Anda di halaman 1dari 9

NAMA : KELVIEN SIMAMORA

NIM : 5193331011

PRODI : PEND. TEKNIK ELEKTRO A 19

MATA KULIAH : METODE PENELITIAN

DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea

1. Berikut cara membuat rumusan masalah, yaitu:

1. Buat secara Spesifik

Cara membuat rumusan masalah yang paling utama adalah membuat rumusan secara spesifik.
Dalam menulis rumusan masalah, tidak perlu dijabarkan secara panjang lebar. Sebab justru
akan menghilangkan inti yang ingin disampaikan. Selain itu, rumusan masalah bentuknya
sebuah pertanyaan, jadi cukup ditulis secara singkat padat dan jelas.

2. Menentukan Metode Penelitian yang Sesuai

Cara membuat rumusan masalah yang selanjutnya adalah dengan menentukan metode
penelitian yang sesuai. Tentu saja Anda harus menentukan terlebih metode penelitian yang
sekiranya tepat dengan tema yang Anda angkat. Membicarakan tentang metode penelitian,
Anda bisa memutuskan untuk menggunakan metode penelitian kualitatif atau kuantitatif.

3. Mencari Wawasan Teori-teori yang Mendukung Metode Penelitian yang Dipilih

Cara membuat rumusan masalah yang selanjutnya adalah dengan mencari wawasan teoriteori
yang mendukung metode penelitian yang dipilih. Menentukan metode penelitian hal yang
tidak kalah penting. Jangan sampai salah menempatkan urutan menimbulkan salah tindakan.
Kesalahan dalam bertindak akan mempengaruhi pada proses penyelesaian penelitian.
Kelebihan menentukan metode penelitian ini membantu peneliti menentukan konsep yang
pas dan cocok digunakan.

4. Kreatif Melihat Fenomena Di Sekeliling

Cara membuat rumusan masalah yang selanjutnya adalah dengan kreatif melihat fenomena di
sekeliling kita. Poin ini sebenarnya sederhana, tetapi sulit dalam praktiknya. Kecuali bagi
Anda yang terbiasa berpikir, mungkin tidak begitu kesulitan dalam membuat rumusan
masalah. Sebenarnya rumusan masalah itu banyak sekali di sekeliling kita, jika kita peka
membidik. Umumnya, kesulitan utama dalam membuat rumusan masalah karena terlalu jauh
memikirkan berpikir. Padahal penelitian bisa diambil dari kasus-kasus kecil dan sederhana
yang sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Gunakan 5W + 1H

Cara membuat rumusan masalah yang selanjutnya adalah dengan menggunakan rumusan 5W
+ 1H. Jika Anda mengalami kesulitan menentukan topik atau tema penelitia, Anda bisa
menerapkan 5W + 1 H. Caranya cukup membuat pertanyaan yang menarik, sebanyak
mungkin yang Anda minati.

Contoh :

Contoh Rumusan Masalah Tentang E-Commerce

Berdasarkan latar belakang penelitian tentang E-commerce, maka bisa dirumuskan beberapa
masalah berikut ini:

a. Apa saja dampak positif dan negatif dari e-commerce?

b. Bagaimana standar teknologi yang digunakan di e-commerce?

c. Bagaimana perlindungan antara pembeli dan penjual?

d. Bagaimana dukungan e-commerce di Indonesia?

e. Bagaimana hubungan hukum antar pelaku e-commerce?

2. Berikut 6 jenis variabel penelitian dan contoh kasus nya :

1) Variabel bebas atau independent variable

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi variabel lainnya, yaitu variable
terikat.

Contoh variabel bebas adalah misalnya dalam penelitian yang berjudul: Pengaruh Motivasi
Belajar Terhadap Prestasi Siswa. Dalam hal ini, motivasi belajar diduga mempengaruhi
prestasi belajar. Maka motivasi belajar sebagai variabel bebas. Dikatakan bebas sebab nilanya
dapat berubah-ubah dan setiap perubahan itu mempengaruhi nilai variabel terikat.

2) Variabel terikat atau dependent variable

Variabel terikat merupakan variabel yang nilainya tergantung dari nilai vaiabel lainnya.

Contoh variabel terikat adalah misalnya seperti yang dijelaskan dalam poin pertama diatas,
yaitu dalam penelitian yang berjudul: Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Siswa.
Dalam hal ini, prestasi belajar diduga dipengaruhi oleh motivasi belajar. Maka prestasi
belajar sebagai variabel terikat. Dikatakan terikat karena nilainya tergantung kepada variabel
bebas yaitu motivasi belajar.

3) Variabel moderator atau variable intervening

Variabel moderator merupakan variable yang juga mempengaruhi variabel terikat, namun
dalam penelitian pengaruhnya tidak diutamakan. Variabel interveining disebut juga variabel
perantara, sebab keberadaannya dapat mempengaruhi hubungan variabel bebas dengan
variabel terikat.

Contoh variabel interveining adalah misalnya dalam penelitian yang berjudul pengaruh IQ
terhadap nilai matematika melalui frekuensi belajar. Konsep dari judul tersebut, diduga IQ
mempengaruhi nilai matematika siswa namun harus melalui frekuensi belajar. Sebab
meskipun IQ tinggi tetapi tidak belajar maka nilai ujian matematika juga akan diduga rendah.

4) Variabel perancu (confounding variable)

Variabel perancu merupakan variabel yang berhubungan variabel bebas dan variabel terikat,
tetapi bukan variable antara.

5) Variabel kendali

Variabel kendali merupakan variabel yang juga mempengaruhi variabel terikat, tetapi dalam
penelitian keberadaannya dijadikan netral.

6) Variabel rambang

Variabel rambang merupakan variabel yang juga ikut mempengaruhi variabel terikat namun
pengaruhnya tidak begitu berarti, sehingga keberadaan variabel ini dalam penelitian
diabaikan.

3.

a) Contoh Penelitian Korelasional

1. Hubungan antara Minat dan Prestasi Belajar Sejarah dengan Kesadaran Sejarah
Siswa MAN Yogyakarta III
Penelitian mengenai Hubungan antara Minat dan Prestasi Belajar Sejarah dengan
Kesadaran Sejarah Siswa MAN Yogyakarta III di atas, telah dilakukan oleh Asyhar Basyari
dari Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2013.
2. Korelasi antara Minat Belajar Fisika dan Perhatian Orang tua dengan Prestasi
Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP N 1 Depok Tahun Pelajaran 2015/2016
Penelitian mengenai Korelasi antara Minat Belajar Fisika dan Perhatian Orang tua dengan
Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP N 1 Depok Tahun Pelajaran 2015/2016 di atas,
telah dilakukan oleh Ginanjar Alvi Mubaroq dari Program Studi Pendidikan Fisika
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2016.

3. Hubungan antara Pendidikan dalam Keluarga dengan Sikap Rasa Hormat Siswa
Kelas IV SD Negeri 03 Kota Pagar Alam
Penelitian mengenai Hubungan antara Pendidikan dalam Keluarga dengan Sikap Rasa
Hormat Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Kota Pagar Alam di atas, telah dilakukan oleh Frizka
Wahyuni, Dalifa, dan Abdul Muktadir dari Program Studi PGSD FKIP Universitas Bengkulu
tahun 2017.

4. Korelasi antara Minat Membaca dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SDN 03
Pontianak Selatan
Penelitian mengenai Korelasi antara Minat Membaca dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas
V SDN 03 Pontianak Selatan di atas, telah dilakukan oleh Nurul Safitri dari Program Studi
PGSD Universitas Tanjungpura Pontianak pada tahun 2013.

b) Penelitian ex-post facto 1.


Hasil belajar Matematika

Hasil belajar Matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor tes yang diperoleh
dari hasil tes belajar Matematika kelas X, XI, dan XII MA Muh. Sibatua Pangkepterhadap
materi pelajaran pokok bahasan yang telah dipelajari.

2. Minat belajar Matematika

Minat belajar Matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh
siswa MA Muh. Sibatua Pangkep dari hasil pengisian kuesioner minat belajar Matematika.
Kuesioner tersebut mengukur bagaimana keinginan/ keadaan seorang siswa yang
memperhatikan pelajaran Matematika dan disertai keinginan untuk mengetahui, mempelajari
dan membuktikannya. Dalam hal ini yang diukur tentang perasaan suka/ senang, perhatian
siswa, kemauan dalam belajar dan keterlibatan siswa

3. Motivasi berprestasi Matematika

Motivasi Berprestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh dari
hasil pengisian kuesioner motivasi berprestasi. Skala motivasi belajar dikembangkan
berdasarkan ambisi, kompetisi yang terjadi pada siswa, kerja keras. Ketekunan siswa dalam
berusaha meningkatkan status sosialnya dan sikap siswa terhadap kreativitas dan
produktivitas.
4. Kecerdasan emosional

Kecerdasan emosional yang penting dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh dari
pengisian pengisian kuesioner kecerdasan emosional. Indikator yang digunakan untuk
mengukur kecerdasan emosional adalah kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati,
dan keterampilan sosial.

c) Penelitian eksperimental
1. Pemodelan Kawasan Tanpa Rokok (non-smoking area modeling) pada tingkat rumah
tangga di Kabupaten Ogan Ilir.
2. Mengukur efektivitas penggunaan antibiotik terhadap perawatan wanita dengan gejala
infeksi saluran urin dengan hasil tes urine negatif/negative urine dipstick testing.
3. Efektivitas program MEND (Mind, Exercise, Nutrition, Do it) terhadap tingkat
obesitas pada anak-anak .

4. Kriteria hipotesis yang baik dan jenis-jenis hipotesis :

Ciri-ciri Hipotesis Yang Baik


• Harus menyatakan hubungan antar variabel.
• Sesuai fakta.
• Berhubungan dengan ilmu dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
• Dapat diuji dengan nalar atau alat-alat statistika.
• Dinyatakan dengan sederhana dan terbatas.

1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis ini berisi dugaan sementara dari masalah deskriptif yang berhubungan dengan
variabel tunggal. Sebagai contoh, peneliti ingin meneliti masalah kandungan zat berbahaya
dalam makanan. Rumusan masalahnya: apakah bakso yang dijual di Pasar Sumbersari
mengandung boraks?
Penelitian ini hanya punya satu variabel yakni bakso di pasar Sumbersari. Penelitian ini
bersifat deskriptif karena hanya menjelaskan apakah ada kandungan boraks di dalam bakso
atau tidak. Jadi dugaan sementara ada 2 yakni bakso di Pasar Sumbersari mengandung boraks
(H1) atau bakso di Pasar Sumbersari tidak mengandung boraks (H0).
2. Hipotesis Komparatif
Jenis hipotesis selanjutnya, Hipotesis Komparatif. Dugaan semenara ini berisi perbandingan
antara ddua variabel penelitian. Misalnya kamu akan meneliti antara perilaku penggemar
Korean Pop (K-Pop) dan perilaku penggemar Japanese Pop (J-Pop). Kamu hendak
membandingkan dua perilaku penggemar tersebut. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel.
Bentuk penelitiannya adalah perbandingan dua variabel tersebut.
Lantas, rumusan masalah yang muncul adalah bagaimana perilaku dua kelompok penggemar
tersebut? Apakah terdapat persamaan dan perbedaan perilaku? Maka hipotesisnya adalah:
a) Penggemar K-Pop memiliki perilaku yang sama dengan perilaku penggemar J-Pop atau
b) Penggemar K-Pop memiliki perilaku yang berbeda dengan perilaku penggemar J-Pop.

3. Hipotesis Asostiatif
Jenis Hipotesis Asosiatif yang terakhir adalah Hipotesis Asosiatif. Hipotesis ini adalah
dugaan atau jawaban sementara atas hubungan dua variabel atau lebih. Jadi bila kamu
meneliti hubungan (asosiasi) variabel-variabel penelitian, maka hipotesis yang digunakan
adalah Hipotesis Asosiatif.
Sebagai contoh, kamu akan meneliti tentang hubungan antara perilaku aktor negara dengan
kebijakan luar negeri. Dalam penelitian ada dua variabel yani perilaku aktor negara dan
kebijakan luar negeri. Sebagai peneliti, kamu ingin meneliti hubungan keduanya. Pertanyaan
yang muncul: apakah perilaku aktor negara berpengaruh terhadap kebijakan luar negeri?
Nah, hipotesis yang didapatkan bisa dua kemungkinan: a) Perilaku aktor negara berpengaruh
terhadap kebijakan luar negeri b) Perilaku aktor negara tidak berpengaruh terhadap kebijakan
luar negeri. Namun karena ini masih hipotesis maka kebenarannya harus ditemukan melalui
serangkaian penelitian. Hasil penelitian nantinya bisa jadi mendukung hipotesis atau justru
membantah hipotesis. 4. Hipotesis Statistik
Hipotesis Statistik adalah pernyataan matematis tentang populasi yang diteliti. Hipotesis ini
dinyatakan dalam simbol-simbol matematika. Jadi pernyatan mengenai hubungan variabel
digambarkan dalam simbol matematika.
Hipotesis Statistika terbagi menjadi Hipotesis Alternatif ( Ha) dan Hipotesis Nol (H0). Jenis
ini serupa dengan hipotesis deskriptif. Namun terdapat perbedaan dalam penyebutan
hipotesisnya. Ada dua jenis hipotesis ini yakni Hipotesis Alternatif (Ha) dan Hipotesis Nol
(H0).
Hipotesis Alternatif adalah hipotesis yang menyatakan perbedaan satu variabel dengan
variabel lainnya. Akan tetapi hipotesis ini juga bisa diartikan adanya hubungan satu variabel
dengan variabel lainnya.
Sedangkan Hipotesis Nol kebalikan dari Hipotesis Alternatif. Hipotesis Nol menyatakan tidak
hubungan antar variabel. Hipotesis ini juga dipakai untuk menyatakan tidak ada perbedaan
atau tidak pengaruh antar variabel.
Hipotesis Statistik juga dapat dibedakan menjadi Hipotesis Dua Arah dan Hipotesis Satu
Arah. Contoh Hipotesis Statistik:
Ha : m1≠ m2 (Hipotesis dua-arah) (kurang spesifik) Ha : m1 > m2 (Hipotesis
satu-arah) (tepat dan spesifik)
5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis ini disebut juga Hipotesis Substantif. mengapa? Karena hipotensi ini berisi
pernyataan mengenai relasi dua variabel atau lebih. Bila kamu perhatikan, hipotesis ini sama
dengan Hipotesis Asosiatif. Hipotesis ini tidak dinyatakan dalam bentuk simbol matematika
tapi dalam bentuk kalimat.
5. Jenis-jenis teknik penarikan sampel dan contoh konrit :

1. Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)


Sampel acak atau probability sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel yang
menggunakan kaidah peluang dalam proses penentuan sampel. Untuk dapat menerapkan
kaidah peluang dalam proses penentuan sampel maka diperlukan suatu kerangka sampel
(sampling frame). Kerangka sampel adalah suatu daftar yang berisi kumpulan elemenelemen
populasi beserta informasinya. Elemen-elemen populasi dapat berupa benda atau makhluk
hidup yang bersifat nyata dan dapat diidentifikasi untuk dijadikan objek sampel.

Contoh, jika objek penelitian adalah mahasiswa pada suatu perguruan tinggi, katakanlah
perguruan tinggi A, maka dibutuhkan suatu daftar nama mahasiswa dari perguruan tinggi
beserta karakteristik yang dibutuhkan untuk selanjutnya dilakukan penarikan sampel. Selain
nama karakteristik yang dibutuhkan bisa berupa jenis kelamin umur, tinggi badan, nim, berat
badan, nilai semester, alamat, dan lain sebagainya yang dapat bermanfaat untuk penelitian.

Bagaimana jika penelitian dilakukan di suatu desa? Maka diperlukan kerangka sampel atau
daftar yang memuat seluruh elemen populasi yang akan diteliti di desa tersebut. Contoh ini
dapat digeneralisasi untuk seluruh kasus seperti penelitian di level Kabupaten, penelitian di
suatu kantor dan lain sebagainya. jika seluruh elemen populasi yang terdaftar di dalam
kerangka sampel dijumlahkan maka seharusnya merupakan ukuran populasi (N).

Pada dasarnya untuk menjaga agar peluang terpilihnya suatu sampel secara acak maka
digunakan tabel angka random (TAR) untuk menentukan sampel pertama. Angka yang
terpilih adalah angka dari salah suatu elemen populasi yang sudah terdaftar pada kerangka
sampel. Selanjutnya untuk menentukan sampel sampel yang akan terpilih berikutnya
digunakan metode-metode yang akan kita bahas di bawah.

Langkah-langkah memilih sampel seharusnya mengikuti kaidah berikut:

1. Siapkan kerangka sampel


2. Siapkan tabel angka random
3. Menentukan metode pemilihan sampel yang akan digunakan

2. Pengambilan Sampel Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)


Pengambilan sampel acak sistematis (systematic random sampling) ialah suatu metode
pengambilan sampel, dimana hanya unsur pertama saja dari sampel dipilih secara acak,
sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut pola tertentu. Sampel
sistematis seringkali menghasilkan kesalahan sampling (sampling error) yang lebih kecil,
disebabkan anggota sampel menyebar secara merata di seluruh propinsi.

Ada pendapat bahwa pengambilan sampel dengan metode ini tidak acak, karena yang diambil
secara acak unsur pertama saja, sedangkan unsur selanjutnya diurutkan berdasarkan interval
yang sudah tertentu dan tetap. Karena itu, untuk dapat mempergunakan metode ini, harus
dipenuhi beberapa syarat yakni (1) populasi harus besar, (2) harus teredia daftar kerangka
sampel, (3). populasi harus bersifat homogen.
Langkah-langkah pengambilan sampel:

1. Tentukan populasi dan susun sampling frame


2. Tetapkan jumlah sampel yang akan diteliti menggunakan pertimbangan
metodologis
3. Tentukan K (kelas interval)
4. Tentukan angka atau nomor awal diantara kelas interval tersebut secara acak
5. Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang terpilih, dan
nomor interval berikutnya hingga memenuhi jumlah sampel.

3. Pengambilan Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling)


Stratified random sampling yaitu metode pengambilan sampel yang digunakan pada populasi
yang memiliki susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Teknik ini digunakan bila populasi
memiliki anggota/unsur yang tidak bersifat homogen dan berstrata secara proporsional
sehingga setiap strata harus terwakili dalam sampel.

Langkah-langkah pengambilan sampel:

1. Tentukan populasi dan daftar anggota populasi


2. Bagi populasi berdasarkan strata yang dikehendaki
3. Tentukan jumlah sampel dalam setiap strata
4. Pilih sampel dari setiap strata secara acak

4. Pengambilan Sampel Acak Berdasar Area (Cluster Random Sampling)


Pengambilan sampel acak berdasarkan area atau cluster random sampling adalah salah satu
metode pengambilan sampel yang digunakan dimana populasi tidak terdiri dari
individuindividu, melainkan terdiri dari kelompok individu atau cluster. Sehingga unit yang
terpilih menjadi sampel bukan individu, namun kelompok individu yang telah tertata. Cluster
sampel ini harus dipilih secara random dari populasi cluster juga.

Teknik sampling ini digunakan untuk penelitian mengenai suatu hal terhadap bagianbagian
yang berbeda di dalam sebuah instansi bila objek yang akan diteliti sangat luas.

Langkah langkah :

1. Tentukan populasi cluster yang akan diteliti


2. Tentukan berapa cluster atau kelompok individu yang akan diambil sebagai sampel
3. Pilih cluster sampel secara acak
4. Teliti setiap individu dalam cluster sampel tersebut.
5. Area Sampling atau sampel wilayah Bertingkat (Multi Stage Sampling)
Multistage sampling disebut juga sebagai teknik sampling acak bertingkat. Secara singkat,
multistage sampling adalah penggunaan beberapa metode random sampling secara
bersamaan dalam suatu penelitian secara efektif dan efisien. Dalam hal ini, salah satu kunci
yang perlu diketahui adalah adanya beberapa metode sampling berbeda yang digunakan.

Ada beberapa syarat yang harus diketahui dan dipenuhi sebelum menggunakan multistage
sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Dengan terpenuhinya beberapa syarat tersebut,
maka hasil dari pengambilan sampel akan cenderung lebih maksimal.

• Populasi sample cukup homogen


• Jumlah populasi yang sangat besar
• Populasi menempati daerah atau domain yang sangat luas
• Tidak tersedia kerangka sampel yang bisa memuat unit-unit yang terkecil atau
ultimate sampling unit

Untuk menerapkan multistage sampling dalam proses pengambilan sampel, ada beberapa
langkah yang harus dilakukan. Beberapa langkah yang dimaksud diantaranya adalah sebagai
berikut:

• Menetapkan populasi
• Menetapkan tingkatan
• Menghitung besar sampel
• Mengambil secara acak sejumlah unsur yang ada pada setiap tingkatan 
Mengambil sampel secara acak sesuai besar sampel di tingkat terakhir

Anda mungkin juga menyukai