Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ISU LINGKUNGAN: PERMASALAHAN POLUSI UDARA DI DKI JAKARTA

Disusun Oleh:

Yusrina Nuraini Sabila 1810201005


Herlina Dhiya Ramadhan 1810201009
Ganis Prahardini 1810201010
Ira Alfiah 1810201015
Lisa Ratnasari 1810201016

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TIDAR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGAR
2021
PENDAHULUAN

Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia dinyatakan sebagai kota yang


memiliki tingkat polusi udara yang sangat signifikan. Dalam hal ini tidak lepas
dari beberapa faktor penyumbang polusi diantaranya emisi kendaraan bermotor
dan aktifitas industri. Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan
dan industri serta konsentrasi dari semua aktifitas masyarakat dengan jumlah
penduduk lebih dari sepuluh juta dengan luas hanya 699,5 kilometer persegi
berdampak pada menurunnya kualitas udara di ibukota. Banyaknya penduduk
yang tinggal di Jakarta membuat jakarta penuh dan sesak serta Jakarta dibanjiri
oleh kendaraan bermotor yang dari waktu ke waktu semakin bertambah. Hal itu
menyebabkan kondisi udara di wilayah Jakarta menjadi tidak sehat lagi. Bukan
hanya kendaraan bermotor saja yang menyumbang pencemaran udara di Jakarta,
masih banyak faktor-faktor lain yang mendukung pencemaran udara di Jakarta
semakin parah.
Penyebab tingginya polusi udara di Jakarta menurut Greenpeace
Indonesia yakni disebabkan karena 2 faktor penyumbang polusi udara. Pertama,
jumlah kendaraan bermotor di Jakarta semakin meningkat setiap tahunnya
sehingga meningkatkan emisi kendaraan bermotor, kendaraan pribadi roda
empat ataupun roda dua melebihi kapasitas Jakarta untuk menampungnya.
Hampir tidak ada kontrol terhadap penambahan (kendaraan bermotor). Jadi,
orang-orang makin mudah difasilitasi menggunakan kendaraan pribadi. Faktor
kedua adalah adanya pembangkit listrik tenaga uap batu bara dalam radius 100
meter di sekitar Jakarta. PLTU berkontribusi menyumbang 33-36 persen polusi
udara di Jakarta. Di sekitar Jakarta dalam radius 100 kilometer, ada pembangkit
listrik tenaga uap batu bara. Rata-rata harian kualitas udara di Jakarta lebih
buruk 4,5 kali lipat dari batas aman dan batas sehat yang ditetapkan oleh WHO
Kualitas Udara Jakarta menurun drastis memasuki musim kemarau pada
tahun 2019. Pada awal Juli 2019, puluhan masyarakat menggugat Presiden
Republik Indonesia, Gubernur DKI Jakarta, dan lima pejabat pemerintahan
lainnya atas kelalaian mengendalikan pencemaran udara Jakarta. Lima pejabat
negara mendapatkan vonis bersalah atas pencemaran udara di Ibu Kota. Hal
tersebut diputuskan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Jokowi dan Anies Baswedan di vonis bersalah atas polusi udara di DKI Jakarta.
Sumber masalah dari kualitas udara yang buruk di Jakarta adalah kebijakan
pemerintah provinsi Jakarta yang bermasalah. Kebijakan saat ini tidak
memberikan target yang memadai dan dianggap terlalu rendah untuk mencapai
kualitas udara yang baik bagi kota Jakarta. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta untuk tahun 2017-
2022 menargetkan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yaitu indeks yang
menilai kualitas air, udara, dan tutupan lahan mencapai 38.27 pada tahun 2022,
meningkat dari 36.41 pada tahun 2017. Dengan target tersebut, Jakarta hanya
perlu meningkatkan Indeks Kualitas Udara (IKU) sebesar 0.558 hingga
mencapai 54.058 pada tahun 2022 yang masih berada pada level “kurang baik”.
Oleh sebab itu dalam rangka penanggulangan masalah pencemaran udara,
pemerintah perlu melakukan evaluasi dan monitoring kebijakan terkait kualitas
udara di DKI Jakarta.
PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah Kebijakan

Dari Pendahuluan diatas dapat disimpulkan identifikasi masalahnya


sebagai berikut :

Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia dinyatakan sebagai kota yang


memiliki tingkat polusi udara yang sangat signifikan. Dalam hal ini tidak lepas
dari beberapa faktor penyumbang polusi diantaranya emisi kendaraan bermotor
dan aktifitas industri.
Penyebab tingginya polusi udara di Jakarta menurut Greenpeace
Indonesia disebabkan karena 2 faktor penyumbang polusi udara yakni :
 Pertama, jumlah kendaraan bermotor di Jakarta semakin meningkat setiap
tahunnya sehingga meningkatkan emisi kendaraan bermotor, kendaraan
pribadi roda empat ataupun roda dua melebihi kapasitas Jakarta untuk
menampungnya. Hampir tidak ada kontrol terhadap penambahan (kendaraan
bermotor). Jadi, orang-orang makin mudah difasilitasi menggunakan
kendaraan pribadi.
 Kedua adalah adanya pembangkit listrik tenaga uap batu bara dalam radius
100 meter di sekitar Jakarta. PLTU berkontribusi menyumbang 33-36
persen polusi udara di Jakarta. Di sekitar Jakarta dalam radius 100
kilometer, ada pembangkit listrik tenaga uap batu bara. Rata-rata harian
kualitas udara di Jakarta lebih buruk 4,5 kali lipat dari batas aman dan batas
sehat yang ditetapkan oleh WHO.
Puluhan masyarakat menggugat Presiden Republik Indonesia, Gubernur
DKI Jakarta, dan lima pejabat pemerintahan lainnya atas kelalaian
mengendalikan pencemaran udara Jakarta. Lima pejabat negara mendapatkan
vonis bersalah atas pencemaran udara di Ibu Kota. Hal tersebut diputuskan oleh
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.   Jokowi dan Anies Baswedan
di vonis bersalah atas polusi udara di DKI Jakarta. Sumber masalah dari kualitas
udara yang buruk di Jakarta adalah kebijakan pemerintah provinsi Jakarta yang
bermasalah. Kebijakan saat ini tidak memberikan target yang memadai dan
dianggap terlalu rendah untuk mencapai kualitas udara yang baik bagi kota
Jakarta.

B. Forecasting

Permasalahan krisis udara di Indonesia khususnya pada wilayah DKI


Jakarta merupakan suatu permasalahan bersama, yang harus ditangani secara
bersama-sama pula baik Pemerintah maupun masyarakat. Seperti yang tertuang
dalam Instruksi Gubernur Nomor 66 Tahun 2019 yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tentang Pengendalian Kualitas Udara. Oleh
karena itu, pemerintah harus mengusahakan serta menyelenggarakan suatu
sistem kebijakan pengendalian kualitas udara. Penerapan kebijakan sistem
pengendalian kualitas udara ini tidak boleh hanya berkiblat pada satu pusat yaitu
pemerintah saja melainkan dengan campur tangan dari masyarakat sendiri.
Perjalanan kebijakan pengendalian kualitas udara di masa lalu cukup dijadikan
sebagai batu pijakan bagi pemerintah serta seluruh masyarakat Indonesia di
dalam merumuskan kebijakan. Seperti yang sebelumnya Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta masih mendapatkan rapor merah terkait buruknya kualitas udara di
Jakarta. Buruknya kualitas udara di DKI Jakarta dinilai karena Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta yang masih abai dalam melakukan langkah-langkah
pencegahan dan penanggulangan kualitas udara. Oleh karena hal tersebut
kebijakan yang berlaku hingga saat ini masih dalam kekalutan dan keterpurukan.
Kedepan masyarakat Indonesia diperkirakan dapat kehilangan 2,5 tahun
dari usia harapan hidup yang diakibatkan adanya krisis udara bersih saat ini,
akibat kualitas udara yang tidak memenuhi ambang aman sesuai dengan
pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk konsentrasi PM
(Particulate Matter) atau partikel halus sebanyak 2,5. Menurut penjelasan
Direktur Air Quality Life Index (AQLI) dari University of Chicago, Kenneth
Lee pada saat webinar kolaborasi AQLI, Bicara Udara dan Nafas, pada 9
September 2021, bahwa lebih dari 93% dari 262 juta penduduk Indonesia
tinggal pada daerah dengan tingkat particulate matter (PM) 2,5 rata-rata tahunan
yang mana melebihi ambang batas pedoman WHO. Di Indonesia sendiri dalam
beberapa tahun terakhir ini topik mengenai kualitas udara mulai disuarakan oleh
berbagai pihak dalam menanggapi kondisi kualitas udara yang dirasa semakin
tidak sehat serta adanya tantangan pandemic Covid-19 yang juga menyerang
organ pernapasan paru-paru.
Saat ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah berupaya dalam
melakukan pengendalian kualitas udara di Indonesia khususnya DKI Jakarta
yang berdampak luar biasa baik terhadap pengendalian kualitas udara di DKI
Jakarta. Dalam meningkatkan kualitas udara Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta berkolaborasi dengan meresmikan program Jakarta Clean Air
Partnership. Jakarta Clean Air Partnership adalah kolaborasi Provinsi DKI
Jakarta dengan Bloomberg Philanthropies dan Vital Strategies guna mengatasi
permasalahan polusi udara di Jakarta melalui peningkatan ketersediaan serta
penggunaan data kualitas udara, analisis solusi kebijakan, serta efektivitasnya,
dan mepromosikan kesadaran publik terkait dampak polusi udara terhadap
kesehatan. Melalui DLH DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
meluncurkan situs pemantauan kualitas udara Jakarta dengan menyediakan
informasi berdasarkan data akurat mengenai sumber pencemaran udara, dampak
kesehatan beserta solusinya. Menurut Gubernur Anies Baswedan kerja sama
tersebut akan berfokus pada peningkatan kualitas udara di Jakarta selama 2
tahun kedepan. Selain itu, terdapat tujuh aksi dalam Instruksi yang dikeluarkan
oleh Gubernur Anies Baswedan dalam mengatasi permasalahan buruknya
kualitas udara di DKI Jakarta diantaranya yaitu:
 Peremajaan bus kecil, sedang, serta besar dan tidak diperbolehkan angkutan
umum yang berusia diatas 10 tahun untuk beroperasi di Jakarta
 Rekayasa lalu lintas melalui ganjil genap, penerapan ERP (Electronic Road
Pricing) dan tariff parkir
 Melakukan uji emisi
 Migrasi ke transportasi umum
 Inspeksi setiap 6 bulan sekali serta memperketat pengendalian polutan pada
cerobong industry aktif
 Melakukan penghijauan
 Mendorong penggunaan energi terbarukan
Polusi udara merupakan salah satu bahaya kesehatan bagi manusia
terbesar di dunia. Seluruh elemen masyarakat perlu menyadari bahwa udara
merupakan suatu hal yang sangat penting sehingga perlu dijaga kualitasnya.
Adapun kendala dalam pengendalian kualitas udara di Jakarta selain kebijakan
pemerintah yang masih terdapat kekurangan, juga masih kurangnya tingkat
kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kualitas udara. Selain itu, sudah
terdapat banyak berbagai sumber informasi terkait bahwa masih banyaknya
masyarakat awam yang susah mencerna mengenai permasalahan polusi udara.
Oleh karena itu, kedepannya dibutuhkan sebuah platform edukasi yang konsisten
menyampaikan materi terkait kondisi udara serta merekam upaya bersama dalam
mewujudkan kualitas udara Jakarta yang lebih baik. Selanjutnya, kedepan juga
dibutuhkan adanya kerja sama serta kolaborasi antara pemerintah dengan publik
yang mana diperlukan untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta. Pengelolaan
kualitas udara dinilai akan lebih optimal apabila dilakukan secara terpadu
dengan cara mengkombinasikan regulasi, kesadaran dan peningkatan kapasitas
serta kemitraan dari pemangku kepentingan termasuk akademisi, masyarakat,
serta NGO untuk saling berkontribusi dalam meningkatkan kualitas udara
Jakarta yang lebih bersih.

C. Alternatif Kebijakan

Penetapan Carbontax

Pajak karbon atau pungutan karbon ini diharapkan dapat memaksimalkan


penerimaan negara, mendukung program Indonesia hijau dan pengurangan emisi
gas rumah kaca menghadapi perubahan iklim atau climate change.
Pajak karbon merupakan pajak yang dikenakan atas pemakaian bahan
bakar berbasis karbon, seperti produk-produk olahan yang menggunakan bahan
bakar fosil minyak bumi, gas dan batu bara. Pajak karbon sebagai upaya represif
pemerintah untuk mengurangi emisi karbon saat ini.
pungutan karbon ini diterapkan dengan mendasarkan pada prinsip
keadilan. Pajak karbon terbukti telah menurunkan polusi dan emisi pada
beberapa negara yang menerapkannya, dan menambah penerimaan negara.
Penerimaan pajak karbon bisa dipakai untuk membiayai tenaga kerja terdampak
polusi tersebut dan lain-lain.
Saat ini, ada sekitar 25 negara telah menerapkan pungutan karbon seperti
China, Singapura, Kanada, Ukraina, Jepang, Prancis, Chile, dan lain-lain.
Penerapan pajak karbon ini telah berhasil mengurangi emisi karbon.

Uji emisi kendaraan bermotor

Uji emisi adalah salah satu upaya pengujian untuk mengetahui kinerja
mesin dan tingkat efisiensi pembakaran dalam mesin kendaraan bermotor. Uji
emisi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
seperti dikutip dari laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK).
Kendaraan bermotor yang lulus uji emisi dapat memberikan dampak
yang baik bagi lingkungan dan bagi durabilitas kendaraan itu sendiri. Uji emisi
memberikan informasi sebenarnya tentang kondisi kendaraan dan efektivitas
pembakaran bahan bakar dalam mesin kendaraan, sehingga memperlihatkan
apakah kendaraan dalam keadaan baik dan layak buat digunakan. Uji emisi
membantu kamu berkontribusi dalam mengurangi pencemaran udara dari sisa
gas buang kendaraan bermotor.

Mendukung Greenbuilding

Green Building atau Bangunan Hijau adalah bangunan yang secara life


cycle-nya di mulai sejak tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian,
pemeliharaan, renovasi, hingga pembongkarannya memperhatikan dampak
negatif dan menciptakan dampak positif terhadap iklim dan lingkungan alam.
Dampak positif ini akan didapat alam dengan melindungi, menghemat,
mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di
dalam ruangan, mempertimbangkan lingkungan dalam proses pembangunan,
menggunakan bahan yang tidak beracun dan memperhatikan kesehatan
penghuninya yang semua berpegang pada kaidah bersinambungan. Bangunan
hijau merupakan alat untuk meningkatkan efisiensi sumber daya bangunan
berupa energi, air dan bahan sekaligus mengurangi dampak bangunan pada
kesehatan manusia dan lingkungan.

Menaikan standar baku mutu udara

Pemerintah wajib untuk meninjau kembali baku mutu udara ambien


berdasarkan bukti-bukti ilmiah juga dari kemampuan teknologi negaranya dan
pertimbangan ekonomi. Di samping itu, perlu ada harmonisasi dengan standar
yang berlaku secara global. Negara perlu melakukan harmonisasi terhadap
standar yang berlaku di tingkat internasional atau yang berlaku secara global.
rencana kualitas udara dan rencana perubahan iklim sebaiknya saling
berhubungan penanggulangannya agar capaian kesehatannya jadi lebih baik.
Kualitas udara yang buruk di suatu negara, maka harus diperbaiki terlebih
dahulu kualitasnya. Diketahui, menurut World Resources Institute, partikel
polusi udara seperti gas metana, karbon hitam, hidrofluorokarbon (HFC) dan
ozon troposferik berdampak besar pada suhu global karena berperan dalam
meningkatkan emisi gas rumah kaca sehingga dapat merusak lapisan ozon
bumi.

Ikut Serta Dalam Cop26

COP26 adalah pertemuan pertama yang akan mengevaluasi hasil dari


Paris Accord atau Persetujuan Iklim Paris pada 2015 lalu. Secara singkat,
Perjanjian tersebut bertujuan untuk menghindari bencana akibat perubahan iklim
global.
Dalam Paris Accord, disepakati jika pemanasan global naik hingga 1.,5
derajat celcius di atas suhu yang pernah dialami di era praindustri, maka akan
terjadi banyak perubahan yang tak dapat dihindarkan. Dengan itulah, rencana
yang dibuat harus dilaksanakan. Adapun target-target utama saat Paris Accord
2015 atau ketika COP21 yaitu Melakukan pengurangan emisi gas rumah kaca,
Mendorong peningkatan produksi energi terbarukan, Mempertahankan suhu
global di bawah 2 derajat celcius, atau Idealnya maksimal 1,5 derajat celcius.
Komitmen menyumbangkan miliaran dolar untuk dampak perubahan iklim yang
dihadapi oleh negara-negara miskin. Setelah target tersebut disusun, evaluasi
akan dilakukan setiap 5 tahun.

E. Rekomendasi Kebijakan

Rekomendasi Umum
a. Perlu adanya masterplan Rencana Aksi Daerah (RAD) pengendalian
pencemaran udara yang komperehensif dalam upaya perbaikan kualitas
udara di Jakarta
 Sebagai dasar dalam pengammbilan kebijakan di daerah
 Harus berbasis pada kondisi spesifik yang terjadi di daerah
 Menggambarkan kondisi terkini dan permasalahan yang di hadapi oleh
daerah
 Harus berbasis bukti “evidence based policy”
 Program jelas, terukur dan terintegrasi dengan kebijakan pusat dan
provinsi
 Di dukung oleh sistem anggaran
 Memuat sasaran, arah, strategi dan program kerja minimal dalam lima
tahun ke depan
b. Perlu adanya regulasi (Peraturan Daerah) untuk pengendalian pencemaran
udara di Jakarta
 Legalitas dan komitmen pemerintah daerah
 Dukungan terhadap program dan sumber anggaran
 Kejelasan dalam tanggung jawab program
 Koordinasi antar organisasi/instansi atau individu terkait
 Sistem pemantauan kualitas lingkungan udara Hari Bebas Kendaraan
Bermotor (HBKB)
 Ketersediaan alat pemantau kualitas udara

Rekomendasi Khusus
a. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama instansi-instansi penanggung
jawab seperti Kementerian Negara Lingkungan Hidup (MNLH) dan Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) dapat menerapkan denda
bagi para pelaku kegiatan yang menghasilkan emisi pencemaran melebihi
BME (baku mutu emisi) agar pelaku kegiatan beralih kepada aktivitas yang
rendah karbon.
Selain pajak, bentuk instrument ekonomiberupa denda juga disarankan
agar dapat diterapkan pada sumber bergerak (kendaraan) dan sumber
tidak bergerak (industri) untuk mengatasi pencemaran udara. Denda
harus dibayar oleh pelaku kegiatan yang mengemisikan pencemar di atas
BME (baku mutu emisi). Kegiatan ini dilakukan dengan harapan dapat
mengurangi sumbangan emisi karbon yang terjadi di DKI Jakarta.
Monitoring terhadap kegiatan yang mengemisikan pencemar dapat
dilakukan melalui pengukuran langsung atau perhitungan prediksi
kecepatan emisi yang didasarkan pada faktor emisi. Besarnya denda yang
diberikan harus dihitung berdasarkan volume kelebihan emisi polutan
dibandingkan BME (baku mutu emisi) dan lamanya waktu emisi yang
berlebih. Bagi kendaraan bermotor hasil uji emisi nantinya akan
dikaitkan dengan jumlah pajak kendaraan yang harus dibayar.
b. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama instansi-instansi penanggung
jawab seperti Kementerian Negara Lingkungan Hidup (MNLH) dan Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) dapat meningkatkan
kampanye dan edukasi terkait pencegahan pencemaran udara.
Kampanye dan edukasi yang dilakukan dapat berupa penyampaian
informasi mengenai bahaya polusi udara dan ajakan menghemat
penggunaan energy nasional pada kegiatan transportasi, industri, maupun
rumah tangga karena penghematan penggunaan energy juga
dilaksanakan untuk mendorong penggunaan energy bagi kegiatan
produktif guna menurukan nilai elastisitas energy Indonesia yang
merupakan parameter efisiensi penggunaan energy.
c. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama instansi-instansi penanggung
jawab seperti Kementerian Negara Lingkungan Hidup (MNLH) dan Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL)dapat memberikan subsidi
bagi pengguna alat transportasi yang tidak menggunakan BBM serta
menjalankan program transportasi terintegrasi
Selain berfungsi untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
sehingga kemacetan dan pencemaran udara menurun, subsidi dan
program transportasi terintegrasi diharapkan dapat mengurangi beban
bagi masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi lemah.
d. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama instansi-instansi penanggung
jawab seperti Kementerian Negara Lingkungan Hidup (MNLH) dan Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL)dapat melakukan rencana
aksi penetapan Baku Mutu Udara Ambien (BMA) dan Baku Mutu Emisi
(BME) dalam upaya memulihkan udara di Jakarta dan melindungi kesehatan
masyarakat akibat polusi udara
Penetapan Baku Mutu Udara Ambien (BMA) dan Baku Mutu Emisi
(BME) menjadi suatu kebijakan yang berbasis Command and Control
(CAC). Penetapan BMA perlu dilakukan untuk menjaga kualitas udara
yang ada agar manusia dan receptor pencemaran udara lainnya tidak
terkena dampak negartif dari pencemar. Proses penetapan BMA
umumnya dilakukan melalui fungsi dose-response, dengan melakukan
evaluasi konsentrasi ambien pencemar terhadap dampaknya kepada
reseptor dimana penentuan konsentrasi ambien pencemar dapat
dilakukan dengan mengembangkan model optimmasi dan estimasi.
Sedangkan penetuan dampak terhadap reseptor dapat dilakukan dengan
menganalisis hasil-hasil penelitian terdahulu terkait data mengenai
berbagai penyakit yang muncul di kalangan masyarakat. Kemudian
untuk penetapan BME dapat dilakukan dengan mengembangkan model
estimasi melalui metode simulasi sistem dinamik dan melakukan kajian
pada besarnya biaya untuk mereduksi pencemaran udara. Penentuan nilai
BME dengan cara tersebut diharapkan dapat tetap meningkatkan
perekonoman dan tetap menjaga kondisi lingkungan agar terus stabil.
E. Rencana Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan Evaluasi (M&E) atau di Indonesia dikenal dengan


MONEV digunakan untuk mengamati perkembangan dan menilai kinerja
organisasi, proyek, program, dan kebijakan yang umumnya dilakukan oleh
pemerintah, organisasi internasional, LSM, kelompok masyarakat sipil, dan
organisasi lainnya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas tatakelola organisasi, proyek, program, dan kebijakan; serta
pembelajaran atas keluaran, hasil dan dampak tiap-tiap intervensi organisasi,
proyek, program, dan kebijakan baik yang sedang berjalan maupun yang akan
datang.
Lebih jelasnya, monitoring atau pemantauan dapat diartikan sebagai
suatu aktivitas untuk mengamati dan/atau mencermati secara berkala untuk
menyediakan informasi mengenai status perkembangan suatu program atau
kegiatan, serta mengidentifikasi permasalahan yang timbul dan merumuskan
tindak lanjut yang dibutuhkan. Dalam hal ini monitoring perlu dilakukan untuk
mengamati atau meninjau kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama instansi-instansi penanggung jawab
seperti Kementerian Negara Lingkungan Hidup (MNLH) dan Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) dalam menanggulangi polusi
udara di wilayah DKI Jakarta.
Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama instansi yang
terkait perlu, melakukan monitoring dari kegiatan yang dilaksanakan apakah
sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau tidak. Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta bersama instansi yang terkait mengamati perkembangan pelaksanaan
rencana dari kebijkan yang telah ditetapkan, mengidentifikasi serta
mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat
diambil tindakan sedini mungkin. Sebagai contohnya, Monitoring terhadap
kegiatan yang mengemisikan pencemar dapat dilakukan melalui pengukuran
langsung atau perhitungan prediksi kecepatan emisi yang didasarkan pada faktor
emisi. Besarnya denda yang diberikan harus dihitung berdasarkan volume
kelebihan emisi polutan dibandingkan BME (baku mutu emisi) dan lamanya
waktu emisi yang berlebih. Bagi kendaraan bermotor hasil uji emisi nantinya
akan dikaitkan dengan jumlah pajak kendaraan yang harus dibayar.
Sedangkan evaluasi adalah rangkaian kegiatan yang secara sistematis
mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian
sasaran, tujuan, dan kinerja organisasi, proyek, program, dan kebijakan yang
berkaitan dengan relevansi, efektivitas, efisiensi, keberlanjutan, dampak, dan
koherensi dari tiap-tiap intervensinya. Dalam hal ini, Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta bersama instansi-instansi penanggung jawab seperti Kementerian Negara
Lingkungan Hidup (MNLH) dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(BAPEDAL) perlu memerhatikan rangkaian kegiatan dalam melakukan evaluasi
terhadap kebijakan untuk mengatasi permasalahan polusi udara di wilayah DKI
Jakarta dengan cara membandingkan realisasi masukan (input), keluaran
(output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Kegiatan evaluasi
ini lebih diarahkan kepada perbaikan yang diperlukan atas implementasi
kebijakan dalam hal mengatasi permasalahan polusi udara di DKI Jakarta.
Sebagai contohnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama instansi-
instansi penanggung jawab seperti Kementerian Negara Lingkungan Hidup
(MNLH) dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) dalam
melakukan kegiatan kampanye dan edukasi terkait pencegahan pencemaran
udara, apakah kegiatan kapanye tersebut mendapatkan hasil yang baik sesuai
yang telah direncanakan atau tidak. Bila di lapangan ditemukan permasalahan,
maka perlu pengadaan perbaikan dari kegiatan tersebut. Seperti, memperluas
jaringan kampanye dengan melibatkan lebih masyarakat dengan memanfaatkan
media sosial.
Berikut adalah metode yang perlu diperhatikan dalam melakukan renca
monitoring dan Evaluasi:
Metode monitoring

 Metode dokumentasi, yaitu metode pemantauan yang dilakukan terhadap


berbagai laporan kegiatan baik itu mingguan, bulanan, semester, atau
tahunan.
Selain bekerjasama dengan instani-instansi yang terkait, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta perlu melakukan kerjasama lebih luas lagi. Misalya
dengan lembaga press, hal ini diperlukan untuk memberikan informasi
dan transparansi kepada masyarakat apakah hasil adari kebijakan untuk
mengatasi masalah polusi udara ini sudah mencapai hasil yang
diinginkan atau tidak.
 Metode survei, untuk menjaring data dari stakeholders, terutama kelompok
sasaran.
Karena kelompok sasaran ini adalah masyarakat, maka masyarakat
memiliki andil untuk menilai sejauh mana kinerja dari Pemerintah DKI
Jakarta dalam mengatasi pencemaran udara ini.
 Metode observasi lapangan, yaitu metode yang dipakai untuk merantau di
lapangan agar mengetahui data empiris yang bertujuan untuk meyakinkan
dalam penilaian proses kebijakan, dapat dipakai untuk melengkapi metode
survei.
 Metode campuran, yakni campuran antara beberapa metode, seperti metode
wawancara dan metode dokumentasi, atau gabungan dari keempat metode
diatas.
 Metode FGD, yaitu metode pemantauan dengan melakukan pertemuan dan
diskusi dengan berbagai stakeholders. Dengan cara inidataa dan informasi
yang diperoleh lebih lengkap dan akurat.
Metode Evaluasi
 Single program after-only, yaitu pengukuran kondisi setelah melakukan
program tanpa adanya kelompok kontrol dan informasi diambil dari
kelompok sasaran.
Dalam hal ini masyarakat atau warga DKI Jakarta mengambil peran
penting untuk menilai kondisi lingkungannya setelah kebijakan tersebut
diterapkan.
 Single program before-after yaitu pengukuran kondisi sebelum dan sesudah
program dijalankan, tidak ada kelompok kontrol dan informasi diperoleh dari
perubahan sasaran.
Yang perlu diperhatikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan
instansi terkait adalah, apakah ada perubahan yang signifikan dari konsisi
lingkungan udara di DKI Jakarta dari sebelum dan sesudah
diterapkannya kebijakan.
 Comparative after-only, yakni pengukuran/penilaian kondisi yang dilakukan
sesudah program dijalankan, adanya kelompok kontrol dan informasi
diperoleh dari kelompok kontrol dan sasaran.
Dalam hal ini semua elemen terlibat, baik dari pemerintah, instansi dan
masyarakat. Hasil dari penilaian-penilaian tersebut dapat diukur untuk
nantinya dilihat kekurangan dan kelebihan dari program yang
dilaksanakan. Ini sangat dibutuhkan saat melakukan evalausi kebijakan.
 Comparative before-after, yakni penilaian kondisi sesudah dan sebelum
program diterapkan, ada kelompok kontrol serta informasi diperoleh dari
bekerjanya program terhadap kelompok kontrol dan sasaran.
Dalam hal ini semua elemen terlibat, baik dari pemerintah, instansi dan
masyarakat. apakah kebijakan tersebut memberikan manfaat untuk
masyarakat atau tidak. Apakah ada perbedaan dari atau sebelum dari
berjalannya kebijakan tersebut.
KESIMPULAN

Polusi udara di wilayah perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia


beberapa tahun belakangan ini mempunyai kondisi yang sudah
memprihatinkan. Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia dinyatakan sebagai
kota yang memiliki tingkat polusi udara yang cukup signifikan. Dari identifikasi
masalah yang telah dilakukan untuk melakukan analisis kebijakan, dapat
diketahui bahwa terdapat beberapa faktor penyumbang polusi udara di Jakarta
diantaranya yaitu emisi kendaraan bermotor dan aktifitas industri. Terkait pada
permasalahan polusi udara yang terjadi di Jakarta, lima pejabat negara termasuk
Presiden Republik Indonesia dan Gubernur DKI Jakarta mendapatkan vonis
bersalah atas pencemaran udara di Ibu Kota karena sumber masalah dari kualitas
udara yang buruk di Jakarta juga dianggap timbul dari adanya kebijakan
pemerintah provinsi Jakarta yang bermasalah. Kebijakan saat ini dianggap tidak
memberikan target yang memadai dan masih terlalu rendah untuk mencapai
kualitas udara yang baik bagi kota Jakarta.
Buruknya kualitas udara di DKI Jakarta dinilai karena Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta yang masih abai dalam melakukan langkah-langkah
pencegahan dan penanggulangan kualitas udara. Oleh karena hal tersebut
kebijakan yang berlaku hingga saat ini masih dianggap dalam kekalutan dan
keterpurukan. Kedepan masyarakat Indonesia diperkirakan dapat kehilangan 2,5
tahun dari usia harapan hidup yang diakibatkan adanya krisis udara bersih saat
ini, akibat kualitas udara yang tidak memenuhi ambang aman sesuai dengan
pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk konsentrasi PM
(Particulate Matter) atau partikel halus sebanyak 2,5. Menurut penjelasan
Direktur Air Quality Life Index (AQLI) dari University of Chicago, Kenneth
Lee pada saat webinar kolaborasi AQLI, Bicara Udara dan Nafas, pada 9
September 2021, bahwa lebih dari 93% dari 262 juta penduduk Indonesia
tinggal pada daerah dengan tingkat particulate matter (PM) 2,5 rata-rata tahunan
yang mana melebihi ambang batas pedoman WHO. Terkait dengan hal tersebut
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkolaborasi dengan Bloomberg
Philanthropies dan Vital Strategies dengan meresmikan program Jakarta Clean
Air Partnership guna mengatasi permasalahan polusi udara di Jakarta melalui
peningkatan ketersediaan serta penggunaan data kualitas udara, analisis solusi
kebijakan, serta efektivitasnya, dan mepromosikan kesadaran publik terkait
dampak polusi udara terhadap kesehatan.
Merujuk pada permasalahan polusi udara yang terjadi di Jakarta, dalam
analisis kebijakan publik ini upaya pengembangan alternatif kebijakan dilakukan
dengan cara membandingkan kebijakan-kebijakan yang pernah ditempuh
sebelumnya, membandingkan kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh daerah
lain atau negara lain, serta membandingkan dengan kebijakan ideal dengan
tujuan untuk memperkaya pengembangan alternatif kebijakan dan bahan untuk
merekomendasikan kebijakan terbaik demi menyelesaikan masalah publik yang
serupa. Sehingga alternative kebijakan yang dihasilkan antara lain: 1).
Penetapan Carbon Tax (Pajak Karbon); 2). Uji emisi kendaraan bermotor; 3).
Mendukung Greenbuilding; 4). Menaikkan Standar Baku Mutu Udara; 5). Ikut
serta dalam Cop26.
Kemudian dari alternative-alternatif kebijakan yang ada, dalam analisis
kebijakan ini terdapat beberapa opsi atau alternative kebijakan untuk
menentukan tindakan kebijakan yang terbaik untuk mengatasai masalah polusi
udara di Jakarta yang dimana kebijakan yang terbaik tersebut menjadi suatu
rekomendasi kebijakan. Rekomendasi kebijakan untuk mengatasi masalah polusi
udara di Jakarta terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Rekomendasi umum
a. Perlu adanya masterplan Rencana Aksi Daerah (RAD) pengendalian
pencemaran udara yang komperehensif dalam upaya perbaikan kualitas
udara di Jakarta
b. Perlu adanya regulasi (Peraturan Daerah) untuk pengendalian
pencemaran udara di Jakarta
2. Rekomendasi Khusus
a. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama instansi-instansi penanggung
jawab dapat menerapkan denda bagi para pelaku kegiatan yang
menghasilkan emisi pencemaran melebihi BME (baku mutu emisi).
b. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama instansi-instansi penanggung
jawab dapat meningkatkan kampanye dan edukasi terkait pencegahan
pencemaran udara.
c. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat memberikan subsidi bagi
pengguna alat transportasi yang tidak menggunakan BBM serta
menjalankan program transportasi terintegrasi.
d. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama instansi-instansi penanggung
jawab dapat melakukan rencana aksi penetapan Baku Mutu Udara
Ambien (BMA) dan Baku Mutu Emisi (BME) dalam upaya memulihkan
udara di Jakarta dan melindungi kesehatan masyarakat akibat polusi
udara.

Tidak hanya pemerintah namun seluruh elemen masyarakat juga perlu


menyadari bahwa udara merupakan suatu hal yang sangat penting sehingga perlu
dijaga kualitasnya. Pengelolaan kualitas udara dinilai akan lebih optimal apabila
dilakukan secara terpadu dengan cara mengkombinasikan regulasi, kesadaran
dan peningkatan kapasitas serta kemitraan dari pemangku kepentingan termasuk
akademisi, masyarakat, serta NGO untuk saling berkontribusi dalam
meningkatkan kualitas udara Jakarta yang lebih bersih. Terkait hal tersebut,
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama instansi yang terlibat juga perlu
melakukan Monitoring dan Evaluasi untuk mengamati perkembangan dan
menilai kinerja organisasi, proyek, program, dan kebijakan yang umumnya
dilakukan oleh pemerintah, organisasi internasional, LSM, kelompok
masyarakat sipil, dan organisasi lainnya.
Monitoring perlu dilakukan untuk mengamati atau meninjau kebijakan-
kebijakan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama
instansi-instansi penanggung jawab lainnya. Monitoring dari kegiatan yang
dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilakukan
sudah sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau tidak. Monitoring terhadap
kegiatan yang mengemisikan pencemar dapat dilakukan melalui pengukuran
langsung atau perhitungan prediksi kecepatan emisi yang didasarkan pada faktor
emisi. Besarnya denda yang diberikan harus dihitung berdasarkan volume
kelebihan emisi polutan dibandingkan BME (baku mutu emisi) dan lamanya
waktu emisi yang berlebih. Bagi kendaraan bermotor hasil uji emisi nantinya
akan dikaitkan dengan jumlah pajak kendaraan yang harus dibayar. Sedangkan
untuk kegiatan evaluasi lebih diarahkan kepada perbaikan yang diperlukan atas
implementasi kebijakan dalam hal mengatasi permasalahan polusi udara di DKI
Jakarta. Sebagai contohnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama instansi-
instansi penanggung jawab seperti Kementerian Negara Lingkungan Hidup
(MNLH) dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) dalam
melakukan kegiatan kampanye dan edukasi terkait pencegahan pencemaran
udara, apakah kegiatan kapanye tersebut mendapatkan hasil yang baik sesuai
yang telah direncanakan atau tidak. Bila di lapangan ditemukan permasalahan,
maka perlu pengadaan perbaikan dari kegiatan tersebut. Seperti, memperluas
jaringan kampanye dengan melibatkan lebih masyarakat dengan memanfaatkan
media sosial.
REFERENSI

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/megapolitan/read/
2019/03/08/05170511/penyebab-tingginya-polusi-udara-di-jakarta-menurut-greenpeace-
indonesia

https://theconversation.com/sumber-masalah-polusi-jakarta-kebijakan-pemerintah-yang-
buruk-120435

https://nasional.kontan.co.id/news/jokowi-dan-anies-baswedan-divonis-bersalah-atas-
polusi-udara-jakarta-ini-hukumannya

https://lingkunganhidup.jakarta.go.id/article/post-45

https://www.beritasatu.com/nasional/825241/krisis-udara-bersih-orang-indonesia-bisa-
kehilangan-25-tahun-usia-hidupnya

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/10/24/08411251/pemprov-dki-tanggapi-
rapor-merah-lbh-jakarta-soal-buruknya-kualitas-udara?page=all

https://analisis.kontan.co.id/news/carbon-tax-siapa-diuntungkan

https://environment-indonesia.com/penerapan-green-building-di-indonesia/

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5797616/apa-itu-uji-emisi-ini-pengertian-cara-
dan-manfaatnya

https://mediaindonesia.com/humaniora/442831/pemerintah-perlu-ambil-peran-dalam-
perbaharui-standar-kualitas-udara

https://news.detik.com/berita/d-5791362/cop26-adalah-pertemuan-perubahan-iklim-apa-
saja-hasil-yang-diharapkan

https://www.slideshare.net/otnawrup/kebijakan-pencemaranudara

http://bappeda.jogjaprov.go.id/artikel/detail/46-a-polusi-udara-dan-uji-emisi-gas-buang-
kendaraan-bermotor-sebagai-prasyarat-pemberian-perpanjgn-stnk

https://icel.or.id/wp-content/uploads/Brief-1-Oktober-2018-Mengenal-Kerangka-
Hukum-Pengendalian-Pencemaran-Udara.pdf
https://www.beritasatu.com/megapolitan/647993/ini-rekomendasi-bpk-untuk-perbaiki-
kualitas-udara-jakarta

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/11/03/19561821/ini-7-inisiatif-pemprov-
dki-jakarta-agar-polusi-udara-jakarta-segera?page=all

http://perencanaan.ipdn.ac.id/kajian-perencanaan/kajian-perencanaan/monitoringdanevaluasi

https://www.kompasiana.com/apriliafaot2357/5cdae47495760e16e8459c17/monitoring-dan-
evaluasi-kebijakan

http://dlhk.jogjaprov.go.id/monev-untuk-perencanaan-yang-lebih-baik

Anda mungkin juga menyukai