Anda di halaman 1dari 18

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Tinjauan Kasus


Seorang pebisnis muda berusia 29 tahun yang sering bepergian ke Afrika Barat dating
ke sebuah klinik. Pria ini mengakui bahwa dia memiliki kelakuan yang “menyimpang”
dengan beberapa gadis lokal afrika. Hingga saat ini dia sedang menjalani hubungan yang
stabil dengan gadis Senegal yang hidup di Belanda. Sebulan sebelum datang ke klinik, pria
ini pernah mengalami sariawan ringan dan sudah diterapi di Mali. Tiga minggu kemudian,
muncul gejala yang menyerupai flu, splenomegaly serta lymphadenopathy. Penurunan berat
badan sebesar 12 kg juga terjadi. Beberapa antibiotik dan obat obat malaria telah diberikan di
Afrika Barat. Ketika diperiksa di klinik, kondisinya belum membaik dan terlihat sakit berat.
Hasil Pemeriksaan Lab sebagai berikut :
Hasil Nilai Rujukan
Laju endap darah 13 <10 mm/Jam
Haemoglobin 7.8 7.6-10 mmol/l
White blood count 4.6 5-9.5 x 10/l
Limfosit 23 20-40 %
Monosit 4 2-8 %
Platelet 298 300-500 x 10/l
Malaria Thick Smear negatif negatif
Fungsi hati dan ginjal normal normal
Hasil Nilai Rujukan
Minggu setelah infeksi 4 8
Elisa HIV-1 +/- + -
Immunoblot HIV +- + -
CD4 - 0.40 0.46-1.45
Rasio CD4-CD8 - 0.67 0.81-3.00

3.2. P-Treatment dan P-Drug


3.2.1. Masalah Pasien
1. Masalah Utama : Gejala menyerupai flu, spleenomegali, limfadenopati.
2. Masalah Tambahan : Penurunan berat badan sebanyak 12 Kg.
Diagnosis :
Pada kasus ini, perlu pendalaman terhadap keluhan yang dilaporkan oleh pasien.
Melakukan anamnesa yang mendalam, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lab penunjang
sangat perlu untuk membantu dalam penegakan diagnosis.
Pada anamnesa, sebaiknya ditanyakan apa yang menjadi keluhan utama pasien untuk
datang ke klinik. Pada kasus HIV, pasien datang dengan keluhan yang tidak spesifik seperti
sariawan, sering demam dan menggigil, berat badan menurun, kelelahan, nyeri otot serta
pembengkakan nodus limpa. Karena keluhan yang kurang spesifik, maka pemeriksa perlu
mengidentifikasi apakah terdapat infeksi oportunistik HIV yang mungkin pernah dialami
pasien seperti infeksi TB, candidiasis, herpes simpleks, serta oral ulcers. Keluhan sistem
organ juga sebaiknya ditanyakan pada saat anamnesa seperti nyeri kepala, masalah pada
pernafasan, masalah pada jantung, masalah pada sistem genitourinaria dan sebagainya.
Pada kasus diatas pasien mengeluhkan ada gejala seperti flu dan pernah diterapi untuk
sariawan sebelumnya. Pada pasien HIV, sistem imun yang seharusnya dapat memblok infeksi
tidak dapat bekerja secara maksimal, sehingga patogen luar mudah masuk dan menginfeksi.
Pertanyaan mengenai obat obatan yang pernah dikonsumsi dan alergi terhadap obat
obatan tertentu juga perlu digali. Pemeriksa juga perlu bertanya tentang penyakit kronis yang
mungkin dialami oleh pasien. Pada kasus ini, latar belakang pasien juga perlu ditanyakan
seperti gaya hidup, aktifitas seksual dan penggunaan narkoba.
Pada kasus diatas, pasien menjelaskan bahwa dia baru saja pulang dari salah satu
wilayah di Afrika dan sering melakukan hubungan seksual dengan banyak gadis lokal disana.
Setelah anamnesis dilakukan secara detail, pemeriksa perlu melakukan pemeriksaan
fisik yang mengarah ke penegakan diagnosis. General assessment menilai kondisi umum
pasien (terlihat sehat atau sangat sakit, postur tubuh, kondisi tubuh (kulit, berat badan, dll),
pendengaran, penglihatan, kondisi mental. Perhatikan pula apakah ada prilaku abnormal yang
dilakukan oleh pasien.
Pengukuran tinggi badan, berat badan, frekuensi nafas, denyut nadi, tekanan darah, dan
temperatur penting untuk dilakukan. Perlu diperhatikan apakah terjadi perubahan berat badan
dalam beberapa bulan terahir.
Pada kasus diatas, ditemukan splenomegaly dan limfadenopati. Hal ini mungkin terjadi
akibat mudahnya infeksi yang masuk kedalam tubuh akibat sistem imun yang mulai lemah.
Pasien juga melaporkan bahwa ada penurunan berat badan. Hal ini mungkin terjadi akibat
malabsorbsi nutrisi yang cukup umum terjadi pada pasien HIV.
Interpretasi Hasil Lab :
Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
Laju endap darah 13 <10 mm/Jam Meningkat
Haemoglobin 7.8 7.6-10 mmol/l Normal (sedikit
menurun)
White blood count 4.6 5-9.5 x 10/l Menurun
Limfosit 23 20-40 % Normal (sedikit
menurun)
Monosit 4 2-8 % Normal
Platelet 298 300-500 x 10/l Menurun
Malaria Thick Smear negatif negatif Normal
Fungsi hati dan ginjal normal normal Normal

Hasil Nilai Rujukan Interpretasi


Minggu setelah 4 8
infeksi
Elisa HIV-1 +/- + - Positif
CD4 - 0.40 0.46-1.45 Menurun
Rasio CD4-CD8 - 0.67 0.81-3.00 Menurun

3.2.2. Tujuan Terapi


1. Mengurangi laju penularan HIV di masyarakat
2. Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan HIV
3. Memperbaiki kualitas hidup ODHA
4. Memulihkan serta memelihara fungsi kekebalan tubuh
5. Menekan replikasi virus secara maksimal dan secara terus menerus

3.2.3. Pemilihan Terapi


1. Terapi Non Farmakologis
 Diet menaikkan berat badan
 Konsultasi terkait aktifitas seksual
2. Terapi Farmakologis
 Terapi spesifik untuk infeksi HIV
Daftar Tabel Obat HIV

Sediaan Dan Dosis Yang


Effikasi Efek Samping Kontraindikasi Keterangan
Direkomendasikan
Nucleoside Reverse Trancriptase Inhibitor (NRTI)

Zidovudine Farmakodinamik 250 - 300 mg setiap 12 Perlu dilakukan pasien yang Dalam suhu kamar
jam Pemantauan efek mengalami reaksi
Zidovudin merupakan samping supresi hipersensitivitas
antiretroviral Dosis 250 mg dapat sumsum tulang (anemi seperti reaksi
golongan Nucleoside Reverse diberikan tanpa makrositik atau anafilaktik,
Transcriptase Inhibitor (NRTI) mengurangi efektifivatas netropeni) angioedema
atau analog nukleosida sintetik. AZT dengan dan sindrom Stevens-
Dalam sel yang terinfeksi virus, kemungkinan timbulnya ES lain: asidosis laktat Johnson
bentuk metabolit efek samping yang lebih dengan steatosis
aktif zidovudine triphosphate rendah hepatitis (jarang);
menghambat enzim reverse intoleransi
transcriptase untuk memutus Dosis 250 mg sementara gastrointestinal; sakit
rantai DNA. Kurangnya tidak tersedia di kepala; sukar tidur;
kelompok 3'-OH dalam analog Indonesia miopati; pigmentasi
nukleosida mencegah kulit dan kuku
terbentuknya ikatan fosfodiester
5’ ke 3’ yang secara esensial
berfungsi untuk perpanjangan
rantai DNA sehingga
menghentikan sintesis DNA
dan replikasi virus
Farmakokinetik

Stavudine 30 mg; diberikan tiap 12 Neuropati perifer, Asidosis laktat dan


(d4T) lipodistrofi dan laktat
hepatomegaly yang
(Staviral®) jam asidosis merupakan parah dengan
efek samping yang
steaosis.
sering timbul. Dalam suhu kamar
Pemeriksaan ketiga
gejala tersebut diatas
perlu dilakukan secara
terus menerus

ES lain Pankreatitis

Lamivudine Farmakodinamik 150 mg; diberikan tiap Toksisitas rendah adanya Dalam suhu kamar.
(3TC) 12 jam atau 300 mg hipersensitivitas Jika ODHA telah
(Hiviral®) Lamivudin (2’-deoksi-3’- setiap 24 jam Efek samping asidosis terhadap lamivudin mendapatkan
tiasitidin, 3TC) adalah analog laktat dengan steatosis atau komponen- Lamivudin untuk
nukleosid sitosin yang bekerja hepatitis (jarang) komponen yang tujuan pengobatan
sebagai inhibitor enzim reverse terdapat dalam Hepatitis B
transcriptase aktif formulasinya. sebelumnya, maka
terhadap human Pemberian lamivudin Lamivudine tidak
immunodeficiency virus tipe juga harus dapat digunakan
(HIV-1) dan virus hepatitis B diperhatikan pada karena telah terjadi
(HBV), baik secara in pasien-pasien dengan resisten.
vitro maupun in vivo. gangguan ginjal dan
Lamivudin difosforilasi secara pada anak-anak Duviral®
intrasel menjadi metabolit karena penyesuaian merupakan FDC dari
lamivudin trifosfat (L-TP) yang dosis dapat AZT+3TC
bekerja sebagai kompetitor diperlukan.
deoksisitidin trifosfat dalam
berikatan dengan enzim reverse
transcriptase. Tidak adanya
grup 3’-OH pada analog
nukleosida ini menghambat
terbentuknya rangkaian
fosfodiester 5’ ke 3’ yang
penting dalam elongasi rantai
DNA, mengakibatkan terminasi
rantai DNA virus.

Farmakokinetik

Lamivudin diabsorpsi secara


cepat jika diberikan per oral.
Obat ini mengalami
metabolisme intraseluler
menjadi metabolit lamivudin
trifosfat, dan diekskresikan
melalui urin dalam bentuk tidak
berubah.
Didanosine 250 mg ( BB < 60 mg) Didanosine merupakan Hipersensitifitas Tablet dan kapsul
(ddI) dan 400 mg ( BB > 60 obat dari golongan “ d terhadap didianosine, dalam suhu kamar.
mg): diberikan single “ drugs bersama renal (CrCl <10 Puyer harus dalam
dose setiap 24 jam (tablet dengan d4T dan ddC. mL/min), laktasi, refrigerator, suspensi
bufer atau kapsul enteric ddI tidak dapat penggunaan oral/ formula
coated) digunakan bersama bersamaan dengan pediatrik dapat tahan
dengan d4T karena allopurinol, hingga 30 hari bila
memperkuat timbulnya tenofovir, stavudine disimpan dalam
efek samping seperti dan hydroxiurea lemari es.
pankreatitis, neuropati,
asidosis laktat, Sudah tidak
lipoatrofi. digunakan di
Indonesia
Efek samping lain:
asidosis laktat dengan
steatosis hepatitis
(jarang); mual; muntah;
diare

ddI tidak boleh


digunakan bersama
dengan Tenovofir
karena interaksi obat
yang menyebabkan
kadar Tenofovir dalam
darah turun sehingga
menyebabkan
kegagalan pengobatan

ddI juga tidak


direkomendasikan
untuk digunakan
bersama dengan
Abacavir karena data
pendukung yang tidak
cukup

Abacavir 300 mg; diberikan tiap Abacavir mempunyai Hipersensitif terhdap Dalam suhu kamar
(ABC) 12 jam ATAU 600 mg efek samping abacavir, pasien yang Hanya digunakan
(Ziagen®) setiap 24 jam hipersensitivitas positif HLA- untuk formula anak
dengan insiden sekitar B*57:01, gangguan
5 – 8 % (dapat fatal). fungsi hati,
menyusui.
Demam, ruam,
kelelahan, mual,
muntah, tidak nafsu
makan

Gangguan pernafasan
(sakit tenggorokan,
batuk) asidosis laktat
dengan steatosis
hepatitis (jarang)

Penggunaan Abacavir
harus dihentikan jika
terjadi reaksi alergi dan
TIDAK boleh
digunakan lagi ( re-
start)

Efek samping abacavir


sama dengan efek
samping Nevirapine
dan kotrimoksasol
sehingga penggunaan
Abacavir bersama
dengan Nevirapine
merupakan kontra
indikasi

Pada negara maju,


pemeriksaan HLA *B
5701 sebelum
memberikan Abacavir,
jika HLA*B5701
negatif maka Abacavir
dapat digunakan

Penggunaan Abacavir
dapat menyebabkan
cardiomiopati, terjadi
terutama jika viral load
> 100,000 copies/ml

Emtricitabine Merupakan turunan Hipersensitifitas Dalam suhu kamar


(FTC) dari 3TC, dapat terhadap
digunakan pada emtricitabine Truvada® -
200 mg setiap 24 jam Hepatitis B merupakan FDC dari
TDF+FTC

Atripla® -
merupakan FDC dari
TDF+FTC+EFV

Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor (NtRTI)

Tenofovir Farmakodinamik 300 mg; diberikan single Insufisiensi fungsi Pasien yang Dalam suhu kamar
(TDF) dose setiap 24 jam ginjal, sindrom mengalami reaksi
(Viread®) Tenofovir akan diaktivasi Fanconi, sehingga perlu hipersensitivitas Truvada® -
dengan bifosforilasi. Tenofovir (Catatan: interaksi obat dilakukan pemeriksaan merupakan FDC dari
merupakan penghambat reverse dengan ddI, tidak lagi fungsi ginjal sebagai TDF+FTC
transcriptase yang sangat dipadukan dengan ddI) data awal (baseline
poten. Setelah diaktivasi, data) Atripla® -
tenofovir akan menginhibisi merupakan FDC dari
polimerase virus, menyebabkan Astenia, sakit kepala, TDF+FTC+EFV
terminasi rantai DNA dan diare, mual, muntah,
hambatan dalam sintesis virus. perut kembung;
Penurunan bone
Farmakokinetik mineral density;
Osteomalasia.
Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)

Nevirapine Farmakodinamik 200 mg setiap 24 jam Efek samping pada gangguan hepar yang Dalam suhu kamar
(Neviral®) selama 14 hari, nevirapine adalah dose sedang atau berat
Nevirapine akan kemudian 200 mg setiap dependent, sehingga dengan kategori
menghambat reverse 12 jam untuk 2 minggu Child-Pugh B atau C.
transcriptase yang berada pertama dilakukan
pada HIV dengan cara eskalasi dosis
berikatan langsung. Ikatan ini 200mg/dosis tunggal
akan menyebabkan gangguan dan 200 mg /12 jam
situs katalitik enzim, sehingga pada hari ke 15 dan
menghambat aktivitas seterusnya
polimerase DNA-
dependent dan RNA-dependent. Jika Nevirapine
Nevirapine dapat digunakan digunakan untuk
bersamaan dengan obat mengganti ( substitusi)
golongan nucleoside reverse Efavirense maka
transcriptase inhibitor dan nevirapine langsung
menunjukkan efek sinergi. diberikan dengan dosis
penuh tanpa escalating
dosis

Efek samping
nevirapine lainnya yang
perlu diperhatikan
adalah hepatotoksik.

Nevirapine dihentikan
jika terjadi kenaikan
SGPT > 5 kali dari
baseline

Nevirapine dihentikan
jika terjadi steven –
Johnson sindrom dan
tidak boleh di ulang
kembali.

Pemberian Nevirapine
pada wanita dengan
CD4 > 250 dan pria
dengan CD4 > 400
perlu dilakukan
Pemantauan ketat
terhadap timbulnya
reaksi alergi

Nevirapine TIDAK
boleh digunakan untuk
Post Exposure
Prophylaxis ( PEP)

Nevirapine dapat
dipertimbangkan untuk
digunakan bersama
dengan Rifampisin jika
Efaviren merupakan
kontraindikasi.

Efavirenz TIDAK
direkomendasikan
untuk digunakan guna
keperluan substitusi
jika telah terjadi Steven
Johnson syndrom
Efavirenz Farmakodinamik 600 mg; diberikan single Gejala SSP: pusing, pasien yang Dalam suhu kamar
(Stocrine®) dose 24 jam (malam) mengantuk, sukar tidur, diketahui memiliki
(Efavir®) Efavirenz bekerja dengan hari bingung, halusinasi, hipersensitivitas Atripla® -
(Sustiva®) berikatan pada kantung agitasi, seperti susah terhadap efavirenz merupakan FDC dari
ikatan non-nucleoside reverse- konsentrasi, insomnia, atau komponen dari TDF+FTC+EFV
transcriptase vivid dream, depresi, sediaan obat
inhibitors (NNRTI) yang skizofrenia. efavirenz
terdapat pada reverse
transcriptase (RT) Peningkatan kadar
virus HIV tipe 1. transaminase.
Karena reverse
transcriptase adalah enzim Hiperlipidemi.
yang digunakan pada replikasi Ginekomasti. Ruam
genom retrovirus, ikatan kulit. Potensi teratogen
dengan efavirenz akan
mengganggu aktivitas katalitik Merupakan obat pilihan
dan menginhibisi aktivitas RT utama pada ko-infeksi
dan replikasi virus. TB/HIV

Mempunyai profile
efek samping yang
sama dengan
Nevirapine dengan
insiden yang lebih
rendah

Pemantauan efek
samping pada
gangguan mental

Pada wanita hamil,


Efavirenz diberikan
setelah trimester
pertama

Dilaporkan
menyebabkan false
positif pada skrining
cannabis dan
benzodiazepine.

Protease Inhibitor (PI)

Lopinavir/ Farmakodinamik Tablet heat stable Efek samping pasien yang Dalam suhu kamar
ritonavir lopinavir 200 mg + metabolic seperti diketahui memiliki
(LPV/ r) Lopinavir memiliki ikatan ritonavir 50 mg: hiperglikemia hipersensitivitas
(Aluvia®) hidroksietilen dalam (diabetes), terhadap lopinavir,
molekulnya, yang menjadikan 400 mg/100 mg setiap 12 hipercholestrolemi, ritonavir, atau
obat ini suatu substrat yang jam lipoakumulasi perlu komponen dari
tidak dapat dihidrolisis oleh dimonitor pada sediaan obat
protease HIV-1. Protease Untuk pasien dalam penggunaan jangka lopinavir.
sendiri merupakan enzim yang terapi TB yang panjang
digunakan pada proses mengandung Rifampisin
pembentukan protein inti pada digunakan LPV 800 mg Intoleransi
virus, yang merupakan proses + RTV 200 mg dua kali gastrointestinal, mual,
penting dalam produksi partikel sehari, dengan muntah, peningkatan
virus yang infeksius. pemantauan ketat enzim transaminase
keadaan klinis & fungsi
hati Kontra indikasi relatif
untuk digunakan
bersama dengan
Rifampisin karena
adanya interkasi obat
yang menyebabkan
kadar LPV/r hilang
hingga 90%
3.2.4. Pemberian Terapi
1. Terapi Non Farmakolgi
a. Edukasi diet untuk peningkatan Berat badan :
1. Meningkatkan Frekuensi Makan. Makan dengan frekuensi yang banyak (4-3
kali) dalam porsi kecil lebih efektif menambah berat badan dibandingkan
makan 2-3 kali walaupun dalam porsi banyak.
2. Perhatikan gizi yang terkandung didalam makanan. Makanan yang ideal
seharusnya memenuhi semua kebutuhan karbohidrat, lemak dan protein.
3. Mengkonsumsi shakes atau smoothies.
4. Jangan minum terlalu banyak sebelum makan. Minum banyak sebelum
makan dapat membuat perut terasa penuh dan mudah merasa kenyang.
5. Makan cemilan
6. Olahraga yang teratur karena olahraga dapat membangkatkan nafsu makan
b. Edukasi mengenai aktifitas seksual
1. Membawa pasangan untuk ikut serta memeriksa status HIV agar dapat
memulai terapi ART.
2. Jika pasangan negatif HIV, maka perlu menggunakan pre exposure
prophylaxis dan post exposure prophylaxis sebelum dan sesudah melakukan
hubugan seksual.
3. Penderita HIV sebaiknya rutin meminum obat ART agar tidak mudah
menularkan virus HIV.
4. Kurangi partner aktifitas seksual untuk mengurangi risiko penularan.
5. Gunakan kondom saat berhubungan seksual.
2. Terapi Farmakologi
Pemberian obat ART sebagai berikut :

APOTEK SUMBER WARAS

dr. Ibnu Harto Fernando Hidayat


SIP. 90/009/0901/88

Jl. Markisa No.88 Samarinda Telp : (0541) 711722


Samarinda, 31 Mei 2021

R/ Tenofovir tab 300 mg No. XXX


S dd tab 1
ʃ
R/ Lamivudin tab 150 mg No. XXX
S 2 dd tab 1
ʃ
R/ Evafirenz tab 200 mg No. XXX
S dd tab 3
ʃ
Pro : Tn. A
Umur : 29 Thn
Alamat : Jl. Perjuangan 3

3.2.5. Komunikasi Terapi


1. Informasi Penyakit
Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodefficiency Virus (HIV) yang
merupakan suatu retrovirus yang menyebabkan penurunan sistem kekebalan/imunitas
tubuh manusia. Ditularkan melalui cairan tubuh manusia seperti darah, air mani/semen,
secret vagina dan Air Susu Ibu (ASI). HIV tidak menular memalalui gigitan
nyamuk/serangga, berjabat tangan, tinggal serumah dengan penderita, dan
menggunakan peralatan makan ataupun penggunaan toilet bersama. Penularan
memalui darah dapat terjadi saat melakukan transfuse darah yang mengandung HIV
dan transmisi dari ibu hamil yang menderita HIV ke janinnya. Saat ini, terjadi
peningkatan infeksi HIV pada pengguna narkotika karena penggunaan jarum suntik
secara bersama dan berulang. Penularan melalui cairan semen dan secret vagina dapat
terjadi melalui hubungan seksual dengan ODHA.
2. Informasi Tujuan Terapi
Memberikan pemahaman terhadap pasien bahwa pengobatan ini bertujuan untuk
menekan jumlah virusHIV serta untuk memulihkan sistem imun yang terganggu
dengan meningkatkan dan mempertahankan jumlah limfosit/ sel darah putih. Dan juga
memberikan nasehat kepada pasien agar dapat dengan teratur meminum obat
antiretroviral seperti yang telah di resepkan.
3. Informasi Obat
Memberikan edukasi terkait efek samping yang mungkin muncul selama
penggunaan obat ART.

1. Efek samping Tenofovir

Sangat umum: hipofosfatemia, pusing, diare, muntah, mual, ruam kulit, astenia 

Umum: peningkatan transaminase, sakit kepala, nyeri dada, distensi pada bagian
abdomen, perut kembung

Tidak umum: hipokalemia, pankreatitis, rabdomiolisis, lemas otot, peningkatan


kreatinin

Jarang: asidosis laktat, steatosis hepatik, hepatitis, angioedema, osteomalasia,


miopati, gagal ginjal akut, gagal ginjal, nekrosis tubular akut, renal proksimal
tubulopati, diabetes insipidus nefrogenik.

2. Efek Samping Lamivudin

Infeksi saluran nafas bagian atas, mual, muntah, diare, nyeri perut, batuk, sakit
kepala, insomnia, malaise, nyeri muskuloskelatal, gejala nasal, neuropati
peripheral, pankreatitis (jarang, bila terjadi hentikan pengobatan), neutropenia
dan anemia (dalam kombinasi dengan zidovudin), trombositopenia, peningkatan
enzim hati dan amilase serum.

3. Efek Samping Efavirenz


Ruam termasuk sindroma Steven-Johnson, sakit perut, diare, nausea, muntah,
ansietas, depresi, gangguan tidur, mimpi yang tidak normal,pusing, sakit kepala,
lelah, gangguan dalam konsentrasi (pemberian pada jam tidur, khususnya pada
2–4 pekan pertama menurunkan efek pada sistem saraf pusat), pruritis

kurang umum, pankreatitis, hepatitis, psikosis, mania, pemikiran untuk bunuh


diri, amnesia, ataksia, konvulsi, pandangan kabur, gagal hati, peningkatan serum
kolesterol, ginekomastia, fotosensitifitas.
Memberikan edukasi terkait efek samping diatas, dan memberi tahu apabila pasien memiliki
salah satu atau lebih gejala diatas, sebaiknya kembali ke klinik agar diganti ART yang lain.

3.2.6. Monitoring dan Evaluasi


1. Pasien disarankan untuk kontrol Kadar CD4 maupun Viral Load setelah 6 Bulan
penggunaan obat antivirus untuk mengetahui apakah ada kenaikan kadar CD4 dalam
darah pasien. Respon virologi dan imunologi terhadap Highly Active Antiretroviral
Therapy (HAART) tergantung dari VL dan jumlah CD4.
2. Kontrol dan memonitor terhadap kemungkinan Infeksi Opportunistik seperti TBC,
Sarkoma kaposi, Sifilis, Gonnore serta penyakit lainnya
3. Serta pasien di sarankan untuk melakukan pemeriksaan pengukuran jumlah rasio
CD4+/CD8+ yang dimana merupakan cara yang baik untuk memantau perjalanan
penyakit.

Anda mungkin juga menyukai