Anda di halaman 1dari 13

Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102

Volume 12 Nomor 2 (2021) hal 131-148 E-ISSN : 2685-7198


DOI : 10.36417/widyagenitri.v12i2.390 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

PEMBELAJARAN AKSARA DEVANAGARI PADA SISWA HINDU


DI SDN 2 TATURA PALU

(THE DEVANAGARI SCRIPT LEARNING IN HINDU STUDENTS


AT SDN 2 TATURA PALU)

Catur Rahayu Ning Susanti¹, Sugiarti², Gede Merthawan³

¹Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Dharma Sentana Sulawesi Tengah


²Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Dharma Sentana Sulawesi Tengah
³Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Dharma Sentana Sulawesi Tengah

email: susanuchan24724@gmail.com, sugiartigege7@gmail.com, gmerthawan@gmail.com

ABSTRAK
Realitas yang terjadi adalah aksara Devanagari yang seharusnya dapat diperoleh anak sejak
dini justru tidak diajarkan sama sekali di ketiga jenjang pendidikan yang ada (formal, informal
dan non formal). Hal ini menyebabkan sebagian besar anak terkadang merasa asing dan
bingung ketika pertama kali melihat kitab-kitab suci agama Hindu. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk memperoleh gambaran pembelajaran aksara Devanagari pada siswa Hindu dan
juga kendala yang dihadapi serta upaya yang dilakukan selama pembelajaran aksara
Devanagari berlangsung. Jenis penelitian ini adalah dekriptif kualitatif. Teori yang digunakan
adalah teori belajar kognitif dan teori belajar konstruktivisme. Penentuan sumber data
menggunakan purposive sampling dengan metode pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Sedangkan teknik analisis data yang
digunakan adalah reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.

Kata Kunci: Pembelajaran, Aksara Devanagari, siswa Hindu

ABSTRACT
The reality that happens is that the Devanagari script that children should be able to get from an
early age is not taught at all in the three existing levels of education (formal, informal and non-
formal). This causes most children to sometimes feel strange and confused when they first see the
Hindu religious scriptures. The purpose of this study is to obtain a description of learning
Devanagari script in Hindu students and also the obstacles faced and the efforts made during the
Devanagari script learning takes place. This type of research is descriptive qualitative. The theory
used is cognitive learning theory and constructivism learning theory. Determination of data sumber
using purposive sampling with data collection methods through observation, interviews,
documentation and literature study. While the data analysis technique used is data reduction,
data presentation, drawing conclusions.

Keywords: Learning, The Devanagari Script, Hindu students

131
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 12 Nomor 2 (2021) hal 131-148 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v12i2.390 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

1. PENDAHULUAN nasional, dan pada akhirnya untuk


mewujudkan tujuan Nasional
Undang-undang Sisdiknas Negara RI sebagaimana tercantum
(Sistem Pendidikan Nasional) Nomor dalam pembukaan UUD 1945 alinea
20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa ke IV.
terdapat tiga jalur pendidikan, yaitu Terkait dengan eksistensi
pendidikan formal, non formal, dan pendidikan agama Hindu dalam
informal. Pendidikan formal adalah kerangka kurikulum tingkat satuan
jalur pendidikan yang terstruktur pendidikan, Parisada Hindu Dharma
dan berjenjang yang terdiri atas (1978: 6) menjelaskan bahwa
pendidikan dasar, pendidikan pendidikan agama Hindu pada
menengah dan pendidikan tinggi. dasarnya adalah penunjang dalam
Pendidikan non formal adalah jalur mencapai cita-cita pembangunan
pendidikan di luar pendidikan dan tujuan nasional melalui
formal yang dapat dilaksanakan pembangunan fisik, mental dan
secara terstruktur dan berjenjang. spiritual. Sejalan dengan hal
Sedangkan pendidikan informal tersebut, Departemen Pendidikan
adalah jalur pendidikan keluarga Nasional dalam rumusan standar
dan lingkungan sekitar. Pendidikan kompetensi mata pelajaran
formal merupakan pendidikan yang pendidikan agama Hindu untuk
diperoleh di sekolah. Sekolah adalah kurikulum 2004 memberikan
institusi sosial yang mengemban pengertian mengenai pendidikan
tugas menyiapkan para siswa agama Hindu sebagai upaya sadar
menjadi masyarakat, yang sesuai dan terencana guna menyiapkan
dengan cita-cita, harapan dan nilai- peserta didik mengenal, memahami,
nilai yang berlaku dan dianut oleh menghayati, bertaqwa, dan
masyarakat tersebut. Dengan berakhlak mulia dalam
demikian keberhasilan dan jalannya mengamalkan ajaran agama Hindu
proses pendidikan harus dari sumber utamanya yaitu Kitab
dilaksanakan dalam satu pola suci Sruti, Smerti, Sila, Acara, dan
kurikulum yang terencana dan Atmanastuti.
bertujuan sesuai dengan pandangan Pendidikan agama memiliki
masyarakat (Hamalik, 2009: 59). ruang lingkup untuk mewujudkan
Selama mengenyam pendidikan keserasian, keselarasan, dan
formal di sekolah, anak memperoleh kesinambungan hubungan dengan
berbagai jenis dan macam Tuhan, diri sendiri, sesama manusia
pendidikan. Salah satu pelajaran dan makhluk lain termasuk
yang diperoleh anak adalah lingkungan (tri hita karana).
pendidikan agama Selanjutnya, dalam Bhagavad Gita
Hindu.Pendidikan agama Hindu Adhyaya IV sloka 33 menyebutkan:
adalah salah satu mata pelajaran Śreyān dravya-mayād yajñā,
yang wajib diterapkan pada seluruh Jñāna-yajnāh parantapa,
jenjang lembaga pendidikan formal, Sarvaṁ karmākhilaṁ pārtha,
baik negeri maupun swasta, dari Jnāne parismāpyate.
kanak- kanak hingga perguruan Artinya: Persembahan berupa ilmu
tinggi. Sama halnya dengan mata- pengetahuan parantapa, lebih
mata pelajaran lainnya. Pendidikan bermutu dari persembahan materi
agama senantiasa diarahkan untuk dalam keseluruhannya, semua kerja
mewujudkan tujuan pendidikan

