Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA DENGUE HEMORAGIC FEVER

(DHF)

Oeh

Ni Luh Ade Dwi Antari

203213214

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA BALI

TAHUN AJARAN 2022/2023


A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue


haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrome
renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue
yang ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif & Hardhi, 2015).

Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh


virus dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat
menyebar di seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus
dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti
dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di
seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh
curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan (WHO,
2015).

2. Etiologi

Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam


berdarah. Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang
terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar
penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru demam berdarah setiap tahun
di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang menjadi demam berdarah.
Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari negara lain.
Faktor
risiko untuk demam berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap virus
demam berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et al, 2014).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4
serotipe virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN- 4, keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi,
2015)

3. Patofisiologis

Virus dengue bisa masuk kedalam tubuh melalui gigitan dari nyamuk aedes
aegypti lalu kemudian bereaksi dengan antibodi di dalam tubuh & terbentuklah adanya
kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan dapat mengaktivasi system
komplemen. Akibat adanya aktivasi C3 & C5 akan dilepasnya C3a & C5a,dua
peptida yg berdaya buat melepaskan sebuah histamine & suatu merupakan mediator
yg kuat sebagai factor yg menyebabkan meningkatnya permeabilitas dari dinding
pembuluh darah & menghilangkan plasma melalui endotel dinding tersebut. Reaksi
tubuh merupakan sebuah reaksi yg biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yg
amat sangat berbeda akan terlihat, apabila seseorang mendapatkan infeksi berulang
dengan type virus dengue yg lainnya. Dan DHF dapat terjadi apabila seorang yg telah
terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang dari virus dengue lainnya. Re-
infeksi ini bisa menyebabkan adanya suatu reaksi anamnestik antibody, sehingga
menimbulkan adanya konsentrasi yg kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-
antibodi) yg tinggi .

Hal pertama yg akan terjadi jika virus masuk ke dalam tubuh ialah viremia yg
menyebabkan penderita mengalami demam, adanya sakit kepala, merasa mual, nyeri otot, dan
merasa pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau terdapat bintik-bintik merah pada kulit
(petekie), adanya hyperemia tenggorokan dan kelainan yg mungkin saja muncul pada system
retikuloendotelial seperti adanya pembesaran pada kelenjar- kelenjar getah bening, hati &
limpa. Ruam pada DHF disebabkan lantara adanya kongesti pembuluh darah dibawah kulit
bisa pembesaran hati (Hepatomegali) dan juga pembesaran limpa (Splenomegali).Peningkatan
permeabilitas dinding kapiler membuat berkurangnya volume plasma, sehingga terjadi
hipotensi, dan hipoproteinemia, dan hemokonsentrasi, serta efusi juga adanya renjatan (syok)

Path
4. Gejala Klinis

1) Suhu tubuh meningkat tiba-tiba / demam tinggi selama 2-7 hari


2) Terjadi perarahan di bawah kulit seperti petekia, ekimosis, hematoma
3) Epiktasis, hematemesis, melena dan hematurja
4) Muntah, mual tidak ada nafsu makan, diare,konstipasi
5) Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati
6) Sakit kelapa
7) Pembengkakan sekitar mata
8) Pembesaran hati, limfe dan kelenjar getah bening
9) Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah)

5. Pemeriksaan Penunjang

Untuk menegakkan diagnostik DHF perlu dilakukan berbagai pemeriksaan penunjang,


diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan darah Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1) IgG dengue positif (dengue blood)
2) Trombositipenia
3) Hemoglobin meningkat >20%
4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinema, hiponatremia,
hipokalemia
6) SGOT dan SGPT mungkin meningkat
7) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
8) Waktu perdarahan memanjang
9) Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidois metabolik PCO2 <35-
40mmHg, HCO3 rendah
2. Pemeriksaan urine
Pada pemeriksaan urine dijumpai albumin ringan.
3. Pemeriksaan serologi
Beberapa pemeriksaan serologis yang biasa dilakukan pada klien yang diduga
terkena DHF adalah:
1) Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test)
2) Uji komplemen fiksasi (CF test)
3) Uji neutralisasi (N test)
4) IgM Elisa (Mac. Elisa)
5) IgG Elisa (Hadinegoro, 2006: 19).
Melakukan pengukuran antibodi pasien dengan cara HI test (Hemoglobin Inhibiton
test) atau dengan uji pengikatan komplemen (komplemen fixation test) pada
pemeriksaan serologi dibutuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut dan
pada masa penyembuhan. Untuk pemeriksaan serologi diambil darah vena 2-5 ml.
4. Pemeriksaan radiology
1) Foto thorax
Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi pleura.
2) Pemeriksaan USG
Pada USG didapatkan hematomegali dan splenomegali.

6.KOMPLIKASI

Adapun komplikasi dari DHF adalah :


1) Perdarahan disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit
dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit
muda dalam sel-sel tulang dan 25 pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan
perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.

2) Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hiponatremia,
hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran
balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi 13
disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis
yang mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular, perfusi
miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi
iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi
kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan miokard dan curah jantung menurun,
sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan
meninggal dalam wakti 12-24 jam.
3) Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan
nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler.
Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih banyak
dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
4) Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura dan adanya dipsnea.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue menurut
(Nurarif & Hardhi, 2015) adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue
untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

c. Riwayat penyakit sekarang


Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan
saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari
ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan
pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.

d. Riwayat penyakit yang pernah diderita


Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue,
anak bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan
tipe virus yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat
bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat
beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi
yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan
sehingga status gizinya menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan
berkurang, napsu makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar. Kadang-kadang anak mengalami diare
atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-
IV bisa terjadi melena.
i. Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing
sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade
IV sering terjadi hematuria.
j. Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur
maupun istirahatnya kurang.
k. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat sarang
nyamuk Aedes Aegypti.
l. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.

m. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari


ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade)
Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalahsebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit tampak biru.
n. Sistem integument
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab.
1) Kuku sianosis/tidak
2) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
3) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (
efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada
grade III dan IV.
4) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
5) Ekstremitas
6) Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
2. Diagnosa

a. Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan


denganpeningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir
kering
b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk
makan) makanan ditandai dengan berat badan menurun
c. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
ditandai dengan kurang informasi

d. Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi


(penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia
e. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
ditandaidengan suhu tubuh diatas nilai normal
3. Rencana Tindakan

DIAGNOSA
NO KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Hipovolemia Setelah dilakukan  Manajeme n
berhubungan dengan tindakan keperawatan 3 x hipovolemia
24 jam diharapkan Observasi :
kehilangan cairan aktif Periksa tanda dan
hipovolemia terpenuhi.
ditandai dengan Kriteria Hasil : gejala hipovolemik (
mukosa bibir kering Status Cairan (tekananan darah
menurun, membrane
 Turgor kulit mukosa kering,
 Perasaan lemah hematocrit meningkat
 Keluhan haus )
 Tekanan darah - Monitor intake dan
 Intake cairan membaik output cairan
 Suhu tubuh Terapeutik :
- Hitung kebutuhan
cairan
- Berikan posisi
modified
trendelenburg
- Berikan asupan cairan
oral

Edukasi :
- Anjurkan
memperbanyak
asupancairan oral
- Anjurkan
menghindari
perubahanposisi
mendadak
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (
misalnya : NaCl, RL )
- Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (
missal : glukosa 2,5%,
NaCl 0,4% )
- Kolaborasi pemberian
cairan koloid ( miosal :
albumin, plasmanate )
- Kolaborasi
pemberian produk
darah
 Pemantauan cairan
Observasi :
- Monitor status hidrasi
( mis. Frekuensi nadi,
kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler,
kelembaban mukosa,
turgor kulit, tekanan
darah )
- Monitor berat badan
- Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium ( mis.
MAP, CVP, PAP,
PCWP jika tersedia )
Terapeutik :
- Catat intake-output
Berikan asupan
cairan, sesuai
kebutuhan
- Berikan cairan
intravena, jikaperlu
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
diuretik,jika perlu
2 Defisit Nutrisi Setelah dilakuan tindakan  Manajemen nutrisi
berhubungan keperawatan 3 x 24 jam Observasi :
diharapkan - Identifikasi status
dengan psikologis nutrisi
ketidakseimbangan nutrisi
(keengganan untuk kurang dari kebutuhan - Identifikasi alergi
tubuh terpenuhi. dan intoleransi
makan) makanan
Kriteria Hasil : makanan
ditandai dengan - Identifikasi makanan
Status Nutrisi
Bera badan menurun  Porsi makanan yang yang disukai
dihabiskansedang - Identifikasi
 Frekuensi makan kebutuhan kalori dan
 Nafsu makan cukup jenis nutrient
membaik - Identifikasi perlunya
Mermban mukosa penggunaanselang
sedang nasogastric
- Monitor asupan
makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene,
jika perlu fasilitasi
menentukan pedoman
dier ( mis. Piramida
makanan )
- Sajikan makanan
secara menarikdan
suhu yang sesuai
- Berikan makanan
tinggi seratuntuk
menjegah konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dantinggi
protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
makanmelalui selang
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
- Berikan makanan
tinggi serantuk
mencegah
konsentipasi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk
jikamampu
- Anjurkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan ( mis.
Pereda nyeri,
antiemetic ), jika
perlu
- kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan

Pemantauan Nutrisi
Observasi:
- Identifikasi
factor
yang mempengaruhi
asupan gizi ( mis.
Pengetahuan,
- Identikasi perubahan
berat badan
- Identifikasi kelainan
pada kulit
- Identintifikasi
kelainan eliminas (
mis. Kering, tipis,
kasar, dan mudah
patah )
- Identifikasi pola
makan ( mis.
Kesukaan/ketidaksuk
aan makanan,
konsumsi makanan
cepat saji, makan
terburu-buru )
- Identifikasi kelainan
pada kuku ( mis.
Diare, darah, lender,
dan eliminasi yang
tidak teratur )
- Identifikasi
kemampuan menelan
(mis. Fungsi motoric
wajah, reflex menelan,
dan reflex gag )

- Identifikasi kelainan
rongga mulut ( mis.
Peradangan, gusi
berdarah, bibir kering
dan retak, luka )

- Identifikasi kelainan
eliminasi ( mis.
Diare, darah, lender.
Dan eliminasi yang
tidak teratur )

- Monitor mual dan


muntah

- Monitor asupan oral

- Monitor warna
konjungtiva

- Monitor hasil
laboratorium ( mis.
Kadar kolestrol,
albumin serum,
transferrin, kreatinin,
hemoglobin,
hematocrit, dan
elektrolit darah )
Terapeutik :
- Timbang berat badan
- Ukur antropometrik
komposisi tubuh ( mis.
Indeks massa tubuh,
pengukuran pinggang,
dan ukuran lipatan
kulit )
- Hitung perubahan berat
badan
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan  Edukasi
berhubungan tindakan keperawatan 3 x Kesehatan
24 jam diharapkan deficit Observasi :
dengan gangguan pengetahuan meningkat. - Identifikasi kesiapan
fungsi kognitif Kriteria Hasil : dan kemampuan
ditandai dengan Tingkat Pengetahuan menerima informasi
 Kemampuan - Identifikasi faktor-
kurang informasi
menjelaskan faktor yang dapay
pengetahuan meningkatkan dan
tentang suatu topik menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup bersih
 Pertanyaan tentang dan sehat
masal;ah yang Terapeutik :
dihadapi - Sediakan materi d
meningkat - Jadwalkan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
- Berikan
kesempatan untuk
bertanya
Edukasi :
- Jelaskan factor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
Sehat
- Ajarkan strategi
yang dapatdigunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat

4. Resiko Perdarahan Setelah dilakukan  Pencegahan Perdarahan


berhubungan tindakan keperawatan 3 x Observasi :
24 jam diharapkan tingkat - Monitor tanda dan
dengan gangguaan gejala perdarahan
perdarahan menurun .
koagulasi Kriteria Hasil : - Monitor nilai
(penurunan Tingkat Perdarahan hematocrit /
 Kelembapan hemoglobin sebelum
trombosit) ditandai
 Suhu tubuh dan sesudah
dengan meningkat\ kehilangan darah
trombositopenia  Hematokrit - Monitor tanda dan
membaik gejala ortostatik
- Monitor koagulasi (
mis. Prothrombin
time (PT), Partial
thromboplastin time
(PTT), fibrinogen,
deradasi fibrin
dan/atau platelet )
Terapeutik :
- Pertahankan bedrest
selama perdarahan
- Batasi tindakan
invasive, jika perlu
- Gunakan kasur
pencegah decubitus
Hindari pengukuran suhu
rektal

Edukasi :
- Jelaskan tanda
dan gejala
perdarahan
- Anjurkan
menggunakan kaus
kakisaat ambulasi
- Anjurkan
meningkatkan
- Anjurkan
menghindari aspirin
atauantikoagulan
- Anjurkan
meningkatkan
- Anjurkan segera
melapor jikaterjadi
perdarahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi
pemberian produk
darah, jika perlu
- Kolaborasi
pemberian pelunak
Tinja

5. Hipertermi Setelah dilakukan  Manajeme


berhubungan tindakan keperawatan 3 x n
24 jam diharapkan Hipertermi
dengan proses aObservasi
hipertermi membaik.
infeksi virus Kriteria Hasil : :
dengue Termoregulasi - Identifikasi penyebab
hipertemia (
 Menggigil mis.
 Kulit merah Dehidrasi,
 Kejang terpapar
 Pucat lingkungan panas,
 Suhu tubuh - Monitor suhu tubuh
 Tekanan darah - Monitor kadar
elektrolit
- Monitor haluan urine
- Monitor
komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan
yang dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap
hari atau lebih sering
)
- Lakukan pendinginan
eksternal ( mis.
Seliput hipotermia
atau kompres dingin
di dahi, leher, dada,
abdomen, aksila )
- Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
- Berikan oksigen jika
perlu

Edukasi :
- Anjurkan tiring baring

Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian cairan
Elektrolit
intravena,
jika perlu
4. Evaluasi

Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
b. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana

evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai

c. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode

evaluasi ini menggunakan SOAP


c.daftar pustaka

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Jakarta: EGC
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional. Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Prasetyono, D.S. (2013). Daftar Tanda & Gejala Ragam Penyakit. Jogjakarta:
FlashBooks.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. StandarIntervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai