Menerima banyak surat, email, bahkan sms, dari para calon penulis, atau mereka yang berminat
menulis naskah lakon. Isinya berbagai pertanyaan: Bagaimana caranya agar bisa menjadi penulis
naskah lakon? Bagaimana caranya agar lakon yang ditulis laris dipentaskan?, pertanyaan datang
tidak hanya dari kota-kota besar ada dari kota-kota kecil Cirebon, Ciremai. Mengherankan dari
mana orang-orang mendapatkan alamat email, dan nomer telepon saya?.
Minat besar para pemula itu sering berbenturan dengan kenyataan yang terjadi belakangan ini.
Bisa jadi ada anggapan bahwa teater, juga penulisan lakon, adalah sebuah pekerjaan “mudah”
sering menonton, banyak membaca, pintar berdebat, pandai menulis dan menganalisis, dikira
bisa dipakai sebagai modal berteater, beberapa sutradara film mendadak jadi sutradara teater.
Di Indonesia, beberapa tokoh angkatan pujangga baru juga menulis drama. Antara lain, Roestam
Effendi, K. St. Pamoentjak, Muhammad Yamin, dan Armijn Pane. Satu-dua karya mereka
dipentaskan, dengan susah payah. Teater mendidik mereka yang terlibat di dalamnya, agar
memiliki sikap, komitmen dan konsistensi. Maka jangan heran jika 10 tahun di teater, sering di
anggap masih belum apa-apa. Teater bisa jadi pekerjaan seumur hidup. Untuk kerja yang matang
butuh keterlibatan yang menyeluruh.
Menulis naskah lakon merupakan suatu pekerjaaan yang spesifik. Tidak sembarang penulis
(sastrawan) mampu melakukannya demikian. Menyutradarai teater. Tak semua sutradara film
bisa menjadi sutradara teater.
Pertanyaan yang paling menggoda “ Mengapa Teater penting untuk dipelajari?” kita dapat
memandang teater paling tidak lewat 4 cara: teater sebagai hiburan, teater sebagai alat
pendidikan, teater sebagai senjata sosial, politik, dan teater sebagai dokumen sejarah (bukankah
berbagai peristiwa) teater dan drama dari priode yang berbeda-beda, bisa dilihat sebagai
dokumen bersejarah yang menggambarkan kebudayaan pada zamannya.
Satu, sebagai “seni bebas” teater bisa membantu pemahaman kita terhadap semesta dan dunia
tempat kita tingggal sekarang ini karena mencerminkan dan sekaligus juga cermin yang
berpengaruh bagi masyarakat.
Dua, teater adalah “suatu gerakan social” teater bisa jadi profesi tertua kedua sesudah
kekuasaan/politik (teater, dalam arti kata seni pertunjuakan dan bukan hanya teater dalam
pengertian sandiwara saja). Teater sering dipergunakan atau dimanfaatkan untuk sebuah
“gerakan pendidikan/didaktik”. Jika mengusung tujuan yangbbersumber dari cermin kondisi
social, dan kekuasaan yang korup.
Tiga, teater adalah suatu gerakan atau kekuatan pribadi. Ada banyak hal yang bisa dipetik oleh
setiap individu dari teater. Ada pembelajaran yang tidak diddapat dari sector lain, bahkan
lembaga pendidikan formal. Karena di dalam tetaer ada komitmen, kerja sama, kepekaan demi
hasil yang prima.
Empat, sebagai bentuk seni, teater penting untuk dipelajari. Sebuah objek yang tak pernah habis
digali. Pada dasarnya, teater adalah kombinasi dari berbagai seni (seni sastra, filsafat, seni rupa,
film/ bayangan, seni tari, seni musik, seni suara, arsitektur). Dalam pengembangannya ilmu
teater wajib dilengkapi dengan dukungan dari berbagai pengetahuan, misl sosiologi politik,
antropologi, psikologi, sejarah, geografi dll. Teater lebih indah jika sama rata bisa dikombinasi.
Dalam teater di indonesia sering terjadi kebingungan dalam memahami kata yang tampaknya
mirip-mirip, yakni teater, sandiwara, drama, dan tonil. Kata teater berasal dari kata teatron
(bahasa yunani), artinya tempat melihat. Dalam bahasa romawi, auditorium, artinya tempat
mendengar. Amphiteater di yunani adalah sebuah tempat pertunjukan yang biasanya memuat
sekitar 100 ribu penonton.
Teater juga bisa diartikan mencakup gedung, pekerja (pemain dan pekerja panggung), sekaligus
kegiatan (isi pentas- peristiwanya) atau diartiakan sebagai semua jenis dan bentuk tontonan(seni
pertunjukan tradisional-rakyat-kontemporer), baik dalam area panggung tertutup maupun
terbuka.
Berdasarkan teori, teater merupakan suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai alat atau media utama untuk menyampaikan rasa dan karsanya dalam wujud
karya sastra (seni). Di dalam menyatakan rasa dan karsanya itu, alat atau media ditunjang oleh
unsur-unsur: gerak, suara, bunyi, dan rupa. Sandiwara berasal dari bahasa jawa, yaitu berupa kata
sandi dan wara. Kata sandi memiliki arti rahasia, sedangkan wara artinya berita. Jadi sandiwara
merupakan suatu rahasia atau misteri yang diberitakan kepada penonton. Kata sandiwara
dicetuskan oleh Sri Mangkunegoro VII untuk menggantikan bahasa belanda, toneelstuk atau
tonil.
Drama berasal dari bahasa yunani yaitu, draomai atau dran yang memiliki arti bertindak, berlaku,
berbuat, dan beraksi. Pengertian drama bermuara pada hasil seni karya sastra (naskah) yang
mengungkapkannya dengan wujud teater menekankan pada kekuatan unsur suara (kata, ucapan,
dialog,antawacana), baik yang tersurat maupun tersirat. Sastra drama adalah sebuah karya tulis
berupa rangkaian dialog yang menciptakan atau tercipta dari konflik batin atau fisik, yang
memiliki kemungkinan untuk dipentaskan dan berbobot sastrawi. Konsep dasar penulisannya
berawal dari sebab dan akibat. Drama juga sering diartikan sebagai lakon kehidupan manusia
yang berbuat atau beraksi. Penulis drama disebut dramawan, dalam bahasa inggris disebut
playwright atau pencipta naskah drama/naskah.
Di yunani pada abad ke-5 SM, penulisan naskah drama disebut didaskalas. Atau guru, pengertian
didas bisa dihubungkan dengan kata didactic atau mengajar. Tugas seorang dramawan sebelum
menulis drama, dia wajib menyeleksi permasalahan, memiliki fokus dan perhatian terhadap
masalah yang diseleksinya itu, membangun sudut pandang, mengembangkan struktur yang
dramatis, menciptakan karakter yang dramatis dan menulis naskah drama. Penulis juga
diwajibkan untuk banyak membaca, menonton, mendengar, memperhatikan, mengalami(fisik
atau batin), dan menyerap segala hal yang bisa membantu karya tulisnya menjadi matang, dalam,
serta bermakna.
OPERA KECOA
Opera Kecoa adalah trilogi yang kedua. Opera Kecoa digelar di TIM dan Bandung pada 1985.
Kemudia dipentaskan ulang di Gedung Kesenian Jakartadan Bandung pada 2003. Trilogi Opera
Kecoa berkisah tentang seorang wadam (wanita-adam, banci, waria) bernama julini. Pada kisah
Bom Waktu. Julini dan roima hidup merana di kawasan kumuh Jakarta. Mereka hidup di pusat
kemiskinan kota, hidup bersama para gelandangan,pelacur, wadam, bandit, dan koruptor kelas
teri. Roima dan julini berniat untuk menikah tetapi masyarakat tidak mengizinkannya, karena
dianggap melawan ukuran moral dan etika.
Trilogi Opera Kecoa adalah tentang kisah orang-orang kecil. Masyarakat miskin yang tak
memiliki harapan dan hidup di gorong-gorong bau bacin. Para bandit kelas teri bersikap bagai
“Anjing-anjing beringas yang harus merebut setiap kesempatan”. Sebab,jika tidak akan tetap
sengsara dan terhina.Opera Kecoa juga berkisah para wadam, sebuah eksis dari modernisasi yang
terburu-buru. Metafora (simbolisasi) sikap mendua. Tafsir dari kelas kecoa yang selalu digencet ,
selalu mengintip kesempatan, dan siap meledakan hawa amarah yang mengerikan.
Referensi dari kecoa berhubungan dengan permasalahan sosial yang terjadi pada masa itu.
Bukankah masyarakat selalu digencet dengan impian serta harapan yang tak pernah terpenuhi.
Naskah itu saya beri judul Opera Kecoa. Atau, “Kisah tentang lapisan masyarakat yang sering
dianggap sebagai kecoa”. Opera Kecoa dipentaskan di Graha Bhakti Budaya selama 15 hari.
Diperpanjang 3 hari karena penonton membludak. Kisah perjalanan Opera Kecoa memang unik.
Pada pentasnya di TIM, isi naskah tak jadi soal.
Pada 1989, Opera Kecoa diundang berpentas di empat kota di Jepang: Tokyo, Yokohama,
Osaka, dan Fukuoka. Pengundangnya adalah The Japan Fundation. Tapi pementasan Teater
Koma 1990, Suksesi, kena bredel. Lakon itu dilarang naik panggung TIM pada hari ke-11.
Sebelum bredel terjadi, sejak pentas pertama hingga hari ke-10, saya mondar-mandir ke Mabes
ABRI di Cawang dan Komdak (Markas Besar Polisi) sudut Jembatan Semanggi.
Tentu saya menjelaskan lewat sisi keseniannya. Ini sebuah karya kreatif. Pembredelan Suksesi
berakibat buruk bagi Opera Kecoa. Lakon dilarang naik pentas Gedung Kesenian Jakarta.
Padahal itu hanya pentas uji-coba sebelum berangkat ke Jepang. Opera Kecoa, kemudian digelar
di Sydney, Australia, pada 1992, oleh teater garda depan, Belvoir Theatre. Selama sebulan.
Agaknya, kemiskinan jiwa-raga tetap jadi masalah utama kita. Hingga kini.
RSJ ATAWA RUMAH SAKIT JIWA
Dari mana ilham berasal? Dari sebuah kegundahan yang berkepanjangan. Sehabis pembredelan
Suksesi dan Opera Kecoa (1990), saya mementaskan OKB atau Orang Kaya Baru, saduran dari
karya Moliere. Saya bekerja sama dengan Kedutaan Prancis dan CCF, Pusat Kebudayaan
Prancis, di Jakarta. Tapi, sesungguhnya, bukan naskah drama komedi itu yang ingin saya gelar
sesudah pembredelan Suksesi. Setelah pementasan OKB, saya mengundang seluruh anggota
Teater Koma untuk berkumpul.
Pertemuan pertama adalah ikrar dukungan terhadap kegundahan saya, lalu dilengkapi dengan
data lapangan dan survey literatur. Jeda dua minggu. Masa jeda digunakan oleh anggota Teater
Koma untuk “belanja” ide, data, informasi, dan berbagai hal yang dianggap bisa mendukung
tema “dunia bagai sebuah rumah sakit jiwa”.
RSJ Grogol-Jakarta, Bogor, Malang, lembaga psikiatri-psikologi, dan rumah sakit yang memiliki
lembaga rehabilitasi pencandu narkoba, diubek-ubek. Dua minggu kemudian, mereka kembali
berkumpul di sanggar Teater Koma dan membawa “oleh-oleh”, yakni berbagai hasil survey yang
kemudian dipresentasikan satu demi satu. Merasa belum cukup, saya mengundang beberapa
pakar psikiatri dan psikologi untuk berceramah mengenai masalah-masalah kejiwaan.
Kemudian, berdasarkan bahan-bahan itulah, saya menulis sebuah naskah drama yang saya beri
judul RSJ atawa RUMAH SAKIT JIWA. Saya mempresentasikan naskah saya kepada anggota
Teater Koma. Terjadi diskusi dan perdebatan sengit. Lalu audisi (perebutan peran) pun digelar.
Terjadi lagi perdebatan, diskusi, dan koreksi-koreksi.
1. INGIN MENULIS
2. MENULIS
3. TERUS MENULIS
SIFAT/MORALITAS PENULISAN, yang sering dianggap “Kuno”
Naskah drama/opera/operet, selalu berhubungan dengan perilaku manusia dan sering disebut
sebagai:
Alam semesta
Benda-benda
Masyarakat
Kawan
Diri sendiri
Imajinasi kreatif
Sumber ilham
Bahan-bahan dukungan:
Penyerapan pengetahuan.
Dari Bagan kemudian menuju kepada Proses Penulisan-Koreksi, lalu jika diperlukan
Presentasi/Koreksi/Final.
JUDUL
Sebaiknya, mudah diingat, menggoda rasa ingin tahu, gambaran lengkap dari
permasalahan utama, atau ekspresi yang mewujud dalam sebuah metafora.
Pembuka – Prologos
Pengembangan – Sketsa
Penutup – Epilogos
BENTUK PENULISAN
a. Cara lama: Cara William Shakespeare
Lakon dibagi dalam lima babak atau lima permasalahan besar: Satu, penjelasan narrator.
Dua, masalah. Tiga, konflik. Empat, anti-klimaks. Lima, penyelesaian narrator.
c. Cara lain
Tidak menggunakan babak atau adegan hanya symbol seperti: SATU, DUA, TIGA, dan
seterusnya.
IRAMA
Irama juga bisa tercipta dari kata/dialog, susunan atau pergantian adegan-babak, kehiruk-
pikukan, atau bahkan keheningan yang sunyi.
SUSPENS
Adalah upaya untuk terus menghadirkan “ketegangan” dalam lakon. Sesungguhnya, ini juga bisa
disebut sebagai upaya untuk menggedor rasa ingin tahu dari para pembaca/penonton.