Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi telah mengubah perilaku masyarakat, beberapa diantaranya adalah
berbagai kegiatan yang dapat memicu timbulnya polusi udara yang mampu mencemari dan
mempengaruhi kualitas udara yang akan berdampak terhadap kehidupan manusia itu sendiri.
Menurut Wikipedia1, pencemaran udara sendiri adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik,
kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia.
Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap
sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat
langsung dan lokal, regional, maupun global. Dilansir dari website resmi Dinas Perumahan,
Kawasan Pemukiman dan Pertahanan Pemerintah Kabupaten Buleleng 2, menyebutkan bahwa
unsur-unsur berbahaya yang masuk ke dalam atmosfer akibat dari pencemaran udara diantaranya
berupa karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (No2), chlorofluorocarbon (CFC), sulfur
dioksida (So2), Hidrokarbon (HC), Benda Partikulat, Timah (Pb), dan Carbon Diaoksida (CO2).
Beberapa unsur dapat disebut sebagai polutan.
Kegiatan manusia yang tergolong ke dalam perilaku yang mampu menimbulkan polusi udara
antara lain pembakaran sampah, kegiatan industri, penggunaan kendaraan bermotor, pembakaran
kegiatan rumah tangga, peleburan baja, pembuatan semen, keramik, aspal, pengolahan makanan,
pembuangan limbah, proses kimia seperti pemurnian minyak bumi, pengolahan mineral,
pembuatan keris, proses pembangunan gedung-gedung bertingkat, jalan raya, proses percobaan
atom dan nuklir. Berbagai kegiatan diatas dapat menghasilkan polutan berupa asap, debu , bau
busuk dan gas yang dapat merusak lingkungan dan tidak baik bagi kesehatan manusia.
Di masa pandemi covid-19, banyak kegiatan transportasi dan industry yang menurun karena
diberlakukannya kebijakan karantina mandiri dan PSBB. Namun, dilansir dari siaran pers yang
dikemukakan greenpeace.org3, Di Jakarta sendiri, meskipun ada penerapan pembatasan sosial
berskala besar (PSBB) karena COVID-19, kualitas udara di Jakarta tetap dalam kisaran yang
sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Citra satelit dan analisis yang disusun oleh Center for
Research on Energy and Clean Air (CREA) mengungkapkan bahwa sementara konsentrasi NO2
turun 33%, tingkat polusi PM2.5 tetap tinggi.

1
Wikipedia. 2021. Pencemaran Udara. https://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_udara . Diakses pada tanggal 12
November 2021
2
Admin disperkimta. 2019. Sumber dan Penyebab Pencemaran Udara.
https://disperkimta.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/sumber-dan-penyebab-pencemaran-udara-75.
Diakses pada tanggal 12 November 2021
3
Greenpeace Indonesia. 2021. Laporan Kualitas Udara Dunia Terungkap Perubahan Kualitas Udara Di 2020.
https://www.greenpeace.org/indonesia/siaran-pers/44737/laporan-kualitas-udara-dunia-terungkap-perubahan-
kualitas-udara-di-2020/. Diakses pada tanggal 12 November 2021

1
Sedangkan selama masa PSBB transisi, konsentrasi PM2.5 dan NO2 di Jakarta terus
meningkat. Bahkan pada 15 Juni 2020, Jakarta masuk lima besar kota di dunia dengan kualitas
udara terburuk menurut database IQAir Visual. Data lain yang cukup menarik dari laporan ini
adalah kota Tangerang Selatan menjadi kota paling tercemar se-Asia Tenggara.
Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka dikhawatirkannya polusi udara dapat
mempengaruhi kualitas hidup warga Indonesia lebih buruk lagi kedepannya. Bahkan menurut
AQLI (Air Quality Live Index)4, rata-rata orang Indonesia dapat kehilangan 1,2 tahun harapan
hidup pada tingkat polusi saat ini, hal ini dikarenakan kualitas udara gagal memenuhi pedoman
Organisasi Kesehatan Dunia(WHO) untuk konsentrasi unsur partikulat halus. Penelitian yang
dikembangkan oleh Michael Greenstone dan rekan di Energy Policy Institute at the University of
Chicago (EPIC)5 juga menunjukkan bahwa dampak kesehatan jauh lebih besar di beberapa
bagian negara dengan polusi partikulat yang tinggi. Warga ibu kota Indonesia, Jakarta, misalnya,
diperkirakan dapat kehilangan 2,3 tahun harapan hidup jika tingkat polusi pada 2016 bertahan
selama masa hidup mereka. Di beberapa daerah, tingkat harapan hidup bisa berkurang lebih dari
4 tahun. Jika, misalnya, Indonesia mencapai peningkatan yang berkelanjutan dalam kualitas
udara yang sebanding dengan apa yang telah dicapai Cina dalam 5 tahun terakhir, orang
Indonesia diperkirakan dapat hidup delapan bulan lebih lama. Mereka yang tinggal di daerah
yang berpolusi paling tinggi bahkan akan mendapatkan manfaat yang lebih besar, yakni mereka
dapat hidup hingga 2,5 tahun lebih lama.
Sejalan dengan tingkat pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai isu terkait pencemaran
lingkungan ini maka bergeraklah beberapa aktivitis di Indonesia menyuarakan berbagai bahaya
polusi udara dan menuntut ketidakpuasan akan respon pemerintahan yang dinilai kurang tanggap
dan maksimal dalam menangani permasalahan ini. Salah satunya gugatan yang dilontarkan
koalisi IBU KOTA (Inisiatif Bersihkan Udara Koalisi Semesta), yang menyuarakan tagar
#BERSIHKANUDARAKU dan #PULIHKANJAKARTA. Isu ini pun membawa pihak
pemerintahan menghadapi tuntutan masyarakat yang pada awalnya terjadi pada tanggal 5
desember tahun 2018 yang lalu. Terdapat dua puluh orang menyerahkan notifikasi berisikan
tuntutan untuk pemulihan udara Jakarta kepada tujuh pejabat pemerintahan, yaitu Gubernur
Provinsi DKI Jakarta, Gubernur Provinsi Banten, Gubernur Provinsi Jawa Barat, Presiden
Republik Indonesia, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Kesehatan dan Menteri
Dalam Negeri yang berisikan tuntutan untuk melakukan pemulihan pencemaran udara yang
terjadi di Provinsi DKI Jakarta.
Jika dilihat dari kacamata kehumasan, kasus dari isu pencemaran lingkungan ini tergolong ke
dalam Teori Issue Life-Cycle yang dapat mempengaruhi citra dari pihak instansi pemerintahan di
Indonesia. Teori Issue Life-Cycle sendiri mengungkapkan bahwasannya isu perusahaan dimulai
ketika ada sekelompok orang yang mulai mengungkapkan ketidakpuasan tentang perusahaan

4
AQLI(Air Quality Live Index). 2021. Tanpa Judul. https://aqli.epic.uchicago.edu/the-index/. Diakses pada tanggal
12 November 2021
5
Greenstone Michael dan Qing (Claire) Fan. 2019. Kualitas Udara Indonesia yang Memburuk dan Dampaknya
terhadap Harapan Hidup. https://aqli.epic.uchicago.edu/wp-content/uploads/2019/03/Indonesia.Indonesian.pdf.
Diakses pada tanggal 12 November 2021

2
atau ketika pihak perusahaan menceritakan masalah terkait perusahaannya. Pada teori ini juga
mengatakan mengenai tahapan yang dapat memprediksi apakah isu akan tumbuh atau
menghilang dari perusahaan.
Ketidakpuasan yang dilontarkan masyarakat mampu menurunkan kepercayaan masyarakat
Indonesia terhadap instansti pemerintahan di Indonesia jika tidak dikelola dengan baik. Oleh
karena itu, setiap perusahaan maupun instansi membutuhkan strategi manajemen isu yang tepat
dalam mengelola sebuah isu yang beredar mengenai perusahaan atau instansinya. Dalam
makalah ini, peneliti akan menganalisis pengelolaan isu pencemaran lingkungan yang menerpa
instansi pemerintah Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak isu terhadap citra pemerintahan ?
2. Bagaimana strategi pengelolaan isu sebagai humas profesional ?
C. Tujuan Penelitian
 Memahami korelasi antara isu dan citra suatu instansi di benak publik yang merupakan
modal utama fungsi kehumasan di sebuah instansi
 Mengetahui seberapa efektif pengelolaan isu yang dilakukan instansi pemerintah
Indonesia
D. Manfaat Penelitian
 Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
Dapat menambah sekaligus memperdalam wawasan terkait pencemaran lingkungan
dalam hal ini polusi udara dan bagaimana pengelolaan isu terhadap suatu instansi
untuk mempertahankan citranya sebagai tujuan utama dari fungsi kehumasan.
2. Bagi Instansi Pemerintahan Indonesia
Dapat memberikan masukan,saran,serta bahan evaluasi terhadap pihak instansi
pemerintahan Indonesia terkait program kehumasannya dalam hal ini pengelolaan isu
untuk mempertahankan citranya sebagai tujuan utama dari fungsi kehumasan.
 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menambah kajian-kajian mengenai pencemaran lingkungan dalam hal
ini polusi udara dan bagaimana pengelolaan isu terhadap suatu instansi untuk
mempertahankan citranya sebagai tujuan utama dari fungsi kehumasan.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dampak Isu Terhadap Citra Pemerintahan
Isu adalah pernyataan tentang fakta, nilai, atau kebijakan yang merupakan pendapat dari
kelompok masyarakat. Menurut Wikipedia6, Isu, rumor, atau desas-desus adalah suatu
konsekuensi atas beberapa tindakan yang dilakukan oleh satu atau beberapa pihak yang dapat
menghasilkan negosiasi dan penyesuaian sektor swasta, kasus pengadilan sipil atau kriminal atau
dapat menjadi masalah kebijakan publik melalui tindakan legislatif atau perundangan menurut
Hainsworth & Meng. Sedangkan menurut Barry Jones & Chase isu adalah sebuah masalah yang
belum terpecahkan yang siap diambil keputusannya. Isu merepresentasikan suatu kesenjangan
antara praktik korporat dengan harapan-harapan para stakeholder. Berdasarkan definisi yang
telah disebutkan di atas, isu adalah suatu hal yang terjadi baik di dalam maupun di luar
organisasi yang apabila tidak ditangani secara baik akan memberikan efek negatif terhadap
organisasi dan berlanjut pada tahap krisis.
Isu yang timbul dari pendapat masyarakat dapat dikaji menggunakan Teori Issue Life-Cycle.
Teori Issue Life-Cycle ini mengungkapkan bahwasannya isu perusahaan dimulai ketika ada
sekelompok orang yang mulai mengungkapkan ketidakpuasan tentang perusahaan atau ketika
pihak perusahaan menceritakan masalah terkait perusahaannya. Beberapa asumsi terkait Teori
Issue Life-Cycle antara lain :
1. Isu muncul dan berkembang ketika ada perubahan atau ketidaksesuain antara
lingkungan atau harapan publik terhadap organisasi.
2. Isu yang terabaikan dapat berdampak buruk bagi perusahaan ataupun organisasi.
Hal ini semacam ancaman yang tidak akan bisa dipungkiri ketika isu berhembus
sanat cepat dengan ketidaktahuan sumber atau tidak terkondisi sebagaimana
seharusnya.
3. Isu dan opini publik akan senantiasa berjalan beriringan ketika telah merebak.
Hal ini yang kemudian dikatakan sebagai public trust karena opini publik akan
membentuk kepercayaan publik melalui pola pikir dan juga fakta lapangan yang
berkembang.
Apabila public trust positif, maka masyarakat merasa aman dengan isu yang berkembang,
bahkan mampu memberikan keuntungan dan manfaat kepada perusahaan atau instansi. Namun,
jika public trust negative, maka masyarakat cenderung menghindar dan bahkan mencari “hal”
lain yang dianggapnya lebih aman. Selain itu, dapat berdampak buruk pula terhadap reputasi
perusahaan atau instansi.
Littlejohn dan Foss mengungkapkan bahwa pada teori Issue Life-Cycle sedikitnya terdapat 3
tahap dasar yang menjadi pondasi dalam mengelola kehidupan isu, yaitu :

6
Wikipedia. Isu. 2021. https://id.wikipedia.org/wiki/Isu. Diakses pada 13 November 2021

4
1. Munculnya opini publik (isu) yang menjadi perhatian publik
2. Reaksi perusahaan terhadap isu
3. Upaya perusahaan dalam mengelola isu (management issue) dan membuat suatu
perubahan untuk mengatasi isu sampai menghilang
Dalam tahapan diatas, dapat diketahui bahwa perlu adanya perhatian terhadap reaksi dan upaya
pengelolaan terhadap isu yang timbul dan menjadi perhatian publik. Sebagai seorang humas,
pengelolaan isu yang baik dibutuhkan dalam rangka menjaga citra suatu perusahaan atau
instansi. Hal ini dikarenakan tujuan utama dari seorang humas ialah menciptakan citra baik di
benak publik terhadap perusahaan atau instansinya. Disamping itu, citra juga berhubungan
dengan reputasi yang dapat tercipta dari citra yang terbentuk dan idntitas yang dibangun suatu
perusahaan atau instansi.
Hubungan antara isu dan krisis dengan reputasi sesungguhnya dapat dilihat dari aset yang
dimiliki perusahaan. Pada prinsipnya ketika sebuah perusahaan hendak berdiri atau ingin
berkembang, ada dua aset yang perlu diperhatikan: aset fisik dan non fisik (tangible dan
intangible assets). Aset non fisik diantaranya seperti persepsi, citra, reputasi, sementara itu asset
fisik meliputi sarana fisik dan sumber daya yang dimiliki perusahaan atau instansi untuk
menjalankan aktivitas keseharian perusahaan seperti kantor, kendaraan, karyawan, sumber daya
alam, pabrik. Yang membedakan diantara keduanya adalah aset non fisik butuh waktu lama
untuk membangunnya namun hanya butuh waktu sekejap saja untuk menghancurkannya
(2016:10).
Reputasi yang timbul terhadap perusahaan dapat menggiring opini publik dan menciptakan
isu terkait perusahaan atau instansi. Dengan begitu, reputasi yang baik dapat mendongkrak citra
perusahaan atau instansi, sebaliknya reputasi yang buruk justru dapat menjadi ancaman bagi
suatu perusahaan atau instansi. Menurut survey yang dilakukan oleh Corporate Reputation
Watch pada tahun 2002, ada tiga penyebab yang dipandang sebagai ancaman terhadap reputasi,
yakni (2016:14) :
1. Kritik terhadap perusahaan atau produk yang disampaikan melalui media cetak atau
media penyiaran.
2. Bencana yang mengganggu produksi
3. Tuduhan dari kelompok-kelompok kepentingan atau pelanggan tentang keamanan
produk.
Penjelasan diatas membuktikan bahwa manajemen isu atau pengelolaan isu memiliki peranan
yang sangat penting demi keberlangsungan sebuah perusahaan atau instansi. Manajemen isu
merupakan proses proaktif dalam mengelola isu-isu, tren atau peristiwa potensial, eksternal dan
internal, yang memiliki dampak baik negatif maupun positif terhadap perusahaan dan
menjadikan isu sebagai peluang meningkatkan reputasi perusahaan. Upaya mengelola isu
dilakukan dengan cara memonitor, mengidentifikasi, menganalisis, membuat kebijakan stratejik
pada tingkat manajemen, implementasi kebijakan sebagai tindakan mengantisipasi isu dan

5
mengevaluasi dampak kebijakan dalam rangka mendukung kontinuitas aktivitas perusahaan
(2016:41).

(Bagan Aplikasi Penerapan Manajemen Isu Pada Teori Issue Life-Cycle oleh Firsan,Nova : 2011)7

Dilansir dari Rangkuman Perjalanan Gugatan Warga Negara Tentang Polusi Udara Jakarta
Pada Tahun 20198, dijelaskan pada 5 Desember 2018 dua puluh orang warga negara Indonesia
menyampaikan notifikasi kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Gubernur Provinsi Banten,
Gubernur Provinsi Jawa Barat, Presiden Republik Indonesia, Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri yang berisikan tuntutan untuk
melakukan pemulihan pencemaran udara yang terjadi di Provinsi DKI Jakarta. Penyerahan
notifikasi ini didukung oleh LBH Jakarta yang membuka pos pengaduan selama satu bulan
terhitung sejak 14 April 2019 dalam rangka mengajak warga Jakarta atau warga di luar Jakarta
yang sehari-hari berkegiatan di Jakarta untuk berperan dalam upaya perbaikan kualitas udara.
Melalui pos pengaduan ini, dua belas warga negara Indonesia turut bergabung sebagai penggugat
dalam advokasi terhadap pencemaran udara di Jakarta. Namun, pada tanggal 4 Juli 2019,
diketahui ketujuh pejabat pemerintahan yang menerima notifikasi dari para Penggugat tidak
menanggapi dan membahas tuntutan para Penggugat sejak notifikasi diserahkan pada 5
Desember 2018 hingga awal Juli 2019. Akhirnya, setelah melampaui 60 hari kerja sejak
penyerahan notifikasi kepada tujuh pejabat pemerintahan yang disebutkan sebelumnya, 32 warga
negara Indonesia yang merasa haknya untuk menghirup udara bersih telah terlanggar
mendaftarkan gugatan warga negara tentang pencemaran udara Jakarta kepada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat. Tujuh pejabat pemerintahan tersebut menjadi para Tergugat dan Turut
Tergugat dalam perkara ini. Pada akhirnya di tanggal 8 Juli 2019, Gubernur DKI Jakarta
menetapkan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 1107 Tahun 2019 tentang
Perubahan atas Keputusan Gubernur Nomor 1042 Tahun 2018 tentang Daftar Kegiatan Strategis
Daerah yang memasukkan pengendalian pencemaran udara ke dalam daftar kegiatan strategis
daerah (Lampiran Keputusan Gubernur 1107/2019, halaman 3, nomor 71).
Setelah putusan itu, mulai dilaksanakan berbagai sidang dari bulan agustus hingga september
yang akhirnya diadakan Putusan Sela terhadap Penggugat intervensi yang berakhir tidak dapat

7
Aziz Hilmy. 2021. Manajemen Kampanye Humas. Bahan Materi Pembelajaran Kuliah Kampanye Humas
Universitas Bhayangkara Surabaya
8
Nathania Bella dan Fadhillah Fajri. 2020. Rangkuman Perjalanan Gugatan Warga Negara tentang Polusi Udara
Jakarta Pada Tahun 2019. https://icel.or.id/wp-content/uploads/Brief-Rangkuman-Gugatan-Polusi-Jakarta-2019-
Revisi-070220_opt-compressed.pdf. Diakses pada tanggal 13 November 2021

6
terlaksana karena sampai dengan 16.00 WIB, majelis hakim tidak kunjung hadir di ruang sidang,
sehingga pada akhirnya Penggugat dan para Tergugat memutuskan untuk meninggalkan ruang
sidang. Putusan Sela terhadap Penggugat intervensi ini pun pada akhirnya diundur dan
dilaksanakan kembali pada 17 oktober 2019, dalam putusan ini dinyatakan bahwa hakim
menolak masuknya FAKTA sebagai penggugat intervensi karena berdasarkan Keputusan Ketua
Mahkamah Agung Nomor 36/KMA/SK/II/2013 tentang Pemberlakuan Pedoman Penanganan
Perkara Lingkungan Hidup persyaratan untuk mengajukan gugatan warga negara (citizen law
suit) adalah gugatannya diajukan oleh satu orang atau lebih Warga Negara Indonesia, bukan
badan hukum. Dalam hal ini FAKTA sebagai lembaga swadaya masyarakat tentu merupakan
badan hukum, sehingga tidak masuk dalam kualifikasi sebagai penggugat dalam gugatan warga
negara. Setelah dibacakannya putusan sela, hakimpun memberikan kesempatan kepada para
pihak untuk melakukan mediasi pada pertemuan selanjutnya. Hakim mediator yang bertugas
dalam proses mediasi adalah Acice Sendong, S.H., M.H. Hasil sementara dari mediasi di luar
pengadilan dengan pemprov DKI Jakarta menyatakan bahwa para Penggugat dan Pemprov DKI
Jakarta telah menemukan kesepakatan untuk sebagian tuntutan para Penggugat terhadap
Pemprov DKI Jakarta. Adapun sampai dengan detik ini kesepakatan tersebut belum dituangkan
dalam suatu kesepakatan perdamaian sampai dengan berakhirnya tenggat waktu prosedur
mediasi. Akan tetapi berdasarkan Pasal 33 ayat (2) PERMA 1/2016, para pihak atas dasar
kesepakatan dapat mengajukan permohonan untuk melakukan perdamaian pada pemeriksaan
perkara.
Dalam rangkuman perjalanan gugatan warga negara tentang polusi udara jakarta pada tahun
20209, Sidang Penyampaian Jawaban Para Tergugat, Replik Penggugat, Duplik Penggugat,
Pemeriksaan Kompetensi Absolut Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan Putusan Sela
dilaksanakan pada 23 Januari 2020 hingga 23 Juni 2020. Dalam putusannya hakim sepakat
bahwa majelis hakim pada PN Jakarta Pusat berwenang untuk mengadili perkara gugatan warga
negara terhadap polusi udara Jakarta dan menolak eksepsi para Tergugat, sehingga persidangan
pun dilanjutkan pada pokok perkara.
Setelah pemberian bukti dokumen dari penggugat dan dari tergugat, maka dilakukan
pemeriksaan saksi dari penggugat. Dalam persidangan gugatan terhadap polusi udara Jakarta,
Penggugat menghadirkan 3 orang saksi, 4 orang ahli. Ada pula beberapa pakar ahli, diantaranya
ahli pengendalian pencemaran udara dari penggugat, ahli kesehatan publik dari penggugat, ahli
hukum administrasi negara, dan ahli neurologi.
Selain itu, PN Jakarta Pusat juga menerima pendapat dari David R. Boyd, UN Special
Rapporteur untuk isu human rights obligations relating to the enjoyment of a safe, clean, healthy,
and sustainable environment yang menyatakan bahwa DKI Jakarta merupakan salah satu ibu
kota negara terbesar di dunia dengan kualitas udara yang sangat buruk. Buruknya kualitas udara
Jakarta menyebabkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagaimana tercantum
dalam UUD 1945 pun tidak terpenuhi.

