Anda di halaman 1dari 1

Terlambat, Sudah Biasa Tapi Terlambat Lebih Se Jam Kadang Ngesselin

Budaya Indonesia yang Terus Terjaga

Semua orang Indonesia pasti tahu terlambat alias ngaret-an merupakan perkara yang tidak baik,
bahkan buruk. Kendati demikian, aneh bin ajaibnya terlambat menjelma sebagai hal yang terus
menerus dilakukakan hingga dapat dianggap sebagai budaya. Mengapa? Saya juga bingung, haissh
mungkin hanya rumput bergoyang yang mampu menjawab, persis seperti lagu Ebit G Ade.

Terlambat menajadi budaya sejak muda, para aktivis kampus contohnya. Meski saya hanya seorang
mahasiswa apatis, tetapi sejauh mata memandang ketika para aktivis memiliki agenda rapat jam
18.30 sehabis maghrib rapat baru akan di mulai jam 19 30. Anehnya, antara yang tepat waktu dan
yang santuy dating belakangan tidak pernah terjadi saling dirugikan. Bahkan justru kejadian silih
berganti, jika minggu ini si A telat dan si B tepat waktu. Minggu depan sebaliknya.

Beberapa asumsi yang menyebakan budaya terlambat Panjang umur diantaranya soal eksistensi diri.
Ketika dirasa kehadirannya tidak begitu berpengaruh seoarng bisa santai saja sembari menikmati
ketelatan dirinya.

Menurut salah satu artikel di tirto.id ternyata terlambat tidak hanya berlaku di Indonesia. Di luar
negeri pun juga kerap terjadi. Tetapi, mungkin tidak separah di Indonesia. Saya berani berkata
demikian setelah menghadiri seminar Internasional bertema “meraih asa dan masa depan di Luar
Negeri”. Salah seorang pembicara lalu bercerita begini, “jika kamu lihat seseorang di luar negeri
jalannya santai, nunduk, dan tidak bergairah untuk bergegas, sudah bisa dipastikan dia kawan satu
negara mu yang baru menetap di luar negeri”.

Iya, santuy, sumber dari terlambat akibat terlalu menyepelekan perkara waktu. Hal ini lumrah
dirasakan semua orang Indonesia, utamanya para anak kost yang hidupnya jomblo, siang adalah
malam tertukar. Karena pada malam hari kelayapan dengan dalih menenangkan diri -haishh sungguh
ramashook.

Jika kita sering mendengar kasus orang Amerika atau orang Jepang depresi lalu bunuh diri. Karena
memang setahu saya orang di sana begitu banyak kesibukan sehingga sedikit waktu untuk bersantai.
Berbeda dengan di Indonesia yang memang budaya Sanyut sudah mengakar. Tidak perlu pergi ke
ahli psikolog untuk menangani stress, bahkan terkadang stress perlu di cari.

Usut punya usut saya juga sering merasakan kekesalan tentang keterlambatan ini. Jika kata pembuat
quotes Joker adalah orang baik yang tersakiti. Maka orang terlambat adalah orang tepat waktu yang
sering di PHP.

Anda mungkin juga menyukai