Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN. “F” DENGAN PRILAKU KEKERASAN


Di Ruang Kenari RSJ Menur Surabaya
Provinsi Jawa Timur

Disusun Oleh :

1. Siti Kholilah 12. Rona Junaedi Nenobais


2. Rosmala Duila 13. Gaspar Eduardo G. Fernand
3. Khuliyatun Nafisah 14. Yonsesnsius Tg Boybalau
4. Arinda Firgia Putri 15. Yosep K Kewuan
5. Evaloinha Luisa Mendonca 16. Amelia Nur I. Pratiwi
6. Sujiyati Nabela 17. Sefen Mamarodia
7. Cindrawati Retnanin Gumilar 18. Josua Brian Syaranamual
8. Ayu Yunita Sari 19. Kusnadi Rasyid
9. Alvika Mila 20. Nofia Sari Puspita Dewi
10. Eka Marliana 21. Fardi Krisnawan
11. Moch Yasa Saifullah

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2022
1.1 PERILAKU KEKERASAN
a. Pengertian
1. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang
lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (kusumawati dan
hartono, 2010)
2. Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan (stuart dan sundeen, 1995).
3. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (berkowitz, dalam
harnawati, 1993)
4. Setiap aktifitas bila tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (stuart dan
sundeen, 1998)
5. Suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik
baik terhadap diri sendiri atau orang lain (Towsend, 1998)
6. Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien
sendiri, lingkungan termasuk orang lain, dan barang-barang (Maramis, 1998)
7. Perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua perilaku kekerasan secara verbal dan
fisik (Ketner et al…1995)
b. Tanda dan gejala
1. Fisik
Mata melotot/pendangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada
keras, ketus
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme
a. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan kreativitas
terhambat.
b. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran
c. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.
c. Rentang respons

Respon Adaptif Respons Maladaptif

Asertif frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Gambar : rentang respons perilaku kekerasan


Sumber : Keliat 1991

Keterangan :
1. Asertif
Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan ketenagan
2. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan
alternatif
3. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya
4. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih
terkontrol
5. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control
Tabel : perbandingan antara perilaku asertif, pasif, dan agresif/kekerasan
PASIF ASERTIF AGRESIF

ISI Negatif dan Postif dan Menyombongkan


PEMBICARAAN merendahkan menawarkan diri, diri, merendahkan
diri, contohnya contohnya perkataan : orang lain,
perkataan : “saya dapat…..” “saya contohnya
“dapatkah saya?” akan …..” perkataan : “kamu
“dapatkah selalu””kamu tidak
kamu?” pernah…”
TEKANAN Cepat, lambat, Sedang Keras dan ngotot
SUARA mengeluh
POSISI BADAN Menundukkan Tegap dan santai Kaku, condong ke
kepala depan
JARAK Menjaga jarak Mempertahankan Siap dengan jarak
dengan sikap jarak yang nyaman akan menyerang
acuh/mengabaika orang lain
n
PENAMPILAN Loyo, tidak dapat Sikap tenang Mengancam, posisi
tenag menyerang
KONTAK MATA Sedikit/sama Mempertahankan Mata melotot dan
sekali tidak kontak mata sesuai dipertahankan
dengan hubungan
Sumber :Keliat (1999) dalam Fitria (2009)
d. Faktor predisposisi
1. Faktor psikologis
a. Terjadi asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan
b. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masakecil yang
tidak menyenangkan
c. Rasa frustasi
d. Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau lingkungan
e. Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kepuasan
dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat
konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan
dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam
kehidupannya. Teori lainnya berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindakan
kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri perilaku tindak kekerasa.
f. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilku yang dipelajari,
individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku kekerasan lebih
cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibandingkan anak-
anak tanpa faktor predsiposisi biologic
2. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut
Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respons-respons yang lain. Faktor
ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya juga
dapat membantu mendefenisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang
tidak dapat diterima.
Control masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam measyarakat merupakan
faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasa.
3. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus
elektris ringan pada hipotalamus (system limbic) ternyata menimbulkan perilaku
agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbic (untuk emosi dan perilaku),
lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi
indera penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil
berdilatsi, danhendak menyerang objek yang ada disekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologic, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut:
1. Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen system neurologis
mempunyai implikasi dan memfasiliats dan menghambat implus agresif.
System limbic sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
bermusuhan dan respons agresif.
2. Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996) menyatakan
bahwa berbagai neurotransmitter (epinerprin, neropineprin, dopamine,
asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi dan
menghambat implus agresif. Peningkatan hormone androgen dan
nerofienrprin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang menyebabkan
timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
3. Pengaruh genetic, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya
dengan genetic termasuk genetic tipe kariotipe XYY, yang umumnya
dimiliki oleh penghuni penjara tindak criminal (narapidana).
4. Gangguan otak, sindrom otak organic berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khsususnya pada limbic dan lobus temporal),
trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsy (epilepsy lobus temporal) terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
e. Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injuri secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa fakor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lingkunga.
3. Lingkungan : panas, padat, dan bising
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan
perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut :
1. Kesulitan kondisi sosial ekonomi
2. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu
3. Ketidaksipan seoarng ibu dalam merawat anaknya danketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang dewasa
4. Pelaku mungkin mempunyiai riwayat antisocial seperti penyalahgunaan obat dan
alcohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi
5. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
f. Mekanisme koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme kpoing yang konstruktif dan
mengeksplorasikan kemarahannya. Mekanisme koping yang umum digunakan
adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi,
represif, denial dan reaksi formal.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan anatara lain :
a) Menyerang atau menghindar
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom
bereaksi terhadap sekresi epinerprin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual sekresi HCL meningkat,
peristaltic gaster menurun, pengeluaran juga meningkat, tangan mengepal, tubuh
menjadi kaku dan diserta reflek yang cepat
b) Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, dan asertif.
Perilaku asertif adalah cara yang terbaik, individu dapat mengekspresikan rasa
marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis dan dengan
perilaku tersebut individu juga dapat mengembangkan diri.
c) Memberontak
Perilaku yang muncul biasanya diserta kekerasan akibat konflik perilaku untuk
menarik perhatian orang lain
d) Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
g. Pohon masalah

Perilaku kekerasan
GPS : Halusinasi
Regimen terapeutik
inefektif

Harga diri rendah


kronis Isolasi sosial : menarik
diri

Koping keluarga tidak Berduka disfungsinoal


efektif

Gambar 8.2. Pohon masalah perilaku kekerasan


Sumber : Fitria (2009)
h. Masalah keperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Harga diri rendah kronis
5. Isolasi sosial
6. Berduka disfungsional
7. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
8. Koping keluarga inefektif
i. Data yang perlu dikaji
Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji

Perilaku kekerasan Subjektif :


a. Klien mengancam
b. Klien mengumpat dengan kata-kata kotor
c. Klien mengatakan dendam dan jengkel
d. Klien mengatakan ingin berkelahi
e. Klien menyalhkan dan menuntut
f. Klien meremehkan
Objektif
a. Mata melotot/pandangan tajam
b. Tangan mengepal
c. Rahang mengatup
d. Wajah memerah dan tegang
e. Postur tubuh kaku
f. Suara keras

Faktor-faktor yang berhubungan dengan maslah perilaku kekerasan antara lain


sebagai berikut :
1. Ketidakmanpuan mengendalikan dorongan marah
2. Stimulus lingkungan
3. Konflik interpersonal
4. Status mental
5. Putus obat
6. Penyalahgunaan narkoba/alcohol
j. Diagnose keperawatan
Perilaku kekerasan
k. Rencana asuhan keperawatan
Tujuan Asuhan Intervensi

