Anda di halaman 1dari 38

Ekosistem adalah proses dan interaksi komunitas biotik

(organisme hidup) dan komponen anorganik (ciri-ciri fisik


dan kimia) pada lingkungan tertentu. Dalam kondisi alam yang
stabil, atau ekosistem klimaks merupakan keadaan yang
seimbang, semua spesies penghuni bersaing dalam sumber daya,
dan siklus energi dan nutrisi yang seimbang. Di
agroekosistem (plagioclimax) petani secara efektif bersaing
dengan OPT untuk sumber daya, dan memilih spesies tanaman
yang dipanen untuk diekspor energi dan nutrisinya untuk
dikonsumsi di tempat lain

Sebuah ekosistem yang tidak terpengaruh oleh manusia


memiliki karakteristik struktur wilayah iklim, misalnya daun
tanaman Oak di hutan Inggris memiliki biomassa 30 Kg per m2,
dan rata-rata produktivitas 1,2 Kg per m2 per tahun. Ketika
hutan tersebut dibuka dan dimanfaatkan oleh manusia muncul
karakteristik baru . Tanaman budidaya pertanian memiliki
biomassa rata-rata jauh lebih rendah, gandum biasanya
mencapai 1,6 Kg per m2, dengan produktivitas hanya 0,6 Kg
per m2 per tahun.
MANIPULASI
EKOSISTEM OLEH
MANUSIA
Umumnya, stabilitas dan kekompleksan lebih besar terjadi pada
i. tanaman tahunan (perenial) dari pada tanaman
musiman (annual crop),
ii. tanaman campuran atau polikultur dari pada monokultur,
iii. pada lingkungan fisik yang relatif seragam (misal
lingkungan tropis) daripada agroekosistem yang telah
rusak.

 Variasi atau pola stablitas dari areal ke areal, dari musim ke


musim juga dipengaruhi lamanya siklus tanaman, atau
lamanya ketersediaan sumber pakan dominan serangga dan
oleh lamanya aktifitas musiman serangga.

 Agroekosistem lebih sederhana daripada ekosistem

 Sifat agroekosistem lambat pulih apabila terjadi gangguan


dari luar ekosistem

 OPT tertentu mempunyai inang alternatif dan pola infestasi


Perbedaan Struktural dan fungsional penting
antara Ekosistem Alami dengan Agroekosistem

Parameter Ekosistem Agroekosistem

Produktivitas bersih Sedang Tinggi

Interaksi tropik Kompleks Sederhana, linier

Keanekaragaman spesies Tinggi Rendah

Keanekaragaman genetik Tinggi Rendah

Siklus Nutrisi Tinggi Rendah

Stabilitas (Resilience) Tinggi Rendah


Pemahaman terhadap agroekosistem juga diperlukan
untuk menyelaraskan praktek pengendalian dalam
mencegah timbulnya dampak negatif yang tidak
diinginkan

Juga untuk menilai faktor mortalitas yang bekerja


terhadap hama atau hama potensial, sehingga
memudahkan memanipulasinya agar berkerja
optimal.

Jenis tanaman, praktek agronomis, pola tanam,


kekompleksan total, dan self sufficiency, dan cuaca
merupakan unsur penting yang berpengaruh
terhadap derajat kestabilan suatu agroekosistem
Kontinyuitas Tanaman
Agroekosistem tidak bersifat self perpetuating (kekal) dan
keberadaanya selalu singkat yaitu bervariasi dari 50 tahun
pada tanaman perkebunan hingga beberapa bulan pada
tanaman sayuran. Sebaliknya pada ekosistem bersifat kekal.

Seleksi Pertanaman
Di dalam ekosistem alami, vegetasi adalah hasil dari seleksi
alam sehingga beradaptasi dengan baik pada berbagai variasi
faktor iklim dan faktor edafik. Individu tumbuhan terbuka dari
pengaruh kompetisi, terutama pada individu muda. Di dalam
agroekosistem, tanaman diseleksi oleh manusia dan ketika
tanaman muda biasanya sekelilingnya bersih sehingga
terhindar dari kompetisi. Sebaliknya, agroekosistem menderita
kerusakan oleh variasi iklim.
LANJUTAN
Keanekaragaman Spesies.
• Manusia dalam keadaan normal menanam spesies tanaman tunggal,
sesekali juga dua spesies tanaman dalam pola inter-cropping, tetapi
sangat jarang berupa tanaman campuran.
• Penggunaan herbisida dalam menekan gulma menjadikan
agroekosistem bersifat monokultur.
• Pada ekosistem alami terdiri dari beberapa spesies tanaman ,
meskipun terdapat perkecualian pada kondisi iklim yang ekstrim suatu
ekosistem alami dapat ditumbuhi hanya oleh 1 – 2 spesies tumbuhan,
misalnya hutan papyrus.

Keanekaragaman intraspesifik (umur dan varietas).


Praktek penanaman pada kebanyakan tanaman di dalam agro-
eksosistem menghasilkan umur yang seragam , demikian juga varietas
yang ditanam biasanya dipilih, sehingga di dalam agroekosistem kisaran
genotip sangat terbatas. Keadaan tersebut mendorong terjadinya
sinkronisasi pembungaan, pembentukan tunas daun, dan proses yang
lain di antara tanaman yang ditanam.
Nutrisi dan Suplai air.
Pada kebanyakan tanaman di dalam
agroekosistem dilakukan pemupukan dengan
pupuk kimia atau pupuk kandang dan
beberapa diairi dengan sistem irigasi. Hal itu
berakibat level nutrisi pada dedaunan
tanaman dan jumlah jaringan muda biasanya
lebih besar daripada di dalam ekosistem
alami, dan ini lebih menarik bagi OPT

Peledakan Hama dan Penyakit.


Peledakan populasi hama dan penyakit
merupakan gambaran yang teratur dari
agoekosistem. Peledakan tersebut tidak
tercatat pernah terjadi di dalam hutan tropis
yang telah mencapai klimaks.
 Kegiatan perencanaan adalah tindakan antisipasi
yang bersifat mendeteksi secara lebih awal berbagai
faktor yang memungkinkan terjadinya gangguan
OPT (Tindakan Preemtif)
 Pengaturan waktu tanam serentak juga
dapat dimanfaatkan untuk pengendalian
OPT

 Perencanaan manipulasi terhadap jenis


tananam, praktek agronomis, pola tanam,
keanekaragaman total, dan self sufficiency
(upaya agar agroekosistem dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri)

 Perencanaan agroekosistem harus selalu


didasarkan pada kepentingan
keanekaragaman dan upaya-upaya nyata
untuk memperbaiki atau
mempertahankannya (farmskaping).
Pembakaran jerami dan penggunaan
pestisida di awal tanam adalah tindakan
yang dapat merusak keanekaragaman
hayati pada pertanaman padi
 Penggunaan Pupuk N berlebihan dapat
mendorong tanaman lebih peka
terhadap serangan OPT

 Seed treatment dapat menurunkan


keanekaragaman hayati

 Upaya penyehatan tanah dapat


mendorong terciptanya jaring-jaring
makanan di dalam dan di atas
permukaan tanah
GAMBARAN UNIK AGROEKOSISTEM (PEDIGO,
1996)

 Agroekosistem sering mengalami gangguan


besar
 Agroekosistem didominasi oleh tanaman yang
dijinakkan (pemuliaan tanaman).
 Agroekosistem memiliki keanekaragaman jenis
yang rendah.
 Agroekosistem memiliki spesies tanaman utama
yang ditanam, tumbuh dan dipanen pada waktu
yang bersamaan.
 Agroekosistem menerima nutrisi dari sumber
eksternal, sehingga tanaman utama subur dan
kaya nutrisi.
BAHAN ORGANIK
TANAH
DEKOMPOSISI
RESIDU ORGANIK

MENINGKAT MELEPASKAN MELEPASKAN MELEPASK


KAN pH BAHAN HUMUS ASAM AN P DARI
TANAH YG LARUT DLM ORGANIK RESIDU
AIR ALIPHATIK YG ORGANIK
LARUT DLM
AIR

MENINGKAT ADSORPSI ADSORPSI ADSORPSI


KAN MUATAN SPESIFIK SPESIFIK SPESIFIK
NEGATIF PADA BAHAN PADA ASAM PADA
PADA HUMUS ORGANIK TURUNAN P
PERMUKAAN RESIDU
ADSORPSI P
REDUKSI ADSORPSI
SPESIFIK TERHADAP P
YANG DITAMBAHKAN
OLEH KOLOID TANAH
DI ATAS PERMUKAAN

HERBIVOR KARNIVOR
DI PERMUKAAN KARNIVOR TINGKAT BURUNG
TANAMAN
TANAH TINGGI
GULMA

AKAR DI BAWAH PERMUKAAN


HAMA DAN
PENYAKIT
NEMATODA TIKUS
NEMATODA DAN OMNIVOR CACING
SERANGGA TANAH
PEMAKAN AKAR PEMAKAN
GANGGANG JAMUR JAMUR
LICHENES BAKTERI CENTIPEDES
BAKTERI NEMATODA MILIPEDES KUMBANG
TUNGAU
MUTUALISTIS
DAN LABA-
JAMUR MICORIZA LABA
PEMAKAN
BAKTERI FIKSASI N BAKTERI: PREDATOR
NEMATODA
NEMATODA PREDATOR
PADA
PROTOZOA
TUNGAU SERANGGA
DEKOMPOSER CILLATES
JAMUR PREDATOR
BAHAN AMOEBA
ORGANIK BAKTERI FLAGELLATA
SHREDDERS ENCHYTRAELDS

ORGANISME KONSUMEN KONSUMEN KONSUMEN KONSUMEN


BERFOTOSINTESIS PRIMER SEKUNDER TERSIER TINGKAT TINGGI
 Analisis keuntungan/resiko untuk menilai
relevansi keuntungan ekonomik versus resiko
pengendalian OPT,

(i) Petani harus menimbang bahaya merusak


pestisida dengan daya racun yang tinggi dan
menjaga keamanan diri sendiri dan pekerjanya
dalam penanganan dan aplikasinya, dan

(ii) petani juga menimbang pengaruh aplikasi


pestisidanya terhadap masyarakat dan
lingkungan.
 Over all spraying berbahaya.
 > 90 % aplikasi insektisida tidak
mencapai target, sebagian besar
menyatu di lingkungan dengan
berbagai jalan, a.l.
 menurunnya padat populasi
musuh alami (parasitoid dan
predator) dan
 residu pestisida persisten
terkonsentrasi pada makanan dan
lingkungan (eksternalitas).

Eksternalitas negatif: pengaruh


samping kurang menguntungkan
penggunaan pestisida yang
mempunyai konsekuensi ekonomis,
ekologis, dan sosiologis.
 Penggunaan pestisida tidak boleh sembarangan. Kedua
manfaat yaitu, ekonomi dan keamanan lingkungan demikian
penting.

 Oleh karena itu, pestisida yang akan digunakan adalah yang


tidak membahayakan musuh alami, lebah madu, cacing tanah
dan kehidupan liar lainnya.

 Pestisida seharusnya tidak meninggalkan residu berbahaya


pada tanaman pada saat panen atau ketika dikonsumsi.
 Keberadaan residu pestisida yang
persisten di dalam tanah pada level
yang cukup tinggi mengakibatkan
tanaman tidak diterima di pasar,
karena tingginya kandungan residu
pestisida. Misalnya, minyak biji
kedelai dapat mengandung residu
pestisida yang dapat larut di dalam
lemak, yaitu hidrokarbon berkhlor.
Drift pestisida
• Drift pestisida mengacu pada difusi pestisida dan
potensi dampak negatif aplikasi pestisida, termasuk,
kontaminasi di luar target karena drif serta limpasan
dari tanaman / tanah . Hal ini dapat menyebabkan
gangguan kesehatan manusia, pencemaran
lingkungan, dan kerusakan harta benda.

• Drift berupa (i) exo-drift adalah penyemprotan yang


jatuh di luar daerah sasaran dan (ii) endo-drift adalah
bahan aktif dalam dropplet pestisida yang jatuh ke
daerah sasaran, tetapi tidak mencapai target biologis
Pathways of pesticide movement in the
hydrologic cycle. Importance of the
Atmosphere
DAMPAK NEGATIF HERBISIDA
VIETNAM WAR & HERBICIDES
 US used mixtures of herbicides to kill vegetation in
S.Vietnam to expose hiding places & destroy crops
planted by Vietcong: Agent White, Agent Blue, & Agent
Orange
 Negative environmental impacts:
 Mangrove forests & hardwood forests destroyed
 Harmed ecology & economy of S.Vietnam

 Negative health impacts:


 Agent Orange = 2,4-D & 2,4,5-T combined.
 Created highly toxic Dioxins during creation
 Birth defects, stillbirths, female reproductive disorders,
soft-tissue cancers
 Bioaccumulated in fish = very high levels in
Vietnamese people
• Banyak kasus: produksi tinggi, tidak perlu tanaman
harus bebas sama sekali dari kerusakan oleh OPT

• Pandangan PHT, studi kuantitatif hubungan tingkat


kerusakan dengan kehilangan hasil sangat perlu,
guna menetapkan batas ambang toleransi terhadap
serangan OPT

• Konsep ini melahirkan EIL dan ET sebagai dasar


mentolerir/tidak serangan OPT
GOLONGAN OPT BERDASAR POSISI AMBANG
EKONOMI (AE) DAN KERUSAKAN EKON0MI (KE)
THD POSISI KESEIMBANGAN UMUM (KU)

Tipe 1.
Tipe 2.
Tipe 3.
Tipe 4.
DIKENDALIKAN MUSUH ALAMI
KE

AE

KU

WAKTU

Tipe 1. Golongan OPT dengan posisi KU di bawah AE dan rata-rata


populasinya tidak pernah mencapai AE

Misalnya: OPT Potensial, yaitu pada keadaan normal tidak


membahayakan karena dapat dikendalikan oleh musuh
alaminya
APLIKASI APLIKASI
KE
AE

KU

WAKTU

Tipe 2. Golongan OPT dengan posisi KU di bawah AE dan rata-rata


populasinya sesekali mencapai AE

Misalnya: OPT ke dua atau OPT musiman, yaitu golongan OPT


yang relatif kurang penting tetapi pada waktu dan tempat tertentu
dapat meningkat hingga melebihi AE. OPT lain, peka
terhadap perlakuan pestisida pada OPT utama, yaitu terjadi ledakan
OPT kedua (secondary out break).
APLIKASI

KE

AE

KU

waktu

Tipe 3. Golongan OPT dg posisi KU di bawah AE dan rata-rata


populasinya senantiasa mencapai AE

Misalnya: OPT Utama, yaitu OPT yg selalu menyerang tanaman di


suatu daerah dengan intensitas serangan yang berat, sehingga
selalu memerlukan pengendalian. OPT Utama menjadi perhatian
utama PHT.
APLIKASI INTRODUKSI
APLIKASI APLIKASI MUSUH ALAMI

KU

KE
AE
KU
BARU

waktu

Tipe 4. Golongan OPT dengan posisi KU di atas AE

Umumnya OPT pendatang. Mengatasinya: kombinasi insektisida


dan introduksi musuh alami guna membentuk posisi keseimbangan
baru yang lebih rendah dari AE.
 Pengertian: menyisakan populasi OPT secara
permanen di bawah AE di areal tempat
aplikasi pestisida.
 Konsep ini berarti menekan OPT tanpa harus
memusnahkannya.

Ingat: keseimbangan seringkali terganggu


sebagai akibat langsung penggunaan
pestisida berspektrum luas yang dilakukan
secara berjadwal dan secara tidak langsung
dapat menimbulkan kelaparan bagi musuh
alami karena inang/ mangsanya terbasmi
insektisida.
 Ubah overall spraying menjadi spot
spraying, dasarnya
 (i) keputusan pengendalian dengan
pestisida di dasarkan pada hasil
pengamatan di setiap petak alami,
 (ii) penggunaan pestisida hanya ditujukan
pada petak alami yang mencapai AE,
 (iii) sisa OPT pada petak alami yang belum
mencapai AE bermanfaat untuk menjaga
kelestarian musuh alami
Aplikasi insektisida secara berjadwal sangat dihindari.
Perlakuan harus didasarkan pada bilamana perlu dan tepat
waktu. Efisiensi dihasilkan melalui penetapan waktu
aplikasi berdasar perbaikan teknik monitoring populasi
hama dan perkembangan tanaman. Misal menggunakan
perangkap dengan atraktan (pheromon).
Aplikasi pestisida serba tepat (jenis, konsentrasi, dosis,
saat aplikasi) dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
Meminimalkan kontaminasi pestisida ke dalam lingkungan;
pestisida harus dikombinasikan dengan cara pengendalian
yang lain, misalnya pengendalian dengan varietas tahan
dan praktek bercocok tanam
KONSEP VII
PENGERTIAN DAN PENERIMAAN
MASYARAKAT TERHADAP PHT
• Komunikasi yang efektif dan kecakapan menjual bagi para
penyuluh merupakan kunci keberhasilan agar masyarakat
mau mengerti dan menerima PHT.

• PHT melibatkan 2 justifikasi,


(i) justifikasi dari ilmu pengetahuan: “Bagamana
seharusnya pengendalian terhadap OPT dapat dicapai ?”
dan
(ii) justifikasi sosial, “Bagamana seyogyanya
pengendalian terhadap OPT dicapai ?” Jawaban untuk
pertanyaan kedua harus diterima dari segi ekonomi dan
sosial.

• PHT tidak cukup hanya diterima dan diyakini, tetapi harus


dilaksanakan. Oleh karena itu jiwa kepemimpinan
merupakan faktor kritis di dalam pemasyarakatan PHT.
LANJUTAN
• Konsep dan filosofi PHT sering tidak sepenuhnya dimengerti
dan dihargai oleh pemegang kebijakan, timbul pendapat
program PHT harus lengkap sebelum dimulai program
implementasi.

• Mendidik masyarakat tentang PHT melalui program


penyuluhan

• Salah satu model penyuluhan yang sesuai adalah Sekolah


Lapangan PHT (SLPHT)

• Dalam SLPHT tidak terdapat hubungan guru dengan murid,


tetapi pemandu bersama petani adalah warga belajar.
Mereka bersama-sama belajar mempraktekkan PHT.

• SLPHT merupakan sarana belajar yang ideal untuk transfer


teknologi dan mengubah perilaku petani.

Anda mungkin juga menyukai