(DHF)
Oeh
203213214
2. Etiologi
3. Patofisiologis
Virus dengue bisa masuk kedalam tubuh melalui gigitan dari nyamuk aedes
aegypti lalu kemudian bereaksi dengan antibodi di dalam tubuh & terbentuklah adanya
kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan dapat mengaktivasi system
komplemen. Akibat adanya aktivasi C3 & C5 akan dilepasnya C3a & C5a,dua
peptida yg berdaya buat melepaskan sebuah histamine & suatu merupakan mediator
yg kuat sebagai factor yg menyebabkan meningkatnya permeabilitas dari dinding
pembuluh darah & menghilangkan plasma melalui endotel dinding tersebut. Reaksi
tubuh merupakan sebuah reaksi yg biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yg
amat sangat berbeda akan terlihat, apabila seseorang mendapatkan infeksi berulang
dengan type virus dengue yg lainnya. Dan DHF dapat terjadi apabila seorang yg telah
terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang dari virus dengue lainnya. Re-
infeksi ini bisa menyebabkan adanya suatu reaksi anamnestik antibody, sehingga
menimbulkan adanya konsentrasi yg kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-
antibodi) yg tinggi .
Hal pertama yg akan terjadi jika virus masuk ke dalam tubuh ialah viremia yg
menyebabkan penderita mengalami demam, adanya sakit kepala, merasa mual, nyeri otot, dan
merasa pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau terdapat bintik-bintik merah pada kulit
(petekie), adanya hyperemia tenggorokan dan kelainan yg mungkin saja muncul pada system
retikuloendotelial seperti adanya pembesaran pada kelenjar- kelenjar getah bening, hati &
limpa. Ruam pada DHF disebabkan lantara adanya kongesti pembuluh darah dibawah kulit
bisa pembesaran hati (Hepatomegali) dan juga pembesaran limpa (Splenomegali).Peningkatan
permeabilitas dinding kapiler membuat berkurangnya volume plasma, sehingga terjadi
hipotensi, dan hipoproteinemia, dan hemokonsentrasi, serta efusi juga adanya renjatan (syok)
Path
4. Gejala Klinis
5. Pemeriksaan Penunjang
6.KOMPLIKASI
2) Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hiponatremia,
hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran
balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi 13
disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis
yang mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular, perfusi
miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi
iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi
kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan miokard dan curah jantung menurun,
sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan
meninggal dalam wakti 12-24 jam.
3) Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan
nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler.
Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih banyak
dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
4) Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura dan adanya dipsnea.
DIAGNOSA
NO KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Hipovolemia Setelah dilakukan Manajeme n
berhubungan dengan tindakan keperawatan 3 x hipovolemia
24 jam diharapkan Observasi :
kehilangan cairan aktif Periksa tanda dan
hipovolemia terpenuhi.
ditandai dengan Kriteria Hasil : gejala hipovolemik (
mukosa bibir kering Status Cairan (tekananan darah
menurun, membrane
Turgor kulit mukosa kering,
Perasaan lemah hematocrit meningkat
Keluhan haus )
Tekanan darah - Monitor intake dan
Intake cairan membaik output cairan
Suhu tubuh Terapeutik :
- Hitung kebutuhan
cairan
- Berikan posisi
modified
trendelenburg
- Berikan asupan cairan
oral
Edukasi :
- Anjurkan
memperbanyak
asupancairan oral
- Anjurkan
menghindari
perubahanposisi
mendadak
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (
misalnya : NaCl, RL )
- Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (
missal : glukosa 2,5%,
NaCl 0,4% )
- Kolaborasi pemberian
cairan koloid ( miosal :
albumin, plasmanate )
- Kolaborasi
pemberian produk
darah
Pemantauan cairan
Observasi :
- Monitor status hidrasi
( mis. Frekuensi nadi,
kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler,
kelembaban mukosa,
turgor kulit, tekanan
darah )
- Monitor berat badan
- Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium ( mis.
MAP, CVP, PAP,
PCWP jika tersedia )
Terapeutik :
- Catat intake-output
Berikan asupan
cairan, sesuai
kebutuhan
- Berikan cairan
intravena, jikaperlu
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
diuretik,jika perlu
2 Defisit Nutrisi Setelah dilakuan tindakan Manajemen nutrisi
berhubungan keperawatan 3 x 24 jam Observasi :
diharapkan - Identifikasi status
dengan psikologis nutrisi
ketidakseimbangan nutrisi
(keengganan untuk kurang dari kebutuhan - Identifikasi alergi
tubuh terpenuhi. dan intoleransi
makan) makanan
Kriteria Hasil : makanan
ditandai dengan - Identifikasi makanan
Status Nutrisi
Bera badan menurun Porsi makanan yang yang disukai
dihabiskansedang - Identifikasi
Frekuensi makan kebutuhan kalori dan
Nafsu makan cukup jenis nutrient
membaik - Identifikasi perlunya
Mermban mukosa penggunaanselang
sedang nasogastric
- Monitor asupan
makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene,
jika perlu fasilitasi
menentukan pedoman
dier ( mis. Piramida
makanan )
- Sajikan makanan
secara menarikdan
suhu yang sesuai
- Berikan makanan
tinggi seratuntuk
menjegah konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dantinggi
protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
makanmelalui selang
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
- Berikan makanan
tinggi serantuk
mencegah
konsentipasi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk
jikamampu
- Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan ( mis.
Pereda nyeri,
antiemetic ), jika
perlu
- kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
Pemantauan Nutrisi
Observasi:
- Identifikasi
factor
yang mempengaruhi
asupan gizi ( mis.
Pengetahuan,
- Identikasi perubahan
berat badan
- Identifikasi kelainan
pada kulit
- Identintifikasi
kelainan eliminas (
mis. Kering, tipis,
kasar, dan mudah
patah )
- Identifikasi pola
makan ( mis.
Kesukaan/ketidaksuk
aan makanan,
konsumsi makanan
cepat saji, makan
terburu-buru )
- Identifikasi kelainan
pada kuku ( mis.
Diare, darah, lender,
dan eliminasi yang
tidak teratur )
- Identifikasi
kemampuan menelan
(mis. Fungsi motoric
wajah, reflex menelan,
dan reflex gag )
- Identifikasi kelainan
rongga mulut ( mis.
Peradangan, gusi
berdarah, bibir kering
dan retak, luka )
- Identifikasi kelainan
eliminasi ( mis.
Diare, darah, lender.
Dan eliminasi yang
tidak teratur )
- Monitor warna
konjungtiva
- Monitor hasil
laboratorium ( mis.
Kadar kolestrol,
albumin serum,
transferrin, kreatinin,
hemoglobin,
hematocrit, dan
elektrolit darah )
Terapeutik :
- Timbang berat badan
- Ukur antropometrik
komposisi tubuh ( mis.
Indeks massa tubuh,
pengukuran pinggang,
dan ukuran lipatan
kulit )
- Hitung perubahan berat
badan
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi
berhubungan tindakan keperawatan 3 x Kesehatan
24 jam diharapkan deficit Observasi :
dengan gangguan pengetahuan meningkat. - Identifikasi kesiapan
fungsi kognitif Kriteria Hasil : dan kemampuan
ditandai dengan Tingkat Pengetahuan menerima informasi
Kemampuan - Identifikasi faktor-
kurang informasi
menjelaskan faktor yang dapay
pengetahuan meningkatkan dan
tentang suatu topik menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup bersih
Pertanyaan tentang dan sehat
masal;ah yang Terapeutik :
dihadapi - Sediakan materi d
meningkat - Jadwalkan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
- Berikan
kesempatan untuk
bertanya
Edukasi :
- Jelaskan factor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
Sehat
- Ajarkan strategi
yang dapatdigunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat
Edukasi :
- Jelaskan tanda
dan gejala
perdarahan
- Anjurkan
menggunakan kaus
kakisaat ambulasi
- Anjurkan
meningkatkan
- Anjurkan
menghindari aspirin
atauantikoagulan
- Anjurkan
meningkatkan
- Anjurkan segera
melapor jikaterjadi
perdarahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi
pemberian produk
darah, jika perlu
- Kolaborasi
pemberian pelunak
Tinja
Edukasi :
- Anjurkan tiring baring
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian cairan
Elektrolit
intravena,
jika perlu
4. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
b. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. StandarIntervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI