Anda di halaman 1dari 52

TINGKAT KEPATUHAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS

DI RSU MELATI PERBAUNGAN


TAHUN 2021

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:

MIMY ADININGSIH
NIM : 1914201077

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS IMELDA MEDAN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

TINGKAT KEPATUHAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS


DI RSU MELATI PERBAUNGAN TAHUN 2021

Untuk Dipertahankan Didepan

Tim Penguji

Pembimbing

(Noradina, S.Kep., Ns., M.Biomed)

Diketahui :

Ketua Prodi S-1 Keperawatan Imelda Medan

(Rostinah Manurung S.Kep, Ns, M. Kes)


LEMBAR PENGESAHAN

Penelitian dengan judul :

TINGKAT KEPATUHAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS


DI RSU MELATI PERBAUNGAN TAHUN 2021

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji

Pada Tanggal 09 Bulan Oktober Tahun 2021

Penguji I : Noradina S.Kep.,Ns.,M.Biomed ( )

Penguji II : Mira Indrayani, SST., MKM ( )

Penguji III : Bernita Silalahi, S.Kep., M.KeS ( )

Diketahui :

Ketua Prodi S-1 Keperawatan Imelda Medan

(Rostinah Manurung S.Kep.,Ns.,M.Kes)


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Diri

Nama : Mimy Adiningsih

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 21 September 1968

Agama : Islam

Jumlah Saudara : 3 Orang

Status : Menikah

Nama Ayah : H.Watimin

Nama Ibu : Hj.Syawanah

Alamat : Jl. Deli Simpang 3 Perbaungan

II. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1980 : Tamat SD PAB Merbau

2. Tahun 1983 : Tamat SMP Negeri 2 LubukPakam

3. Tahun 1986. : Tamat SMA Nusantara Lubuk Pakam

4. Tahun1991 : Tamat Akper Darma Agung Medan

5. Tahun 2019 – 2021 : Sekarang Sedang Menjalani pendidikan Sarjana

Keperawatan di Universitas Imelda Medan


UNIVERSITAS IMELDA MEDAN PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN
Nama : Mimy Adiningsih
NIM : 1914201077
Judul : Tingkat Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Melitus di RSU
Melati Perbaungan Tahun 2021

ABSTRAK

Kepatuhan merupakan suatu perilaku dalam bentuk respon atau reaksi terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar organisme. Diabetes mellitus (DM) adalah
keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik. Diet
merupakan pilar utama dari penatalaksanaan DM. Desain penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif murni dengan kemampuan menggambarkan dan
menguraikan masalah yang ada, dengan tujuan menggambarkan tingkat
kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus di RSU Melati Perbaungan. Populasi
dari penelitian ini sebanyak 230, peneliti mengambil sampel sebanyak 25%. Hasil
penelitian menunjukan responden yang patuh sebanyak 40 (87%) dan responden
yang tidak patuh yaitu sebanyak 6 (13%). Dapat di simpulkan bahwa kepatuhan
menjalankan diet sangat mempengaruhi dalam proses penyembuhan penyakit, diet
merupakan salah satu faktor untuk menstabilkan kadar gula dalam darah menjadi
normal dan mencegah komplikasi. Dengan demikian diharapkan kepada
responden untuk meningkatkan penerimaan informasi seputar penanganan
diabetes mellitus, khususnya diet.

Kata Kunci: Tingkat Kepatuhan, Diet, Diabetes Melitus.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis sampai saat ini masih diberikan

hikmat dan kebijakan sebagai dasar dalam menyelesaikan skripsi ini dengan judul

”Tingkat Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Melitus Tahun 2021” Skripsi ini

disusun sebagai syarat dalam menyelesaikan Program Studi Ilmu Keperawatan

Universita Imelda Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. H.Raja Imran Ritonga, M.Sc., selakuketuaYayasan Imelda Medan.

2. Dr. dr. Imelda Liana.Ritonga, S.Kp.,M.Pd., MN., selaku RektorUniversitas

Imelda Medan.

3. Direktur RSU Melati Perbaungan yang telah memberi kesempatan kepada

saya untuk menimba ilmu di UIM Medan

4. Sarida Surya Manurung, S.Kep., Ns., M.Kes., selakuWakilrektor I Universitas

Imelda Medan.

5. Aureliya Hutagaol, S.Kep.,Ns., MPH., selakuWakilrektor II Universitas

Imelda Medan.

6. Mira Indrayani, SST., MKM., selakuWakil rektor III Universitas Imelda

Medan.

7. Rostinah Manurung, S.Kep, Ns, M.Kes., selaku ketua program studi S-1

Keperawatan Universitas Imelda Medan.

i
8. Noradina S.Kep., Ns., M.Biomed selaku Dosen Pembimbing yang selalu

memberikan arahan kepada penulis mulai dari awal sampai terselesainya

skripsi ini.

9. Ratna Dewi, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku wali kelas SI keperawatan Jalur Non

Reguler yang telah banyak memberikan arahan dan inspirasi.

10. Seluruh staf Dosen S-1 Keperawatan Universitas Imelda Medan yang telah

membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.

11. Teristimewa buat Suami, dan anak –anak serta keluarga (ayah dan ibu) yang

telah banyak meberikan dorongan, motivasi, semangat dan doa sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Responden yang telah bersedia memberi waktu dan membantu peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini.

13. Seluruh teman-teman seperjuangan khususnya S1 Keperawatan Jalur Non

Reguler yang telah banyak membantu dan memberi motivasi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan,

oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk

kesempurnaan dan kebaikan dalam penulisan skripsi ini.

Medan, 24 September 2021

Penulis

(Mimy Adiningsih)
1914201077

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. viii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................ 4
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
1.4.1. Bagi Peneliti.................................................................... 5
1.4.2. Bagi Responden.............................................................. 5
1.4.3. Bagi Masyarakat.............................................................. 5
1.4.3. Bagi ................................................................................ 5
1.4.4. Peneliti Lain.................................................................... 5

BAB II : KAJIAN PUSTAKA


2.1. Konsep ...................................................................................... 6
2.1.1. Pengertian........................................................................ 6
2.1.3. Etiologi............................................................................ 8
2.1.4. Tanda dan Gejala............................................................. 8
2.1.5. Faktor Resiko.................................................................. 9
2.1.6. Patogenesis...................................................................... 10
2.1.7. Manifestasi Klinis........................................................... 11
2.1.8. Pemeriksaan Penunjang.................................................. 11
2.1.10. Diagnosis Banding........................................................ 13
2.1.11. Penatalaksanaan............................................................ 13
2.1.13. Komplikasi.................................................................... 14
2.1.14. Pencegahan.................................................................... 14
2.2. Konsep Penkes.......................................................................... 15
2.2.1. Pengertian....................................................................... 16
2.2.2. Prinsip Penkes................................................................. 16
2.2.3. Tujuan Penkes................................................................. 17
2.2.4. Ruang Lingkup Penkes................................................... 17
2.2.5. Proses Perubahan Perilaku Dalam Penkes...................... 18
2.2.6. Sasaran Penkes................................................................ 19
2.2.7. Metode Penkes................................................................ 20
2.3.Kerangka Konsep....................................................................... 22

BAB III : METODE PENELITIAN


3.1.Jenis dan rancangan Penelitian................................................... 22
3.2. Waktu dan Tempat penelitian................................................... 23

iii
3.2.1. Waktu Penelitian............................................................. 23
3.2.2. Tempat Penelitian............................................................ 23
3.3. Populasi,Sampling dan Sampel Penelitian................................ 23
3.3.1. Populasi........................................................................... 23
3.3.2. Sampel............................................................................. 23
3.4.Tehnik Pengumpulan Data......................................................... 23
3.4.1. Data Primer..................................................................... 24
3.4.2. Data Sekunder................................................................. 24
3.4.2. Data Tersier..................................................................... 24
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional........................................... 25
3.5.1. Variabel........................................................................... 25
3.5.2. Definisi Oparasional........................................................ 25
3.6. Tehnik pengukuran.................................................................... 26
3.7. Instrumen Penelitian.................................................................. 27
3.8.Pengolahan Data......................................................................... 27

BAB IV : HASIL PENELITIAN


4.1. Hasil penelitian........................................................................ 29
4.1.1 Data Umum.................................................................... 29
4.2. Hasil Bivariate ........................................................................ 30
4.3. Pembahasan ............................................................................ 32
4.3.1. Perubahan pengetahuan dalam pencegahan kejadian
Hipertensi .....................................................................
32
4.3.2. Pengaruh Pendidikan Kesehatan................................... 32

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan .............................................................................. 34
5.2. Saran ......................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Universitas Imelda Medan

Lampiran 2. Surat Balasan Penelitian dari RSU Melati Perbaungan

Lampiran 3. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4. Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 5. Lembar Konsul

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan

berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai

lesi pada membran basalis yang terlihat dengan mikroskop elektron (Risnasari,

2014)..

Penyakit diabetes merupakan penyakit menahun yang bersifat degeneratif /

tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula dalam darah dapat distabilkan menjadi

normal. Untuk menstabilkan kadar gula dalam darah diperlukan berbagai jenis

insulin dan oral serta pengetahuan yang tepat bagi penderita diabetes mellitus

tentang diet diharapkan dapat menghasilkan suatu tindakan yang benar dalam

penyediaan diet diabetes mellitus. Salah satu cara untuk mengatasi akibat lebih

lanjut dari diabetes mellitus adalah dengan penerapan diet. Namun sampai saat ini

banyak ditemukan penderita diabetes mellitus yang tidak patuh dalam

pelaksanaan diet (Poerwanto, 2011).

Kepatuhan dalam menjalankan diet bagi penderita diabetes mellitus menjadi

permasalahan tersendiri ketika peraturannya harus diikuti oleh penderita secara

kontinu dan dalam kurun waktu yang lama. Kepatuhan jangka panjang terhadap

perencanaan makan merupakan tantangan yang besar bagi penderita diabetes

mellitus (Kusumawati, 2014)..

Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003,

2003, setidaknya ada 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia

1
2

20-79 tahun yang menderita diabetes mellitus. Sekitar 80% diantaranya, berada di

negara berkembang, salah satunya adalah negara Indonesia.

Di Indonesia, penderita diabetes mellitus mengalami peningkatan, dari 8,4

juta jiwa pada tahun 2001 dan diperkirakan menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada

tahun 2020. Tingginya jumlah penderita diabetes tersebut membawa Indonesia

menduduki peringkat ke- 4 di dunia dengan jumlah diabetes terbanyak di bawah

India (31,7 juta jiwa), China (20,8 juta jiwa), Amerika Serikat (17,7 juta jiwa)

Pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia telah

mencapai angka 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya

dan diantara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur (Khaier,

2015).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di RSU Melati Perbaungan,

khususnya ruangan Poli endokrin, jumlah pasien diabetes mellitus dari bulan

Januari sampai bulan Desember 2020 adalah sebanyak 234 orang.Menurut

Poerwanto (2011) banyak ditemukan penderita diabetes mellitus tidak patuh

dalam pelaksanaan diet. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui tingkat

kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus di poli endokrin RSU Melati

Perbaungan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah

Bagaimana tingkat Tingkat Kepatuhan Diet Pada Pasien DM Di RSU Melati

Perbaungan Tahun 2021.

1.3 Tujuan penelitian


3

Untuk Mengetahui Tingkat Kepatuhan Diet Pada Pasien DM Di RSU Melati

Perbaungan Tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi peneliti

meningkatkan pengetahuan dalam ilmu keperawatan khususnya penyakit

leptospirtosis dan cara yang tepat untuk pencegahannya dan memiliki pengalaman

langsung dalam melakukan penelitan.

1.4.2. Bagi responden

Meningkatkan pen wawasasan pengetahuan responden dalam pencegahan

penyakit Hipertensi .

1.4.3. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan dan informasi mengenai kepatuhan diet pada

Pasien DM sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan

menerapkannya.

1.4.4. Bagi Lingkungan RSU Melati Perbaungan

Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang Tingkat Kepatuhan Diet

Pada Pasien Diabetes Melitus tahun 2021

1.4.5. Bagi Peneliti lain

Menambah referensi, pengetahuan, informasi dan penyempurnaan

penelitian untuk selanjutnya mengenai Diabetes Melitus. .


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit menahun yang bersifat

degeneratif atau tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula dalam darah dapat

distabilkan menjadi normal. Penyakit Diabetes Mellitus tidak dapat disembuhkan,

tetapi bisa dikelola dengan mematuhi empat pilar penatalaksanaan DM meliputi

pendidikan kesehatan, perencanaan makan atau diet, latihan fisik teratur dan

minum obat teratur (Cahyati, 2015).

Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar

gula (glukosa) dalam darah tinggi, karena tubuh tidak mampu melepaskan atau

menggunakan insulin secara memadai (adekuat). Diabetes merupakan

sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula

darah (hiperglikemia) akibat jumlah dan atau fungsi insulin terganggu (Junaidi,

2009).

2.1.1.2 Klasifikasi

Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Association 2010 (ADA

2010), dibagi dalam 4 jenis yaitu:

1. Diabetes Mellitus Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM DM

tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab

autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi

insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya

4
5

sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit

ini adalah ketoasidosis.

2. Diabetes Mellitus tipe 2 atau insulin Non-dependent Diabetes Mellitus


/NIDDM

Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa

membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang

merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan

glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.

Oleh karena terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena

dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi

relatif insulin.

Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya

glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan

mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset DM tipe ini terjadi

perlahan-lahan karena itu gejalanya. asimtomatik. Adanya resistensi yang terjadi

perlahan-lahan akan mengakibatkan sensitivitas reseptor akan glukosa berkurang.

DM tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi.

3. Diabetes Melitus Tipe Lain

DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik fungsi sel

beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik

endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik

lain.

4. Diabetes Mellitus Gestasional

DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa


6

didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua

dan ketiga. DM gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi

perinatal. Penderita DM gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita

DM yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan (Ndraha,

2014).

2.1.1.3 Patofisiologi

Patofisiologi DM dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama

kekurangan insulin. Pada DM tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk

menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses

auto imun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak

terukur oleh hati. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam

hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia

postprandial (sesudah makan).

Kelainan utama DM adalah berkurangnya insulin di dalam sirkulasi darah.

Meningginya kadar gula darah terjadi karena bertambahnya glukosa yang

dikeluarkan oleh hati, sedangkan penggunaan glukosa oleh jaringan perifer

menurun. Anestesi dapat berpengaruh pada metabolisme glukosa, yaitu

mengakibatkan hiperglikemia karena adanya pemecahan glikogen menjadi

glukosa

Menurut Brunner & Suddarth (2012), jika konsentrasi glukosa dalam darah

cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang

tersaring keluar, akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria).

Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan

disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
7

diuresis osmotik.

Kehilangan cairan yang berlebihan menyebabkan pasien akan mengalami

peningkatan dalam berkemih (polyuria) dan peningkatan rasa haus (polydipsia).

Defisiensi insulin juga mengganggu metabolism protein dan lemak yang

menyebabkan penurunan berat badan. Jika terjadi defisiensi insulin, protein yang

berlebihan di dalam sirkulasi darah tidak dapat disimpan dalam jaringan. Semua

aspek metabolisme lemak sangat meningkat bila tidak ada insulin. Normalnya ini

terjadi antara waktu makan sewaktu sekresi insulin minimum, tetapi metabolisme

lemak meningkat hebat pada DM sewaktu sekresi hampir nol. Pasien dapat

mengalami peningkatan selera makan (polyfagia) akibat menurunnya simpanan

kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.

Insulin mengendalikan glikogenesis (pemecahan glukosa yang disimpan)

dan gluconeogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta

substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi

tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia serta terjadi

pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang

merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam

yang mengganggu keseimbangan asam-basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.

Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda dan

gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton,

dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan

kematian. Pemberian insulin bersama dengan cairan dan elktrolit sesuai

kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan

mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai


8

pemantauan kadar glukosa darah yang sering merupakan komponen terapi yang

penting (Pujiastuti, 2016).

2.1.1.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolik

defisiensi insulin. Beberapa gejala yang dikeluhkan penderita DM antara lain :

a. Poliuria

Pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar

glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa setelah makan

karbohidrat. Jika hiperglikeminya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat

ini, maka timbul glikosuria. Glikosuria ini akan menyebabkan diuresis

osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin.

b. Polidipsia

Diuresis osmotik yang disebabkan oleh glikosuria mengakibatkan klien

merasa haus dan banyak minum

c. Polifagia

Rasa lapar yang semakin besar mungkin akan timbul sebagai akibat

kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk.

2.1.1.5 Faktor Resiko

Beberapa faktor resiko DM menurut Brunner & Suddarth (2012) adalah

sebagai berikut :

a. Kelainan genetika

DM dapat diturunkan dari keluarga yang sebelumnya juga menderita DM,

karena kelainan gen mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan

insulin dengan baik. Tetapi resiko DM juga tergantung pada faktor


9

kelebihan berat badan, kurang gerak dan stres.

b. Faktor usia

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang menurun degan

cepat setelah usia 40 tahun. DM sering muncul setelah usia lanjut terutama

setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga

tubuhnya tidak peka terhadap insulin.

c. Factor kegemukan/obesitas

Sekitar 80-90% pasien DM adalah mereka yang mengalami kegemukan.

Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin resisten

terhadap kerja insulin. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga

glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran

darah.

d. Kurangnya aktivitas fisik

Olahraga atau aktivitas fisik membantu untuk mngontrol berat badan.

Glukosa darah akan dibakar menjadi energi, sel-sel tubuh menjadi lebih

sensitif. terhadap insulin. Dengan olahraga peredaran darah akan menjadi

lebih baik dan resikom terjadinya DM akan turun hingga 50%.

2.1.1.6 Diagnosis

Diagnosis DM ditegakkan berdasarkan gejala yang khas dan pemeriksasan

laboratorium. Diagnosis klinis ditegakkan apabila muncul keluhan-keluhan klasik

seperti poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak

diketahui penyebabnya. Selain itu ada keluhan lainnya, yaitu lemah badan,

kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulva pada
10

wanita.

Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) 2006,

diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara, yaitu :

1. Jika keluhan klasik ditemukan, lalu dilakukan pemeriksaan gula darah

sewaktu dengan hasil > 200 mg/dl (11.1 mmol/L).

2. Jika keluhan klasik ditemukan, lalu dilakukan pemeriksaan glukosa darah

puasa dengan hasil >126 mg/dl (7.0 mmol/L). Puasa diartikan pasien

tidak mendapatkan asupan kalori sedikitnya 8 jam sebelum pemeriksaan.

3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO >_ 200 mg/dl (11.1 mmol/L). tes

toleransi glukosa oral (TTGO) dilakukan dengan mengukur kadar glukosa

darah 2 jam setelah konsumsi 75 gram glukosa yang dilarutkan dalam air.

Sampel darah untuk pemeriksaan glukosa dapat diambil dari darah vena atau

kapiler.

Selain itu, pemeriksaan HbA1C (>6,5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan

menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana

laboratorium yang telah terstandarisasi dengan baik.

2.1.1.7 Komplikasi

Komplikasi DM terbagi dua yaitu komplikasi metabolik akut dan

komplikasi vaskular jangka panjang. Komplikasi metabolik akut disebabkan

perubahan yang relatif akut dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi akut

yang sering terjadi pada DM adalah hiperglikemia hiperosmolar koma non-

ketotik (HHNK), dan hipoglikemia.

Komplikasi vaskular jangka panjang DM melibatkan pembuluh

darah kecil (mikroangiopati) dan pembuliuh darah sedang dan besar


11

(makroangiopati). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik DM yang

menyerang kapiler dan arteriol retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal

(nefropati diabetik) dan saraf perifer (neuropati diabetik), dan otot serta kulit.

Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupa

aterosklerosis (Delianty, 2015).

2.1.1.7 Penatalaksanaan

Terdapat lima komponen dalam penatalaksanaan DM, antara lain :

1. Diet

Diet merupakan pilar utama dari penatalaksanaan DM. Standar diet yang

dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang antara zat

gizi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral sesuai dengan

kecukupan gizi baik.

2. Latihan

Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya

dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan

pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin dan

mengurangi faktor resiko kardiovaskular.

3. Pemantauan

Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri atau Self-Monitoring Of

Blood Glucose (SMBG) dapat membantu mengendalikan kadar glukosa

darah secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi terhadap terjadinya

hipoglikemia dan hiperglikemia.

4. Terapi (jika diperlukan)

Pada Diabetes Mellitus, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi


12

jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan

obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya.

5. Pendidikan

Pendidikan pasien tentang penatalaksanaan Diabetes mellitus sangat

penting. DM merupakan penyakit kronis yang memerlukan perilaku

penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien bukan hanya

harus belajar untuk mengendalikan kadar glukosa darah, tetapi juga

harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari

komplikasi diabetik jangka panjang.

2.1.1.8 Penatalaksanaan Diet

Diet merupakan pilar utama dari penatalaksanaan DM. Standar diet yang

dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang antara zat gizi

karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral sesuai dengan kecukupan gizi

baik. Namun penderita DM sering memperoleh sumber informasi yang kurang

tepat yang dapat merugikan penderita tersebut. Pengaturan diet pada penderita

DM merupakan pengobatan yang utama pada penatalaksanaan DM (Almatsier,

2006) yaitu mencakup :

1) Jumlah makanan

Syarat kecukupan jumlah makanan pada penderita penyakit DM adalah :

a. Kebutuhan kalori untuk penderita DM harus sesuai untuk mencapai

kadar glukosa normal dan mempertahankan berat badan normal.

Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan

untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal. Makanan

dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan
13

sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan (masing-

masing 10-15%).

b. Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% dari

kebutuhan energi total.

c. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-20% dari kebutuhan energi total.

d. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total,

dalam bentuk <7% berasal dari lemak jenuh, <10% dari lemak tidak

jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu <200

mg/hari.

e. Penggunaan gula murni dalam makanan atau minuman tidak

diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar

glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula

murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.

f. Penggunaan gula alternatif hendaknya dalam jumlah terbatas yaitu 20%

dari kebutuhan energi.

g. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air

yang terdapat di dalam sayur dan buah.

h. Cukup konsumsi vitamin danm mineral. Asupan dari makanan cukup,

penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak

diperlukan.

i. Diet yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan DM

dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak dan

karbohidrat. Sebagai pedoman dipakai 8 jenis diet DM sebagaimana

dapat dilihat pada tabel berikut.


14

Tabel 1. Jenis diet DM menurut kandungan energy, protein, lemak, dan

karbohidrat

Jenis diet Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat


(g)
I 1100 43 30 172
II 1300 45 35 192
III 1500 51.5 36.5 235
IV 1700 55.5 36.5 275
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 269
VIII 2500 80 62 319
Sumber : Almatsier, 2006

Keterangan:

a. Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk.

b. Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes tanpa

komplikasi.

c. Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita yang kurus,

diabetes remaja (juvenile diabetes) atau diabetes dengan komplikasi.

2. Jenis bahan makanan

Banyak yang beranggapan bahwa penderita DM harus makan makanan

khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya adalah

menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat penting bagi

kita terutama penderita DM untuk mengetahui efek makanan pada glukosa

darah. Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita DM adalah makanan

yang kaya serat seperti sayur-mayur dan buah-bauhan segar. Hal yang

terpenting adalah jangan terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan

mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah (hipoglikemia) dan juga
15

jangan terlalu banyak makan makanan yang memperparah DM.

Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang tidak

dianjurkan atau dibatasi bagi penderita menurut yaitu :

1. Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita DM adalah:

a. Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi beras merah, gandum, mie,

sereal, roti tawar, kentang, singkong, ubi dan sagu.

b. Sumber protrein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya, susu

krim, yoghurt, tempe tahu dan kacang-kacangan.

c. Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang

mudah dicerna. Makanan terutama mudah diolah dengan cara

dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar.

d. Buah pepaya, apel, pisang (pisang ambon sebaiknya dibatasi),

kedondong, salak, semangka, apel, pir, jeruk, belimbing, melon, dan

buah naga.

e. Sayuran dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan A yang bebas

konsumsi, sangat sedikit mengandung energi, protein dan karbohidrat.

Jenis sayuran golongan A diantaranya oyong, lobak, selada, jamur

segar, mentimun, tomat, sawi, tauge, kangkung, terong, kembang kol,

kol, labu air. Sedangkan sayuran golongan B boleh dikonsumsi, tetapi

hanya 100 gram/hari. Jenis sayuran golongan B diantaranya buncis,

lanu siam, daun singkong, jagung muda, bayam, kacang panjang.

2. Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi

untuk penderita DM adalah :

a. Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa,


16

sirup, jelly, buah-buahan yang diawetkan, susu kental manis, soft

drink, es krim, kue-kue manis, dan krekeers.

b. Mengandung tinggi lemak seperti santan, makanan siap saji, goring-

gorengan.

c. Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan makanan

yang diawetkan.

3. Jadwal makanan

Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu mengontrol

kadar gula darah. Makanan porsi besar menyebabkan peningkatan kadar

gula darah mendadak dan bila berulang-ulang dalam jangka panjang,

keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi DM. Oleh karena itu

makanlah sebelum lapar karena makan disaat lapar sering tidak terkendali

dan berlebihan. Agar kadar gula darah lebih stabil, perlu pengaturan

jadwal yang teratur yaitu makan pagi, makan siang, makan malam dan

snack diantara makan besar dan dilaksanakan dengan interval 3 jam

(Waspadji, 2002).

2.2 Konsep Kepatuhan

2.1.1 Defenisi

Kepatuhan adalah kemauan individu untuk melaksanakan perintah yang

disarankan oleh orang yang berwenang, disini adalah dokter, perawat dan

petugas kesehatan lainnya (Heryati, 2014). Kepatuhan didefenisikan sebagai

keterlibatan pasien yang bersifat aktif, sukarela dan kolaboratif dalam

menerima perilaku untuk mencapai hasil yang terapeutik. Kepatuhan


17

dimaknai sebagai perilaku seseorang dalam meminum obat, mengikuti

anjuran diet dan atau melakukan perubahan gaya hidup yasng sesuai dengan

rekomendasi dari tenaga kesehatan profesional.

Kepatuhan merupakan suatu perilaku dalam bentuk respon atau reaksi

terhadap stimulus atau rangsangan dari luar oranisme. Respon sangat

bergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain. Perilaku seseorang

dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor kemungkinan

dan faktor penguat.

Kepatuhan adalah kerelaan individu untuk melakukan sesuatu yang

diharapkan atau diminta oleh pemegang otoritas atau kekuasaan yang

ditandai dengan tunduk dengan kerelaan, mengalah, membuat suatu

keinginan konformitas dengan harapan atau kemauan orang lain sehingga

dapat menyesuaikan diri. JIka dilihat dari aspek kesehatan dimaksudkan

individu rela melakukan pengobatan dengan dukungan dari keluarga atau

kerabat yang ditentukan oleh otoritas atau kebijakan petugas kesehatan

seperti dokter, ahli gizi maupun ahli medis serta kerelaan dari individu

tersebut dalam menjalani pengobatan yang dilakukan. Kesadaran diri,

pemahaman, kepribadian menjadi komponen terpenting dalam

pembentukan kepatuhan terhadap sistem pengobatan tertentu.

Ketidakpatuhan adalah individu tidak melaksanakan sebuah program

pengobatan yang disarankan dari pihak luar, yakni otoritas individu yang

kuat yang menyebabkan individu enggan untuk melaksanakan kepatuhan

yang disarankan. Social pressure atau tekanan sosial baik dari petugas

kesehatan atau keluarga tidak memberikan efek pada perubahan individu


18

dalam melaksanakan pengobatan atau terapi. Ketidakpatuhan dapat

mendatangkan beberapa konsekuensi yang harus ditanggung individu

mungkin tidak dirasakan secara langsung, namun dampak serius akibat sikap

tidak patuh mampu memberikan efek kemudian waktu (Pujiastuti, 2016).

2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku kepatuhan pada pasien

diabetes dapat dikelompokkan dalam empat jenis:

1. Karakteristik dari penyakit dan pengobatannya

Karakteristik dari penyakit dan pengobatannya Tiga elemen dari

pengobatan (kompleksitas dari pengobatan, lamanya penyakit dan cara

pemberian pelayanan) dan penyakit itu sendiri sangat berhubungan

dengan kepatuhan pasien. Secara umum, semakin kompleks regimen

pengobatan, semakin kecil kemungkinan pasien akan mematuhinya.

Indikator dari kompleksitas dari suatu pengobatan adalah frekuensi

pengobatan yang harus dilakukan oleh pasien itu sendiri, misalnya

frekuensi minum obat dalam sehari. Pasien akan lebih patuh pada dosis

yang diberikan satu kali sehari daripada dosis yang diberikan lebih sering,

misalnya tiga kali sehari. Lamanya penyakit tampaknya memberikan efek

negatif terhadap kepatuhan pasien. Makin lama pasien mengidap penyakit

diabetes, makin kecil pasien tersebut patuh pada pengobatannya. Cara

pemberian pelayanan untuk diabetes bervariasi dari perawatan secara

intensif yang diberikan oleh tim diabetes multidisiplin hingga perawatan

rawat jalan dari pelayanan kesehatan primer (dokter umum). Pasien yang
19

dilayani pada klinik dokter keluarga, lebih banyak mengunjungi

dokternya dengan tujuan untuk mendapatkan konseling terapinya

daripada untuk memeriksakan dirinya karena terserang penyakit yang

akut. Masalah biaya pelayanan juga merupakan hambatan yang besar bagi

pasien yang mendapat pelayanan rawat.

jalan dari klinik umum. Hambatan terhadap akses pelayanan juga

berhubungan dengan buruknya kontrol metabolik. 2. Faktor intra-personal

Tujuh faktor intra-personal penting yang berhubungan dengan kepatuhan

adalah umur, jenis kelamin, penghargaan terhadap diri sendiri, disiplin

diri, stres, depresi dan penyalahgunaan alkohol. 3. Faktor inter-personal

Dua hal penting dalam faktor inter personal : kualitas hubungan antara

pasien dan petugas pelayanan kesehatandan dukungan keluarga.

Komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatansangat

memperbaiki kepatuhan pasien. 4. Faktor lingkungan Dua faktor

lingkungan yaitu sistem lingkungan dan situasi dengan risiko tinggi,

berhubungan dengan buruknya kepatuhan pasien diabetes. Perilaku

pengaturan pengobatan oleh diri sendiri terjadi dalam lingkungan yang

berubah secara rutin, misalnya dari lingkungan rumah, lingkungan kerja,

lingkungan masyarakat dan sebagainya, yang berhubungan dengan

kebutuhan dan prioritas yang berbeda-beda. Setiap ada perubahan

lingkaran kegiatan rutinya, setiap orang akan perlu melakukan

penyesuaian. Situasi yang menyebabkan terjadinya ketidakpatuhan

disebut situasi dengan risiko tinggi. Sebagai contoh, situasi lingkungan

yang cenderung membuat pasien diabetes melanggar aturan diet


20

makanannya adalah pada saat liburan, adanya kegiatan pesta atau makan

diluar rumah, pada saat sedang sendiri dan merasa bosan, ada

permasalahan interpersonal, dan sebagainya. Sistem lingkungan yang

mempengaruhi kepatuhan pasien misalnya sistem ekonomi, sistem

politik, budaya, ekologi, geografi, dan sistem kesehatan. Adanya jenis

makanan fastfood dengan kandungan lemak, garam dan kalori yang

tinggi, yang tersedia dengan mudah dan murah serta perubahan sistem

tranportasi sehingga mengurangi aktifitas fisik, telah membuat tingginya

kasus obesitas dan diabetes seperti yang terjadi sekarang ini.

(InfoPOM, 2006)

2.2.3 Klasifikasi Kepatuhan

1) Patuh Seseorang dapat dikatakan patuh apabila melaksanakan

tindakan sesuai dengan ketentuan.

2) Tidak patuh Seseorang dikatakan tidak patuh apabila

melaksanakan tindakan tidak sesuai denga ketentuan

2.2.4 Kepatuhan Diet Pada Pasien

DM Sebagai sebuah kelompok, pasien DM mempunyai

kecenderungan untuk mengalami ketidakpatuhan terhadap pengobatan.

Secara general, hasil riset menunjukan bahwa penatalaksanaan DM

bersifat multidimensional, dan kepatuhan terhadap salah satu komponen

penatalaksanaan atau terapi tidak selalu terkait dengan kepatuhan pada

komponen terapi lainnya. Penelitian menunjukan bahwa tingkat


21

kepatuhan terhadap terapi obat lebih baik daripada terhadap perubahan

gaya hidup seperti diet dan olahraga. Penelitian yang dilakukan oleh

Raharjo (2015) menemukan hasil bahwa tingkat kepatuhan pasien DM

terhadap terapi diet adalah 48,9%. Dan penelitian yang dilakukan oleh

kadek saputra (2016) menunjukan bahwa tingkat kepatuhan

penatalaksanaan diet sangat rendah yaitu 50%. Rendahnya tingkat

kepatuhan pasien DM terhadap terapi diet sehubungan dengan jenis dan

jumlah makanan yang dianjurkan. Pengetahuan pasien dan keyakinan

terhadap penyakit, motivasi untuk mengelolanya, kepercayaan (self

efficacy) tentang kemampuan untuk terlibat dalam perilaku manajemen

penyakit, dan harapan mengenai hasil pengobatan serta konsekuensinya

dari ketidakpatuhan berinteraksi untuk mempengaruhi kepatuhan dengan

cara yang belum sepenuhnya dipahami (Pujiastuti, 2016).

2.3 Kerangka Konsep

Kerangka Konsep Penelitian adalah suatu penelitian atau kaitan

antara konsep satu dengan konsep yang lainnya dari masalah yang ingin

diteliti (Notoadmojo, 2010).

Variabelindependen Variabel Dependen

Faktor yang mempengaruhi


Kepatuhan:

1. Karakteristik penyakit dan


pengobatan
Tingkat kepatuhan
2. Faktor intra-personal Diet Pasien DM
3. Faktor inter-personal
4. Faktor lingkungan
22

Gambar 2.3. Kerangka Konsep

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan kemampuan

menggambarkan dan menguraikan masalah yang ada yaitu untuk mengetahui

tingkat kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus di RSU Melati Perbaungan.

3.2 Waktu dan Tempat penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret- Juli 2021, Waktu penelitian

dihitung mulai dari pembuatan proposal sampai penyusunan laporan dan

publikasi penelitian.

3.2.2 Tempat Penelitian

Adapun lokasi Penelitian ini dilakukan di RSU Melati Perbaungan.”

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita penyakit

diabetes mellitus yaitu sebanyak 230 pasien yang berada di RSU Melati

Perbaungan.
23

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian besar dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Notoatmodjo, 2012). Dari data populasi tercatat 230

pasien DM , peneliti mengambil sebanyak 20%, yaitu sebanyak 46 Sampel.

3.3.3 Tehnik Pengumpulan Data

Sebelum melakukan proses pengumpulan data, tahap awal yang harus

dilakukan adalah melakukan persiapan untuk kelancaran pelaksanaan penelitian,

berupa surat izin penelitian dan survey awal ke tempat yang akan dijadikan lokasi

penelitian. Selain melakukan survey terlebih dahulu, peneliti juga harus penderita

Diabetes Melitus yang berada di RSU Melati Perbaungan, .yang akan dijadikan

responden pada penelitian yang akan dilakukan. Hal ini bertujuan menjelaskan

alasan dan tujuan dari informed consent kepada responden. Peneliti harus

menjelaskan kepada responden bahwa penelitian yang akan dilakukan ini tidak

akan merugikan dan tidak akan berdampak negatif kepada mental maupun fisik

dan kerahasiaan responden tetap terjaga. Setelah semua persyaratan diatas

terpenuhi, kemudian dilaksanakan proses pengambilan data dari tempat penelitian.

3.3.3 Data primer

Data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dengan melakukan pengukuran,

pengamatan, survey, wawancara terhadap responden dengan menggunakan

kuesioner yang disusun berdasarkan konsep tertulis dan lain-lain.

3.3.4 Data sekunder


24

Data yang diperoleh dari pihak lain/ badan instansi yang secara rutin

mengumpulkan data. Adapun data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini

adalah data yang telah diterbitkan oleh instansi-instansi terkait seperti, Depkes,

Infodatin, WHO, laporan dan catatan atau dokumen Mahasiswa terkhususnya bagi

penderita yang berada RSU Melati PerbaunganMedan.

3.3.5 Data tersier

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dan jumlah yang telah di

publikasikan/ dikomplikasikan dari pihak lain dalam bentuk tabel. Pada penelitian

ini data tersier diambil dari Jurnal Kesehatan, Jurnal Keperawatan dan penelitian

sebelumnya mengenai diet pada pasien DM , dan lain sebagainya.

3.4 Variabel dan Defenisi Operasional

3.4.1 Variabel

Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai

dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secra empiris

atau ditentukan tingkatnya (Setiadi, 2007).

Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2011),

variabel independen pada penelitian ini adalah Pendidikan Kesehatan (PENKES).

Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011), Variable

dependen pada penelitian ini adalah Pencegahan Kejadian Hipertensi.

3.4.2 Defenisi Operasional


25

Operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan

digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah

pembaca dalam mengartikan makna penelitian.

No. Variabel Definisi Operasional Alat Skala Hasil


Ukur Ukur Ukur
Independen Kepatuhan adalah Kuesioner Ordinal Patuh
: Kemauan individu : Skor
Tingkat untuk melaksanakan 21-40
Kepatuhan perintah yang di (51-
sarankan oleh orang yg 100%
berwenang,disini )
adalah dokter, perawat
dan petugas kesehatan Tidak
lainnya. patuh
: skor
1-20
(1-
50%)

3.5 Tekhnik Pengolahan data

Adapun cara ataupun metode pengolahan data yang digunakan

penulis adalah cara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Proses editing

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui

kuesioner perlu disuting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada

data atau informasi yang lengkap, dan tidak mungkin dilakukan

wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (drop out). Atau

dilakukan pengecekan kelengkapan data pada data yang dikumpul

dengan memeriksa dari pendataan ulang kembali, kesalahan atau

kekurangan.
26

2. Coding

Lembaran atau kartu kode adalah instumen berupa kolom-kolom atau

merekam secara manual, lembaran atau kartu kode berisi nomor

responden, dan nomor-nomor pertanyaan. Atau hasil jawaban dari setiap

pertanyaan diberi kode.

3. Tabulating

Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai denga tujuan penelitian atau

yang diinginkan oleh peneliti.

4. Entry

Memasukan data yang telah dikumpulkan dalamtabel distribusi frekuensi.

Atau yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak atau kartu kode sesuai

dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

3.6 Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan deskriptif dengan cara menggambarkan

distribusi frekuensi dari setiap variabel dan kemudian dapat dilakukan

kesimpulan. Data yang terkumpul dianalisa secara deskriptif dengan

melihat presentase data yang telah terkumpul dan disajiakn dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara

melakukan wawancara melalui kuesioner yang terdiri dari 10 pernyataan

dengan empat pilihan jawaban yang masing-masing memiliki nilai yaitu :

Selalu: skor 4, Sering: skor 3, Jarang skor 2, Tidak pernah : skor 1.Hasil

ukur penilaian dibagi menjadi dua yaitu Patuh dan tidak patuh dengan nilai

Patuh : skor 21-40 (51-100%)


27

Tidak patuh : skor 1-20 (1-50%)


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Setelah dilakukannya penelitian dengan judul “Tingkat Kepatuhan Diet

Pada Pasien Diabetes Melitus di RSU Melati Perbaungan tahun 2021” maka

diperoleh hasil sebagai berikut:

4.1.1. Data Umum

Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU
Melati PerbaunganTahun 2021.

No Karakteristik Frekuensi Persentase %


1 Laki-Laki 27 58.7 %
2 Perempuan 19 41.3 %
Jumlah 46 100

Berdasarkan table 4.1. diatas terlihat bahwa mayoritas responden berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 27 orang (58,7 %), sedangkan minioritas

responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang (41,3%).

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur


Tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Pencegahan Kejadian Hipertensi RSU Melati
PerbaunganTahun 2021.

No Karakteristik Frekuensi Persentase %


1 41-59 tahun 29 63.0 %
2 60-75 tahun 15 32.6 %
3 76-89 tahun 2 4.3 %
4 >90 tahun 0 0%
Jumlah 46 100%

Berdasarkan table 4.2. diatas terlihat bahwa mayoritas responden

yang interval usianya 41-59 tahun sebanyak 29 orang (63,0%), sedangkan

28
29

minioritas responden yang interval usianya 76-89 tahun sebanyak 2 orang

(4,3%).

Table 4.3.Distribusi Karakteritik Responden Berdasarkan Jenis


Pekerjaan di RSU Melati PerbaunganTahun 2021

No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


1 Wirausaha 2 4.3 %
2 Tukang becak 6 13.0 %
3 IRT 13 28.3 %
4 Wiraswasta 7 15.2 %
5 PNS 4 8.7 %
6 Supir angkot 3 4.3 %
7 Pensiun 4 8.7 %
8 Guru 3 4.3 %
9 Pedagang 4 4.3 %
10 Tidak ada 1 8.7 %
Total 46 100.0 %

Berdasarkan tabel 4.3. diatas dapat dilihat bahwa bahwa mayoritas

responden berdasarkan jenis pekerjaan : IRT sebanyak orang 13 (28,3%)

sedangkan minoritas responden tidak ada sebanyak 1 (4.3%) .

Table 4.4.Distribusi Karakteritik Responden Berdasarkan Pendidikan


di RSU Melati PerbaunganTahun 2021

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


1 SD 5 10.9 %
2 SMP 8 17.4 %
3 SMA 11 23.9 %
4 SARJANA 22 47.8 %
Total 46 100.0 %

Berdasarkan tabel 4.4. diatas dapat dilihat bahwa bahwa mayoritas responden

berdasarkan Pendidikan : Sarjana sebanyak 22 orang (47,8%) sedangkan

minoritas responden pendidikan SD sebanyak 5 (10,9%) .


30

Table 4.5.Distribusi Tingkat Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes


Mellitus di RSU Melati PerbaunganTahun 2021

No Kepatuhan Frekuensi Persentase


(%)
1 Patuh 40 87.0 %
2 Tidak patuh 6 13.0 %
Total 46 100.0 %

Berdasarkan tabel 4.5. diatas dapat dilihat bahwa bahwa

mayoritasresponden patuh sebanyak orang 40 (87%) sedangkan minoritas

responden tidak patuh sebanyak 6 (13.0%) .

4.2. Pembahasan

Tingkat Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Mellitus di RSU

Melati Perbaungan.

Kepatuhan adalah kemauan individu untuk melaksanakan perintah yang

disarankan oleh orang yang berwenang, disini adalah dokter, perawat dan

petugas kesehatan lainnya (Heryati, 2014). Wujud kepatuhan yang tergolong

patuh seperti mau memeriksakan atau mengontrolkan kadar gula darah ke pusat

kesehatan terdekat, dan responden juga mau mematuhi apa yang diperintahkan

oleh petugas kesehatan mengenai diet diabetes melitus seperti menerapkan pola

makan terdekat, dan responden juga mau mematuhi apa yang diperintahkan

oleh petugas kesehatan mengenai diet diabetes melitus seperti menerapkan pola

makan seimbang untuk menyesuaikan kebutuhan glukosa sesuai dengan

kebutuhan tubuh. Notoatmodjo (2003) menjelaskan kepatuhan merupakan

perilaku seseorang sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health

rehabilitation behavior) yaitu perilaku seseorang yang berhubungan dengan


31

usaha-usaha pemulihan kesehatan misalnya mematuhi aturan diet, mematuhi

anjuran dokter, dalam rangka pemulihan kesehatan. Diet adalah pengaturan

makan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepatuhan diet adalah keterlibatan

aktif pasien untuk mengikuti aturan diet sehingga penyakit diabetes penderita

lebih terkontrol.

Penelitian menunjukan bahwa responden yang mengalami kepatuhan

sebanyak 40 (87%) dari 46 responden sedangkan yang tidak patuh sebanyak 6

(13%). Dapat kita simpulkan bahwa responden yang diteliti patuh terhadap

pelaksanaan diet pada penyakit diabetes mellitus. Hasil penelitian ini didukung

dengan penelitian yang dilakukan Gustina (2014), yang meneliti tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet Diabetes Mellitus pada pasien

DM menyimpulkan bahwa 65,7% responden patuh dalam melaksanakan diet.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan penderita

diabetes, yaitu: Karakteristik penyakit dan tritmennya, meliputi tiga unsur

dalam pengobatan dari penyakit itu sendiri telah dikaitkan dengan kepatuhan,

yaitu kompleksitas pengobatan, durasi penyakit dan pemberian perawatan.

Faktor intrapersonal, meliputi tujuh variabel yang berhubungan dengan

kepatuhan, yaitu usia, jenis kelamin, self-esteem, selfefficacy, stres, depresi dan

penyalahgunaan alkohol.

Salah satu faktor tersebut yaitu pekerjaan, mayoritas responden yang

memiliki kepatuhan diet diabetes mellitus yang cukup adalah 13 (28.3%)

responden yang bekerja sebagai IRT. Pekerjaan akan berhubungan dengan

tingkat pendapatan dan sosial. Seseorang yang bekerja dengan aktivitas diam

atau duduk terus menerus misalnya pekerja kantor, sopir angkot sangat
32

beresiko menderita kepedulian terhadap keadaan dirinya berkurang, ditambah

lagi ketika orang tersebut pengetahuan yang dimiliknya kurang. Faktor

interpersonal, dua hal penting dalam factor inter-personal adalah kualitas

hubungan antara pasien. dengan penyedia layanan kesehatan dan dukungan

sosial. Dan yang keempat adalah faktor lingkungan, dua variable yang

termasuk di dalamnya adalah high- risk situations and environmental systems

(situasi berisiko tinggi dansistem lingkungan).

Pada hasil penelitian, dimana penderita dengan pendidikan tinggi lebih

patuh dari pada penderita dengan tingkat pendidikan menengah. Dapat kita

simpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah

orang tersebut menerima informasi. Informasi sangatlah penting dalam

mempengaruhi sikap kepatuhan responden. Pada hasil penelitian Poerwanto

(2011) tentang hubungan pengetahuan tentang diet diabetes mellitus dengan

kepatuhan pelaksanaan diet pada penderita diabetes mellitus responden tidak

patuh sebanyak 35 (58.3%) dikarenakan kekurangan informasi. Dukungan

keluarga juga sangat mempengaruhi perilaku patuh responden. Dengan adanya

kerjasama antar anggota keluarga maka ketaatan terhadap pogram-pogram

medis menjadi lebih tinggi termasuk didalamnya kepatuhan diet. Tujuan

menjalankan perilaku patuh terhadap diet yaitu membiasakan diri untuk makan

tepat waktu agar tidak terjadi perubahan pada kadar glukosa darah. Dengan

dukungan keluarga dari anggota keluarga yang lain merupakn faktor penting

dalam menjalankan pogram kepatuhan diet diabetes Keluarga berperan

mengurangi ketidakpedulian pasien dalam menghadapi penyakit dan

ketidaktaatan yang disebabkan oleh godaan dari luar.


33

Berdasarkan kuesioner, displin responden sangat mempengaruhi

kepatuhan pada hasil peneltian ini. Sebanyak 25 (54.3%) responden makan

selalu tepat waktu, yang mengikuti anjuran dokter sebanyak 22 (47.8%), dan

yang menghindari makanan yang bertentangan sebanyak 32 (69.6%). Itu

artinya lebih dari setengah jumlah responden patuh dan sadar akan

penyakitnya, dan tau apa resiko dari penyakitnya jika ia tidak displin dalam

menjalankan diet pada pasien yang menderita penyakit diabetes mellitus.


34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini

menyimpulkan bahwa :

1. Tingkat kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus di RSU Melati

Perbaungan yaitu patuh sebanyak 40 (87.0%).

2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin mayoritas laki-laki

yaitu sebanyak 27 (58.7%).

3. Distribusi responden berdasarkan umur mayoritas berumur 41-59 tahun

yaitu sebanyak 29 (63.0%)

4. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan mayoritas sebagai IRT

yaitu sebanyak 13 (28.3%)

5. Distribusi responden berdasarkan pendidikan mayoritas sarjana

sebanyak 22 (47.8%).

5.2. Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan pada penderita yang mengalami penyakit diabetes mellitus

agar lebih patuh dalam menjalani diet khususnya pasien DM, dan

diharapkan juga kepada pasien untuk meningkatkan penerimaan

informasi seputar penanganan diabetes mellitus, khususnya tentang diet.


35

2. Bagi petugas kesehatan

Diharapkan sebagai petugas kesehatan dapat meningkatkan pemberian

informasi tentang pentingnya mematuhi diet pasien DM yang benar

sehingga dapat mencegah komplikasi yang lebih lanjut. Dan dapat

menjadi edukator yang baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan,

pengetahuan, kemampuan serta motivasi pasien dalam menjalankan diet

DM.

3. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat

dijadikan informasi untuk penelitian selanjutnya yang dapat digunakan

sebagai tambahan referensi atau tambahan pustaka.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan

penelitian ini dengan sampel yang lebih besar untuk penelitian yang lebih

baik dan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pasien

DM.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2004. Prinsip dasar Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Brunnert & Suddarth’s. 2012. Textbook of medical surgical nursing. Lipincot:


Williams & Wilkins.

Cahyati, S M. 2015. Hubungan tingkat pengetahuan diet diabetes mellitus


dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di dusun
karang tengah Yogyakarta. Skripsi. Program studi ilmu keperawatan
sekolah tinggi ilmu kesehatan aisyiyah Yogyakarta.

Delianty, A P. 2015. Hubungan antara dukungan pasangan terhadap


kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja
puskesmas munjul. Skripsi. Program studi ilmu keperawatan fakultas
kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri syarif
hidayatullah Jakarta.

Heryati, Suratun, Gustina. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan


kepatuhan diet diabetes mellitus pada pasien DM. Jkep. 2 No.3 November
2014, hlm 97-107.

Junaidi, I. 2009. Kencing manis. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer

Khaier, N. 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ulkus diabetikum


pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Jurnal ilmu keperawatan Indonesia.

Kusumawati, I. 2015. Kepatuhan menjalani diet ditinjau dari jenis kelamin


dan tingkat pendidikan pada penderita diabetes mellitus. Skripsi. Fakultas
psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ndraha, S. 2014. Diabetes mellitus tipe 2 dan tatalaksana terkini. Artikel


Medicinus

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta


Poerwanto,N H. 2011. Hubungan pengetahuan tentang diet diabetes
mellitus dengan kepatuhan pelaksanaan diet pada penderita diabetes
mellitus.
37

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Nama saya Mimy Adiningsih, mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Non Reguler Universitas Imelda Medan. Saya akan melakukan

penelitian tentang tingkat kepatuhan diet pada pasien Diabetes Melitus RSU

Melati PerbaunganTahun 2021.

Tujuan penelitian ini merupakan salah satu kegiatan untuk menyelesaikan tugas

akhir Program S-1 Keperawatan Universitas Imelda Medan.

Penelitian ini tidak menimbulkan efek negatif yang dapat menganggu

kenyamanan ataupun menganggu kesehatan bagi responden. Semua informasi

yang Anda/i berikan tidak akan merugikan Anda/i dan akan dijaga kerahasiaannya

dan hanya dipergunakan dalam penelitian ini. Peneliti berharap agar Anda/i dapat

berpartisipasi dalam penelitian ini, jika para Anda/i setuju maka dapat

menandatangani lembar persetujuan ini.

Demikian lembar persetujuan ini saya perbuat. Atas bantuan dan

partisipasi Anda/i dalam penelitian saya ini saya ucapkan terimakasih.

Medan, Juni 2020

Peneliti Responden

(Mimy Adiningsih) ( )
38

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Medan, Juli 2021

Kepada Yth:

Bapak/ Ibu, Saudara, Calon responden penelitian

di-

Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :Mimy Adiningsih

Nim : 19142011077

Alamat : Jln Bilal Pulo Brayan Darat I Medan Timur.

Adalah mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan Universitas Imelda

Medan yang akan mengadakan penelitian untuk menyelesaikan skripsi sebagai

salah satu syarat menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan. Adapun

penelitian yang dimaksud berjudul “Tingkat Kepatuhan Diet Pasien Diabetes

Melitus RSU Melati Perbaungantahun 2021”.

Untuk maksud tersebut saya membutuhkan data yang nyata dan akurat dari

anda jika setuju untuk menjadi responden. Adapun jawaban dan identitas anda

dalam penelitian ini akan saya jamin kerahasiaannya dan tidak akan membawa

pengaruh negatif apapun. Demikianlah penjelasan mengenai penelitian ini. Atas

partisipasi dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Peneliti
39

KUESIONER PENELITIAN

TINGKAT KEPATUHAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS

DI RSU MELATI PERBAUNGAN TAHUN 2021

Bagian 1 : Kuesioner Data Demografi

Petunjuk :

a. Berilah tanda cheklist (√) pada kotak pilihan yang sesuai dengan pilihan

anda

b. Bila ada yang kurang mengerti dari pertanyaan dapat ditanyakan kepada

peneliti

Inisial nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan:

Bagian 2 : Kuesioner Tingkat Kepatuhan Diet Pasien DM

No Pernyataan SELALU SERING JARANG TIDAK


PERNAH
1 Saya makan tepat waktu
sesuai jadwal yang sudah
dikonsultasikan oleh dokter
atau petugas kesehatan yang
lain
2 Saya makan makanan yang
sesuai anjuran dokter atau
petugas kesehatan yang lain
40

3 Saya makan makanan yang


mengandung tinggi lemak
seperti santan, makanan
cepat saji, (fast food), dan
goring-gorengan setiap hari.
4 Saya menggunakan pemanis
khusus untuk penderita
diabetes seperti gula jagung
saat ingin ingin
41

LEMBAR KONSULTASI MAHASISWA/I S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS IMELDA MEDAN

Nama : MIMY ADININGSIH


NIM : 1914201077
Judul Skripsi : Tingkat Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Melitus
di RSU Melati PerbaunganTahun 2021
Dosen Pembimbing : Noradina, S.Kep., Ns., M.Biomed

Hari/ MATERI
No HASIL PARAF
Tanggal KONSULTASI
1 Senin Konsul revisi judul Acc judul
14 Mei 2021 cari referensi
BAB 1
2 Senin BAB 1 REVISI
30 Mei 2021 Di latar
belakang
3 Sabtu REVISI BAB 1 REVISI
03 Juni 2021 1. Pembahasan
2. L. Belakang
4 Sabtu BAB II REVISI
15 Juni 2021 BABA III
5 Rabu Perbaikan BAB II REVISI
30 Juni 2021 BAB III
6 Selasa BAB1, BAB II, BAB ACC
10 Juli 2021 III
KUESIONER
7 Rabu BAB IV REVISI
18 Agustus 2021 Hasil dan
pembahasan
8 Sabtu BAB IV REVISI
28 Agustus 2021 BAB V

9 Kamis BAB IV, BAB V, REVISI


02 September ABSTRAK
42

2021
10 Sabtu BAB 1, II, III, IV, V ACC/
25 September LANJUT
2021 SIDANG

Diketahui Dosen Pembimbing

( Noradina, S.Kep.,Ns.,M.Biomed )

Anda mungkin juga menyukai