9
Nathania Bella dan Fadhillah Fajri. 2021. Rangkuman Perjalanan Gugatan Warga Negara tentang Polusi Udara
Jakarta Pada Tahun 2020. https://icel.or.id/wp-content/uploads/28.-REVISI-Rangkuman-Perjalanan-Gugatan-ICEL-
Final-170321.pdf

7
Pendapat juga dilontarkan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia melalui Komisioner
Sandrayati Moniaga yang memberikan pendapat bahwa tindakan pemerintah yang tidak
memberikan akses informasi secara efektif, terjangkau, dan tepat waktu mengindikasikan adanya
pelanggaran HAM.
Kemudian, sidang dilanjutkan pada tanggal 3 Februari 2021 dengan agenda mendengarkan
keterangan saksi dan/atau ahli dari Para Tergugat. Lalu sidang akan dilanjutkan dengan
penyampaian kesimpulan oleh Penggugat dan Para Tergugat dan terakhir adalah penyampaian
putusan oleh Majelis Hakim.
Dilansir dari mongabay.co.id 10, ada sembilan poin putusan dibacakan Ketua Majelis Hakim
Saifuddin Zuhri di ruang sidang Hatta Ali, PN Jakarta Pusat sebagai berikut :
Pertama, hakim menyebut kalau gugatan para penggugat dikabulkan sebagian. Kedua,
menyatakan tergugat I (Presiden Indonesia), tergugat II (Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan), tergugat III (Menteri Kesehatan), tergugat IV (Menteri Dalam Negeri) dan tergugat
V (Gubernur Jakarta), telah melawan hukum. Masing-masing mendapat vonis berbeda dari
hakim.
Ketiga, menghukum presiden mengetatkan baku mutu udara ambien nasional agar cukup
melindungi kesehatan manusia, lingkungan dan ekosistem. “Termasuk, kesehatan populasi yang
sensitif berdasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata Hakim
Saifuddin.
Keempat, katanya, menghukum KLHK mesupervisi Gubernur Jakarta, Gubernur Banten dan
Gubernur Jawa Barat dalam pengetatan emisi lintas batas provinsi Jakarta, Banten dan Jawa
Barat. Kelima, menghukum Menteri Kesehatan untuk pengawasan dan pembinaan kinerja
Gubernur Jakarta dalam pengendalian pencemaran udara.
Keenam, menghukum Menteri Dalam Negeri untuk penghitungan penurunan dampak
kesehatan akibat pencemaran udara di Jakarta yang perlu dicapai sebagai dasar pertimbangan
Gubernur Jakarta dalam penyusunan strategi rencana aksi pengendalian pencemaran udara.
Ketujuh, majelis hakim menghukum Gubernur Jakarta untuk pengawasan terhadap ketaatan
setiap orang terhadap setiap ketentuan peraturan perundangan di bidang pengendalian
pencemaran udara dan atau ketentuan dokumen lingkungan hidup. Juga, menjatuhkan sanksi
terhadap setiap orang yang melanggar peraturan perundang-undangan tentang pengendalian
pencemaran udara.
Kemudian, menyebarluaskan informasi pengawasan dan penjatuhan sanksi berkaitan
pengendalian pencemaran udara kepada masyarakat serta mengetatkan baku mutu udara ambien
daerah untuk Jakarta hingga cukup melindungi kesehatan manusia, lingkungan dan ekosistem.

10
Hariandja Richaldo. 2021. Kemenangan Warga atas Gugatan Pencemaran Udara Jakarta.
https://www.mongabay.co.id/2021/09/18/kemenangan-warga-atas-gugatan-pencemaran-udara-jakarta/. Diakses
pada tanggal 13 November 2021

8
“Termasuk kesehatan populasi yang sensitif berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.”
Kedelapan, majelis hakim menghukum Gubernur Jakarta untuk menginventarisasi baku mutu
udara ambien, potensi pencemaran udara, kondisi meteorologis dan geografis serta tata guna
lapangan. Dengan mempertimbangkan penyebaran emisi dari sumber pencemar yang melibatkan
partisipasi publik, menetapkan status mutu udara ambien setiap tahun dan mengumumkan
kepada masyarakat.
Kesembilan, menolak gugatan para tergugat dan menghukum mereka membayar perkara
Rp4, 255 juta.
Jika disimpulkan, respon pemerintah dalam mengambil langkah untuk pengendalian polusi
udara di Jakarta masih sangat lambat. Hal ini terlihat dari lamanya kasus ini diproses yaitu
terhitung selama dua tahun sejak diserahkannya notifikasi kepada para Tergugat pada tanggal 5
Desember 2018. Padahal menyediakan udara bersih juga merupakan tanggung jawab Pemerintah
dalam memenuhi hak warga negaranya. Isu polusi udara juga bukanlah sebuah isu sepele yang
seharusnya perlu diprioritaskan demi keberlangsungan negara. Respon pemerintah yang kurang
sigap ini dapat menjadi indikasi berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pihak
pemerintahan dan mempengaruhi citra serta reputasi pemerintahan.
B. Strategi Pengelolaan Isu Sebagai Humas Profesional
Pengelolaan isu adalah salah satu praktik manajemen kehumasan yang termasuk kedalam hal
yang perlu diperhatikan oleh seorang Humas dalam mengatasi sebuah krisis. Dalam isu polusi
udara ini, sebagai Humas Profesional perlu mengidentifikasi dan menganalisis dengan cermat isu
yang sedang terjadi. Berdasarkan data, polusi udara sudah berada di titik urgensi dimana
membutuhkan perhatian yang lebih dalam lagi, sehingga wajar jika banyak pihak yang mendesak
dan mengkritisi pemerintah terkait isu ini. Sebagai seorang humas profesional juga perlu
memperhatikan kritikan yang dilontarkan oleh masyarakat terhadap isu ini. Seorang humas perlu
memastikan bahwa isu yang beredar bukanlah hoax, dan siap memberikan pernyataan sejujur-
jujurnya sebagai feedback terhadap kritikan tersebut. Tidak hanya mengkomunikasikan, seorang
humas profesional juga memikirkan strategi dalam mengelola isu tersebut. Seorang humas
profesional dapat bekerja sama dengan berbagai pihak salah satunya media untuk memberikan
informasi secara transparant terkait jalannya proses kasus terkait isu ini agar kepercayaan
masyarakat tetap terjaga. Selain itu, humas profesional juga dapat mengadakan program
kehumasan seperti siaran pers. Setelah itu, seorang humas profesional terus mengevaluasi
berbagai program kehumasan yang dilaksanakannya.

9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pencemaran udara sendiri adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi
di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat
ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Di Jakarta sendiri, meskipun
ada penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) karena COVID-19, polusi udara di
Jakarta tetap tinggi. Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka dikhawatirkannya polusi udara
dapat mempengaruhi kualitas hidup warga Indonesia lebih buruk lagi kedepannya. Warga ibu
kota Indonesia, Jakarta, diperkirakan dapat kehilangan 2,3 tahun harapan hidup jika tingkat
polusi pada 2016 bertahan selama masa hidup mereka. Sejalan dengan isu terkait pencemaran
lingkungan ini maka bergeraklah beberapa aktivitis di Indonesia menyuarakan berbagai bahaya
polusi udara dan menuntut ketidakpuasan akan respon pemerintahan yang dinilai kurang tanggap
dan maksimal dalam menangani permasalahan ini. Isu ini pun membawa pihak pemerintahan
menghadapi tuntutan masyarakat berupa gugatan di persidangan yang mengharapkan adanya
upaya dari pemerintahan untuk pemulihan udara di Jakarta. Ketidakpuasan yang dilontarkan
masyarakat mampu menurunkan kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap instansti
pemerintahan di Indonesia jika tidak dikelola dengan baik. Dalam isu polusi udara ini, respon
pemerintah yang kurang sigap ini dapat menjadi indikasi berkurangnya kepercayaan masyarakat
terhadap pihak pemerintahan dan mempengaruhi citra serta reputasi pemerintahan. Sebagai
seorang humas profesional, tidak hanya mengkomunikasikan, namun juga mengidentifikasi isu
dan menganalisis isu secara cermat, memperhatikan dan memberikan feedback terhadap kritikan
masyarakat, membentuk strategi dan menciptakan program kehumasan untuk mempertahankan
kredibilitas instansi di benak masyarakat.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan peneliti terhadap pembaca adalah, kita perlu lebih
memperhatikan lagi isu lingkungan dan sosial yang ada di sekitar kita. Karena perilaku manusia
juga mampu menyumbang dampak negatif kepada alam yang dapat berimbas kepada manusia itu
sendiri.
Sebagai seorang mahasiswa yang mempelajari kehumasan, saran yang peneliti dapat berikan
kepada pemerintah adalah agar lebih sigap dalam menangani persoalan yang krusial, seperti isu
polusi udara ini. Perlu juga adanya penanganan yang lebih efektif dalam memproses kasus terkait
isu yang beredar. Hal ini dikarenakan semakin lama pemrosesan kasus tersebut, maka upaya
solutif yang dapat dilakukan dalam mengatasi persoalan terkait isu tersebut juga terhambat.
Harapannya pihak pemerintah dapat lebih mendengarkan kritikan masyarakat terutama yang
dapat berkontribusi terhadap keberlangsungan negara, salah satunya mengenai isu polusi udara
ini.

10
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia. 2021. Pencemaran Udara. https://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_udara . Diakses
pada tanggal 12 November 2021
Admin disperkimta. 2019. Sumber dan Penyebab Pencemaran Udara.
https://disperkimta.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/sumber-dan-penyebab-
pencemaran-udara-75. Diakses pada tanggal 12 November 2021
Greenpeace Indonesia. 2021. Laporan Kualitas Udara Dunia Terungkap Perubahan Kualitas
Udara Di 2020.https://www.greenpeace.org/indonesia/siaran-pers/44737/laporan-kualitas-udara-
dunia-terungkap-perubahan-kualitas-udara-di-2020/. Diakses pada tanggal 12 November 2021
AQLI(Air Quality Live Index). 2021. Tanpa Judul. https://aqli.epic.uchicago.edu/the-index/.
Diakses pada tanggal 12 November 2021
Greenstone Michael dan Qing (Claire) Fan. 2019. Kualitas Udara Indonesia yang Memburuk
dan Dampaknya terhadap Harapan Hidup. https://aqli.epic.uchicago.edu/wp-
content/uploads/2019/03/Indonesia.Indonesian.pdf. Diakses pada tanggal 12 November 2021
Wikipedia. Isu. 2021. https://id.wikipedia.org/wiki/Isu. Diakses pada 13 November 2021
Aziz Hilmy. 2021. Manajemen Kampanye Humas. Bahan Materi Pembelajaran Kuliah
Kampanye Humas Universitas Bhayangkara Surabaya
Nathania Bella dan Fadhillah Fajri. 2020. Rangkuman Perjalanan Gugatan Warga Negara
tentang Polusi Udara Jakarta Pada Tahun 2019. https://icel.or.id/wp-content/uploads/Brief-
Rangkuman-Gugatan-Polusi-Jakarta-2019-Revisi-070220_opt-compressed.pdf. Diakses pada
tanggal 13 November 2021
Nathania Bella dan Fadhillah Fajri. 2021. Rangkuman Perjalanan Gugatan Warga Negara
tentang Polusi Udara Jakarta Pada Tahun 2020. https://icel.or.id/wp-content/uploads/28.-
REVISI-Rangkuman-Perjalanan-Gugatan-ICEL-Final-170321.pdf
Hariandja Richaldo. 2021. Kemenangan Warga atas Gugatan Pencemaran Udara Jakarta.
https://www.mongabay.co.id/2021/09/18/kemenangan-warga-atas-gugatan-pencemaran-udara-
jakarta/. Diakses pada tanggal 13 November 2021
Prayudi. 2016. Manajemen Isu dan Krisis. Yogyakarta. LPPM UPN Veteran Yogyakarta

11

Anda mungkin juga menyukai