Histamin, Antihistamin,

Kortikosteroid
Dr. Hj. Rika Yuliwulandari, PhD
HISTAMIN DAN ANTIHISTAMIN
 Gejala

• Rinitis alergika
• Konjungtivitis
• Konstriksi bronkus
• Urtikaria
• Dermatitis atopi
• Syok anafilaksis
http://allergy.healthcentersonline.com/nasalsinus/allergicrhinitis.cfm
 Histamin
• Hormon endogen yang disintesis, disimpan
dan dilepaskan di:
(a) Sel mas, banyak dijumpai di kulit, traktus
digestivus dan traktus respiratorius
(b) Sel basofil, di darah
(c) Sel neuron, di SSP dan SS perifer
 Histamin

Histidine Histidine Histamine Cimetidine,

decarboxylase ranitidine

H receptor H2 receptor
1
-vascular permeability - gastric acid secretion
venule vasodilation
pruritus
 Gejala klinis terkait pelepasan histamin

• Ringan/Kulit • eritema, urtikaria, gatal

• Ringan sampai moderat • Reaksi di kulit, takikardia, disritmia,

hipotensi sedang, distres pernafasan
ringan
• Berat/syok anafilaktik • Hipotensi berat, fibrilasi ventrikel,
gagal jantung, spasme bronkus, gagal
nafas
 Injeksi histamin sub kutan
Triple Respon “Willis”
1. Bintik merah (bbrp mm): hitungan detik,
ok vasodilatasi langsung, melalui reseptor
H1
2. Flare (1cm sekitar tempat inj): reflek
axonal, vasodilatasi tidak langsung, gatal,
melalui reseptor H1
3. Wheal (1-2 min): di tempat yang sama
dengan bintik merah, edema karena ↑
permeabilitas kapiler, melalui reseptor H1
Reseptor Histamin: distribusi dan fungsi
• Reseptor histamin H1
– Otot polos, endotel, jaringan SSP
– Aktifasi menyebabkan vasodilatasi, bronkokronstriksi, nyeri dan
gatal, rinitis alergika, mabuk perjalanan
• Reseptor histamin H2
– Pada sel parietal
– Mengatur sekresi asam lambung
• Reseptor histamin H3
– Di SSP
– Mengatur pelepasan neurotransmiter GABA, ACH, NE
• Reseptor histamin H4
– Baru ditemukan di berbagai organ tr digestivus, sel basofil, sumsum
tulang
 Obat terkait histamin

• Stabilisasi sel mast: Natrium kromolin, Nedokromil

– ex: Albuterol
• Antagonis reseptor H1: Antihistamin 1 gen 1, 2 dan
3
• Antagonis reseptor H2: Ranitidin, simetidin
• Agonis dan antagonis reseptor H3: antihistamin
masa depan
AH1
 AH1

Generasi Generasi Generasi

1 2 3
Non
Sedasi Nonsedasi
sedasi

Tiap generasi memperbaiki kelemahan generasi sebelumnya

namun masih mempunyai karakteristik umum yang sama:
memblok ikatan histamin terhadap reseptornya
 Klasifikasi Antihistamin AH1

 F. Estelle R. Simons; Advances in H1-Antihistamines: NEJM, 2004: 351:2203-2217

 AH1 Gen 1

• Molekul kecil, lipofilik, menembus BBB

• Tidak spesifik terhadap rec H1
• Penggolongan:
– Ethylenediamines
– Ethanolamines
– Alkylamines
– Piperazines
– Tricyclics
 Penggunaan klinis

• Syok anafilaksis
• Anti alergi (Rinitis alergika, dermatosis alergi,
dermatitis kontak)
• Sedatif/obat tidur
• Mencegah mabuk perjalanan (Meclizin, Cyclizin,
prometazin)
• Antivertigo: Meclizin
• Anestesi lokal: difenhidramin
• Antitusif: difenhidramin
 Farmakokinetik
Pharmacokinetics:
• Absorbsi baik di Tr GI
• Distribusi luas
• Melewati sawar otak
• Melewati sawar uri
• Metabolisme: hepar --- induksi enzim
mikrosomal hati
• Eliminasi: Ginjal
 Efek samping
Adverse Effects:
• Mengantuk , pada anak eksitasi
• Kelelahan
• Overdosis: takidisritmia
• Reaksi alergi pada penggunaan topikal
• Efek antimuskarinik perifer:
• Mulut kering
• Pandangan kabur
• Konstipasi
• Retensi urin
 Interaksi Obat
Drug interactions:
• Obat-obat antimuskarinik
• Obat depresi SSP
• opioid
• Sedatif
• Analgesik narkotik
• Alkohol
 AH1 gen 2
• Modifikasi gen 1: untuk mengurangi efek samping
• Lebih selektif thd rec H1
• Contoh:
– Terfenadin
– loratadin
– cetirizin
– mizolastin
– astemizol
 Farmakokinetik
Pharmacokinetics:
Cetirizin (C), loratadin (L), fexofenadin (F)
• Absorbsi di GI tr bagus, onset cepat
• Ekskresi:
– C dan L : terutama di urin
– F : terutama di feses
• Inducer enzim Cyt P450 di liver
 Penggunaan klinis
• Antialergi
 Efek samping
• Secara umum, efek lebih kecil dp gen 1
• Terfenadin dan astemizol ditarik dari peredaran
karena efek pada chanel K di jantung ----
pemanjangan interval QT– aritmia fatal “torsades
de pointes”
• Fexofenadin merupakan metabolit aktif terfenadin
• Cetirizine : efek sedasi > fexofenadin atau loratadin
---- tidak boleh dipakai oleh pilot
• Erythromycin and ketoconazole inhibit the
metabolism of fexofenadine and loratadine in
healthy subjects, this caused no adverse effects.
 Dosis dan Frekuensi Pemberian

 Simons, F. Estelle R.; Simons, Keith J. Drug Therapy: The Pharmacology And Use Of H(sub 1)-Receptor-
Antagonist Drugs. New England Journal of Medicine. 330(23):1663-1670, Jun 9, 1994.
Interaksi obat
 “Next” Generation Antihistamin
(Gen 3)
• Bekerja lebih aman, lebih cepat, lebih poten
dp gen 2
• Contoh:
– Fexofenadine
– Desloratadine
– Levocetirizine
KORTIKOSTEROID
 Klasifikasi Kortikosteroid Oral
Efek glukokortikoid Dosis ekuivalen Mineralokortikoid Lama kerja

SHORT ACTING
• Cortisone 25mg ++++ 8-12 hours
• Hydrocortisone 20mg ++++ 8-12 hours

INTERMEDIATE-ACTING
• Prednisolone 5mg ++ 18-36 hours
• Triamcinolone 4mg - 18-36 hours
• Methylprednisolone 4mg - 18-36 hours
• Fludrocortisone - ++++ 24-36 hours

LONG-ACTING
• Dexamethasone 750 micrograms - 36-54 hours
• Betamethasone 750 micrograms - 36-54 hours
 Pharmacological Actions

1. Carbohydrate 8. Stomach

2. Protein 9. Blood

3. Lipid 10. Anti-inflammatory

4. Electrolyte and H2O 11. Immunosuppressant

5. CVS 12. Respiratory system

6. Skeletal Muscle 13. Growth and Cell Division

7. CNS 14. Calcium metabolism

 Indikasi kortikosteroid:
• Kontrol gejala:
– Asthma, allergic rhinitis, rheumatoid arthritis and related connective
tissue disorders, temporal arteritis, inflammatory bowel disease,
inflammatory skin conditions, emesis following chemotherapy, chronic
pain, anaphylactic shock

• Prevensi:
– Transplant rejection, respiratory distress in the newborn, cerebral oedema

• Treatment:
– Certain tumours, hypercalcaemia, some blood disorders, nephrotic
syndrome

• Replacement therapy in Addison’s disease (under-activity of the

adrenal cortex)
 Efek samping
• Dosis tinggi jangka pendek --- ES < dosis rendah
jangka panjang
• Efek samping jangka panjang:
• Redistribusi lemak
• Hipertensi
• Intoleransi glukosa
• Gangguan penyembuhan luka
• Osteoporosis (bisa dicegah dg bifosfonat)
• Katarak
• Tukak lambung (Omeprazol, misoprostol)
• ↑ resiko infeksi Cushing’s
• Efek SSP, psikosis syndrome
• Hambatan pertumbuhan pada anak