul 21.29 WIB

DeLamater, John D. & Morgan Sill. 2005. “Jurnal of Sexual Desire in Later
Life”.http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00224490509552267/?
journalCode=hjsr20 Diunduh pada Senin, 16 Mei 2016 pukul 21.18 WIB

Budiman, Berry. 2014. “Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas;


Novel Terbangsat yang Pernah Saya
Baca”.http://www.kompasiana.com/berry-budiman/seperti-dendam-rindu-
harus-dibayar-tuntas-novel-terbangsat-yang-pernah-saya-
baca_54f452b6c8918 Diunduh pada Senin, 2 Mei 2016 pukul 11.34 WIB

Adiputra, Sofwan. 2012. “Teori Kepribadian”. http://bkpemula.wordpress.com/


2012/02/01/teori-kepribadian/ Diunduh pada Rabu, 19 Oktober 2016 pukul
23.37WIB

67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PROFIL PENULIS

Gregorius Agung Rendra Prasastyo atau yang

lebih akrab disapa Rendra lahir di Kulon Progo, 5

September 1994. Pria asal Yogyakarta ini merupakan

anak pertama dari dua bersaudara. Ia memiliki hobi

bermain musik, mendengarkan musik, dan bermain

game. Pada tahun 2006, ia lulus dari SD Kanisius

Promasan. Setelah itu ia melanjutkan pendidikan di

SMP Kemasyarakatan Promasan dan lulus pada tahun 2009. Setelah lulus SMP, ia

melanjutkan pendidikan sebagai siswa di SMA Seminari Mertoyudan yang

kemudian memutuskan keluar pada tahun 2012. Setelah keluar dari Seminari, ia

melanjutkan pendidikan di SMA Kristen Bentara Wacana dan dan lulus pada

tahun 2013.

Setelah lulus SMA, ia memutuskan untuk kuliah di Universitas Sanata

Dharma jurusan Sastra Indonesia. Selama menjadi mahasiswa, ia aktif dalam

kegiatan Himpunan Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia (HMPS) dan Bengkel

Sastra.

68

Anda mungkin juga menyukai