137
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 12 Nomor 2 (2021) hal 131-148 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v12i2.390 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

ini berpusat pada ilmu pengetahuan, Selama proses pembelajaran


oh partha. tersebut apabila metode yang
Dengan demikian dapat disimpulkan digunakan tidak menarik maka anak
bahwa nilai ajaran agama Hindu akan sulit memahami Aksara
merupakan keyakinan yang Devanagari yang diajarkan.
menumbuh kembangkan sikap dan Aksara Devanagari yang
budhi pekerti yang luhur seharusnya dapat diperoleh anak
berdasarkan ajaran agama Hindu. sejak dini justru tidak diajarkan
Pendidikan agama Hindu yang sama sekali di ketiga jenjang
diperoleh anak di sekolah berupa pendidikan yang ada (formal,
materi–materi keagamaan seperti informal dan non formal). Hal ini
Veda, Bhagavadgita, ajaran menyebabkan sebagian besar anak
kesusilaan serta ajaran kerohanian terkadang merasa asing dan bingung
lainnya. Proses mempelajari tentang ketika pertama kali melihat kitab-
Veda akan lebih menarik bila kitab suci agama Hindu. Berbeda
pendidik maupun peserta didik dengan Aksara Devanagari
memahami Aksara Devanagari. terjemahan yang lebih mudah
Meskipun pada kenyataannya dibaca, meski demikian terkadang
Aksara Devanagari tidak diajarkan cara baca terhadap Aksara
pada ketiga jalur pendidikan yang Devanagari terjemahan juga kurang
ada. tepat.
Aksara Devanagari dalam Lembaga pendidikan non formal
Bahasa Sansekerta merupakan hal (contohnya pasraman) yang
yang sangat penting terutama dalam seharusnya dapat memperkenalkan
memahami Veda. Namun, anak pada Aksara Devanagari juga
pendidikan agama Hindu di sekolah- jarang ditemukan. Sebagian besar
sekolah jarang yang menyediakan pendidikan non formal mengajarkan
pembelajaran Aksara Devanagari. hal yang sama seperti yang ada di
Barulah pada tahun 2016 mulailah sekolah. Pelaksanaan pembelajaran
diperkenalkan Aksara Devanagari Aksara Devanagari di sekolah
(khusus di Palu) itupun masih termasuk hal yang baru didasarkan
terbatas. Hal tersebut dikarenakan pada observasi awal yang penulis
keterbatasan tenaga pengajar yang lakukan dengan bertanya kepada
memiliki keterampilan tersebut, salah satu guru disalah satu sekolah
maupun belum diperkenalkannya yang ada, yang kemudian diperoleh
Bahasa Sansekerta ataupun Aksara informasi bahwa sebagian besar
Devanagari dikalangan masyarakat siswa mengalami kesulitan dalam
terutama di dunia pendidikan. memahami Aksara Devanagari.
Mengajarkan Aksara Devanagari Aksara Devanagari sangat
kepada anak-anak juga tidaklah penting dipelajari mengingat hampir
mudah sebab dalam proses sebagian besar umat Hindu tidak
pembelajarannya anak akan paham bahkan asing akan Aksara
dikenalkan terhadap hurufnya Devanagari sedangkan Aksara ini
terlebih dahulu barulah cara adalah Aksara yang dipakai dalam
bacanya. Setelah itu barulah anak kitab suci Veda. Selain merupakan
dilatih untuk menyambung dan huruf atau Aksara yang dipakai
membaca kosa kata yang ditulis dalam kitab suci Veda Aksara
menggunakan Aksara Devanagari. Devanagari juga merupakan salah

138
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 12 Nomor 2 (2021) hal 131-148 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v12i2.390 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

satu ciri agama Hindu meskipun dapat menambah wawasannya


tidak banyak umatnya yang paham tentang pembelajaran Aksara
Aksara Devanagari. Devanagari yang seharusnya mulai
Pembelajaran Aksara Devanagari diajarkan sejak dini.
yang dilaksanakan di SDN 2 Tatura Berdasarkan uraian latar
Palu hanya diperoleh di kelas V hal belakang diatas, adapun rumusan
ini dikarenakan kelas V dianggap masalah dalam penelitian ini adalah
kelas yang tepat mengingat untuk bagaimanakah pembelajaran aksara
mempelajari Aksara ini anak devanagari pada siswa hindu di SDN
minimal sudah harus pandai 2 Tatura Palu, Apakah kendala-
membaca dan menulis dengan kendala yang dihadapi serta upaya
lancar. Jumlah siswa Hindu kelas V yang dilakukan siswa selama
yang memperoleh pembelajaran pembeelajaran aksara Devanagari di
Aksara Devanagari adalah 10 siswa. sdn 2 Tatura Palu berlangsung.
Berdasarkan uraian tersebut Berdasarkan rumusan masalah
peneliti tertarik untuk melakukan diatas maka penelitian ini memiliki
penelitian tentang Pembelajaran tujuan untuk mengetahui
Devanagari pada siswa Hindu di SDN pembelajaran aksara Devanagari di
2 Tatura Palu agar peneliti maupun SDN 2 Tatura palu serta kendala
pembaca dapat menambah yang dihadapi dan upaya yang
wawasannya tentang pembelajaran dilakukan siswa selama
Aksara Devanagari yang seharusnya pembelajaran aksara Devanagari
mulai diajarkan sejak dini berlangsung.
Pembelajaran Aksara Devanagari
yang seharusnya diajarkan kepada 2. KAJIAN PUSTAKA
peserta didik sejak dini justru sama Suyono dan Harianto (2017)
sekali tidak didapatkan, baik itu dari dalam jurnalnya mengungkapkan
orang tua peserta didik bahkan dari bahwa Pembelajaran Aksara
guru agama di sekolahnya. Namun Devanagari dapat mempermudah
dengan segala keterbatasan yang peserta didik dalam membaca
ada dalam dunia pendidikan dan maupun memperdalam Veda dan
setelah melalui observasi di Bhagavad Gita yang ditunjang oleh
beberapa sekolah akhirnya peneliti guru pembimbing yang kompeten
menemukan penerapan dalam memberikan ilmu
pembelajaran Aksara Devanagari di pengetahuan tentang Aksara
SDN 2 Tatura Palu. Pembelajaran Devanagari. Hubungan penelitian ini
Aksara Devanagari di SDN 2 Tatura dengan penelitian Suyono yaitu
merupakan suatu keunikan sama-sama membahas tentang tulis
tersendiri sebab di sekolah inilah Devanagari. Suyono membahas
yang hingga dilakukannya penelitian tentang urgensi pembelajaran
menjadi satu-satunya sekolah yang membaca dan menulis Aksara
menerapkan pembelajaran Aksara Devanagari yang diterapkan di
Devanagari. Berdasarkan uraian semua jenjang pendidikan
tersebut peneliti tertarik untuk sedangkan penelitian ini membahas
melakukan penelitian tentang tentang pembelajaran Aksara
“Pembelajaran Devanagari pada Devanagari yang diterapkan pada
siswa Hindu di SDN 2 Tatura Palu” siswa Hindu kelas V di SDN 2 Tatura
agar peneliti maupun pembaca Palu artinya penelitian yang penulis

139
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 12 Nomor 2 (2021) hal 131-148 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v12i2.390 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

lakukan lebih spesifik atau lebih merupakan faktor yang saling


khusus pada jenjang sekolah dasar berkaitan
tidak untuk semua jenjang Teori Belajar Konstruktivisme
pendidikan. Nurfatimah dalam jurnalnya
Landasan teori menjelaskan bahwa teori belajar
Berdasarkan permasalahan yang konstruktivisme adalah sebuah teori
telah dirumuskan di atas dan untuk yang memberikan kebebasan
dapat membedah permasalahan terhadap manusia yang ingin belajar
tersebut, maka kajian haruslah atau mencari kebutuhannya.
berlandaskan pada beberapa teori. Dengan teori belajar konstruktivisme
Landasan teori atau kerangka teori siswa dapat berfikir untuk
yang digunakan tidak harus menyelesaikan masalah, mencari ide
langsung berkaitan dengan objek dan membuat keputusan. Siswa
formal. Landasan teori adalah teori akan lebih paham karena mereka
yang dianggap paling relevan untuk terlibat langsung dalam membina
menganalisis objek. Adapun teori pengetahuan baru, mereka akan
yang digunakan adalah teori belajar lebih paham dan mampu
kognitif dan teori belajar mengaplikasikannya dalam semua
konstruktivisme. situasi. Selain itu siswa terlibat
Teori Belajar Kognitif secara langsung dengan aktif,
Menurut teori belajar kognitif, mereka akan ingat lebih lama semua
pada dasarnya setiap orang dalam konsep.
bertingkah laku dan mengerjakan
segala sesuatu senantiasa 3. METODOLOGI
dipengaruhi oleh tingkat-tingkat Penelitian ini dilakukan di SDN 2
perkembangan dan pemahamannya Tatura Palu yang beralamat di Jl. I
atas dirinya sendiri. Setiap orang Gusti Ngurah Rai No. 13, Tatura
memiliki kepercayaan, ide-ide dan Selatan Kecamatan Palu Selatan,
prinsip yang dipilih untuk Kota Palu Propinsi Sulawesi Tengah.
kepentingan dirinya. Aspek kognitif Pemilihan sekolah ini sebagai lokasi
mempersoalkan bagaimana karena SDN 2 Tatura Palu
seseorang memperoleh pemahaman merupakan sekolah yang
mengenai dirinya dan menerapkan Pembelajaran
lingkungannya dan bagaimana Devanagari. Data tersebut peneliti
berhubungan dengan lingkungan peroleh dari hasil wawancara
secara sadar. Sedangkan aspek bersama pihak SDN 2 Tatura Palu
psikologis membahas masalah dan observasi ke sekolah-sekolah
hubungan atau interaksi antara lainnya.
orang dan lingkungan psikologisnya Data merupakan perwujudan
secara bersamaan. Psikologi kognitif dari informasi yang sengaja digali
menekankan pada penting proses untuk dikumpulkan guna
internal atau proses-proses mental. mendeskripsikan suatu peristiwa
Teori belajar kognitif menjelaskan atau kegiatan lainnya. Berdasarkan
bagaimana seseorang mencapai sumber pengambilannya, data
pemahaman atas diri dan dibedakan menjadi dua, yaitu data
lingkungannya lalu menafsirkan primer dan data sekunder. Data
bahwa diri dan lingkungannya primer dalam penelitian berupa
informasi yang diperoleh langsung

140
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 12 Nomor 2 (2021) hal 131-148 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v12i2.390 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

seperti: hasil wawancara dengan 4. HASIL PENELITIAN


pihak sekolah, seperti guru pengajar Pembelajaran Aksara Devanagari
pembelajaran Aksara Devanagari mulai masuk di kota Palu pada
serta siswa-siswi terkait yang tahun 2016. Namun masuknya
dijadikan sebagai informan untuk pembelajaran Devanagari tidak bisa
mendapatkan informasi yang akurat langsung diterapkan di sekolah, hal
sehingga data yang diperoleh ini dikarenakan tenaga pendidik
semakin jelas mengenai yang memiliki keterampilan
Pembelajaran Aksara Devanagari, mengajar Aksara Devanagari sangat
sedangkan data sekunder yang terbatas. Ditambah lagi tenaga
dipakai dalam penelitian ini adalah pendidik dan tim perlu
dari buku-buku yang materi ajar mempersiapkan materi
Devanagari, buku pendidikan Agama pembelajaran yang digunakan
Hindu, jurnal-jurnal, arsip resmi selama pembelajaran. Pengadaan
serta beberapa penelitian pembelajaran Devanagari yang
sebelumnya yang terkait. Dalam dilaksanakan di SDN 2 Tatura
pembahasannya, data primer dan adalah dengan sistem kontrak.
data sekunder akan dipadukan agar Jangka waktu kontrak pembelajaran
didapatkan data yang benar-benar adalah delapan bulan terhitung
valid yang kemudian menjadi sejak September dan berakhir di
penunjang penelitian. bulan Mei. Kontrak pembelajaran
Adapun teknik pengumpulan Devanagari yang telah berakhir akan
data dalam penelitian ini adalah kembali diperbaharui setiap tahun
teknik observasi, teknik wawancara, ajaran baru.
dokumentasi dan studi Perencanaan pembelajaran
kepustakaan. Jenis wawancara yang adalah proses penyusunan berbagai
digunakan dalam penelitian ini komponen pembelajaran yang akan
adalah wawancara tidak terstruktur, dilaksanakan untuk mencapai
maksudnya dalam setiap wawancara tujuan pembelajaran dan evaluasi
nantinya peneliti tidak yang digunakan untuk mengetahui
menggunakan instrumen terstandar, keberhasilan pembelajaran (Azmah
akan tetapi peneliti berperan sebagai 2018: 69).
instrumen kunci dalam kegiatan Persiapan mengajar yang
penelitian yang artinya, sebelum dipersiapkan oleh guru
mengadakan wawancara terlebih Pembelajaran Aksara Devanagari
dahulu dipersiapkan garis-garis adalah RPP. Perencanaan
besar wawancara yang dirancang pembelajaran tersebut dikerjakan
berdasarkan fokus dan masalah oleh guru pembelajaran Aksara
penelitian, selanjutnya pertanyaan Devanagari sebelum kontrak
akan berkembang di lapangan pembelajaran Aksara Devanagari
sesuai dengan kebutuhan data yang dimulai. Pembuatan RPP dikerjakan
diperlukan. Teknik analisis data oleh guru matematika secara
yang digunakan adalah reduksi data personal mengacu kepada panduan
atau pengumpulan data, display pembuatan RPP yang bersumber
data dan penarikan kesimpulan atau dari Kementrian Agama.
verifikasi. Selain pembuatan RPP
komponen atau unsur pembelajaran
yang dapat menunjang keberhasilan

141
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 12 Nomor 2 (2021) hal 131-148 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v12i2.390 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

dalam pembelajaran Aksara Selanjutnya apabila siswa sudah


Devanagari adalah penetapan paham tentang tata tulis huruf Svāra
metode pembelajaran yang akan guru melanjutkan pembelajaran tata
dilaksanakan di Kelas. Metode tulis huruf Vyañjana. Huruf
adalah cara yang dalam fungsinya Vyañjana terdiri dari tiga puluh tiga
merupakan alat untuk mencapai konsonan yang dikelompokkan
tujuan. Semakin tepat metode yang menjadi lima varga dan diberi nama
dipilih maka diharapkan semakin menurut urutan konsonan yang
efektif pula pencapaian tujuan paling depan. Kelima varga
pembelajaran. Selain itu juga, guru konsonan tersebut adalah: ka varga,
harus dapat memperhatikan ca varga, ṭa varga, ta varga, dan pa
keadaan dan kondisi siswa pada varga. Kelima varga tersebut disebut
waktu belajar. Metode pembelajaran dengan istilah Paňcavalimukha.
Aksara Devanagari di SDN 2 Tatura Selain kelima jenis varga konsonan
Palu terbagi menjadi tiga tahapan tersebut, huruf Vyañjana juga
yaitu: disertai konsonan semi vokal,
Tahap menulis aksara dasar sibilant serta sebuah konsonan
Devanagari aspirat. Jenis huruf Vyañjana dapat
Pada proses pembelajaran dilihat di bawah ini:
Aksara Devanagari yang pertama Tabel 2: huruf Vyañjana konsonan
kali dibahas oleh guru pembelajaran Paňcavalimukha
Aksara Devanagari adalah huruf Varga Konsonan Paňcavalimukha
Svāra baik vokal tunggal maupun
क ख ग घ ङ
vokal rangkap, kemudian Ka
ka Kha Ga Gha ṅa
dilanjutkan dengan mengenalkan Ca
च छ ज झ ञ
siswa pada huruf Vyañjana. Aksara ca cha Ja jha ña
ट ठ ड ढ ण
yang yang pertama kali diajarkan ṭa
ṭa ṭha ḍa ḍha ṇa
meliputi huruf Svāra baik vokal त थ द ध न
Ta
tunggal maupun vokal ragkap. ta tha Da dha na
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat प म
फ ब भ
Pa p ma
pada dibawah ini: a
pha Ba bha
Tabel 1: Huruf Svāra vokal tunggal dan Sumber: buku Bahasa Sansekerta (Made Surada
rangkap 2006
Vokal Tunggal Vokal Rangkap
Tabel 3: huruf Vyañjana konsonan semi
अ आ ए vokal, sibilant dan aspirat
a ā e Semi Vokal Sibilant Aspirat
इ ई ऐ
i Ī ai
य श
उ ऊ ओ
Ya ṡa
U ū o
ऋ ॠ औ
र ष
ṛ ṛṛ au Ra ṣa
ऌ ल स
ḷ La Sa
Sumber: buku Bahasa Sansekerta (Made Surada 2006 ) व ह
Va/wa ha
Selain vokal tunggal dan vokal Sumber: buku Bahasa Sansekerta (Made
rangkap, huruf Svāra juga terdapat Surada 2006)
vokal perubahan yang terdiri dari
Setelah siswa-siswi Hindu di
Visarga (ः ) dan juga anusvāra (ः).

142
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 12 Nomor 2 (2021) hal 131-148 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v12i2.390 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

SDN 2 Tatura yang mengikuti bawa, dan ह = ḥ dibaca h seperti


pembelajaran Aksara Devanagari bahwa.
sudah mulai mahir dalam tata cara Pada tahap ini, guru mengulang
penulisan Aksara Devanagari baik hingga beberapa kali cara
itu huruf Svāra dan huruf Vyañjana pengucapan/membaca setiap
barulah guru beranjak pada tahap Aksara. Setelah mahir peserta didik
selanjutnya dalam pembelajaran kemudian membaca kitab-kitab suci
Aksara Devanagari di SDN 2 Tatura Bhagavadgita menggunakan Aksara
Palu. Devanagari hal ini selain untuk
Tahap membaca aksara melatih peserta didik lebih mahir
Devanagari dalam membaca Aksara Devanagari.
Tata cara pengucapan Aksara Tahap menggabungkan kata
Devanagari terdiri dari: menggunakan Aksara Devanagari
• a, i, u, e, o, ai, dan au diucapkan Aturan-aturan terkait tata cara
seperti dalam bahasa Indonesia, penggabungan Aksara Devanagari
hanya saja huruf vokal tunggal lebih ditekankan pada aturan
dengan tanda dīrga (◌̄) dibaca perubahan huruf Svāra
lebih panjang. ṛ diucapkan er (Sandhangan) serta perubahan
seperti pada kata terima, ļ huruf Vyañjana (Pasangan).
diucapkan el , seperti data pelipur. Perubahan Aksara tersebut dapat
• ङ = ṅa, dibaca dengan bunyi dilihat pada Tabel dibawah ini:
sengau, ञ = ña, dibaca dengan Tabel 4: perubahan huruf svara diawal
Awal
bunyi “ny”, ण = ṇa, dibaca seperti Vokal
Kata
Contoh
gabungan huruf “r” dan “n”. अ=a अ a +na=अन
Namun pada prakteknya, huruf आ=ā आ ā +na= आन
“ण” lebih sering ditransliterasi इ=i इ i +na=इन
menjadi huruf “n”, seperti pada ई=ī ई ī +na=ईन
nama Kota vārānasi (वाराणसी). उ=u उ u +na=उन
ऊ=ū ऊ ū +na=ऊन
• ट = ṭa, ठ = ṭha, ड = ḍa, dan ढ = ḍha,
ऋ=ṛ ऋ ṛ +na= ऋन
dibaca seperti bunyi huruf “t”, ॠ=ṝ ॠ ṝ +na= ṝन
“th”, “d”, dan “dh”, dengan lidah ऌ=ḷ ऌ ḷ +na= ऌन
menempel di langit-langit mulut. ए=e ए e +na= एन
Seperti contoh ṭ diucapkan seperti ऐ = ai ऐ ai +na= ऐन
pada kata kantil (versi bahasa ओ=o ओ o +na= ओन
Jawa), ḍ diucapkan seperti pada औ= au औ au +na= औन
kata kadawung. ॱ=ṁ - -
• त = ta, थ = tha, द = da, dan ध = dha, : =ḥ - -
dibaca sama dengan bunyi huruf Sumber: buku Bahasa Sansekerta (Made Surada
2006)
alfabet “t”, “th”, “d”, dan “dh”
dengan lidah diantara kedua gigi Tabel 5: perubahan huruf svara diakhir
depan. Vokal Contoh
• श = ṡa dibaca sy, seperti pada kata अ=a -
आ=ā Na+ ā = ना (nā)
syukur, ष = ṣa dibaca seperti ç
इ=i Na+I = नन (ni)
hanya ujung lidah didekatkan ke
ई=ī Na+ ī = नी (nī)
lingual, स = sa dibaca biasa seperti उ=u Na+u = नु (nu)
pada kata saya. ऊ=ū Na+ ū = नू (nū)
• व = va dibaca w, seperti pada kata ऋ=ṛ Na+ ṛ = नृ (nṛ)

143
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 12 Nomor 2 (2021) hal 131-148 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v12i2.390 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

ॠ=ṝ Na+ ṝ = नॄ (nṝ) Penunjang keberhasilan


ऌ=ḷ Na+ ḷ = नॢ (nḷ) pembelajaran Aksara Devanagari
ए=e Na+e = ने (ne) selain metode pembelajaran yang
ऐ = ai Na+ai = नै (nai) bertahap adalah penggunaan media
ओ=o Na+o = नो (no) pembelajaran yang tepat. Pada
औ= au Na+au = नौ (nau) pembelajaran Aksara Devanagari di
ॱ =ṁ Na+ ḥ = न (naḥ)
SDN 2 Tatura Palu media
: =ḥ Na+ṁ =न (naṁ)
Sumber: buku Bahasa Sansekerta (Made Surada
pembelajaran yang digunakan
2006) adalah buku penunjang berupa
Lembar Kerja Siswa yang dibagikan
Tabel 6: Perubahan Huruf Vyañjana kepada setiap siswa diawal
konsonan Paňcavalimukha
Varga Varga Varga Varga Varga
pembelajaran.
Buku lembar kerja siswa ini
ka ca ṭa ta pa dibuat langsung oleh guru BTD
k+la =क्ल c+ma= ṭ+ṭa=ट्ट t+ma= p+pa=प्प (belajar Tulis Aksara Devanagari)
च्म त्म bersama tim dan juga ketua
kh+ma= ch+cha ṭh+ th+ta= ph+ma= koordinator yang mengkoordinir
ख्म =छ्म ṭha =ठ्ठ थ्त फ्म
kegiatan belajar Aksara Devanagari.
g+ma j+ja= ḍ+ḍa d+da= b+ba=
=ग्म ज्म =ड्ड द्द ब्ब
Di akhir kontrak pembelajaran
gh+ma= jh+jha= ḍh+ḍh dh+dha bh+pa= Devanagari ketua koordinator
घ्म झ्म a =ढ्ढ =ध्त भ्प beserta guru BTD (Belajar Tulis
ṅ+ma ñ+ma= ṇ+ma n+na= m+ma= Aksara Devanagari) mengadakan
=ङ्म ञ्म =ण्म न्त म्म evaluasi terkait lembar kerja siswa
Sumber: buku Bahasa Sansekerta (Made Surada untuk memperbaiki kekurangan
2006)
lembar kerja siswa.
Tabel 7: Perubahan Huruf Vyañjana Lembar kerja siswa yang
konsonan semi vokal, sibilant dan dibagikan kepada siswa tidak hanya
aspirat berisi tugas-tugas namun juga berisi
Semi Vokal Siberian Aspirat materi-materi pembelajaran
y+ma=य्म s+ma=स्म h+ma=ह्म Devanagari. Materi-materi
r+ta=तत ṣ+ma=ष्म pembelajaran dalam lembar kerja
L+la=ल्ल ṡ+ma=श्म siswa yang nantinya akan bertahap
v+va=व्व diajarkan kepada siswa. Tidak hanya
Sumber: buku Bahasa Sansekerta (Made Surada itu di akhir pembelajaran Aksara
2006)
Devanagari guru juga memberi tugas
rumah yang ada dalam Lembar Kerja
Pembelajaran Aksara Devanagari
Siswa untuk melatih kemahiran
yang dilaksanakan di SDN 2 Tatura
siswa. Adanya evaluasi akhir pada
Palu melalui tiga tahap yaitu tahap
lembar Kerja Siswa sendiri untuk
menulis Aksara Devanagari, tahap
memperbaiki kesalahan dan
membaca dan terakhir tahap
kekurangan dalam Lembar Kerja
penggabungan Aksara Devanagari.
Siswa.
Tahap-tahap tersebut dilalui dengan
Konsep pengembangan desain
harapan agar siswa Hindu di SDN 2
pembelajaran, isi pembelajaran
Tatura Palu dapat dengan baik
harus dipilih dan ditentukan sesuai
mengetahui cara menulis dan
dengan tujuan yang akan dicapai
membaca serta menggabungkan
pada saat proses pembelajaran.
Aksara Devanagari.
Dengan demikian, materi yang harus

144
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 12 Nomor 2 (2021) hal 131-148 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v12i2.390 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

diajarkan untuk suatu mata Pembelajaran Aksara Devanagari di


pelajaran bersifat dinamis, dapat SDN 2 Tatura Palu dapat
berubah dari waktu ke waktu sesuai dikategorikan berhasil. Hal ini
dengan kebutuhan, serta situasi dan ditunjang oleh cara guru
kondisi pembelajaran. Sama halnya menyampaikan materi, kiat guru
dengan materi yang diajarkan dalam dalam mengatasi setiap
Lembar Kerja Siswa, apabila permasalahan yang dialami siswa
terdapat kekurangan ataupun selama pembelajaran Aksara
kesalahan akan dapat diketahui dan Devanagari di SDN 2 Tatura Palu.
diperbaiki setelah diadakan evaluasi. Keberhasilan tersebut terlihat ketika
Sedangkan evaluasi dalam siswa juga berantusias dalam
pembelajaran Aksara Devanagari mengajarkan Aksara Devanagari
yang pada hakikatnya bukan hanya kepada anggota keluarga yang ada di
menilai hasil belajar, tetapi juga rumah siswa tersebut.
proses-proses yang dilalui pendidik Kendala yang dihadapi dan upaya
dan peserta didik dalam yang dilakukan oleh Siswa Hindu
keseluruhan proses pembelajaran kelas V selama Pembelajaran
adalah dengan menguji siswa dan Aksara Devanagari di SDN 2
mengukur sampai dimana kemajuan Tatura Palu
dalam pelajaran yang diberikan Kendala-kendala yang dihadapi
kepada siswa. Seperti kemampuan siswa sering dikatakan sebagai
mereka menulis huruf sesuai kaidah “masalah”. Setiap orang yang hidup
yang diajarkan tanpa ada kesalahan, akan mengalami masalah, seperti
cara siswa membaca Aksara yang halnya pada pembelajarn
sesuai dengan aturan-aturan yang Devanagari di SDN 2 Tatura Palu.
ada dan juga menggabungkan Kendala yang dihadapi siswa antara
Aksara seperti yang telah dijelaskan. lain:
Alasan utama dilakukan evaluasi Penulisan Aksara dasar
kemampuan menulis, membaca dan Devanagari
menggabungkan Aksara Devanagari Pembelajaran Devanagari yang
adalah agar guru dapat mengetahui seharusnya diperoleh sejak dini
sejauh mana kemampuan siswa justru sama sekali tidak didapatkan,
dalam pembelajaran Aksara hal inilah yang kemudian membuat
Devanagari di SDN 2 Tatura Palu. Aksara Devanagari sering dianggap
Untuk kegiatan akhir setelah “asing” oleh siswa-siswi yang baru
diadakan evaluasi mingguan, siswa pertama kali melihat Aksara
dan guru Aksara Devanagari juga Devanagari terutama siswa-siswi
melakukan makan bersama yang Hindu kelas V di SDN 2 Tatura. Hal
bertujuan untuk mempererat ini dikarenakan siswa-siswi di SDN 2
hubungan siswa dan guru serta Tatura yang mendapatkan
mengurangi kejenuhan siswa selama pembelajaran Devanagari baru
pembelajaran dan evaluasi. pertama kali melihat dan mengenal
Dari hasil evaluasi tersebut juga Aksara Devanagari. Selain perasaan
diperoleh bahwa siswa Hindu di SDN “asing” terhadap Aksara kendala
2 Tatura Palu yang mengikuti lainnya adalah sulitnya siswa untuk
pembelajaran Aksara Devanagari mengikuti bentuk Aksara yang
mampu dan berhasil memahami contohkan.
pembelajaran Aksara Devanagari. Untuk mengatasi kendala yang

145
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 12 Nomor 2 (2021) hal 131-148 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v12i2.390 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

dihadapi oleh siswa-siswi Hindu di Pembelajaran Aksara Devanagari


SDN 2 Tatura Palu selama sangat sering terjadi kesalahan.
pembelajaran Aksara Devaganari Perbedaan huruf Svara dapat dilihat
maka, guru dan siswa-siswi pada Tabel dibawah ini:
melakukan sedikit upaya untuk Tabel 8: Perbedaan huruf Svara
mengatasi kendala yang dihadapi bunyi panjang dan pendek
oleh siswa-siswi Hindu di SDN 2 Bunyi Pendek Bunyi Panjang
Tatura Palu. Upaya yang dilakukan अ=a आ = aa/ā
guru untuk mengatasi kendala ini इ=i ई = ii/ī
dengan cara melatih siswa-siswi उ=u ऊ = uu/ū
secara langsung. Guru dengan sabar ऋ=ṛ ॠ = ṛṛ/ṝ
Sumber: buku lembar kerja siswa
membimbing siswa-siswi untuk
mencontoh Aksara-Aksara yang Selain huruf Svara, siswa-siswi
dicontohkan di papan tulis. Hindu di SDN 2 Tatura Palu juga
Selain itu upaya juga dilakukan mengalami kendala dalam
oleh siswa-siswi selama
membedakan huruf Vyanjana
pembelajaran berlangsung. Upaya dengan dasar ucapan Lingual dan
yang dilakukan oleh siswa-siswi Dental. Huruf vyanjana dengan
Hindu di SDN 2 Tatura selama dasar ucapan Lingual maknanya
pembelajaran adalah dengan adalah huruf tersebut diucapkan
bertanya langsung kepada guru dengan posisi lidah berada diantara
bagian-bagian yang dirasa masih gigi. Sedangkan huruf Vyanjana
sangat sulit dicontoh atau bahkan dengan dasar ucapan Dental berarti
hanya sekedar memastikan bahwa disaat pengucapan huruf posisi lidah
Aksara yang ditulis sudah sesuai menyentuh langit-langit. Perbedaan
dengan yang dicontohkan. Selain itu, huruf Vyanjana dapat pula dilihat
ketika siswa mengalami kesulitan pada Tabel
guru menjelaskan di papan tulis Tabel 9: perbedaan huruf Vyanjana lingual
tidak hanya sekedar ditulis guru juga dan dental
mendeskripsikan cara penulisannya Lingual Dental
dengan Bahasa yang mudah ट = ṭa त = ta
dimengerti oleh siswa Hindu di SDN ठ = ṭha थ = tha
2 Tatura Palu yang mengikuti ड = ḍa द = da
pembelajaran Aksara Devanagari. ढ = ḍha ध = dha
Membedakan huruf Svara dengan ण = ṇa न = na
vokal pendek atau panjang dan Sumber: buku lembar kerja siswa
perubahannya (Sandhangan) Dari tabel dapat dilihat
maupun huruf Vyanjana dengan perbedaan yang ada pada huruf
dasar ucapan Dental dan Lingual vyanjana dengan dasar pengucapan
Kendala lainnya yang dirasakan dental dan lingual sangat signifikan,
siswa-siswi SDN 2 Tatura Palu bahkan sekilas nampak sama.
selama Pembelajaran Devanagari Namun dengan segenap kendala
adalah sulitnya siswa membedakan yang dihadapi, guru Aksara
huruf Svara antara yang berbunyi Devanagari berupaya untuk
pendek dan bunyi panjang. Selain membuat siswa-siswi kemudian
itu, terkadang dalam penulisannya dapat memahami Aksara dengan
siswa-siswi Hindu di SDN 2 Tatura cara terus melatih siswa-siswi untuk
palu khususnya yang memperoleh membedakan Aksara baik huruf

146
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 12 Nomor 2 (2021) hal 131-148 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v12i2.390 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