a. Pasien mampu : a. Setelah …….x SP 1


b. Mengidentifikasi pertemuan, pasien 1. Identifikasi
penyebab dan tanda mampu : penyebab, tanda
perilaku kekerasan Menyebutkan dan gejala serta
c. Menyebutkan jenis penyebab tanda, akibat perilaku
perilaku kekerasan gejala, dan akibat kekerasan
yang pernah perilaku kekerasan 2. Latih cara fisik 1 :
dilakukan tarik nafas dalam
d. Menyebutkan 3. Masukkan dalam
akibat dari perilaku jadwal harian
kekerasan yang pasien
a. Setelah ……..x SP 2
dilakukan
pertemuan, pasien 1. Evaluasi kegiatan
e. Menyebutkan cara
mampu : yang lalau (SP1)
mengontrol perilaku
b. Menyebutkan 2. Latih fisik 2 : pukul
kekerasan
kegiatan yang kasur/bantal
f. Mengontrol
sudah dilakukan 3. Masukkan dalam
perilaku
c. Memperagakan jadwal harian
kekerasannya
cara fisik untuk pasien
dengan cara :
mengontrol
g. Fisik
perilaku kekerasan
h. Sosial/verbal
a. Setelah……x SP3
i. Spiritual
pertemuan pasien 1. Evaluasi kegiatan
j. Terapi
mampu : yang lalu (SP 1dan
k. Psikofarmaka (obat
b. Menyebutkan 2)
kegiatan yang 2. Latih secara
sudah dilakukan sosial/verbal
c. Memperagakan 3. Menolak dengan
cara sosial/verbal baik
untuk mengontrol 4. Meminta dengan
perilaku kekerasan baik
5. Mengungkapkan
dengan baik
6. Masukkan dalam
jadwal harian
pasien
a. Setelah ……x SP 4
pertemuan pasien 1. Evaluasi kegiatan
mampu : yang lalu (SP 1, 2,
b. Menyebutkan dan 3)
kegiatan yang 2. Latih secara
sudah dilakukan spiritual
c. Memperagakan 3. Berdoa
cara spiritual 4. Sholat
5. Masukkan dalam
jadwal harian
pasien
a. Setelah ….x SP 1
pertemuan, pasien 1. Evaluasi kegiatan
mampu : yang lalu (SP 1, 2,
b. Menyebutkan 3 dan 4 )
kegiatan yang 2. Latih patuh obat :
sudah dilakukan 3. Minum obat secara
c. Memperagakan prinsip 5 B
cara patuh obat 4. Susun jadwal
minum obat secara
teratur
5. Masukkan dalam
jadwal hariam
pasien
Keluarga mampu : a. Setelah…….x SP 2
a. Merawat pasien di pertemuan, keluarga 1. Identifikasi
rumah mampu menkjelaskan masalah yang
penyebab, tanda dan dirasakan keluarga
gejala, akibat serta dalam merawat
mampu pasien
memperagakan cara 2. Jelaskan tentangg
merawat perilaku kekerasan :
3. Penyebab
4. Akibat
5. Cara merawat
6. Latih cara merawat
7. RTL
keluarga/jadwal
untuk merawat
pasien
a. Setelah…..x SP 3
pertemuan keluarga 1. Evaluasi kegiatan
mampu menyebutkan yang lalu (SP 1)
kegiatan yang sudah 2. Latih (stimulus) 2
dilakukan dan mampu cara lain untuk
merawat serta dapat merawat pasien
membuat RTL 3. Latih Langsung ke
pasien
4. RTL
keluarga/jadwal
untuk merawat
pasien

a. Setelah…..x SP 4
pertemuan keluarga 1. Evaluasi SP 1 dan
mampu menyebutkan SP 2
kegiatan yang sudah 2. Latih langsung ke
dilakukan dan mampu pasien
merawat serta dapat 3. RTL
membuat RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat pasien
a. Setelah …….x SP 4
pertemuan keluarga 1. Evaluasi SP 1, 2, 3,
mampu melaksanakan 2. Latih langsung ke
follow up dan rujukan pasien
serta mampu 3. RTL keluarga
menyebutkan kegiatan 4. Follow up
yang sudah dilakukan 5. Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Carolina. (2008). Perilaku Kekerasan, dari http://repository.usu.ac.id/ bitstream/


123456789/27602/ 6/Chapter%20I.pdf, Diunduh Pada Tanggal 5 Mei 2014

Damayanti, M & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Rafika


Aditama.

Dermawan, D & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa; Konsep Dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Direja, A. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Fitria, N. (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta
:Salemba Medika.

Keliat, B. A. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC

. (2009). Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta :


EGC.
. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic
Course). Jakarta : EGC.

Kusumawati, F Dan Yudi, H. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :


Salemba Medika.

NANDA International. (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi.


Jakarta: EGC

Purba. (2008). Perilaku Kekerasan, dari http://repository.usu. ac.id/bitstream/


123456789/27602/6/Chapter%20I.pdf. Diunduh PadaTanggal5 Mei 2014

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa : Jakarta : EGC Towsend,

M. (1998). Diagnosa Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC. Yosep.

(2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

. (2009). Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung : Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai