Anda di halaman 1dari 11

PENULISAN NASKAH 2

PROSES KREATIF PENULISAN OPERA KECOA DAN RSJ

Menerima banyak surat, email, bahkan sms, dari para calon penulis, atau mereka yang berminat
menulis naskah lakon. Isinya berbagai pertanyaan: Bagaimana caranya agar bisa menjadi penulis
naskah lakon? Bagaimana caranya agar lakon yang ditulis laris dipentaskan?, pertanyaan datang
tidak hanya dari kota-kota besar ada dari kota-kota kecil Cirebon, Ciremai. Mengherankan dari
mana orang-orang mendapatkan alamat email, dan nomer telepon saya?.

Minat besar para pemula itu sering berbenturan dengan kenyataan yang terjadi belakangan ini.
Bisa jadi ada anggapan bahwa teater, juga penulisan lakon, adalah sebuah pekerjaan “mudah”
sering menonton, banyak membaca, pintar berdebat, pandai menulis dan menganalisis, dikira
bisa dipakai sebagai modal berteater, beberapa sutradara film mendadak jadi sutradara teater.

Di Indonesia, beberapa tokoh angkatan pujangga baru juga menulis drama. Antara lain, Roestam
Effendi, K. St. Pamoentjak, Muhammad Yamin, dan Armijn Pane. Satu-dua karya mereka
dipentaskan, dengan susah payah. Teater mendidik mereka yang terlibat di dalamnya, agar
memiliki sikap, komitmen dan konsistensi. Maka jangan heran jika 10 tahun di teater, sering di
anggap masih belum apa-apa. Teater bisa jadi pekerjaan seumur hidup. Untuk kerja yang matang
butuh keterlibatan yang menyeluruh.

Menulis naskah lakon merupakan suatu pekerjaaan yang spesifik. Tidak sembarang penulis
(sastrawan) mampu melakukannya demikian. Menyutradarai teater. Tak semua sutradara film
bisa menjadi sutradara teater.

Pertanyaan yang paling menggoda “ Mengapa Teater penting untuk dipelajari?” kita dapat
memandang teater paling tidak lewat 4 cara: teater sebagai hiburan, teater sebagai alat
pendidikan, teater sebagai senjata sosial, politik, dan teater sebagai dokumen sejarah (bukankah
berbagai peristiwa) teater dan drama dari priode yang berbeda-beda, bisa dilihat sebagai
dokumen bersejarah yang menggambarkan kebudayaan pada zamannya.

Satu, sebagai “seni bebas” teater bisa membantu pemahaman kita terhadap semesta dan dunia
tempat kita tingggal sekarang ini karena mencerminkan dan sekaligus juga cermin yang
berpengaruh bagi masyarakat.

Dua, teater adalah “suatu gerakan social” teater bisa jadi profesi tertua kedua sesudah
kekuasaan/politik (teater, dalam arti kata seni pertunjuakan dan bukan hanya teater dalam
pengertian sandiwara saja). Teater sering dipergunakan atau dimanfaatkan untuk sebuah
“gerakan pendidikan/didaktik”. Jika mengusung tujuan yangbbersumber dari cermin kondisi
social, dan kekuasaan yang korup.

Tiga, teater adalah suatu gerakan atau kekuatan pribadi. Ada banyak hal yang bisa dipetik oleh
setiap individu dari teater. Ada pembelajaran yang tidak diddapat dari sector lain, bahkan
lembaga pendidikan formal. Karena di dalam tetaer ada komitmen, kerja sama, kepekaan demi
hasil yang prima.

Empat, sebagai bentuk seni, teater penting untuk dipelajari. Sebuah objek yang tak pernah habis
digali. Pada dasarnya, teater adalah kombinasi dari berbagai seni (seni sastra, filsafat, seni rupa,
film/ bayangan, seni tari, seni musik, seni suara, arsitektur). Dalam pengembangannya ilmu
teater wajib dilengkapi dengan dukungan dari berbagai pengetahuan, misl sosiologi politik,
antropologi, psikologi, sejarah, geografi dll. Teater lebih indah jika sama rata bisa dikombinasi.

Cerita wayang itu asli Indonesia atau bukan ?


Cerita wayang berasala dari India. Sumber utama (babon) nya adalah Mahabaratha karya Vyasa
dan Ramayana karya Malik. Pada abad ke-9, Mpu Sendok, Raja Kediri Kuno, memerintahkan
untuk menerjemahkan Mahabaratha dan Ramayana kedalam bahasa jawi kuno, yang aslinya
ditulis dalam bahasa sansekerta.
Raja-raja setelah Mpu Sendok mengembangkan lakon yang telah dilakukan oleh pendahulunya.
Pada masa itu terjadi penyaduran dan carangan. Pada akhirnya kedua babon dianggap menjadi
milik Bangsa Jawa sendiri.
Penafsir wayang meyakinkan bahwa kerajaan Astina dan Amarta letaknya di pulau Jawa.
Mereka mempercayai bahwa raja-raja adalah keturunan Arjuna. Pada akhirnya banyak muncul
tokoh-tokoh bafu dalam pewayangan Jawa.
Para dalang menciptakan penyaduran dan carangan atau versi secara bebas, menjadikan wayang
Indonesia sangat berbeda dengan pakem babon yang berasal dari India. Sehingga menjadikan
wayang Indonesia dan wayang India adalah wujud yang terpisah dan berbeda.
Saat ini wayang tidak berhubungan erat dengan agama hindu, karena ada walisongo (Sunan
Kalijaga) yang menafsirkan kembali konsep dan filsafat wayang menjadi medium dakwah
islamiyah.
Satu contoh yang menyangkut perbedaan wayang Indonesia dan wayang India adalah Gatotkaca
dalam wayang Jawa berwajah ganteng dan berkumis lebat, sedangkan dalam wayang India
Gatotkaca adalah anak jin yang berkulit hitam dan berwujud raksasa.
Apakah syarat terpenting menulis drama ?
Jujur. Naskah drama harus mengandung kejujuran dalam mengungkap apa yang dirasakan,
dialami
Apa saja isi dari naskah drama ?
a. Ringkasan kisah
b. Nama-nama peran
c. Pembuka
d. Babak-babak
e. Adegan-adegan
f. Bisa ada dialog, atau hanya keterangan
Apa perbedaan adegan dan babak ?
Babak terdiri dari rangkaian peristiwa yang merangkum bagian kehidupan dari tokoh-tokoh.
Ababak biasanya dibagi dalam adegan-adegan. Sedangkan adegan adalah peristiwa kecil yang
mendorong perkembangan watak dari para tokoh yang ada dalam sandiwara.
Mengapa naskah drama harus dibagi bagi dalam adegan dan babak ?
Adegan dan babak merupakan pemisahan peristiwa dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
Adegan dan babak akan membangun struktur irama dan lakon.

Apakah naskah drama harus menggunakan dialog ?


Bisa menggunakan dialog, namun juga bisa menulis naskah drama tanpa dialog. Ada dramawan
asal Sulawesi yang menulis naskahnya hanya melalui foto-foto dan catatan-catatan. Jadi, naskah
drama tidak harus menggunakan dialog.
Adakah sesuatu yang khusus dalam penulisan naskah drama ?
Menulis naskah drama ada yang dengan cara berkisah dan juga ada yang menafsir kembali kisah
yang sudah ada, seperti Shakespeare menulis dengan dua kekhususan tersebut. Aristophanes
malah memutar balik para tokoh dalam kisah The Clouds sebagai satir atau kolodi. Naskah-
naskah Shakespear bertumpu pada kata-kata dan banyak kata yang harus diucapkan dengan
putis, fasih, dan bermakna dalam. Tapi, Grotowski menolak hal tersebut, karena kaimat atau
dialog dianggapnya sebagai kemewahan. Demikian juga dengan tata rias, busana dan senografi.
Nyaris 10 tahun Grotowski melakukan eksperimentasi, ternyata lewat ekspresi tubuh dia mampu
mengisahkan kesedihan, kegembiraan, pencintaan dan berbagai suasana hati tanpa properti
lainnya selain kain panjang yang menutupi tubuh. Kemudian ia menulis teori kekuatan tubuh
yang mampu mengatasi kemiskinan dalam teater. Namun, setelah 10 tahun dia kembali pada
kekuatan kata kisah dan Shkespeare karena ekspresi bisa ditafsirkan banyak hal. Setiap orang
pasti punya tafsir yang berbeda.
Bagaimana cara memulai belajar menulis ?
Belajar menulis harus lebih dulu mengenal tentang ejaan, suku kata, kata, kalimat, alinea,
gramatikal, dan segala teori tentang bahasa. Jika sudah mengetahui tentang itu semua, mulailah
menulis. Segala yang dilihat, dirasakan, dibayangkan, dimimpikan dapat dituangkan kedalam
bentuk tulisan. Maka, lama kelamaan menulis akan menjadi sebuah kebutuhan.
Apa yang bisa dijadikan sumber inspirasi dalam menulis ?
a. Buku harian : buku harian yang ditulis dapat digunakan sebagai sumber inspirasi yang dibaca
oleh orang dan bermanfaat.
b. Sebuah lagu : lagu Kasih Ibu (1963) pernah menjadi inspirasi seorang N.Riantiarno, karena
setelah mendengar lagu tersebut beliau menulis cerita pendek dan dimuat di surat kabar
mingguan Jakarta.
c. Benda-benda di sekitar kita : tulis apapun hal-hal atau benda-benda menarik perhatian yang
terdapat disekitar kita.
Apakah menulis naskah lakon dapat dilakukan sejak SD ? Kalau bisa, bagaimana
caranya ?
Anak-anak dibawa naik gunung untuk menikmati keindahan di alam sekitar. Kemudian anak-
anak diminta untuk menulis apa yang telah dilihat dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
Terciptalah naskah lakon seperti apa yang telah ditulis oleh anak-anak berdasarkan
pengalamannya naik gunung.
Manakah yang lebih sulit, menulis naskah lakon untuk anak-anak atau untuk orang
dewasa ?
N. Riantiarno menulis naskah lakon sebanyak 200 dan skenario film sebanyak 30. Dari sekian
banyak karya yang telah diciptakannya, beliau hanya membuat satu naskah sandiwara untuk
anak-anak. Pada dasarnya, menciptakan naskah untuk anak-anak memiliki kesulitan yang khas.
Bagaimana penulisan naskah drama untuk sebuah kasus ?
Teater, salah satu kegunaannya adalah mengasah kepekaan untyk melihat dan memahami
problem orang lain. Misal, jika ingin marah kepada seseorang, orang teater biasanya tidak
langaung marah, melainkan mencari tahu latar belakang orang tersebut kenapa sampai
menumbuhkan amarah orang disekitarnya.
Bagaimana menulis naskah drama yang tidak membosankan ?
Aristoteles, membakukan teknik atau kerangka lakon agar naskah drama dapat dimengerti dan
tidak membosankan. Strukturnya yaitu :
a. Pembukaan (prologos)
b. Perkembangan masalah
c. Penutup (epilogos )
Para ahli yang lain, membagi naskah lakon sebagai berikut :
a. Eksposisi, pengenalan masalah dan tokoh-tokoh dalam drama
b. Konflik, masalah berkembang dan jadi konflik
c. Komplikasi, masalah semakin berkembang dan terjadi pertempuran
Sebagai pertunjukan seni, teater akan berhubungan dengan manajemen produksi, teater rterasa
langsung sebagai pelipur lara akibat berbagai gedoran kehidupan yang mengimpit. Fungsi dari
teater sendiri yaitu:
1. Seni membantu manusia memahami dunianya, termasuk antara lain, membantu manusia
mencari arti/makna kehidupan. Seni dapat membantu pembentukan persepsi.
2. Seni menganugrahi kita “ sudut pandang tuhan” lewat pengalaman sebuah “realitas tinggi”.
Kita tahu, kita tidak menonton (mengalami) realitas, melainkan tengah menonton/mengalami
seni. Jadi seni adalah distilasi kehidupan.
3. Seni itu indah dan aman.
4. Seni itu sintetis, karena diciptakan, bagaimanapun seni tidak natural.
Contonya perbedaan antara adu pedang dalam kehidupan nyata dengan di panggung itu berbeda.
Bahwasannya adu pedang dalam kehidupan nyata merupakan peristiwa yang aktual/faktual dan
realitas, sementara di panggung adalah hasil penciptaan seni.