svara maupun vyanjana. Selain dari kementrian Agama. Selanjutnya


guru yang terus melatih siswa, guru menentukan metode
siswa-siswi Hindu Di SDN 2 Tatura pembelajaran yang akan digunakan
Palu yang mengikuti Pembelajaran dalam pembelajaran Aksara
Aksara Devanagari juga tidak segan Devanagari. Metode pembelajaran
ataupun malu untuk bertanya Aksara Devanagari di SDN 2 Tatura
kepada guru. Palu diawali dengan beberapa tahap
Terhambatnya Pembelajaran yaitu tahap pembelajaran tata tulis,
Aksara Devanagari dimasa pembelajaran cara baca Aksara dan
Pandemi Covid-19 terakhir tahap penggabungan
Penyebaran pandemi Covid-19 Aksara. Tahap-tahap tersebut juga
yang cepat telah menyebabkan dicantumkan dalam Lembar Kerja
gangguan pada sektor pendidikan di Siswa. Buku lembar kerja siswa ini
mana siswa tidak dapat melanjutkan dibuat langsung oleh guru BTD
kegiatan belajar mereka di sekolah. (belajar Tulis Aksara Devanagari)
Hal yang sama juga terjadi di SDN 2 bersama tim dan juga ketua
Tatura Palu, segala jenis koordinator yang mengkoordinir
pembelajaran harus dialihkan di kegiatan belajar Aksara Devanagari.
rumah masing-masing siswa, begitu Diakhir kontrak pembelajaran
juga pembelajaran Aksara Devanagari ketua koordinator
Devanagari. Padahal pembelajaran beserta guru BTD (Belajar Tulis
Aksara Devanagari akan lebih efektif Aksara Devanagari) mengadakan
apabila dilaksanakan di sekolah evaluasi terkait lembar kerja siswa
dengan tatap muka secara langsung. untuk memperbaiki kekurangan
Oleh karena itu, untuk lembar kerja siswa.
mengatasi hal tersebut guru Kendala-kendala yang dihadapi
bersama koordinator pembelajaran siswa-siswi selama pembelajaran
Aksara Devanagari berupaya tetap Devanagari adalah Penulisan Aksara
melaksanakan pembelajaran Aksara dasar Devanagari hal ini
Devanagari dengan cara dikarenakan pembelajaran
membagikan Lembar Kerja Siswa Devanagari yang seharusnya
yang dibagikan kepada siswa di SDN diperoleh sejak dini justru sama
2 Tatura Palu. Pengerjaan lembar sekali tidak didapatkan. Upaya yang
Kerja Siswa diawasi langsung oleh dilakukan guru untuk mengatasi
orang tua siswa dengan terus kendala ini dengan cara melatih
dikoordinir oleh guru pembelajaran siswa-siswi secara langsung. Guru
Aksara Devanagari secara online dan dengan sabar membimbing siswa-
dua minggu sekali mengumpulkan siswi untuk mencontoh Aksara-
tugas. Dari tugas tersebut juga guru Aksara yang dicontohkan dipapan
mengambil nilai akhir yang akan tulis. Kendala lainnya yang
nantinya akan digabungkan dengan dirasakan siswa Hindu SDN 2 Tatura
nilai pendidikan Agama Hindu. Palu selama Pembelajaran
Devanagari adalah sulitnya siswa
5. KESIMPULAN membedakan huruf Svara antara
Perencanaan pembelajaran yang berbunyi pendek dan bunyi
Aksara Devanagari dimulai dengan panjang maupun huruf Vyanjana
pembuatan RPP sesuai dengan dengan dasar ucapan Dental dan
panduan yang telah diberikan oleh Lingual. Upaya yang dilakukan guru

147
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu P-ISSN : 2302-9102
Volume 12 Nomor 2 (2021) hal 131-148 E-ISSN : 2685-7198
DOI : 10.36417/widyagenitri.v12i2.390 STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

yang utama adalah dengan terus Gonda, Jan. 1973. Sanskrit in


melatih siswa-siswi Hindu Di SDN 2 Indonesia (diakses pada 28
Tatura Palu selain itu, siswa-siswi Desember 2019). Tersedia
Hindu Di SDN 2 Tatura Palu yang dalam
mengikuti Pembelajaran Aksara http://media.neliti.com/medi
Devanagari juga tidak segan a/publications/77367-ID-
ataupun malu untuk bertanya ekspresi-budaya-leksis-setia-
kepada guru. Kendala selanjutnya dari-perspe.pdf
adalah terhambatnya pembelajaran Nurfatimah, Sugrah. 2019.
Aksara Devanagari dikarenakan Implementasi Teori
pandemi Covid-19. Untuk mengatasi Konstruktivisme dalam
hal tersebut guru berupaya tetap Pembelajaran Sains. Jurnal
melaksanakan pembelajaran Aksara Humanika. 19(2): 121-138
Devanagari dengan membagikan Parisada Hindu Dharma. 1978.
buku lembar Kerja siswa yang dalam Upadeca: Tentang Ajaran-
pengerjaannya diawasi oleh orang Ajaran Agama Hindu.
tua dan dikoordinir langsung oleh Denpasar: Parisada Hindu
guru pembelajaran Aksara Dharma Pusat.
Devanagari dua minggu sekali. Sukardi. 2012: Pengantar Pendidikan
Teoritis dan Aplikasi. Jakarta:
UCAPAN TERIMAKASIH PT Indeks.
Terimakasih peneliti ucapkan Surada, Made. 2006. Bahasa
kepada semua pihak yang telah Sansekerta. Denpasar: WIDYA
membantu dalam menyelesaikan DHARMA.
karya ilmiah ini, termasuk para Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar
responden yang telah meluangkan dan Pembelajaran. Bandung.
waktunya selama penelitian PT Remaja Rosdakarya Offset.
berlangsung. Terimakasih pula Wurianto, arif. Kata Serapan Bahasa
peneliti ucapkan kepada tim redaksi Sansekerta Dalam Bahasa
jurnal widya genitri dalam Indonesia (diakses pada 28
penyempurnaan artikel ini Desember 2018).Tersedia
dalam
DAFTAR RUJUKAN http://ejournal.umm.ac.id/in
dex.php/kembara/index
Azmah,Faizatul. 2018. Analisis Zen, Abdul Latif. 2016. Perubahan
Pembelajaran Matematika pada Fonologis Kosakata Serapan
Kelas Unggulan di MTS Swasta Sansekerta dalam Bahasa
PP Raudhatul Hasanah Medan. jawa. Skripsi (tidak
SKRIPSI (Tidak Diterbitkan). diterbitkan): Program Studi
Medan: Program Studi Magister Linguistik
Pendidikan Matematika Universitas Ahmad Dahlan.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara.
Hamalik, Qemar. 1991. Pendidikan
Guru Konsep dan Strategi.
Bandung: Mandar Maju.

148

Anda mungkin juga menyukai