Anda di halaman 1dari 68

i

IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN
TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH dalam
MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN di SMP
ISLAM DAAR EL’ARQAM KECAMATAN MAUK
KABUPATEN TANGERANG

TESIS
Diajukan kepada Program Studi Magister Manajemen
Pendidikan Islam sebagai salah satu persyaratan
menyelesaikan studi Strata Dua
untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.)

Oleh:
HANIFAH
NIM: 182520084

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


PENDIDIKAN ISLAM KONSENTRASI MANAJEMEN
PENDIDIKAN DASAR DANMENENGAH ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PTIQ
JAKARTA 2021 M. / 1442 H.
iii

DAFTAR ISI
Judul .............................................................................................................. i
Abstrak .......................................................................................................... iii
Pernyataan Keaslian Tesis ........................................................................... ix
Halaman Persetujuan Pembimbing ............................................................ xi
Halaman Pengesahan Penguji ..................................................................... xiii
Pedoman Transliterasi ................................................................................. xv
Kata Pengantar ............................................................................................. xvii
Daftar Isi ....................................................................................................... xix
Daftar Gambar dan Ilustrasi ......................................................................xxi
Daftar Tabel .................................................................................................. xxiii
Daftar Lampiran .......................................................................................... xxv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 8
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 9
D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9
E. Manfaat Penelitian .................................................................... 10
F. Sistematika Penelitian ............................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TINJAUAN TEORI ....................... 11
A. Kepemimpinan Tranformasional .............................................. 11
1. Pengertian Kepemimpinan ................................................... 11
2. Fungsi Kepemimpinan
3. Pengertian Kepemimpinan Transformasional
4. Ciri Dominan Kepemimpinan Transformasional
5. Dimensi-dimensi Kepemimpinan Transformasional
6. Pola Kepemimpinan Transformasional
7. Gaya Kepemimpinan
8. Kepemimpinan Transformasional dalam Pendidikan Islam
9. Kepemimpinan Transformasional dalam Persfektif Al-Qur’an
B. Mutu Pembelajaran ................................................................... 25
1. Pengertian Mutu Pembelajaran ............................................ 45
2. Bentuk-bentuk Pembelajaran yang Bermutu
3. Startegi Pembelajaran yang bermutu
4. Faktor-faktor yang dapat Meningkatkan Mutu Pembelajaran
5. Indikator Mutu Pembelajaran
6. Pentingnya Meningkatkan Mutu
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan .......................................... 71
D. Asumsi, paradigma, dan Kerangka Penelitian .......................... 73

D. Hipotesis................................................................................. 76
BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 79
iv

A. Populasi dan Sampel .............................................................. 80


1. Populasi ............................................................................. 80
2. Sampel............................................................................... 81
B. Sifat Data................................................................................ 83
C. Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran ............................ 84
D. Instrumen Data ....................................................................... 85
E. Jenis Data Penelitian .............................................................. 85
F. Sumber Data........................................................................... 86
G. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 86
H. Teknik Analisis Data .............................................................. 98
J. Waktu dan Tempat Penelitian................................................. 108
K. Jadwal Penelitian ................................................ 110
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................... 113
A. Deskripsi Objek Penelitian..................................................... 113
B. Temuan Penelitian ....................................... 114
C. Pembahasan Hasil Penelitian .............................. 149
BAB V PENUTUP.................................................................................. 181
A. Kesimpulan Hasil Penelitian .................................................. 181
B. Implikasi Hasil Penelitian ...................................................... 182
C. Saran....................................................................................... 184
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 185
LAMPIRAN .............................................................................................. 196
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... 197

xxi
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dalam mengembangkan


potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab, sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan juga
bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah rasa, dan olah raga,
agar dapat menghasilkan manusia yang berilmu, berkarakter, dan
berbudaya, sehingga berdaya saing tinggi dalam rangka
menghadapi tantangan global. Oleh karena itu, pendidikan harus
terus ditingkatkan mutunya agar dapat mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.
Peningkatan mutu pendidikan harus diawali dengan
peningkatan mutu pembelajaran yang dilakukan guru oleh kepala
sekolah melalui pola kepemimpinan yang efektif yaitu
kepemimpinan transformasional kepala sekolah. Peningkatan
mutu pembelajaran harus diarahkan pada peningkatan sumber
daya manusia Indonesia seutuhnya baik secara keilmuan
(akademik), maupun kepribadian (karakter) melalui proses
pendidikan dan pembelajaran yang berkesinambungan, terarah
dan terpadu agar dapat menghasilkan lulusan berkualitas unggul
sesuai kompetensi yang dibutuhkan masyarakat dimasa kini dan
mendatang.
Peningkatan mutu pembelajaran merupakan syarat utama
dalam meningkatkan mutu pendidikan dan menghasilkan mutu
lulusan yang unggul. Peningkatan mutu pembelajaran dapat
dilakukan melalui berbagai cara antara lain, melalui penerapan
kepemimpinan transformasional Kepala Sekolah dalam
melakukan pembaharuan pembinaan dan pengawasan guru secara
kreatif, terencana, terarah, dan berkesinambungan, sehingga dapat
mendorong tercapainya peningkatan mutu pembelajaran secara
efektif dan efisien.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berlangsung sangat cepat, menuntut adanya mutu pembelajaran
2

yang tinggi khususnya dalam mewujudkan proses pembelajaran


dengan strategi, metode dan teknik-teknik yang lebih kreatif,
inovatif dan menyenangkan bagi para peserta didiknya, karena
setiap mata pelajaran mempunyai sasaran kompetensi
pembelajaran berbeda, yang pencapaiannya hanya dapat
diwujudkan oleh guru yang memiliki kinerja yang baik dalam
menentukan dan mengembangkan strategi, metode dan teknik-
teknik pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan mata
pelajaran masing-masing.
Guru harus mampu memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam melaksanakan proses
pembelajaran di kelas. Hal ini karena akan berdampak terhadap
pola perilaku belajar para peserta didik dalam mengembangkan
potensinya secara optimal. Peserta didik akan mendapat
pengalaman pembelajaran yang lebih aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan. Kinerja guru yang baik dalam
melakukan fungsi dan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar
profesional dapat menjamin berlangsungnya proses
pembelajaran yang bermutu yaitu proses pembelajaran
berlangsung secara alamiah dan mampu mendorong peserta
didik terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran
(active learning). Oleh karena itu, pengembangan kinerja guru
diarahkan pada terwujudnya proses peningkatan mutu
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student
centered learning) dan berlangsung secara aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan, sehingga peserta didik
merasa lebih bergairah dan dapat meningkatkan motivasi
belajarnya khususnya dalam menggali dan mengembangkan
lebih lanjut pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diperlukan sesuai kompetensi yang diharapkan.
Selain itu, dukungan model kepemimpinan
transformasional kepala sekolah sangatlah dibutuhkan untuk
meningkatkan kompetensi kepribadian, social, pedagogik, dan
kompetensi profesional. Kepemimpinan transformasional
Kepala Sekolah, merupakan faktor penting dalam
meningkatkan mutu pembelajaran dan hasil belajar peserta
didik. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang
dapat mendorong tumbuhnya kinerja guru baik, yaitu guru yang
memiliki ketepatan waktu hadir di kelas, tanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas pokok dan fungsinya, serta memiliki
keuletan dalam mengusahakan pencapaian tujuan
pembelajaran.
3

Guru yang memiliki kinerja yang baik khususnya dalam


melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, dapat melatih
peserta didik untuk belajar bekerjasama dengan orang lain,
berpikir kritis dan sistematis, taat azas, teliti, dan tanggung
jawab, sehingga setelah lulus dari sekolah dapat beradaaptasi
dan berinteraksi dengan kehidupan masyarakat. Selain itu, guru
yang memiliki kinerja baik dapat bertindak sebagai fasilitator,
yaitu memiliki tugas untuk memfasilitasi upaya peningkatan
kualitas belajar peserta didik secara terus-menerus melalui
proses pengarahan, pembimbingan dan pelatihan yang terarah
dan terperogram.
Peningkatan kinerja guru harus terus dilakukan pada
masing-masing jenjang pendidikan, agar dapat meningkatkan
kualitas lulusan pendidikan untuk menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas. Sangat diyakini, bahwa sumber daya
manusia berkualitas merupakan faktor yang paling menentukan
dalam memacu pertumbuhan diberbagai bidang pembangunan.
Tersedianya sumber daya manusia berkualitas, akan
mendorong bangsa Indonesia untuk mampu mencapai
keunggulan dalam menghasilkan karya-karya bermutu, dan
mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di tingkat global.
Namun demikian, kenyetaan pada saat ini mutu Pendidikan
nasional Indonesia masih jauh dari harapan yaitu masih belum
mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di tingkat global.
Hal ini seperti terlihat pada hasil studi Programme for
International Student Assessment (PISA) 2018.1 yang dirilis
serentak pada hari Selasa, 3 Desember 2019, merupakan
perspektif yang bagus bagi pemajuan kualitas pendidikan di
Indonesia. Melalui perspektif yang berbeda, Indonesia diajak
untuk melihat bagaimana orang lain, negara lain melihat sistem
pendidikan di Indonesia, sekaligus memberi masukan obyektif
tentang perbaikan yang perlu dilakukan ke depan. Perspektif itu
penting, karena menjadi insight baru dan angle untuk
mengukur kita dan menunjukkan hal yang tidak kita sadari.
Kunci kesuksesan belajar adalah mendapat sebanyak mungkin
perspektif.
Berdasarkan perspektif itulah, Pemerintah dapat
memformulasikan langkah strategis. Utamanya dalam upaya

1
www. Kemendikbud.go.id/main/blog/2019/12/hasil-pisa-indonesia-2018-akses-
makin-meluasi-saatnya-tingkatkan-kualitas.
4

mewujudkan pemerataan Pendidikan dan peningkatan mutu


pembelajaran di sekolah. Hasil studi PISA 2018 tersebut
sebagaamanaa dirilis oleh OECD menunjukkan bahwa
kemampuan siswa Indonesia dalam membaca, meraih skor rata-
rata yakni 371, dengan rata-rata skor OECD yakni 487.
Kemudian untuk skor rata-rata matematika mencapai 379
dengan skor rata-rata OECD 487. Selanjutnya untuk sains, skor
rata-rata siswa Indonesia mencapai 389 dengan skor rata-rata
OECD yakni 489.
Rendahnya mutu pendidikan nasional tersebut, juga dapat
disebabkan oleh rendahnya mutu guru dan mutu manajemen sekolah
yang diterapkan oleh peenyelenggara dan pengelola sekolah. Khusus
mengenai mutu guru dapat dilihat dari rendahnya hasil uji kompetensi
guru (UKG) yang telah dilaksanakan secara nasional, yakni sebagai
berikut:
Tabel.1.1
RATA-RATA NILAI HASILUJI KOMPETENSI GURU
TINGKAT NASIONAL
(sumber kemendikbud 2016)

Rerata RerataN.
No. Provinsi N. UKG No. Provinsi UKG
1 DI. Yogyakarta 6,702 18 Sulawesi Selatan 5,255
2 Jawa Tengah 6,330 19 Sumatra Utara 5,243
3 DKI Jakarta 6,258 20 Nusa tenggara Barat 5,238
4 Jawa Timur 6,075 21 Gorontalo 5,231
5 Bali 6,012 22 Jambi 5,225
6 Bangka Belitung 5,907 23 Sumatra Selatan 5,203
7 Jawa Barat 5,897 24 Kalimantan Tengah 5,178
8 Sumatra Baarat 5,837 25 Sulawesi Utara 5,165
9 Kepulauan Riau 5,817 26 Sulawesi Tenggara 5,114
10 Kalimantan 5,693 27 Nusa Tenggara Timur 5,034
Selatan
11 Banten 5,590 28 Sulawesi Barat 5,015
12 Kalimantan Timur 5,574 29 Sulawesi Tengah 5,013
13 Riau 5,521 30 Papua Barat 4,947
14 Bengkulu 5,413 31 Papua 4,909
15 Kalimantan Barat 5,399 32 Aceh 4,838
16 Lampung 5,398 33 Maluku 4,738
17 Kalimantan Utara 5,278 34 Maluku Utara 4,479
Rarata 5,427
5

Dari rangkaian rata-rata nilai hasil kompetensi guru yang telah


dijabarkan maka sangat tidak mungkin guru mengajar dengan kualitas
yang baik, karena untuk dapat mengajar pembelajaran ynag baik
diperlukan kompetensi guru yang memadai, baik kompetensi
pedagogik maupun kompetensi profesional. Kemudian tanpa
mengabaikan kompetensi guru tersebut peningkatan mutu
pembeljarana juga sangat tergantung kepada kecocokan model
kepemimpinan yang diimpelementasikan oleh kepala sekolah kepada
guru. Hal ini tentunya sesuai dengan peran dan fungsi kepala sekolah
sebgai pemimpin, sebagai supervaiser sebagai motivator yang harus
senanstiasi mmapu menunjukan pola tingkah laku yang sesuai dengan
karaktertesktik guru yang dipimpinnya.
Berdasarkan rangkaian rendahnya mutu pembelajaran tersebut
sangat diduga disebabkan oleh kurang efektifnya kepemimpinan
kepala sekolah maka harus diubah kepemimpinan yang selama ini
dilakukan kepala sekolah bersifat tradisioanal harus beralih
kepemimpinan lebih moderat antara lain adalah kepemimpinan
transformasional.
Sekolah sebagai suatu organisasi dipimpin oleh seorang kepala
sekolah yang berwenang menerapkan gaya kepemimpinan tertentu
demi terwujudnya tujuan sekolah. Kepala sekolah dalam
menjalankan tugasnya akan berusaha menerapkan kebijakan yang
dirasa tepat bagi keberhasilan sekolah. Kebijakan kepala sekolah
merupakan implementasi dari gaya kepemimpinannya dalam
memimpin sekolah. Gaya kepemimpinan inilahyang selanjutnya akan
dipersepsikan oleh semua bawahan termasuk para guru. Dalam
pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikanilmu
pengetahuan kepada anak didik. Hal ini selaras dengan pengertian
guru yang ada dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 BAB I
Pasal 1 yang berbunyi: “Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah’.2

2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 14, Tahun 2005 , Tentang Guru Dan Dosen
7

Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 3.


6

Salah satu sekolah yang masih memerlukan perhatian ekstra yaitu


SMP Islam Daar El arqam Kec. Mauk Kab. Tangerang, jika dilihat
dari segi mutu pembelajarannya. Oleh karena itu, kepala sekolah
perlu melakukan evaluasi secara terus menerus terhadap
kepemimpinan yang telah dijalani dan kebijakan- kebijakan yang
diterapkan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan dan gaya
kepemimpinan apa yang dibutuhkan dan diharapkan oleh bawahan,
terutama guru, sehingga tidak menimbulkan persepsi yang negatif
terhadap kepemimpinan kepala sekolah. Berdasarkan hal tersebut,
maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul penelitian
‘’Implementasi Kepemimpinan Transformasional dalam
Mengingkatkan Mutu Pembelajaran’’.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
penulis mengidentifikasikan masalah-masalah yang berkaitan
dengan penelitian ini
1. Masih rendahnya mutu hasil pembelajaran yang dapat
dilihat dari nilai hasil belajar siswa masih rendah
2. Banyak guru mengajar masih tidak efektif sehingga
membuat siswa ngantuk
3. Masih banyak guru melakukan pembelajaran tanpa
persiapan sehingga materi yang diajarkan tidak seusai
yang diajarkan
4. Masih banyak guru yang kesulitan menerapkan metode
mengajar yang efektif&sistem menyenangkan.
5. Masih banyak guru yang belom menguasai menejemen
kelas sehingga menimbulkan pembelajaran tidak
bermakna bagi peserta didik
6. Masih banyak kepala sekolah belom mampu
memerankan gaya kepemimpinan yang cocok dengan
guru dan bersifat otoriter
7. Kepala sekolah tampaknya belom memahami konsep
kepeimpinan yang modern, yang lebih mengedepankan
aspek musyawarah& bekerja secara berkolaboratif.
8. Kepala sekolah kurang mampu memotivasi guru dalam
meningkatkankualitas belajarnya.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah
7

Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas,


untuk mempermudah penulis dalam penulisan dan
menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini,
pembatasan masalah sangat penting untuk sebuah
penelitian yang lebih akurat. Maka penulis perlu
memberikan batasan masalah pada penelitian ini.
tetapi lebih fokus pada pokok permasalahan, maka
penelitian ini dibatasi pada ‘’kepeimpinan
transformasional kepala sekolah dan mutu
pembelajaran di SMP Islam Daar el Arqom kec.
Mauk Kab. Tangerang’’.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka
penulis merumuskan beberapa rumusan pokok
permasalahan yaitu:
a. Bagaimana Konsepsi dan Karakteristik
Kepemimpinan Transformaasional Kepala
Sekolah?
b. Bagaimana Implementasi Kepemimpinan
Transformasional Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran
D. Tujuan Penelitian
Ada pun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsepsi dan
katakterisktik kepemimpinan transformasional kepalas sekolah.
2. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan implementasi
transformasional kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pembelajaran.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai dua manfaat utama,
yaitu:
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan menjadi wawasan ilmu pengetahuan
dan wahana untuk pengembangan ilmu pendidikan, berkontribusi
dalam menambah wawasan masyarakat mengenai implementasi
kepemimpinan transformasional dalam meningkatkan mutu
pembelajaran.
2. Secara Praktis
8

a. Bagi lembaga pendidikan dan guru, sebagai acuan dalam


meningkatkan mutu pembelajaran.
b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan memberi
informasi mengenai urgensi implementasi kepemimpinan
transformasional dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
c. Bagi dunia akademis, penelitian ini diharapkan menambah
pengetahuan terkait dengan kepemimpinan transformasional
dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
d. Bagi penulis, penyusunan proposal tesis ini diharapkan
memenuhi salah satu syarat penyelesaian studi untuk
mendapatkan gelarMagister Pendidikan Islam (M.Pd.) pada
program studi manajemen pendidikan Islam Pascasarjana di
Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an Jakarta.
9

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN TINJAUAN TEORI

A. Kepemimpinan Transformasional
1. Pengertian Kepemimpinan
Secara umum definisi kepemimpinan dapat
dirumuskan sebagai berikut. “kepemimpinan berarti
kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk
dapat mempengaruhi, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa
orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan
selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya
suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.3
Kepemimpinan adalah segenap kegiatan dalam usaha
mempengaruhi orang lain yang ada di lingkungannya pada
situasi tertentu agar orang lain melalui kerjasama mau bekerja
dengan penuh rasa tanggung jawab demi tercapainya tujuan
yang telah di tetapkan.4
Kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri dan
dukungan di antara bawahan agar tujuan organisasi dapat
tercapai. Dengan kata lain, tugas pemimpin menjaga keutuhan
kerja sama karyawan yang bekerja di dalam organisasi.5
Kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai kualitas
kelompok. Kepemimpinan hanya terjadi dalam suatu

3
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia,
Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010, cet. 3, h. 125.
4
U. Husna Asmara, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta: Ghalia
indonesia, 1982, h. 18.
5
Andrew J. Dubrin, The Complete Ideal’s Guides: Leadership, Jakarta: Prenada,
2009, h. 4.
10

kelompok. Sebaliknya di dalam kelompok tentu ada


kepemimpinan, yang justru ada karena yang lain.6
Kepemimpinan merupakan sumbangan dari seseorang
di dalam situasi-situasi kerjasama. Kepemimpinan dan
kelompok adalah merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Tak ada
kelompok tanpa adanya kepemimpinan, dan sebaliknya
kepemimpinan hanya ada dalam situasi interaksi kelompok.
Seseorang tidak dapat dikatakan pemimpin jika ia berada di
luar kelompok, ia harus berada di dalam suatu kelompok di
mana ia memainkan peranan-peranan dan kegiatan-kegiatan
kepemimpinannya.7
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan proses
mempengaruhi orang lain yang berada dilingkungannya untuk
melakukan kegiatan atau pekerjaan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Pemimpin juga dituntut agar bisa memotivasi
bawahannya untuk bekerja secara bertanggung jawab dan
maksimal agar tujuan dapat di capai sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Kepemimpinan juga dapat didefinisikan
sebagai cara mempengaruhi orang dengan petunjuk atau
perintah. Selain itu, kepemimpinan juga dapat dikatakan
sebagai tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak atau
merespons dan menimbulkan perubahan positif.
Kepemimpinan juga didefinisikan kekuatan penting yang
memotivasi dan mengoordinasikan organisasi dalam rangka
mencapai tujuan.
2. Fungsi Kepemimpinan

6
Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya. Yogyakarta:
Kanisius, 1994, h.61.

7
11

Menurut James A.F. Stoner yang dikutip oleh Wahjosumidjo,


seorang pemimpin mempunyai dua fungsi pokok, yaitu:
a. Task relate atau problem solving function, dalam fungsi ini
pemimpin memberikan saran dalam pemecahan masalah
serta memberikan sumbangan informasi dan pendapat.
b. Group maintenance function atau social function, meliputi
pemimpin membantu kelompok beroperasi lebih lancar,
pemimpin memberikan persetujuan atau melengkapi
anggota kelompok yang lain, misalnya menjembatani
kelompok yang sedang berselisih pendapat.8
Sedangkan menurut pendapat Selznick yang disitat oleh
Richard H. Hall dalam bukunya yang berjudul Organization
Structure and Process (1982). Ada empat macam tugas
penting seorang pemimpin.
a. Mendefinisikan misi dan peranan organisasi
Jelas tugas ini vital dalam rangka perubahan dunia yang cepat,
dan harus dipandang sebagai suatu proses yang dinamis. Misi
dan peranan organisasi hanya dapat dirumuskan atau
didefinisikan dengan sebaik-baiknya, apabila seorang
pemimpin memahami lebih dahulu asumsi struktural sebuah
organisasi.
b. Pengejawantahan tujuan organisasi
Dalam fungsi ini pemimpin harus menciptakan kebijaksanaan
ke dalam tatanan atau keputusan terhadap sarana untuk
mencapai tujuan yang direncanakan.
c. Mempertahankan keutuhan organisasi
Pemimpin mewakili organisasi kepada umum dan kepada
staffnya, seperti halnya pemimpin mencoba untuk mengajak
para bawahan mengikuti keputusannya.

8
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, ( Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007), h. 41.
12

d. Mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam


organisasi Konflik timbul dapat bersumber pada faktor
internal,
seperti struktur organisasi yang tidak tepat, sumber daya
manusia dan sebagainya, di samping faktor eksternal, yaitu
adanya macam- macam perubahan dan perkembangan, seperti
lingkungan, teknologi, organisasi, suasana politik, dan
kepemimpinan.9 Berdasarkan uraian diatas maka dapat di
simpulkan bahwa fungsi kepemimpinan yaitu seorang
pemimpin harus dapat memberikan saran dalam sebuah
permasalahan yang terjadi dalam lingkungan kerja yang
dipimpinnya, selain itu juga seorang pemimpin harus dapat
menjadi jembatan antar kelompok yang berada dibawah
pimpinannya agar tidak terjadi kesalah pahaman antar
kelompok.
Fungsi pemimpin sebagai pendefinisi misi dan peranan
organisasi dimana pemimpin harus dapat memahami bahwa
keberadaan suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Fungsi pemimpin sebagai pengejawantahan
organisasi berarti seorang pemimpin harus paham tujuan
dibentuknya suatu organisasi. Fungsi pemimpin
mempertahankan keutuhan organisasi maksudnya pemimpin
harus memahami bahwa organisasi dan manusia saling
memerlukan, organisasi diadakan untuk membantu kebutuhan
kemanusiaan, dan manusia ada untuk membantu keperluan
organisasi. Sedangkan fungsi pemimpin sebagai pengendali
konflik internal yang terjadi dalam organisasi maksudnya
bagaimana pemimpin dapat mengambil sebuah keputusan
yang terbaik dalam menghadapi konflik yang terjadi dalam
organisasi yang dipimpinnya
3. Kepemimpinan Transformsional
Kepemimpinan transformasional didefinisikan sebagai gaya
kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan,
dan mendorong semua unsur yang ada dalam lembaga

9
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, ( Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007), h. 41.
13

pendidikan (madrasah) untuk bekerja atas dasar sistem nilai


yang luhur. Sehingga, semua unsur yang ada
disekolah/madrasah Menurut Burns menggunakan istilah
mentransformasi kepemimpinan, dimana yang
ditransformasikan adalah kepemimpinannya dari pemimpin ke
pengikut.10 Kepemimpinan transformasional sebagai sebuah
proses yang padanya para pemimpin dan pengikut saling
menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih
tinggi. Para pemimpin tersebut mencoba menimbulkan
kesadaran dari para pengikut dengan menyerukan cita-cita
yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti kemerdekaan,
keadilan dan kemanusiaan bukan didasarkan atas emosi,
seperti keserakahan, kecemburuan dan kebencian.11 Seorang
pemimpin yang transformasional lebih dikenal sebagai
pemimpin yang mengutamakan pemberian kesempatan bagi
para bawahannya, pemimpin ini juga lebih mendorong semua
unsur yang ada dalam lembaga pendidikan agar dapat bekerja
semaksimal mungkin, sehingga semua unsur yang berada di
sekolah dapat bekerja bersedia tanpa paksaan, dan juga dapat
berpartisipasi aktif secara optimal dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan oleh sekolah.12 Menurut Covey Pemimpin
transformasional sesungguhnya merupakan agen perubahan,
karena memang erat kaitannya dengan transformasi yang
terjadi dalam suatu organisasi. Fungsi utamanya adalah
berperan sebagai katalis perubahan, bukannya sebagai
pengontrol perubahan. Seorang pemimpin transformasional
memiliki visi yang jelas, memiliki gambaran holistik tentang
bagaimana organisasi di masa depan ketika semua tujuan dan
sasarannya telah tercapai.13

10
Ibid., h. 16.
11
Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional
Kekepalasekolahan,. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 53.
12
Siswanto & Agus Sucipto, Teori dan Perilaku Organisasi Sebuah Tinjauan Integratif.
Malang: UIN-Malang Press, 2008, h 199.
13
Akif Khilmiyah, Kepemimpinan Transformasional Berkeadilan Gender: Konsep dan
Implementasi di Madrasah, (Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru, 2015), h. 17.
14

4. Ciri Dominan Kepemimpinan Transformasional


Ciri dominan kepemimpinan transformasional antara lain:
a. Memiliki sensitivitas terhadap pengembangan organisasi,
yaitu kepala sekolah peka terhadap perkembangan
organisasi disekolahnya.
b. Mengembangkan visi bersama antar komunitas organisasi,
yaitu kepala sekolah sebagai pemimpin harus dapat
merangkul seluruh komunitas organisasi dalam
mengembangkan visi sekolahnya.
c. Mendistribusikan peran kepemimpinan, yaitu kepala
sekolah harus dapat mendistribusikan perannya sebagai
pemimpin dengan baik kepada seluruh warga sekolah.
d. Mengembangkan kultur sekolah, kepala sekolah sebagai
agen pengembangan kultur ataupun budaya disekolah yang
ia pimpin.
e. Melakukan usaha-usaha restrukturisasi di sekolah.14
Kepemimpinan transformasional dapat dikatakan
berupaya menggiring SDM yang dipimpin ke arah tumbuhnya
sensitivitas pembinaan dan pengembangan organisasi,
pengembangan visi secara bersama, pendistribusian
kewenangan kepemimpinan, dan membangun kultur
organisasi sekolah yang menjadi keharusan dalam skema
restrukturisasi sekolah dan menurut apa yang di rasakan oleh
guru hal itu memberi sumbangan bagi perbaikan perolehan
belajar pada siswa. Pada setiap tahap proses transformasional,
keberhasilan seorang pimpinan sebagian akan tergantung pada
sikap, nilai dan keterampilannya. Menurut Yukl, pemimpin
transformasional yang efektif mempunyai atribut-atribut
sebagai berikut:

14
Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan
Transformasional Kekepalasekolahan,. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
h. 53.
15

a. Mereka melihat diri mereka sendiri sebagai agen


perubahan,
b. Mereka adalah pengambil resiko yang berhati-hati,
c. Mereka yakin pada orang-orang yang sangat peka terhadap
kebutuhan-kebutuhan mereka,
d. Mereka mampu mengartipulasikan sejumlah nilai inti yang
membimbing perilaku mereka,
e. Mereka fleksibel dan terbuka terhadap pelajaran dan
pengalaman,
f. Mereka mempunyai keterampilan kognitif,
g. Mereka memiliki keyakinan pada pemikiran yang
berdisipin dan kebutuhan akan analisis masalah yang hati-
hati, dan Mereka adalah orang-orang yang mempunyai
visi.15
Seorang pemimpin yang transformasional dapat terlihat dan
dirasakan dengan ciri bahwa mereka bertindak sebagai agen
perubahan, dimana mereka dapat bekerja sebagai pembawa
perubahan dalam organisasi yang dipimpinnya sehingga
organisasi atau lembaga yang ia pimpin dalat lebih maju lagi
dari sebelumnya. Selain itu juga pemimpin harus dapat
mengambil keputusan yang diperlukan secara hati-hati dimana
pemimpin harus memikirkan efek jangka panjang atas
keputusan yang telah diambilnya tersebut. Pemimpin yang
transformasional juga harus yakin pada orang-orang yang
sangat peka terhadap kebutuhan mereka, dimana pemimpin
harus mempercayai bawahannya dalam menjalankan tugasnya
sebagai sumber daya yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan
organisasi yang telah ditentukan. Seorang pemimpin
transformasional harus mampu mengartipulasikan sejumlah
nilai inti yang membimbing perilaku mereka, dimana dalam
15
Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan
Transformasional Kekepalasekolahan,. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
h. 76..
16

organisasi yang dipimpinnya harus berpatokan atas nilai dasar


yang telah ditentukan organisasinya agar perilaku yang
dilakukan tidak menyimpang dari nilai yang telah ditentukan
tersebut. Pemimpin yang transformasional juga harus fleksibel
terhadap pelajaran dan pengalaman, pelajaran dan pengalaman
bisa didapat dimanapun dan dari siapapun. Pemimpin harus
dapat menerima pelajaran atau pengalamam dari siapapun
sekalipun itu di dapat dari bawahannya. Pemimpin yang
transformasional juga harus mempunyai keterampilan
kognitif, dimana pemimpin harus terus menerus menambah
berbagai macam keterampilannya untuk memimpin sebuah
organisasi. Pemimpin transformasional harus memiliki
keyakinan pada pemikiran yang berdisiplin dan kebutuhan
akan analisis masalah yang hati-hati, dimana seorang
pemimpin harus yakin atas pemikiran yang berdisiplin akan
menghasilkan keseragaman pendapat karena sudah terikat
dengan peraturan yang telah dibuat, selain itu juga pemimpin
harus dapat menganalisis masalah yang terjadi secara detail.
Pemimpin yang transformasional juga merupakan orang-orang
yang mempunyai visi, visi yang jelas dan dapat lebih
memajukan organisasi yang dipimpinnya kearah yang lebih
baik. Menurut Andrew J Dubrin salah satu ciri yang
kepemimpinan transformasional yang cukup menonjol adalah
menciptakan perubahan besar.16
Salah satu komponen utama dari menjadi pemimpin
transformasional adalah kemampuan menentukan arah, yang
berarti juga melakukan peramalan dan terkadang menciptakan
masa depan untuk perusahaan atau organisasi. Pemimpin
biasanya memilih salah satu dari enam metode yang berbeda
untuk melahirkan perubahan, antara lain:

16
Andrew J. Dubrin, The Complete Ideal’s Guides: Leadership, (Jakarta: Prenada, 2009),
h.143.
17

a. Mengubah kultur organisasi


Tindakan paling luas yang dilakukan pemimpin
transformasional adalah mengubah kultur organisasi. Ini
berarti bahwa nilai, sikap, dan bahkan atmosfer organisasi
diubah. Perubahan paling umum adalah mengubah kultur
dari kultur birokratis, kaku, dan sedikit mengambil risiko
menjadi kultur dimana orang bisa lebih bebas bergerak dan
tidak terlalu dibatasi oleh aturan dan regulasi.
b. Meningkatkan kesadaran orang tentang imbalan
Pemimpin transformasional membuat anggota
kelompok sadar akan arti penting dari imbalan tertentu dan
bagaimana cara mendapatkannya. Dia mungkin
menyebutkan kebanggaan yang akan dirasakan karyawan
jika perusahaan menjadi nomor satu dibidangnya.
c. Membantu orang tidak sekedar mengejar kepentingan diri
Pemimpin transformasional membantu anggota kelompok
untuk melihat pada gambaran yang lebih besar demi
kebaikan tim dan organisasi. Sedikit demi sedikit anda
membuat pekerja menyadari bahwa tindakan mereka
memberi kontribusi pada tujuan yang lebih luas ketimbang
sekedar memenuhi kepentingan mereka sendiri.
d. Membantu orang mencari pemenuhan diri
Pemimpin transformasional membantu orang lain untuk
tidak sekedar berfokus pada kesuksesan kecil-kecilan,
tetapi juga pada usaha mencari pemenuhan diri.
e. Memberi pemahaman kepada orang lain tentang keadaan
urgen Untuk menciptakan transformasi, pemimpin
mengumpulkan para manajer kritis dan karyawan lainnya
dan melibatkan mereka dalam diskusi tentang urgensi
perubahan.
18

f. Mengejar kejayaan
Tindakan transformasional tertinggi adalah membuat
orang lain bersemangat untuk melakukan kerja keras demi
kebesaran dan kejayaan organisasi.17
Seorang pemimpin transformasional merupakan
pemimpin yang dapat membawa perubahan besar untuk
lembaga yang dipimpinnya, dengan perubahan yang diberikan
diberbagai aspek dalam lembaga yang dipimpinnya ini
diharapkan mampu membawa lembaga ini kearah yang lebih
baik lagi, dapat lebih maju lagi dari sebelumnya. Sehingga
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai
bahkan jika perlu dapat terlampaui dari tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.
5. Dimensi-dimensi Kepemimpinan Transformasional
Menurut Leithwood et.all menjelaskan bahwa Pengembangan
kepemimpinan transformasional telah dilakukan dalam
berbagai dimensi sehingga dapat diukur dari beberapa
dimensi, yaitu: (1) penyelesaian masalah: memahami masalah,
dan menyelesaikan suatu masalah; (2) membantu
perkembangan kepemimpinan guru: sifat dasar dan persepsi
kepemipinan guru; (3) membangun komitmen guru untuk
perubahan: tujuan pribadi, keyakinan kecakapan, keyakinan
konteks, dan proses menggerakkan emosi; (4) menciptakan
suatu kondisi untuk pertumbuhan dalam pengetahuan dan
keterampilan professional guru: pengembangan kecakapan
guru secara individual; (5) kepemimpinan untuk pembelajaran
organisasi: pembelajaran tim/kelompok dan pembelajaran
madrasah secara keseluruhan; dan (6) memelihara
keseimbangan emosi: mencegah stress dan kematian guru.18

17
ibid

18
Akif Khilmiyah, Kepemimpinan Transformasional Berkeadilan Gender: Konsep dan
Implementasi di Madrasah, (Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru, 2015), h. 17
19

Kepala sekolah yang memiliki kepemimpinan


transformasional memiliki kecenderungan untuk menghargai
ide-ide baru, cara-cara baru, praktik-praktik baru dalam proses
belajar-mengajar di sekolah/madrasah. Guru memiliki
kemampuan dalam memecahkan sendiri persoalan yang
muncul dari praktik profesionalnya, sehingga mereka dapat
selalu meningkatkan pembelajarannya secara berkelanjutan di
sekolah/madrasahnya.
Dengan demikian, dalam diri kepala sekolah tercermin empat
faktor dari kepemimpinan transformasional.
a. Idealized influence (pengaruh idealis)
b. Inspirational motivation (motivasi inspirasional)
c. Intellectual stimulation (stimulasi intelektual)
d. Individual consideration (Perhatian pada individu)19
Idealized influence berarti kepala sekolah merupakan sosok
ideal yang dapat dijadikan sebagai panutan bagi guru dan
karyawannya, dipercaya, dihormati dan mampu mengambil
keputusan yang terbaik untuk kepentingan sekolah. Pengaruh
idealis ini juga menunjukkan pengembangan rasa percaya dan
hormat pada bawahan. Pemimpin dengan pengaruh idealis
berperan sebagai model dengan tingkah laku dan sikap yang
mengandung nilai-nilai yang baik bagi sekolah yang
dipimpinnya.
Inspirational motivation pemimpin yang memiliki motivasi
inspirasional akan mampu megkomunikasikan harapan-
harapan yang tinggi dari bawahannya, menunjukkan perilaku
membangkitkan gairah bawahan untuk mencapai prestasi
terbaik dalam performasi dan dalam pengembangan dirinya,
menginspirasikan bawahan untuk mencapai masa depan yang
lebih baik, membimbing bawahan untuk mencapai masa depan
yang lebih baik, membimbing bawahan mencapai sasaran

19
Ibid, h.21.
20

melalui usaha, pengembangan diri, dan unjuk kerja maksimal,


menginspirasikan bawahan untuk mengerahkan potensinya
secara total, dan mendorong bawahan untuk bekerja lebih dari
biasanya.
Intellectual stimulation yaitu kepala sekolah dapat
menumbuhkan kreativitas dan inovasi di kalangan guru dan
stafnya dengan mengembangkan pemikiran kritis dan
pemecahan masalah untuk menjadikan sekolah kearah yang
lebih baik. Melalui stimulasi intelektual pemimpin dapat
merangsang tumbuhnya inovasi dan cara-cara baru dalam
menyelesaikan suatu masalah. Melalui proses stimulasi ini
akan terjadi peningkatan kemampuan bawahan dalam
memahami dan memecahkan masalah, berpikir, dan
berimajinasi, juga perubahan dalam nilai-nilai dan
kepercayaan mereka.
Individual consideration berarti perilaku yang selalu
mendengarkan dengan penuh kepedulian dan memberikan
perhatian khusus, dukungan, semangat, dan usaha pada
kebutuhan prestasi dan pertumbuhan anggotanya. Pemimpin
transformasional memiliki perhatian khusus terhadap
kebutuhan individu dalam pencapaiannya dan pertumbuhan
yang mereka harapkan dengan berperilaku sebagai pelatih atau
mentor. Bawahan dan rekan kerja dikembangkan secara
suksesif dalam meningkatkan potensi yang mereka miliki.
Menurut Luthans menjelaskan ciri seorang yang telah berhasil
menerapkan gaya kepemimpinan transformasional sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi dirinya sebagai agen perubahan.
b. Memiliki sifat pemberani.
c. Mempercayai orang lain, bertindak atas dasar sistem nilai
(bukan atas dasar kepentingan individu, atau kepentingan
kelompoknya).
d. Meningkatkan kemampuannya secara terus menerus.
e. Memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang
rumit, tidak jelas, dan tidak menentu, serta
21

f. Memiliki visi ke depan.

Seorang pemimpin yang berhasil menerapkan kepemimpinan


transformasional mengidentifikasi dirinya sebagai agen
perubahan, berarti perubahan yang di bawanya dapat membuat
lembaga yang dipimpinnya lebih baik lagi. Pemimpin juga
memiliki sifat pemberani, berani dalam mengambil keputusan
yang terbaik dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam
lembaga yang dipimpinnya. Pemimpin mempercayai orang
lain, untuk menumbuhkan rasa percaya diri bagi para bawahan
sehingga dapat bekerja secara maksimal.
Pemimpin meningkatkan kemampuannya secara terus
menerus, bahwa dalam memimpin organisasi sangat
dibutuhkan berbagai macam kemampuan karena seiring
berjalannya waktu organisasi yang dipimpinnya akan
mengalami kemajuan yang berkala. Pemimpin juga harus
memiliki kemampuan menghadapi situasi yang rumit, disini
dibutuhan kepekaan terhadap suatu masalah yang terjadi
dalam organisasi. Pemimpin memiliki visi ke depan untuk
organisasinya sehingga organisasi yang dipimpinnya akan
terus berkembang kearah yang lebih baik.
6. Pola Kepemimpinan Transformasional
Dalam pola kepemimpinan transformasional ini model
perkembangan kebutuhan akan kekuasaan membantu
memahami bagaimana pemimpin transformasional dan
manajer saling melengkapi.20
Sebagai pengikut, para manajer memahami bagaimana
pencapaian dan motif-motif kekuasaan berjalan. Mereka
seringkali mengetahui bagaimana membantu orang lain untuk

20
Marshall Sashkin & Molly G. Sashkin, Prinsip-prinsip Kepemimpinan (
Jakarta: Erlangga, 2011), h. 76.
22

mengembangkan dan mengarahkan motif-motif ini. dalam hal


ini mereka dipersiapkan untuk bertindak sebagai para manajer
yang efektif. Mereka juga siap untuk memulai transformasi
menjadi pemimpin. Sesungguhnya, satu aspek penting dari
pekerjaan para pemimpin transformasional adalah
mentransformasi para manajer menjadi pemimpin-pemimpin.
Kebutuhuan para manajer akan kekuasaan dinyatakan secara
prososial, dengan cara berbagai kekuasaan dan pengaruh
dengan orang lain untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Sebagai pengikut, para manajer memiliki posisi yang baik
untuk bekerja dengan pemimpin transformasional, dengan
maksud agar bisa membuat mereka menjadi pemimpin-
pemimpin transformasional. Pada saat yang bersamaan
mereka bisa menjadi manajer yang lebih efektif dengan
menggunakan perilaku kepemimpinan transformasional ke
arah tujuan-tujuan transformatif selanjutnya Para manajer
yang mempelajari model perilaku-perilaku transformasional
semacam ini pada akhirnya akan bisa menjadi para pemimpin
transformasional. Mereka mengembangkan dan
mentransformasi para pengikut mereka sendiri orang-orang
yang berprestasi secara independen menjadi para manajer yang
efektif.
7. Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan faktor utama untuk keberhasilan
disuatu organisasi, karena kepemimpinan merupakan aktivitas
yang sangat penting agar tercapainya tujuan dari suatu
organisasi yang ingin dicapai. Kepemimpinan pada umumnya
didefinisikan sebagai suatu proses yang memberikan pengaruh
terhadap suatu aktivitas yang dilakukan secara individu
ataupun kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi
tertentu.21
Adapun gaya kepemimpinan, pada dasarnya memiliki arti
sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang

21
Arifin Tahir, Buku Ajar Perilaku Organisasi, Yogyakarta: Deepublish, 2014, hal. 66.
23

pemimpin, yang berhubungan dengan kemampuan yang


dimilikinya dalam memimpin disuatu organisasi. Membuat
suatu pola atau bentuk tertentu merupakan suatu perwujudan
yang dilakukan oleh para pemimpin. Pengertian tersebut satu
pendapat denga napa yang disampaikan oleh Davis dan
Newstrom. Dimana keduanya menyatakan bahwa pola yang
harus dilakukan seorang pemimpin secara keseluruhan yaitu
seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut
dikenal sebagai gaya kepemimpinan.22
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai seorang pemimpin,
maka akan berlangsungnya berbagai macam aktivitas
kepemimpinan. Apabila dalam pelaksanaan aktivitas tersebut
dipilah-pilah, maka akan terlihat gaya kepemimpinan yang
diterapkan dengan pola masing-masing oleh pemimpin. Gaya
kepemimpinan tersebut antara lain sebagai berikut.23
1) Memiliki pola pada kepentingannya dalam
melaksanakan tugas. Contohnya seorang pemimpin
menerapkannya pada saat melaksanakan suatu tugas
dengan memiliki harapan untuk mencapai suatu tujuan
yang dapat dilakukan secara bersama.
2) Memiliki pola pada pelaksanaan hubungan kerja sama.
Contohnya seorang pemimpin yang sedang menjalankan
tugasnya dengan rekan yang lain, dalam pelaksanaannya
terjalin hubungan kerja yang baik. Sehingga dengan
begitu, seorang pemimpin akan sangat mudah dalam
mencapai tujuan yang diharapkan. Karena semakin baik
hubungan kerja sama yang dilakukan, baik secara
internal maupun secara eksternal maka semakin efektif
tujuan organisasi yang dicapai.
3) Memiliki pola pada kepentingan hasil yang ingin
dicapai. Contohnya seorang pemimpin yang

22
Aspizain Chaniago, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Letera Ilmu Cendekia, 2017,
hal. 50.
23
Tobroni, Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah, Yogyakarta: AR-RUZZ
MEDIA, Cet. Ke-1, 2014, hal.43-44.
24

menjalankan tugasnya dengan focus pada kepentingan


hasil yang ingin dicapai.
Berdasarkan ketiga pola dasar tersebut, terbentuklah perilaku
kepemimpinan yang berwujud pada kategori kepemimpinan
yang terdiri dari tiga tipe pokok kepemimpinan.24 Di antaranya
yaitu tipe kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan
demokratis dan tipe kepemimpinan kendali bebas.
1) Tipe kepemimpinan otoriter
Seorang pemimpin yang menempatkan dirinya sebagai
penguasa tunggal sedangkan untuk para anggotanya
mendapatkan tugas hanya sebagai orang yang melaksanakan
perintah dari seorang atasan.
2) Tipe kepemimpinan demokratis
Seorang pemimpin yang menempatkan dirinya sebagai faktor
utama dan orang yang memiliki peranan penting dalam setiap
kelompok atau organisasi. Ditipe ini, setiap mengambil sebuah
keputusan seorang pemimpin selalu mendahulukan
musyawarah dengan mengajak anggotanya.
3) Tipe kepemimpinan kendali bebas
Seorang pemimpin yang menempatkan sebagai penasihat yang
memberikan kebebasan sepenuhnya kepada anggotanya dalam
mengambil sebuah keputusan atau melakukan kegiatan
apapun. Tipe ini bisa juga dikatakan sebagai kebalikan dari
tipe kepemimpinan otoriter.
Selain dari ketiga tipe di atas, sikap seorang pemimpin juga
dapat ditunjukkan oleh beberapa gaya kepemimpinan berikut
ini, antara lain:
1) Tipe Otokratik
2) Tipe Kharismatis

24
Tobroni, Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah, hal. 44
25

3) Tipe Paternalistis/Maternalistik
4) Tipe Militeristik
5) Tipe Laissez Faire
6) Tipe Populistis
7) Tipe Administratif/Eksekutif
8) Tipe Demokratis
9) Tipe Transformasional
Untuk memperjelas dari kesembilan tipe di atas, maka penulis
perlu menjabarkan satu persatu pengertian dari masing-masing
gaya kepemimpinan di atas, di antaranya:
1) Tipe Otokratik
Tipe kepemimpinan ini menunjukkan karakteristik seorang
pemimpin yang ingin menang sendiri tanpa memikirkan
anggotanya. Terutama perilakunya yang tidak baik dan kurang
menghargai harkat dan martabat mereka, contohnya yaitu
memperlakukan anggotanya seperti mesin dalam
melaksanakan tugasnya tanpa mengkaitkannya dengan
kepentingan dan kebutuhan para anggotanya. Gaya
kepemimpinan seperti ini sangat menuntut anggota untuk taat
atas apa yang diperintahkan dan penggunaan punishment.25
Tipe Otokratis ini, memiliki ciri-ciri antara lain: kekuasaan
secara absolut terpusat pada pimpinan, komunikasi umumnya
satu arah dari atasan ke bawahan, para bawahan tidak
diberikan kesempatan untuk memberikan saran, pendapat,
maupun pertimbangan.26

25
Sutarto Wijono, Kepemimpinan dalam Perspektif Organisasi, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2018, hal. 39.
26
Agus Rusmana, dkk, The Future Of Organizational Communication In The
Industrial Era 4.0, Bandung: Media Akselerasi, 2019, hal. 412.
26

2) Tipe Kepemimpinan Kharismatis


Tipe ini menunjukkan bahwa dimana seorang pemimpin
mampu menarik perhatian anggota organisasi untuk mengikuti
keinginannya. Tipe kepemimpinan ini mampu membuat
bawahan untuk menghormati pimpinan dengan sangat hormat
dan sangat pandai dalam memberikan semangat kepada
bawahannya.27
Para pemimpin yang memiliki tipe kharismatik ini mampu
memberikan pengaruh kepada pengikutnya, yakni dengan
penyampaian visi yang menarik serta strategi dalam jangka
panjang untuk memperoleh suatu tujuan dengan
menghubungkannya di masa sekarang dengan masa depan
kemajuan dan keunikan sebuah organisasi.28
3) Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Tipe kepemimpinan ini menunjukkan bahwa masih banyak
terdapat di lingkungan masyarakat yang masih bersifat
tradisional.29 Tipe kepemimpinan ini lebih dicirikan dengan
kepemimpinan yang kebapak-an dengan sifat-sifat:
a) Para bawahan dianggap sebagai manusia yang masih
seperti anak kecil atau belum dewasa, atau seperti anak
sendiri, sehingga bersikap melindungi.
b) Para bawahan tidak pernah diberikan kesempatan
untuk berinisiatif dalam melakukan suatu hal.
c) Para bawahan tidak pernah diberikan kesempatan
untuk memberikan pendapat, mengembangkan
imajinasi dan kreativitas yang dimilikinya.

27
Apriyanto dan Iswadi, Pengantar Manajemen, Surabaya: CV. Jakad MediaPublishing,
2020, hal. 30
28
Stephen dan Timothy (Ratna Saraswati Penerjemah), Perilaku Organisasi, Jakarta:
Salemba Empat, 2017, hal. 260.
29
Farera Erlangga, dkk, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Paternalistik terhadap
Motivasi Kerja Pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang”, dalam Jurnal
Humanus, Vol. XII, No. 2, 2013, hal. 177.
27

d) Sikap pemimpin kepada bawahan selalu serba tahu


tanpa mencari tahu kebenarannya.
4) Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe ini hampir sama dengan tipe kepemimpinan otoriter.
Pemimpin yang bertipe militeristik menurut Sutikno dalam
buku Reimond dkk yang berjudul Dasar-dasar ilmu
kepemimpinan teori dan aplikasi menyatakan bahwa
pemimpin militeristik ini dalam menggerakkan bawahannya
lebih sering mempergunakan sistem perintah.30
Adapun karakter dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
a) Dalam memimpin masih banyak menggunakan pola
intruksi, sangat otoriter, keras, kaku dan sering kurang
bijaksana dalam mengambil suatu keputusan.
b) Bersikap sangat mutlak dalam menghendaki
kepatuhan para bawahan.
c) Sangat senang dengan hal-hal yang hanya bersifat
formalitas.
d) Banyak menuntut dari bawahan dalam hal disiplin.
e) Tidak suka menerima kritikan, saran, maupun usul
dari bawahannya
f) Menjalin komunikasi berlangsung hanya dengan satu
arah.
5) Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Tipe ini memberi kekuasaan secara penuh kepada anggotanya.
Setiap anggota diberi kesempatan untuk dapat memecahkan
masalahnya sendiri dan mengembangkan sarannya sendiri

30
Reimond Napitupulu, dkk, Dasar-dasar Ilmu Kepemimpinan Teori dan Aplikasi,
Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019, hal. 46.
28

serta mendapatkan pengarahannya tidak ada atau hanya sedikit


dari pemimpin.31
Menurut Leny Marliana dalam jurnalnya menyatakan bahwa
tipe kepemimpinan jenis ini menggambarkan seorang
pemimpin yang tidak mau berfikir keras. Hal ini terlihat bahwa
pemimpin jenis ini memberikan kuasa penuh kepada
bawahannya baik dalam melaksanakan berbagai kegiatan
maupun mengatasi masalah yang ada dalam organisasi yang
bersangkutan.32
6) Tipe Kepemimpinan Populistis
Tipe kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
masih percaya pada masyarakat terdahulu atau tradisional,
tidak mempercayai dukungan atau kekuatan serta bantuan
yang berasal dari luar, lebih mengutamakan kekuatan sendiri
atau mengutamakan penghidupan kembali sikap
33
nasionalisme.
7) Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Tipe ini mampu menyelenggarakan berbagai macam tugas
administrasi secara efektif. Biasanya terdiri dari beberapa
teknorat dan administratur yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan.34 Oleh karena itu,
terciptalah sistem administrasi dan birokrasi yang efisien
dalam pemerintahan

8) Tipe Kepemimpinan Demokratis

31
Afifuddin, Administrasi Pendidikan, Bandung: Insan Mandiri, 2005, hal. 34
32
Leny Marliana, “Tipe-tipe Kepemimpinan dalam Manajemen Pendidikan”, dalam Jurnal
Ta‟dib, Vol. XVIII, No. 02, November 2013
33
Sunarni, dkk, “Pemetaan Gaya dan Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah”, dalam
Jurnal Sekolah Dasar: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan, Tahun 26, No. 1, Mei
2017, hal. 26.
34
Silvia Aprilianti, dkk, “Gaya Kepemimpinan Lurah Sebagai Upaya Peningkatan Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan”, dalam Jurnal Administrasi Publik, Vol. 3, No.1, 2015,
hal. 98
29

Tipe ini lebih berorientasi pada manusia. Dimana pemimpin


memberikan bawahan untuk ikut andil dalam pengambilan
keputusan dan bawahan selalu dilibatkan dalam penyelesaian
masalah.35 Pada tipe kepemimpinan ini, anggota memiliki
andil yang lebih besar. Karena pemimpin hanya
menyampaikan sasaran yang ingin diraih, tetapi yang
menentukan cara untuk mencapai sasaran adalah bawahannya.
Ciri-ciri tipe kepemimpinan demokratis yaitu: yang dapat
mengambil keputusan, sikap kepada bawahan, adanya
pembagian tim kerja, adanya pola komunikasi, memiliki
kepercayaan terhadap bawahan, memiliki tanggung jawab
terhadap tugas, serta adanya pemberian reward dan
punishment kepada bawahan.36
9) Tipe Kepemimpinan Transformasional
Di dalam tipe kepemimpinan transformasional terdapat
beberapa hal, yaitu:37
a) Kepemimpinan yang memberi informasi
b) Orientasi kepemimpinan transaksional
c) Dimensi kepemimpinan transformasional.
Kepemimpinan ini merupakan suatu proses yang dapat
mengubah pola pikir orang lain. Tipe kepemimpinan
transformasional banyak diyakini oleh banyak pihak sebagai
tipe kepemimpinan yang efektif dalam memberikan motivasi
kepada bawahan untuk berperilaku seperti yang diinginkan.
Menurut Bass yang dikutip oleh Peter menyatakan bahwa
kepemimpinan transformasional memberikan motivasi

35
Apriyanto dan Iswadi, Pengantar Manajemen, hal. 31.

36
Amalia Rosanti dan Siti Nuzulia, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis
Atasan terhadap Disiplin Kerja Pegawai”, dalam Jurnal Psikologi, INTUISI 4, No. 1,
2012, hal. 3.
37
Peter G. Northouse, Kepemimpinan Teori dan Praktik, Jakarta: PT Indeks, Cet Ke-1,
2013, hal. 179.
30

bawahan untuk melakukan suatu hal yang lebih dari apa yang
diharapkan, dengan cara:38
a) Para anggota dapat ditingkatkan pemahamannya akan
kegunaan dan nilai dari tujuan yang rinci dan ideal,
b) Para anggota dibuat menjadi orang yang dapat
mengalahkan kepentingan pribadi demi kepentingan
kelompok atau organisasi, dan
c) Para anggota digerakkan untuk memenuhi kebutuhan
tingkatan yang lebih tinggi.
Pemahaman akan kegunaan dan nilai dari tujuan yang rinci dan
ideal harus diterapkan kepada para bawahan. Dengan kata lain,
para anggota harus memahami bahwa orientasi proses lebih
utama dibandingkan hanya sekedar sebuah hasil. Kemudian,
penekanan untuk mengalahkan kepentingan sendiri demi
kepentingan kelompok menjadi suatu hal yang sangat penting,
mengingat hubungan yang baik dan iklim kerja yang kondusif
menjadi perhatian utama dalam mengimplementasikan tipe
ini. Selanjutnya, mengingat kebutuhan para anggota tidak
hanya materi, maka seorang pimpinan harus mampu
membangkitkan semangat para anggota untuk memenuhi
kepentingan tingkatan yang lebih tinggi sesuai dengan
kapasitas mereka.
Dengan memperhatikan hal tersebut, kepemimpinan yang
sangat efektif untuk diterapkan pada penelitian ini yaitu gaya
kepemimpinan transformasional. Dimana gaya atau tipe
kepemimpinan tersebut mampu digunakan dengan baik pada
waktu yang tepat, dengan menggabungkan secara maksimal
antara kepuasan dan produktivitas kerja, terjadinya
pertumbuhan, dan pengembangan manusia. Dalam
Pendidikan, penggunaan daya kepemimpinan yang ada, dapat
memengaruhi perilaku kepemimpinan. Perilaku

38
Peter G. Northouse, Kepemimpinan Teori dan Praktik, hal. 180.
31

kepemimpinan tersebut yaitu perilaku instruktif, konsultatif,


partisipatif, dan delegatif.
8. Kepemimpinan Transformasional dalam Pendidikan
Islam
Imamah sebagai istilah kepemimpinan yang dikenal dalam
Islam, sedangkan kata yang berhubungan dengan istilah
kepemimpinan dan memiliki arti pemimpin dalam Islam terdiri
dari tujuh macam yaitu Khalifah, Malik, Wali, Ulil „Amri,
„Amir dan Ra‟in, Sultan, dan Rais.39
Pemimpin dalam Islam memiliki arti yaitu umara yang sering
disebut juga dengan ulil amri. Ulil amri, umara, atau penguasa
adalah seseorang yang mendapatkan amanah untuk mengurusi
urusan orang lain. Dengan kata lain, pemimpin itu adalah
seseorang yang mendapatkan kepercayaan untuk bisa
mengurusi urusan rakyat. Jika ada pemimpin yang tidak
mmemiliki kemauan untuk mengurus kepentingan rakyat,
maka ia bukanlah pemimpin (yang sesungguhnya). Pemimpin
juga biasa disebut sebagai orang yang melayani banyak umat
atau khadimul ummah.40
Menurut istilah seorang pemimpin harus bisa menempatkan
diri pada posisi sebagai orang yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat, bukan sebaliknya yaitu meminta untuk
selalu dilayani oleh anggotanya. Dengan demikian, hakikat
pemimpin sejati adalah seorang pemimpin yang bekerja karena
lillah dan mampu menjalankan amanat Allah SWT untuk
mengurus dan melayani ummat/masyarakat.
Agama Islam memberikan posisi terhormat bagi para
pemimpin dan setiap pemimpin merupakan seseorang yang
diberi amanat dan diperintahkan untuk menaati perintah Allah

39
Imam Muslimin, Pemimpin Perubahan (Model kepemimpinan dalam transisi
perubahan kelembagaan), hal.7.

40
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta: GAMA University
Press, 1993, hal. 78.
32

SWT dan Rasul-Nya. Sebagaimana terdapat dalam surah An-


Nisa ayat 59 yang berbunyi:

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah


Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.”
Dalam Tafsir al-Misbah menafsirkan bahwa ayat di atas
memerintahkan kepada kaum mukminin agar menaati putusan
hukum dari siapapun yang berwewenang menetapkan hukum.
Secara berurut dinyatakan-Nya “Wahai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dalam perintah-perintahNya yang
tercantum dalam al- Qur‟an dan taatilah RasulNya, yakni
Muhammad SAW dalam segala macam perintahnya baik
perintah melakukan sesuatu, maupun perintah untuk tidak
melakukannya, sebagaimana tercantum dalam sunnahnya
yang sahih, dan perkenankan juga perintah Ulil Amri, yakni
yang berwenang menangani urusan-urusan kamu, selama
mereka merupakan bagian di antara kamu wahai orang-orang
mukmin, dan selama perintahnya tidak bertentangan dengan
perintah Allah atau perintah Rasul-Nya. Maka jika kamu
Tarik-menarik, yaitu berbeda pendapat tentang sesuatu karena
kamu tidak menemukan secara tegas petunjuk Allah dalam al-
Qur‟an dan tidak juga petunjuk Rasul dalam sunnah yang
sahih. Maka kembalikanlah ia kepada nilai-nilai dan jiwa
tuntunan Rasul yang kamu temukan dalam sunnahnya, jika
kamu benar-benar beriman secara mantap dan bersinambung
kepada Allah dan hari kemudian yang demikian itu, yakni
33

sumber hukum ini adalah baik lagi sempurna, sedang selainnya


buruk atau memiliki kekurangan, dan di samping itu, ia juga
lebih baik akibatnya, baik untuk kehidupan dunia kamu
maupun kehidupan akhirat kelak.41
Ayat tersebut menjelaskan bahwa umat muslim diperintahkan
untuk tunduk dan tawadhu kepada Allah SWT dan Rasul-Nya,
dan kepada orang yang memegang kewenangan di antara
mereka agar tercipta kemaslahatan umum. Untuk
menyempurnakan amanat, maka dalam pelaksanaannya harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya,
hendaklah kaum muslimin: 1) Taat dan patuh kepada apa yang
sudah diperintahkan oleh Allah SWT, salah satu contohnya
yaitu dengan mengimplementasikan isi kitab suci Al- Qur‟an,
2) Melaksanakan ajaran-ajaran yang di bawa Rasulullah SAW,
dan 3) Bersikap tawadhu kepada banyaknya ketentuan yang
telah ditetapkan ulil amri yaitu orang-orang yang memegang
kekuasaan di antara mereka.42
Dalam pelaksanaan kepemimpinan berdasarkan manajemen
Pendidikan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, di
antaranya:152
1) Kepribadian (personality), dapat dilihat dari
profesionalisme masa silam dan impian pemimpin dimasa
depan. Hal ini mencakup latar belakang dan pengalaman
masa lalunya yang akan memberikan pengaruh pilihan
dalam gaya kepemimpinannya. Dalam Pendidikan Islam
kepribadian utama seorang pemimpin adalah
keteladannya yang patut ditiru oleh semua para
anggotanya.

41
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, kesan, dan keserasian al-Qur‟an, Jakarta:
Lentera Hati, 2002, hal. 483.
42
Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka
Indonesia, Jilid 2, 2012,hal . 198.
34

2) Kepemimpinan memiliki impian dan karakter yang


berkaitan dengan tujuan kepemimpinan, yakni saling
memberikan nasehat dalam kebenaran dan kesabaran.
3) Karakteristik, harapan, dan perilaku bawahan
memberikan pengaruh terhadap gaya kepemimpinan yang
diterapkan. Sebagaimana telah kita ketahui gaya yang
paling ideal adalah gaya kepemimpinan Rasulullah SAW
yang selalu memelihara tingkah laku ketaatan,
memberikan kasih dan sayang, bersikap professional, dan
menumbuhkan rasa kerjasama.
4) Kepentingan peran, setiap peran bawahan akan
memberikan pengaruh terhadap gaya kepemimpinan.
Peran bawahan adalah harus taat kepada atasan yang
selalu berada di jalan Allah SWT.
5) Situasi seperti lingkungan dan kebijakan organisasi sangat
memberikan pengaruh terhadap impian dan tingkah laku
bawahan.
Kepemimpinan juga berkaitan dengan tugas kekhalifahan
manusia di muka bumi ini, sebagaimana Allah SWT berfirman
dalam surah Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui."
Ummat manusia diberikan akal oleh Allah SWT untuk
melaksanakan perintah-perintah-Nya, karena Allah
menjadikan ummat manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini
untuk berkreasi mengelola alam semesta.153 Selain itu juga, di
dalam QS. Al- Baqarah ayat 30 menjelaskan bahwa
diciptakannya manusia untuk menjadi khalifah dan juga
sebagai hamba haruslah baik, sehingga mampu memimpin
dengan sempurna di bumi. Sifat-sifat yang harus dimiliki
35

seorang pemimpin adalah sifat-sifat yang baik dan mulia,


seperti yang terdapat di dalam QS. Al-Furqan ayat 63 yang
“Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu
tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?".
Yaitu orang- orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam
kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa
mereka berbuat sebaik- baiknya.”
Maksud dari ayat di atas “Katakanlah: "Apakah akan Kami
beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling
merugi perbuatannya?" dalam Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an
menjelaskan bahwa orang-orang yang tidak ada lagi yang lebih
merugi daripada mereka. “Yaitu orang-orang yang telah sia-
sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini” Sehingga tidak
membimbing mereka kepada hidayah, dan tidak mengantar
mereka kepada suatu hasil atau tujuan. “Sedangkan mereka
menyangka bahwa mereka berbuat sebaik- baiknya.” karena
mereka lalai sehingga mereka mengira tidak merasakan
kesesatan upaya mereka dan kesia-siannya. Jadi, mereka
mengalir dalam usaha yang gagal dan sia-sia ini. Mereka
menghabiskan hidup mereka untuknya dengan percuma.43
Kepemimpinan transformasional tanpa disadari merupakan
kepemimpinan yang dapat dijadikan alat yang penting dalam
melakukan perubahan sosial secara efektif antara pimpinan
dan anggota organisasi. Di dalam transformasi tersebut perlu
adanya sikap totalitas, sebagaimana yang terdapat dalam
firman Allah SWT
QS. At-Taubah ayat 20-22, yang berbunyi: “Orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah
dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi
derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang
mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan
mereka dengan memberikan rahmat dari padanya, keridhaan
dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang

43
Sayyid Quthb, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an, Penerjemah M. Misbah dan Aunur Rafiq Shaleh
Tamhid, Jakarta: Robbani Press, Jilid 8, Cet. Ke-1, 2009, hal. 275-276
36

kekal, Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.


Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”.
Dalam Tafsir Jalalain menjelaskan bahwa “(orang-orang yang
beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan
harta dan diri mereka adalah lebih tinggi derajat)” yaitu
kedudukan “(di sisi Allah)” daripada orang-orang selain
mereka “(dan itulah orang- orang yang mendapat
kemenangan)” orang-orang yang memperoleh kebaikan.
“(Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan
memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga,
mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal)”
abadi. “(Mereka kekal)” menjadi kata keterangan dari lafal
yang tidak disebutkan “(di dalamnya selama-lamanya.
Sesungguhnya di sisi Allah lah pahala yang besar)”.44
Dari ayat tersebut menurut Umiarso dalam bukunya yang
berjudul kepemimpinan transformasional profetik menyatakan
bahwa gaya kepemimpinan transformasional di dalam
praktiknya perlu memiliki komitmen yang tinggi untuk
menghembuskan dan mendorong tranformasi dalam
organisasi. Partikel “kemenangan” pada gaya kepemimpinan
transformasional tidak hanya meliputi diri sendiri, namun
kemenangan tersebut meliputi juga seluruh pengikutnya atau
anggotanya. Keinginan inilah yang menjadikan seorang
pemimpin dengan gaya transformasionalnya dalam
memotivasi pengikutnya dengan menggunakan tiga pola,
yaitu:
6) Para pengikut didorong untuk lebih menyadari arti penting
hasil usaha;
7) Para pengikut didorong untuk memprioritaskan
kepentingan kelompok;

44
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Mahalli dan Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar
As-Suyuthi, Tafsir Jalalain, Kairo: Daarul Hadits, hal. 189-190
37

8) Para pengikut ditingkatkan kepentingannya kepada


kepentingan yang lebih tinggi seperti kualitas diri dan
aktualisasi diri.
Dengan tiga pola itu, maka seorang pemimpin melakukan
usaha untuk dapat mentransformasikan nilai-nilai yang
dimiliki oleh pengikutnya untuk mendukung visi dan tujuan
dari suatu organisasi, sehingga tercipatnya hubungan yang
baik antara sumber daya manusia dalam organisasi dapat
dibangun dan memunculkan iklim saling percaya diantara
keduanya.147
Berdasarkan deskripsi tersebut, gaya pemimpin
transformasional tersebut merupakan gaya kepemimpinan
yang membawa perubahan besar dalam sikap dan asumsi dari
para anggotanya serta membangun komitmen untuk visi, misi,
sasaran dan strategi organisasi.
B. Mutu Pembelajaran
1. Pengertian Mutu Pembelajaran
Secara klasik, pengertian mutu (quality) menunjukkan sifat
yang menggambarkan derajat baiknya suatu barang atau jasa
yang diproduksi oleh suatu lembaga dengan kriteria tertentu.
Sallis mendefinisikan mutu ke dalam dua perspektif, yaitu
absolut dan relatif. Mutu absolut adalah mencerminkan
tingginya penilaian harga barang atau jasa dan tinggi standar
atau tingginya kualitas penilaian berdasarkan penilaian
lembaga yang memproduksi barang tersebut. Sedangkan mutu
relatif adalah mencerminkan tingginya penilaian harga barang
atau jasa dan tingginya standar atau tingginya kualitas
penilaian berdasarkan penilaian konsumen yang
memanfaatkan barang atau jasa tersebut.45 dan memuaskan
bagai para pemakai jasa pendidikan. Di samping itu, berkaitan
juga dengan bagaimana input peserta didik, proses

45
Ridwan Abdullah Sani, Isda Pramuniati dan Anies Mucktiany, Penjaminan Mutu Sekolah,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2015), 3.
38

penyelenggaraan pendidikan dengan fokus layanan peserta


didik, sampai bagaimana output lulusan yang dihasilkan.
Sagala menyatakan, bahwa mutu pendidikan adalah gambaran
dan karakteristik menyeluruh jasa pelayanan pendidikan
secara internal maupun eksternal yang menunjukkan
kemampuannya, memuaskan kebutuhan yang diharapkan, atau
yang tersirat mencakup input, proses, dan ouput pendidikan.46
Dengan demikian, mutu berkaitan dengan kepuasan seseorang
terhadap jasa yang dihasilkan oleh suatu instansi atau
pendidikan. Karena itu, lembaga pendidikan harus selalu
memperbaiki ouput lulusannya sebagaimana diharapkan.
Peningkatan mutu sekolah merupakan suatu proses yang
sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas belajar
mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengannya dengan
tujuan agar menjadi target sekolah dapat dicapai dengan lebih
efektif dan efesien.. Mutu pendidikan harus ada kesesuaian
antara kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan
(stakeholders) dengan layanan yang diberikan oleh pengelola
pendidikan. Kerangka filosofi pendidikan dalam
pengembangan sekolah bermutu adalah kesesuaian input,
proses, dan hasil sekolah dengan kebutuhan pemangku
kepentingan.47
Dalam kacamata pemerintah, sekolah yang bermutu harus
memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) berikut, yaitu
(1) lulusan yang cerdas komprehensif; (2) kurikulum yang
dinamis sesuai kebutuhan zaman; (3) proses pembelajaran
yang berorientasi pada peserta didik dan mengembangkan
kreativitasnya; (4) proses pembelajaran dilengkapi dengan
sistem penilaian dan evaluasi pendidikan yang handal, sahih,
dan memenuhi prinsip-prinsip penilaian; (5) guru dan tenaga
kependidikan yang profesional, berpengalaman dan dapat
menjadi teladan; (6) sarana dan prasarana yang digunakan

46
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini. Implementasi
Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras,
2012), 45-46.
47
Zamroni, Meningkatkan Mutu Sekolah, (Jakarta: PSAP Muhamadiyah, 2007), 2.
39

lengkap dan sesuai dengan kearifan lokal; (7) sistem


manajemen yang akurat dan handal; (8) pembiayaan
pendidikan yang efektif dan efesien.48
Komponen kriteria pendidikan yang bermutu, antara lain: (1)
materi pelajaran dirasakan manfaatnya oleh peserta didik baik
dirasakan langsung maupun dikemudian, memberi wawasan
yang bersifat meningkat secara terus menerus, memberi
pengalaman berharga, menumbuhkan semangat, motivasi dan
kreativitas berpikir, dan mampu mengubah sikap, pemikiran,
dan perilaku; (2) perencanaan pendidikan yang baik tidak
hanya untuk menciptakan dan mempersiapkan masa depan
peserta didik, tapi juga untuk membekali mereka ketika
menghadap Allah; dan (3) tata kelola pendidikan yang baik
adalah sistem tata kelola yang bersifat komprehensif, saling
terikat, dan berkesinambungan antar komponen.49
Mutu pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran
mengenai baik buruknya hasil yang telah dicapai oleh peserta
didik dalam proses pembelajaran jyang digunakan. Mutu
pendidikan sebagai sistem selanjutnya tergantung pada mutu
komponen yang membentuk sistem serta proses pembelajaran
berlangsung hingga membuahkan hasil. Mutu pembelajaran
merupakan hal pokok yang harus dibenahi dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini guru menjadi titik
fokusnya dalam proses pembelajaran, guru diharuskan untuk
memakai metode, media, strategi dalam proses pembelajaran
sehingga dapat menghasilkan mutu dalam pembelajaran.
Suhardan, mengemukakan pembelajaran pada dasarnya
merupakan kegiatan akademik yang berupa interaksi
komunikasi anatara pendidik dan peserta didik proses ini
merupakan sebuah tindakan professional yang bertumpu pada
kaidah-kaidah ilmiah. Aktivitas ini merupakan kegiatan guru

48
Ridwan Abdullah Sani, Isda Pramuniati dan Anies Mucktiany,
Penjaminan Mutu Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), 6.
49
Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015), 120
40

dalam mengaktifkan proses belajar peserta didik dengan


menggunakan berbagai metode belajar.50
Berdasarkan uraian di atas dapat diperjelas bahwa mutu
pembelajaran mengandung makna bahwa kemampuan sumber
daya sekolah mentransformasikan multi jenis masukan dan
situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu bagi
peserta didik. Hal-hal yang termasuk dalam proses pendidikan
ini adalah derajat kesehatan, keamanan, disiplin, keakrapan,
saling menghormati kepuasan dan lain-lain dari subjek selain
memberikan dan menerima jasa lainnya.
2. Bentuk-Bentuk Pembelajaran yang bermutu
Menurut Lukman Hakim beberapa bentuk pembelajaran yang
akan diuraikan diantaranya :
a. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran aktif
yang menekankan aktivitas siswa bersama-sama
secara berkelompok dan tidak individual.
b. Pembelajaran aktif adalah kegiatan mengajar yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berinteraksi dengan mata pelajaran yang
dipelajarinya.
c. Pembelajaran langsung atau interaktif adalah model
pembelajaran secara langsung diarahkan oleh guru
melalui tugas -tugas spesifikasi yang harus
dilengkapi oleh siswa dibawah pengawasan guru
secara langsung.
d. Pembelajaran inqury dalam pelaksanaan tahapan
yang ditempuh dalam pembelajaran inqury
diantaranya adalah pemunculan data, pengumpulan
data (vervikasi), pengumpulan data (eksperimen),
mengorganisasi dalam memformulasikan peryataan,
analisis.

50
Dadang Suhardan, Supervisi Professional (Layanan Dalam Meningkatkan Mutu
Pengajaran
41

e. Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar


yang membantu guru mengaitkan antara materi
pembelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membantu
hubungan antara pengetahuan yang dimilkinya dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-
hari.51
mencapai dari tujuan pembelajaran tersebut.
3. Startegi Pembelajaran yang bermutu
bentuk –bentuk strategi pembelajaran yang aktif agar dapat
menghasilkan pembelajaran yang bermutu diantaranya adalah:
a. Critical Incident( Pengalaman Penting)
Startegi ini digunakan untuk memulai pelajaran, tujuan dari
penggunaan starategi ini untuk melibatkan siswa sejak awal
dengan melihat pengalaman mereka.
b. Prediction Guide (Tebak Pelajaran)
Strategi ini digunakan untuk melibatakan siswa dalam proses
pembelajaran secara aktif dari awal sampai akhir.
c. Group Resume (Resume Kelompok)
Biasaya sebuah resume mengambarkan hasil dicapai oleh
individu. Resume ini akan menjadi menarik untuk dilakukan
dalam group dengan tujuan membantu siswa menjadi lebih
akrab atau melakukan team bulding (kerja sama kelompok)
yang anggotanya sudah saling mengenal sebelumnya.
d. Assessment Search (Menilai Kelas)
Strategi ini dapat dilakukan dalam waktu yang cepat sekaligus
melibatkan siswa untuk saling mengenal dan bekerja sama.

51
Lukman Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : Wacana Prima, 2009)h .53-

57
42

e. Questions Students Have ( Pertanyaan dan Siswa)


Teknik ini merupakan teknik yang mudah dilakukan dapat
dipakai untuk mengetahui kebutuhan dan harapan siswa.
Teknik ini menggunakan elisitas dalam memperoleh
partisipasi siswa secara tertulis
f. Active Knowledge Sharing( Saling Tukar Pengetahuan)
Strategi ini dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan
siswa disamping untuk membentuk kerjasama tim.
g. Active debate (Debat Aktif)
Debat bisa menjadi satu metode berharga yang dapat
mendorong pemikiran dan perenungan terutama kalau siswa
diharapkan dapat mempertahankan pendapat yang
bertentangan dengan keyakinan mereka sendiri, ini merupakan
strategi yang secara aktif melibatkan semua siswa dalam kelas
bukan hanya pelaku debatnya saja.
h. Card Sort (Sortir Kartu)
Stategi ini merupakan kegiatan kalaboratif yang bisa
digunkakan untuk mengerjakan konsep, karakteristik,
klasifikasi, fakta tentang objek atau me- review ilmu yang
telah diberikan sebelumnya.
i. Jigsaw Learning (Belajar Model Jigsaw)
Strategi ini merupakan starategi yang menarik untuk
digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi
menjadi beberapa bagian dan materi tidak mengaharuskan
urutan penyampaian.
j. Student Team Achivement Division (STAD)
Strategi ini merupakan pendekatan pembelajaran koperatif
yang paling sederhana.
k. Every One Is A Teacher Here ( Setiap Orang Adalah
Guru)
43

Strategi ini sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas


secara keseluruhan dan secara individual.52
Dapat disimpulkan di atas bentuk- bentuk pembelajaran
bermutu bahwa bentuk pembelajaran bermutu terdapat empat
bagian diantaranya pembelajaran koperatif yang menekanakan
pembelajaran aktif dan secara berkelompok, kemudaian ada
pembelajaran aktif memberikan kesempatan siswa, siswa yang
lebih aktif dalam proses pembelajaran seperti mengadakan
kuis, diskusi yang sesuai dengan materi pelajaran, sedangkan
dalam pembelajaran inquri lebih kepada siswa diharapkan
dapat menganalisis menghasilkan data pembelajaran,
ekperimen seperti halnya siswa mengadakan observasi
lapangan, sedangkan pembelajaran konseptual pembelajaran
yang terfokus dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
sesuai dengan sub-sub materi, jadi bentuk pembelajaran yang
diuraikan di atas merupakan proses pembelajaran yang
bermutu agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan.bahwa pembelajaran yang efektif harus
menggunakan strategi yang tepat, dalam kegiatan
pembelajaran adalah suatu kondisi yang dengan sengaja
diciptakan Gurulah yang menciptkannya pembelajara efektif,
guru yang mengajar dan anak didik yang di ajarkan.Disinilah
tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang
mengairahkan menyenagkan bagi semua peserta didik agar
dapat menciptakan mutu pembelajaran dan dapat mencapai
dari tujuan pembelajaran tersebut.
4. Faktor-faktor yang dapat Meningkatkan Mutu
Pembelajaran
Selanjutnya akan membahas tentang faktor-faktor
pembelajaran bermutu akan dijelaskan menurut para ahlinya.
Menurut Muhibin Syah yang dikutip oleh Iif Khoiru Ahmadi,
Hendro Ari Setyono, DKK, dalam buku Pembelajaran

52
Isjoni, Pembelajaran Visoner, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar) 2007, h. 11-
25
44

Akselerasi secara global faktor-faktor yang mempengaruhi


belajar siswa dibedakan menjadi menjadi tiga yaitu:
a. Faktor interal
Aspek fisiologis yaitu aspek yang bersifat jasmaniah, atau
kondisi tubuh seperti tingkat kesehatan, indera pengelihatan.
Aspek psikologi yang berpengaruh pada proses belajar siswa
diantaranya: intelegasi siswa, sikap, bakat minat dan motivasi
siswa
b. Faktor eksternal
Lingkungan sosial sekolah diantaranya seperti guru, staff tata
usaha, teman-teman sekolah satu kelas. Lingkungan sosial di
sekolah mencakup masyarakat, teman-teman serta lingkungan
disekitar sekolah. Namun yang paling berpengaruh adalah
lingkungan keluarga.
c. Faktor pendekatan belajar
Cara yang digunakan untuk menunjang efektifitas dan
efesiensi belajar atau dapat didefinisikan sebagai perangkat
operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai
tujuan pembelajaran.30
Sedangkan menurut Slameto faktor-faktor yang
mempengaruhi pembelajaran dibagi menjadi dua bagian
diantaranya:
a) Faktor interen dalam faktor intern dibagi lagi
menjadi tiga faktor yaitu:
• Faktor jasmani yaitu kesehatan dan cacat tubuh
• Faktok psikologis terdiri dari tujuh yaitu
intelegasi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kesiapan.
• Faktor kelelahan dibagi menjadi dua macam
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani
45

b) Faktor ekesteren dalam faktor dapat di kelempokan


menjadi tiga bagian dianataranya :
• Faktor keluarga yang terdiri dari: cara orang tua
mendidik, relasi antara anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.
• Faktor sekolah yang mencakup kepada metode
pengajaran, kurikulum, relasi guru dan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di
atas ukuran, keadaan gedung,metode belajar,
tugas rumah
• Faktor masyarakat diantaranya: kegiatan siswa
dalam bermasyarakat, mass media, teman
bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.53
c) Ada faktor-faktor pembelajaran menurut Oemar Hamalik
sebagai berikut:
a. Kegiatan belajar
b. Latihan dan ulangan
c. Kepuasan dan kesenagan
d. Asosiasi dan transfer
Berbagai pengalaman yang diperoleh, yaitu pengalaman lama
dan baru, harus diasosiakan agar menjadi satu kesatuan.
Pengalaman dari satu situasi perlu diasosiakan dengan
pengalaman dari situasi lain, sehingga memudahkan transfer
hasil belajar.
e. Pengalaman masa lampau dan pengertian
Berbagai pengalaman dan pengertian yang telah dimiliki siswa
akan memudahkannya menerima pengalaman baru.

53
Iif Khoiru Ahmadi, Hendro Ari Setyono, DKK, Pembelajaran Akserelasi, (Jakarta:Prestasi
Pustaka,2011), h.15-17
46

Pengalaman dan pengertian masa lampau tersebut menjadi


dasar serta pengalaman apersepsi.
f. Kesiapan dan kesedian belajar
Faktor kesiapan turut menentukan hasil belajar.
g. Minat dan usaha
Kegiatan belajar yang didasari degan penuh minat akan lebih
mendorong siswa belajar lebih baik sehingga akan
meningkatkan hasil belajar.
h. Fisikologis
Kesehatan dan keseimbangan jasmaniah siswa perlu mendapat
perhatian sepenuhnya, karena kondisi fisikologis ini sangat
berpengaruh terhadap konsentrasi, kegiatan,dan hasil belajar.
i. Intelegasi atau kecerdasan
Kemajuan belajar juga ditentukan oleh tingkat perkembangan
intelegasi siswa seperti cerdas, kurang cerdas, atau lamban.54
Dari beberapa penjelasan di atas faktor yang mempengaruhi
diantaranya faktor internal yang bersifat jasmaniah, faktor
eksternal diantanya guru, lingkungan masyarakat, teman, dan
keluarga, serta faktor pendekatan pembelajaran yang
digunakan sebagai perangkat operasional dalam mencapai
tujuan faktor-faktor pembelajaran juga berpengaruh terhadap
taraf keberhasilan proses belajar siswa, sehingga dapat
menciptakan pembelajaran yang bermutu.
5. Indikator Mutu Pembelajaran
Peningkatan mutu pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat dilihat dari lima indikator yaitu: Kesesuaian,
Daya tarik, Efektivitas ,dan Efesiensi dan Produktifitas
Pembelajaran.55

54
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum,(Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h, 109-111
55
Zamroni. Paradigma PendidikanMasa Depan. (Jogjakarta : Bigraf Publising, 2000)h. 148
47

Kesesuaian yaitu antara karakteristik peserta didik, starategi


pembelajaran dengan tujuan yang ingin dicapai. Daya tarik
yaitu guru dalam menciptakan suasana kelas yang akrab,
hangat dan merangsang pembentukan kepribadian peserta
didik. efektivitas pembelajaran melalui tahap perencanaan,
pengembangan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan.
Efisiensi kesepadanan antara waktu, biaya, tenaga dan hasil
yang diperoleh. Serta, produktivitas pembelajaran dari
menghafal, mengingat, ke analisis dan mencipta.
a. Kesesuaian: sepadan dengan karakter peserta didik, serasi
dengan aspirasi masyarakat atau perorangan, cocok
dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kondisi
lingkungan, selaras dengan tuntutan zaman, dan sesuai
dengan teori prinsip atau nilai baru dalam pendidikan.
b. Daya tarik: pembelajaran yang bermutu juga harus
mempunyai daya tarik yang kuat, dalam hal ini meliputi
kesempatan belajar yang tersebar dank arena mudah
dicapai dan diikuti, isi pendidikan yang mudah dicerna
karena sudah diolah sedemikian rupa, kesempatan yang
tersedia yang dapat diperoleh siapa saja pada setiap saat
diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa
yang tepat, keteladanan yang tinggi terutama karena
kinerja dan lulusan yang menonjol, keanekaragaman
sumber baik yang dengan sengaja dikembangkan maupun
yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta dimanfaatkan
untuk kepentingan belajar, dan suasana yang akrab hangat
dan merangsang pembentukan kepribadian peserta didik.
c. Efektivitas: efektivitas pembelajaran sering kali diukur
dengan tercapainya tujuan atau dapat pula diartikan
sebagai suatu ketepatan dalam mengelola suatu situasi,
atau doing the ringhts thing. Pengertian ini mengandung
ciri bersistem sistematik yaitu dilakukan secara teratur,
konsisten atau berurutan melalui tahap perencanaan,
pengembangan, pelaksanaan, penilaian, dan
penyempurnaan, sensitive terhadap kebutuhan akan tugas
48

belajar dan kebutuhan pembelajaran. Kejelasan akan


tujuan dank arena itu dapat dihimpun usaha untuk
mencapainya bertolak dari kemampuan atau kekuatan
mereka yang bersangkutan (peserta didik, pendidik,
pemerintah dan masyarakat).
d. Efisiensi: efisiensi pembelajaran dapat dikatakan sebagai
kesepadanan antara waktu, biaya, dan tenaga yang
digunakan sebagai hasil yang diperoleh atau dapat
dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu yang benar. Ciri
yang terkandung meliputi, merancang kegiatan
pembelajaran berdasarkan model mengacu pada
kepentingan, kebutuhan kondisi peserta didik,
pengorganisasian kegiatan belajar dan pembelajaran yang
rapi. Pemanfaatan aneka sumber belajar sesuai keperluan,
pemanfaatan sumber belajar bersama. Seperti misalnya
pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran terbuka yang
tidak mengharuskan pembangunan gedung dan
mengangkat tenaga pendidik yang digaji tetap. Inti dari
efisiensi adalah mengembangkan faktor internal maupun
eksternal untuk menyusun tindakan dan kemudian
memilih tindakan yang paling menguntungkan.
e. Produktivitas pembelajaran: pada dasarnya adalah
keadaan atau proses yang memungkinkan diperolehnya
hasil yang lebih baik dan lebih banyak. Produktivitas
pembelajaran pada dasarnya mengandung arti perubahan
proses pembelajaran ( dari menghafal dan mengingat ke
menganalisis dan mencipta), penambahan proses
pembelajaran (dengan menggunakan berbagai sumber
belajar), peningkatan intensitas interaksi peserta didik
dengan sumber belajar atau gabungan ketiganya dalam
kegiatan belajar-pembelajaran sehingga menghasilkan
mutu yang lebih baik.
Sekolah sebagai suatu sistem memiliki tiga aspek pokok yan
sangat berkaitan erat dengan mutu sekolah yakni proses belajar
mengajar, kepemimpinan dan manajemen sekolah, serta kultur
sekolah. Program aksi untuk peningkatkan mutu sekolah
secara konvensional senantiasa menekankan pada aspek
49

pertama yaitu peningkatan mutu proses belajar mengajar,


sedikit menyentuh aspek kepemimpinan dan manajemen
sekolah, dan sama sekali tidak pernah menyentuh aspek kultur
sekolah.56
Sekolah disebut bermutu apabila para murid mampu mencapai
prestasi yang tinggi, memiliki kesadaran bermasyarakat yang
bertangungjawab, memiliki moral dan etika yang berkarakter,
mampu mengekspresikan nilai-nilai keindahan dan aspek
emosi dan fisiknya tumbuh dengan baik. Performansi sekolah
tentu akan sangat ditentukan oleh potensi dan kemampuan
sekolah khususnya dilihat dari performansi personalianya,
sikap personal, fasilitas yang tersedia apakah mendukung
pembelajaran atau tidak, input peserta didik apakah diseleksi
dan ditempatkan serta dilayani sesuai dengan
57
kekhususannya.
Apa yang diungkapkan di atas menjadi lebih penting sejalan
dengan lebih kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah
sebagai pemimpin institusi , yang menghendaki dukungan
kinerja yang semakin efektif dan efisien. Dalam hal tersebut,
kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk peningkatan
manajemen kepala sekolah untuk meningkatkan mutu atau
kualitas pendidikan.58

56
Syaiful Sagala. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2010), h.320
57
Muhaimindkk, Manajemen Pendidikan: Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana
66

Pengembangan Sekolah/Madrasah, Cet 2 (Jakarta: Kencana, 2010), h.39


58
Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah Dan Tanggung Jawabnya, (Yogyakarta: Kanisius,
1994), h.60
50

6. Pentingnya Mutu Pembelajaran


Berikut ini merupakan beberapa alasan terkait pentingnya
meningkatkan mutu pembelajaran.59
a. Memenuhi tujuan, manajemen merupakan upaya efektif dan
efisien untuk mengasilkan target atau tujuan tertentu.
b. Menjadi titik yang menyeimbangkan beberapa macam
tujuan, manajemen yang baik dapat menjadi titik tengah
yang menyatukan beberapa maksud dan tujuan dari suatu
kegiatan. Terkadang dengan sebuah kegiatan akan
memunculkan banyak keinginan yang sama- sama
bertentangan dari kelompok yang terkait seperti guru,
tenaga pendidik, dan kepala sekolah dalam sebuah lembaga
pendidikan.
c. Efisiensi dan Efektifitas program, prestasi dan tolok ukur
program dari sebuah organisasi tercermin dari dua hal hal
yaitu Efisiensi dan efektifitas.
7. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian-penelitian terdahulu dapat dijadikan bahan kajian,
masukan, sekaligus sebagai tolak ukur terhadap hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang. Peneliti telah
membaca dan mengklarifikasi penelitian terdahulu yang
relevan, antara lain:
1. Penelitian E. Junaedi Sastradiharja dengan judul
penelitian “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional,
Supervisi Instruksional, Kompetensi Manajerial Kepala
Sekolah, dan Motivasi Berprestasi terhadap
Produktivitas Kerja Guru Di Sekolah SMP Negeri dan
Swasta Kota Depok Jawa Barat” Jumlah sampel 161
orang guru menyimpulkan bahwa pada tingkat
kepercayaan 99% (α = 0,01) kepemimpinan

59
Asep Sunarko and Sholeh Sholeh, “Peningkatan Mutu Manajemen
Pembelajaran Oleh Kepala Madrasah Di MTs Salafiyah Al Tarmasi,” Jurnal
Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ 6, no. 1 (2019): 37.
51

transformasional kepala sekolah memiliki pengaruh


signifikan terhadap produktivitas kerja guru dengan
koefisien korelasi ry1 = 0,789 dan P = 0,000>0,01.60
2. Suparno (2009) Mahasiswa Universitas Negeri Medan,
yang meneliti tentang Hubungan Komunikasi Persuasif,
Motivasi Berprestasi dan Pengetahuan Manajerial
dengan Kepemimpinan Transformasional Kepala SMP
Negeri Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan di SMP
Negeri Provinsi Banten. Terdapat populasi sebanyak 216
sekolah dan diambil sampel sebanyak 60 sekolah yang
diambil secara acak. Analisis data yang dilakukan secara
deskripsi dan inferensi, berupa uji korelasi. Berdasarkan
hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
hubungan positif secara bersama-sama antara
komunikasi persuasif, motivasi berprestasi dan
pengetahuan manajerial dengan kepemimpinan
transformasional yaitu RY123 = 0,72 dan koefisien
korelasi jamak = 19,53 pada taraf α 0,01.61
3. Mudzakir (2013) Mahasiswa Program Pascasarjana
Institut PTIQ Jakarta, yang meneliti tentang Hubungan
Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi
Kerja Guru dengan Kinerja Guru di SD Islam Al-Azhar
8 Kembangan Jakarta dan SD Islam Al-Azhar 15
Pamulang Tangerang Selatan. Terdapat populasi
sebanyak 79 orang guru dengan jumlah sampel sebanyak
85 orang guru SD Islam Al- Azhar 8 Kembangan Jakarta
dan SD Islam Al-Azhar 15 Pamulang Tangerang
Selatan. Analisis data yang digunakan adalah analisis
korelasi dan regresi secara sederhana dan ganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan

60
E. Junaedi Sastradiharja, Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Supervisi
Instruksional, Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah, dan Motivasi Berprestasi terhadap
Produktivitas Kerja Guru Di Sekolah SMP Negeri dan Swasta Kota Depok Jawa Barat,
Disertasi Institut PTIQ Jakarta, 2014.
52

positif antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah


dan motivasi kerja guru secara bersama- sama dengan
kinerja guru SD Islam Al-Azhar 8 dan SD Islam Al-
Azhar 15 sebesar 31% sedangkan sisanya 69% oleh
karena faktor lainnya.62
8. Paradigma, Asumsi & Kerangka Berfikir
9. Hipotesis

62
Mudzakir, Hubungan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru
dengan Kinerja Guru di SD Islam Al-Azhar 8 Kembangan Jakarta dan SD Islam Al- Azhar
15 Pamulang Tangerang Selatan. Tesis, Jakarta: Institut PTIQ, 2013
53

BAB III
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian merupakan kumpulan data, analisis data,
penafsiran data/informasi, dan kesimpulan serta
saran/rekomendasi. Kris mengemukakan bahwa metode
penelitian dapat disebut sebagai penolong untuk para peneliti
yang sedang mengumpulkan data dari sampel dan mencari
jalan keluar atas permasalahan tertentu. Sugiyono
mengemukakan bahwa dalam metode penelitian terdapat
empat kata kunci yang harus diperhatikan, yaitu: Aturan
keilmuan merupakan kegiatan penelitian yang
pelaksanaannya berdasarkan pada khusus keilmuan, yakni
dilakukan secara masuk akal atau logis, empiris dan sistematis
(terstruktur). Logis yang memiliki arti bahwa kegiatan suatu
penelitian dilakukan dengan aturan yang masuk akal,
sehingga mudah dipahami dan mudah dinalar oleh manusia.
Empiris, yakni aturan yang dilakukan dalam penelitian
melalui pengamatan indera manusia, sehingga orang lain
dapat mengamati dan mengetahui aturan yang digunakan.
Sistematis (terstruktur), artinya melaksanakan suatu
penelitian pada saat prosesnya harus menggunakan berbagai
macam langkah yang bersifat logis. Walaupun berbagai
macam langkah penelitian antara metode kuantitatif, kualitatif
dan Research and Developement (R&D) berbeda, akan tetapi
seluruhnya sistematis (terstruktur).
A. Populasi dan Sampel
B. Sifat Data
C. Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran
1. Variabel Penelitian
A. Menurut Salladin yang dikutip oleh Djunaidi dan Fauzan
menyatakan bahwa di dalam penelitian seorang peneliti harus
memiliki kemampuan untuk membedakan antara variabel
tergantung (dependent variable) di satu sisi, dengan variabel
bebas (independent variable), juga variabel antara (intervening
variable), variabel moderator (moderator variable), dan variabel
latar belakang mutlak (antecedent variable) di sisi lain.
Instrumen Data
54

Dalam pengumpulan data instrumen yang dipergunakan untuk


mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah berbentuk
Observasi/ Pengamatan sebagai instrumen utama dan
Dokumentasi, serta pedoman wawancara sebagai instrumen
pendukung.
B. Jenis Data Penelitian
Pembahasan dalam tesis ini menggunakan pendekatan
kualitatif dan metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan
suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang
berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami.
Karena orientasinya demikian, sifatnya mendasar dan
naturalistis atau bersifat kealamian, serta tidak bisa dilakukan
dilaboratorium, melainkan dilapangan.63
Pada dasarnya metode penelitian kualitatif ditujukan untuk
penelitian yang bersifat menangani kasus. Dengan demikian,
proses pengumpulan dan analisis data bersifat kasus pula.64
Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif,
diharapkan mendapatkan data dan informasi yang mendalam
sehingga tujuan penelitian dapat tercapai, yang mana dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
implementasi kepemimpinan transformasional kepala sekolah
di SMP Islam Daar El’Arqam Kec. Mauk, Kabupaten
Tangerang.
Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan
untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat
mengenai fakta dan sifat objek tertentu. Penelitian deskriptif
ditujukan untuk memaparkan dan menggambarkan dan
memetakan fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau
kerangka berpikir tertentu. Metode ini berusaha

63
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), Cet. 10, h.89.
64
Rully Indrawan & Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama,
2014), h.68
55

menggambarkan dan menginterpretasi apa yang ada atau


mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang
sedang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat
atau efek yang terjadi atau kecenderungan yang tengah
berkembang.65 Metode ini dipakai karena dipandang dapat
menjelaskan mengenai implementasi kepemimpinan
transformasional kepala sekolah di Smp Islam Daar El’Arqam
Kec. Mauk.
C. Sumber Data
Sumber dalam penelitian ini berasal dari sumber primer dan
sekunder. Sumber data primer yang dilakukan yaitu dengan
mengolah informasi yang diperoleh dari lapangan berupa
catatan dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan fokus
penelitian. Pencarian data dimulai dari kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, guru maupun staf di SMP Islam Daar
El’Arqam Kec. Mauk. Pencarian data akan dimulai dari
kepala sekolah sebagai informan kunci, informasi ditentukan
berdasarkan atas petunjuk kepala sekolah, kecukupan data
didasarkan pada kejenuhan data yaitu apabila dari data yang
satu dan data yang lainnya adalah sama. Kemudian untuk
subjek penelitian lainnya akan dilakukan secara puposive dan
dianggap paling representatif untuk menjawab pertanyaa-
pertanyaan berkenaan dengan fokus penelitian. Selanjutnya
sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu bersumber
dari perpustakaan, terdiri dari buku-buku, literatur-literatur,
artikel dan dokumen yang berkaitan dengan masalah yang
akan diteliti.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Observasi/pengamatan
Observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat

65
Mahmud, op. cit., h. 100.
56

secara sistematik gejala-gejala yang di selidiki.66

Tabel 1.1
Kisi-kisi Instrumen Observasi Tentang Implementasi
Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran

Dimensi Sub Dimensi


a. Idealized 1. Mampu mengambil keputusan
Influence 2. Perilaku yang menghasilkan rasa hormat
(pengaruh 3. Menumbuhkan rasa percaya dari para guru dan staff
idealis)

b. Inspirational 1. Memberikan contoh yang baik untuk guru dan staff


Motivation 2. Memperhatikan jenjang karir guru
(motivasi 3. Menjalin komunikasi yang baik dengan guru dan staff
inspirasional)

c. Intellectual 1. Memberikan ide-ide baru yang inovatif


Stimulation 2. Memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi
(stimulasi 3. mengajarkan kesediaan menerima saran dan kritik
intelektual)

66
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005), Cet. 7, hlm.70.
57

d. Individualized 1. Mendengarkan keluhan yang dihadapi oleh guru dan


Consideration staff
(perhatian 2. Membantu menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh
pada individu) guru dan staff dalam menunjang kebutuhan prestasi
kerja
e. Menciptakan 1. Mengubah kultur organisasi

Perubahan Besar 2. Membantu orang untuk tidak sekedar


mengejar kepentingan diri
3. Mengejar kejayaan

2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.67 Pada penelitian ini digunakan wawancara
secara mendalam dengan kepala sekolah, guru dan staf yang
merupakan sumber penelitian. Teknik wawancara ini
dimaksudkan untuk menggali data dan informasi tentang
implementasi kepemimpinan transformasional kepala sekolah
di Smp Islam Daar El’Arqam, Kec. Mauk

67
Lexy J. Moleong, MA, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja RosdaKarya,
1997, Cet Ke-8, hlm.135
58

Kepala Guru dan


Dimensi Sub Dimensi Sekolah Staff
No. No.
Pertanyaan Pertanyaan

a. Idealized 1. Mampu mengambil keputusan 1, 2, 3 1, 2


Influence 2. Perilaku yang menghasilkan rasa 4, 5 3, 4
(pengaruh hormat
idealis) 3. Menumbuhkan rasa percaya dari 6, 7 5, 6
para guru dan staff
b. Inspirational 1. Memberikan contoh yang baik 8, 9 7, 8, 9
Motivation untuk guru dan staff
motivasi 2. Memperhatikan jenjang karir 10, 11 10, 11
inspirasional) guru
3. Menjalin komunikasi yang baik 12, 13 12, 13
dengan guru dan staff

(motivasi 4. Memperhatikan jenjang karir 10, 11 10, 11


inspirasional) guru
5. Menjalin komunikasi yang baik 12, 13 12, 13
dengan guru dan staff
c. Intellectual 1. Memberikan ide-ide baru yang 14, 15 14
Stimulation inovatif
(stimulasi 2. Memberikan solusi terhadap 16, 17 15, 16
intelektual) masalah yang dihadapi
3. mengajarkan kesediaan 18, 19 17, 18
menerima saran dan kritik
59

d. Individualized 1. Mendengarkan keluhan yang 20, 21 19, 20


Consideration dihadapi oleh guru dan staff
(perhatian 2. Membantu menyediakan fasilitas 22, 23 21, 22
pada individu) yang dibutuhkan oleh guru dan
staff dalam menunjang
kebutuhan prestasi kerja
e. Menciptakan 1. Mengubah kultur organisasi 24, 25 23, 24
Perubahan 2. Membantu orang untuk tidak 26, 27 25, 26
Besar sekedar mengejar kepentingan
diri
3. Mengejar kejayaan 28, 29, 30 27, 28

3. Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar maupun elektronik.68
Metode dokumentasi adalah sumber non manusia yang merupakan
sumber yang stabil dan akurat sebagai cermin situasi/kondisi sebenarnya
serta dapat dianalisis secara berulang-ulang dengan tidak mengalami
perubahan.
Pedoman dokumen digunakan untuk mengetahui data-data yang ada di
SMP Islam Daar El’Arqam Kec. Mauk. Data akan diperoleh melalui kajian
atau studi terhadap manual yang berisi kebijakan-kebijakan, prosedur-
prosedur yang diberlakukan, instruksi-instruksi serta arsip lainnya.

68
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012), Cet. 8, h.221.
60

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat


pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu. Aktivitas dalam analisis data :
1. Reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksin akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
2. Penyajian data, bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang berisi naratif. Penarikan kesimpulan,
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada
kesimpulan dalamhasil penyajian data dapat diambil kesimpulan agar
lebih mudah dipahami.69
F. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Smp Islam Daar El’Arqam Kec.
Mauk Jalan Raya Mauk Desa Tegal Kunir Lor Kecamatan Mauk
Kabupaten Tangerang-Banten. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Oktober 2021 s/d. berikut rincian pelaksanaannya.

69
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2010, cet. 8, hlm 246-252.
61

Waktu Pelaksanaan

September 2020
Agustus 2020

Oktober 2020
No. Kegiatan

Juni 2020
Mei 2020

Juli 2020
1. Pengajuan Judul Tesis X

2. Ujian proposal penelitian X

3. Penunjukkan pembimbing X

4. Penulisan Bab I dan Bab II X

5. Penulisan Bab III X


Pembuatan Instrumen
6. X
Penelitian
Uji coba Instrumen
7 X
Penelitian
Pelaporan Hasil Uji Coba
8. X
Instrumen
9. Ujian Progres I X

10. Penelitian X
Pengolahan Data Hasil
11. X
Penelitian
12. Penulisan Bab IV dan V X

13. Ujian Prores II X


Perbaikan hasil ujian progres
14. X
II
15 Penggandaan Tesis X

16 Ujian Sidang Tesis X

17 Perbaikan hasil ujian sidang X


62

E. Jadwal Penelitian

BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum Objek Penelitian


B. Temuan Penelitian
C. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi Hasil Penelitian
C. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
63
64

Anda mungkin juga menyukai