Dalam teater di indonesia sering terjadi kebingungan dalam memahami kata yang tampaknya
mirip-mirip, yakni teater, sandiwara, drama, dan tonil. Kata teater berasal dari kata teatron
(bahasa yunani), artinya tempat melihat. Dalam bahasa romawi, auditorium, artinya tempat
mendengar. Amphiteater di yunani adalah sebuah tempat pertunjukan yang biasanya memuat
sekitar 100 ribu penonton.
Teater juga bisa diartikan mencakup gedung, pekerja (pemain dan pekerja panggung), sekaligus
kegiatan (isi pentas- peristiwanya) atau diartiakan sebagai semua jenis dan bentuk tontonan(seni
pertunjukan tradisional-rakyat-kontemporer), baik dalam area panggung tertutup maupun
terbuka.
Berdasarkan teori, teater merupakan suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai alat atau media utama untuk menyampaikan rasa dan karsanya dalam wujud
karya sastra (seni). Di dalam menyatakan rasa dan karsanya itu, alat atau media ditunjang oleh
unsur-unsur: gerak, suara, bunyi, dan rupa. Sandiwara berasal dari bahasa jawa, yaitu berupa kata
sandi dan wara. Kata sandi memiliki arti rahasia, sedangkan wara artinya berita. Jadi sandiwara
merupakan suatu rahasia atau misteri yang diberitakan kepada penonton. Kata sandiwara
dicetuskan oleh Sri Mangkunegoro VII untuk menggantikan bahasa belanda, toneelstuk atau
tonil.
Drama berasal dari bahasa yunani yaitu, draomai atau dran yang memiliki arti bertindak, berlaku,
berbuat, dan beraksi. Pengertian drama bermuara pada hasil seni karya sastra (naskah) yang
mengungkapkannya dengan wujud teater menekankan pada kekuatan unsur suara (kata, ucapan,
dialog,antawacana), baik yang tersurat maupun tersirat. Sastra drama adalah sebuah karya tulis
berupa rangkaian dialog yang menciptakan atau tercipta dari konflik batin atau fisik, yang
memiliki kemungkinan untuk dipentaskan dan berbobot sastrawi. Konsep dasar penulisannya
berawal dari sebab dan akibat. Drama juga sering diartikan sebagai lakon kehidupan manusia
yang berbuat atau beraksi. Penulis drama disebut dramawan, dalam bahasa inggris disebut
playwright atau pencipta naskah drama/naskah.
Di yunani pada abad ke-5 SM, penulisan naskah drama disebut didaskalas. Atau guru, pengertian
didas bisa dihubungkan dengan kata didactic atau mengajar. Tugas seorang dramawan sebelum
menulis drama, dia wajib menyeleksi permasalahan, memiliki fokus dan perhatian terhadap
masalah yang diseleksinya itu, membangun sudut pandang, mengembangkan struktur yang
dramatis, menciptakan karakter yang dramatis dan menulis naskah drama. Penulis juga
diwajibkan untuk banyak membaca, menonton, mendengar, memperhatikan, mengalami(fisik
atau batin), dan menyerap segala hal yang bisa membantu karya tulisnya menjadi matang, dalam,
serta bermakna.
OPERA KECOA
Opera Kecoa adalah trilogi yang kedua. Opera Kecoa digelar di TIM dan Bandung pada 1985.
Kemudia dipentaskan ulang di Gedung Kesenian Jakartadan Bandung pada 2003. Trilogi Opera
Kecoa berkisah tentang seorang wadam (wanita-adam, banci, waria) bernama julini. Pada kisah
Bom Waktu. Julini dan roima hidup merana di kawasan kumuh Jakarta. Mereka hidup di pusat
kemiskinan kota, hidup bersama para gelandangan,pelacur, wadam, bandit, dan koruptor kelas
teri. Roima dan julini berniat untuk menikah tetapi masyarakat tidak mengizinkannya, karena
dianggap melawan ukuran moral dan etika.
Trilogi Opera Kecoa adalah tentang kisah orang-orang kecil. Masyarakat miskin yang tak
memiliki harapan dan hidup di gorong-gorong bau bacin. Para bandit kelas teri bersikap bagai
“Anjing-anjing beringas yang harus merebut setiap kesempatan”. Sebab,jika tidak akan tetap
sengsara dan terhina.Opera Kecoa juga berkisah para wadam, sebuah eksis dari modernisasi yang
terburu-buru. Metafora (simbolisasi) sikap mendua. Tafsir dari kelas kecoa yang selalu digencet ,
selalu mengintip kesempatan, dan siap meledakan hawa amarah yang mengerikan.
Referensi dari kecoa berhubungan dengan permasalahan sosial yang terjadi pada masa itu.
Bukankah masyarakat selalu digencet dengan impian serta harapan yang tak pernah terpenuhi.
Naskah itu saya beri judul Opera Kecoa. Atau, “Kisah tentang lapisan masyarakat yang sering
dianggap sebagai kecoa”. Opera Kecoa dipentaskan di Graha Bhakti Budaya selama 15 hari.
Diperpanjang 3 hari karena penonton membludak. Kisah perjalanan Opera Kecoa memang unik.
Pada pentasnya di TIM, isi naskah tak jadi soal.

Pada 1989, Opera Kecoa diundang berpentas di empat kota di Jepang: Tokyo, Yokohama,
Osaka, dan Fukuoka. Pengundangnya adalah The Japan Fundation. Tapi pementasan Teater
Koma 1990, Suksesi, kena bredel. Lakon itu dilarang naik panggung TIM pada hari ke-11.
Sebelum bredel terjadi, sejak pentas pertama hingga hari ke-10, saya mondar-mandir ke Mabes
ABRI di Cawang dan Komdak (Markas Besar Polisi) sudut Jembatan Semanggi.

Tentu saya menjelaskan lewat sisi keseniannya. Ini sebuah karya kreatif. Pembredelan Suksesi
berakibat buruk bagi Opera Kecoa. Lakon dilarang naik pentas Gedung Kesenian Jakarta.
Padahal itu hanya pentas uji-coba sebelum berangkat ke Jepang. Opera Kecoa, kemudian digelar
di Sydney, Australia, pada 1992, oleh teater garda depan, Belvoir Theatre. Selama sebulan.
Agaknya, kemiskinan jiwa-raga tetap jadi masalah utama kita. Hingga kini.
RSJ ATAWA RUMAH SAKIT JIWA

Dari mana ilham berasal? Dari sebuah kegundahan yang berkepanjangan. Sehabis pembredelan
Suksesi dan Opera Kecoa (1990), saya mementaskan OKB atau Orang Kaya Baru, saduran dari
karya Moliere. Saya bekerja sama dengan Kedutaan Prancis dan CCF, Pusat Kebudayaan
Prancis, di Jakarta. Tapi, sesungguhnya, bukan naskah drama komedi itu yang ingin saya gelar
sesudah pembredelan Suksesi. Setelah pementasan OKB, saya mengundang seluruh anggota
Teater Koma untuk berkumpul.

Proses-perjalanan kreatif RSJ, demikian:

Pertemuan pertama adalah ikrar dukungan terhadap kegundahan saya, lalu dilengkapi dengan
data lapangan dan survey literatur. Jeda dua minggu. Masa jeda digunakan oleh anggota Teater
Koma untuk “belanja” ide, data, informasi, dan berbagai hal yang dianggap bisa mendukung
tema “dunia bagai sebuah rumah sakit jiwa”.

RSJ Grogol-Jakarta, Bogor, Malang, lembaga psikiatri-psikologi, dan rumah sakit yang memiliki
lembaga rehabilitasi pencandu narkoba, diubek-ubek. Dua minggu kemudian, mereka kembali
berkumpul di sanggar Teater Koma dan membawa “oleh-oleh”, yakni berbagai hasil survey yang
kemudian dipresentasikan satu demi satu. Merasa belum cukup, saya mengundang beberapa
pakar psikiatri dan psikologi untuk berceramah mengenai masalah-masalah kejiwaan.

Kemudian, berdasarkan bahan-bahan itulah, saya menulis sebuah naskah drama yang saya beri
judul RSJ atawa RUMAH SAKIT JIWA. Saya mempresentasikan naskah saya kepada anggota
Teater Koma. Terjadi diskusi dan perdebatan sengit. Lalu audisi (perebutan peran) pun digelar.
Terjadi lagi perdebatan, diskusi, dan koreksi-koreksi.

Pengalaman Proses Kreatif

Opera Kecoa Dan RSJ

Proses Kreatif Penulisan Drama OPERA KECOA:


Menulis berdasarkan hasil pengalaman, penghayatan, observasi dan pendalaman
permasalahan.

a. Ilham dating akibat rasa takut.


b. Mempelajari spesis kecoa.
c. Menulis “Monolog” tentang kecoa.
d. Ekses-ekses dan ancaman bom.
e. Gol: Masalah kemiskinan serta pemiskinan raga dan jiwa.
Proses Kreatif Penulisan drama RSJ atau Rumah Sakit Jiwa.
Menulis berdasarkan dukungan hasil survey berbagai pihak.
a. Ilham datang dari kondisi mental-spiritual-psikis ketika “Saya merasa dunia bagai
‘rumah sakit jiwa’, tapi tidak tahu apakah saya dokter atau pasiennya”.
b. Jeda beberapa saat untuk upaya survei lapangan dan riset literatur.
c. Partisipasi-keterlibatan total para anggota kelompok, dengan cara menyerap berbagai
kemungkinan.
d. Hasil survei dipresentasikan.
e. Mengundang para pakar psikiatri-psikologi.
f. Menulis drama berdasarkan rangkuman seluruh hasil survey.
g. Audisi.
1. Proses Kreatif, menulis ramai-ramai.
Naskah ditulis bersama-sama dalam kelompok. Mungkin ada satu pemimpin yang memandu,
kemudian mengkoordinasi semua bahan tulisan.

SYARAT-SYARAT MENULIS DRAMA


a. Gemar menulis.
b. Suka membaca.
c. Mencintai kerja bidang penulisan.
d. Fokus.
e. Percaya diri.
f. Memiliki perbendaharaan yang cukup dari masalah pokok yang hendak ditulis.
g. Memiliki kepekaan yang memadai dalam menyerap permasalahan.
h. Objektif dan jujur.
i. Mempelajari teknik penulisan berdasar medianya.
j. Memahami manajemen kerja dan menggunakannya secara efektif.
k. Bakat.
INTINYA, ADA TIGA (3) SYARAT UTAMA bagi para calon penulis:

1. INGIN MENULIS
2. MENULIS
3. TERUS MENULIS
SIFAT/MORALITAS PENULISAN, yang sering dianggap “Kuno”
Naskah drama/opera/operet, selalu berhubungan dengan perilaku manusia dan sering disebut
sebagai:

“Cermin Kehidupan” atau “Saripati Kehidupan”

Selalu ada Sebab dan Akibat.

Bermula dari Sebab, berujung pada Akibat.

Misal: “Yang baik menerima ganjaran/hadiah/anugerah”

“Yang jahat menerima kutuk atau hukuman setimpal”


SETELAH “TEMA” DIPATOK, LALU SINOPSIS DITULIS DAN BUATLAH SEBUAH
STRUKTUR, KERANGKA, ATAU BAGAN DRAMATIK YANG “PALING
SEDERHANA”
a. Pembuka
b. Isi
c. Penutup
NASKAH DRAMA/SKENARIO FILM/OPERA-OPERET, BARU LENGKAP KETIKA
DIPENTASKAN ATAU DIPANGGUNGKAN. JIKA TIDAK, MAKA DIA MASIH
BERUPA NASKAH BACAAN (SASTRA DRAMA). ATAU DISEBUT “CLOSET
DRAMA”.
ILHAM
Datang dari mana? Sumbernya adalah:

Alam semesta

Benda-benda

Masyarakat

Kawan

Diri sendiri

Imajinasi kreatif

Sumber ilham

PROSES KREATIF PENULISAN. Perjalanan Kreatif Penulisan.


Bermula datangnya dari sebuah ilham/inspirasi – tema- synopsis – struktur/kerangka/bagan.

Bahan-bahan dukungan:

Penyerapan pengetahuan.

Dari Bagan kemudian menuju kepada Proses Penulisan-Koreksi, lalu jika diperlukan
Presentasi/Koreksi/Final.

JUDUL
Sebaiknya, mudah diingat, menggoda rasa ingin tahu, gambaran lengkap dari
permasalahan utama, atau ekspresi yang mewujud dalam sebuah metafora.

Bisa 1 kata atau bahkan lebih dari 3 kata.

NOTASI atau DESKRIPSI


Sebaiknya singkat, padat, memandu, dan inspiratif.
DIALOG atau TEKS atau LINE
Kata dalam dialog, sebaiknya tidak terlalu sulit diucapkan oleh lidah atau mulut para
aktornya. Kalimat dalam dialog, sebaiknya tidak panjang.

STRUKTUR. KERANGKA. BAGAN.


Kisah atau lakon selalu memiliki struktur, kerangka, atau bagan. Aristoteles membagi
kisah/lakon sebagai berikut:

Pembuka – Prologos

Pengembangan – Sketsa

Penutup – Epilogos

BENTUK PENULISAN
a. Cara lama: Cara William Shakespeare
Lakon dibagi dalam lima babak atau lima permasalahan besar: Satu, penjelasan narrator.
Dua, masalah. Tiga, konflik. Empat, anti-klimaks. Lima, penyelesaian narrator.

b. Cara lama. Cara Para Penulis Naskah Drama Lain


Babak dibagi dalam adegan biasanya berhubungan erat dengan: Tempat dan waktu.

c. Cara lain
Tidak menggunakan babak atau adegan hanya symbol seperti: SATU, DUA, TIGA, dan
seterusnya.

d. Cara lain lagi


Berupa Skets, Gambar, Foto, Lukisan, atau Komik/Story Board atau bisa juga berupa
petunjuk, anotasi, pernyataan, catatan atau bahkan puisi.

IRAMA
Irama juga bisa tercipta dari kata/dialog, susunan atau pergantian adegan-babak, kehiruk-
pikukan, atau bahkan keheningan yang sunyi.

SURPRISE/KEJUTAN. MEMBANGUN RASA INGIN TAHU


Adalah upaya penulis agar penonton terus terpaku mengikuti alur lakon hingga selesai.
Setiap akhir bagian, sebaiknya dicipta surprise.

SUSPENS
Adalah upaya untuk terus menghadirkan “ketegangan” dalam lakon. Sesungguhnya, ini juga bisa
disebut sebagai upaya untuk menggedor rasa ingin tahu dari para pembaca/penonton.

CARA LAMA. SYARAT-SYARAT PENULISAN SEBUAH NASKAH LAKON


1. Judul lakon
2. Nama-nama tokoh
3. Catatan
4. Babak
5. Adegan
6. Waktu
7. Tempat.

Anda mungkin juga menyukai