Anda di halaman 1dari 30

ANTIHISTAMIN

TSAMROTUL ILMI, S.Si, Apt.


FIK UNIVERSITAS KADIRI
HISTAMIN
• Histamin ( histos = jaringan )
• Histamin adl suatu zat endogen yg terdistribusi luas
dlm jaringan tbh terutama pd jar sel mast dan
basofil dlm darah.
• Berperan dlm berbagai proses fisiologi dan patologi.
• Pelepasan histamin terjadi akibat :
1. rusaknya sel
2. senyawa kimia
3. reaksi hipersensitivitas
4. sebab lain : mekanik, thermal, radiasi dll
HISTAMIN
• Bekerja dg menduduki reseptor spesifik pd
berbagai jar. target.
• Reseptor histamin dibagi :
1. Histamin 1 (H1)  pd endotel, sel otot
polos.
2. Histamin 2 (H2)  pd mukosa lambung,
sel otot jantung, bbrp sel imun.
3. Histamin 3 (H3)  di otak

Histamin/ agonis reseptor histamin  sedikit


kegunaan dlm klinis.
ANTIHISTAMIN
• obat yg dpt mengurangi a/ menghilangkn efek
histamin thd tbh mll mekanisme penghmbtan
bersaing pd reseptor H1, H2 & H3.
• Umumnya tdk dpt mencegah prod. histamin
• Berdasar hambatan pd reseptor antihistamin
dibagi :
1. Antagonis H1  obat gejala2 alergi
2. Antagonis H2  mengurngi sekresi as. lamb
3. antagonis H3  blm dig. scr klinis
ANTAGONIS RESEPTOR H1
• Adl senyawa yg scr kompetitif menghambt
histamin pd reseptor H1.
• Disebt antihistamin klasik / antihistamin H1.
• Efek bersifat simtomatis, tdk dpt menghentikn
timbulnya reaksi alergi.
• Memblok reseptor H1 di otot polos bronki,
sal. cerna, kandung kemih & rahim. Melawan
efek histamin di kapiler & ujung saraf ( gatal &
flare).
Antagonis H1 atau antihistamin
• Dibagi 3 yaitu:
a. Generasi I: etanolamin, etilendiamin, piperazin,
alkilamin dan fenotiazin
- menembus sawar darah-otak
- bersifat sedatif dan antimuskarinik (+)
b. Generasi II: piperidin, alkilamin, piperazin
- tidak menembus sawar darah otak
- non-sedatif dan antimuskarinik (-)
c. Generasi III: Desloratadin,feksofenadin,
levocetirizin
- turunan generasi II  ESO
Penggolongan Antihistamin (AH1)
Generasi I
GOL & CONTOH DOSIS DEWASA KETERANGAN KATEGORI
OBAT ( MG ) KEHAMILAN
Etanolamin
- karbinoksamin 4-8 Sedasi ringan-sedang
- difenhidramin 25-50 Sedasi kuat, anti-
motion sicknes (A-MS)
- dimenhidrinat 50 Sedasi kuat, A-MS
Etilene diamin
- pirilamin 25-50 Sedasi sedang,
- tripelenamin 25-50 Sedasi sedang B
Piperazin
- Hidroksizin 25-100 Sedasi kuat C
-Siklizin 25-50 Sedasi ringan, A-MS
- meklizin 25-50 Sedasi ringan, A-MS
Penggolongan Antihistamin (AH1)
Generasi I
GOL & CONTOH DOSIS DEWASA KETERANGAN KATEGORI
OBAT ( MG ) KEHAMILAN
Alkilamin
- klorfeniramin 4-8 Sedasi ringan, B
komponen obat flu
- bromfeniramin 4-8 Sedasi ringan C
Derivat
Fenotiazin
- prometazin 10-25 Sedasi kuat, C
antiemetik
Lain-lain
-Siproheptadin 4 Sedasi sedang, B
antiserotonin
- Mebhidrolin - 50-100
napadisilat
Penggolongan Antihistamin (AH1)
Generasi II & III
NAMA OBAT DOSIS DEWASA KETERANGAN KATEGORI
(MG) KEHAMILAN
Cetirizin 5-10 B

Loratadin 10 Masa kerja lbh lama B

Fexofenadin 60 Resiko aritmia lbh C


rendah
Desloratadin C
MEKANISME KERJA:
Mengantagonis H1 scr kompetitif & reversibel,
tetapi tidak memblok pelepasan histamin.
FARMAKOKINETIK:
• Absorpsinya baik, efek timbul 15-30 menit
• Lama kerja kira-kira 4-6 jam (Aztemizol > 24 jam)
• Difenhidramin (G1): distribusinya luas, ekskresi mll
urin stlh 24 jam tu dlm btk metabolit. Eliminasinya
cepat pada anak-anak dan menginduksi enzim
mikrosomal hati.
• Aztemizol, terfenadin, loratadin dan feksofenadin
(G2): absorpsinya cepat dan dimetabolisme di hati
INDIKASI:
1. Reaksi alergi
- Termasuk rinitis, polinosis & angiodema
- Rinitis alergika:
• Akut : Alkilamin (Klorfeniramin /CTM)
• Kronis : Piperidin (terfenadin/fekso).
2. Mabuk perjalanan
- berdsrkn efek antiemesisnya yg berkaitan
dg khasiat antikolinergis .
- terutama difenhidramin, dimenhidrinat,
siklizin, meklizin dan prometasin
3. Asma yg bersifat alergi
- Kurang bermanfaat terutama pada anak2
- Penggunaan bentuk sediaan inhalasi lbh baik
- Ketotifen & oksatomida efektif mencegah
serangan.
4. Sengatan serangga tu lebah
- untuk hasil yg baik perlu diberikan segera.
5. Urticaria ( biduran )
- me permeabilitas kapiler & gatal 2 .
6. Stimulasi napsu makan
siproheptadin ( jg turunannya pizotifen),
oksatomida .
7. Sebagai sedativ
berdasar kerjanya pd SSP yi prometazin,
difenhidramin serta turunannya, jg
berkhasiat sbg obat batuk.
8. Parkinson
berdasar efek antikolinergiknya khususnya
difenhidramin & turunannya orfenadrin.
9. Vertigo yi sinarizin
10. Shock anafilaksis
Disamping pemberian adrenalin &
kortikosteroid sbg tx tambahan dberikan
antihistamin.
11. Selesma & flu
banyak digunakan dlm bentuk
kombinasi/ campuran.
12. Anestetik lokal
Prometazin & difenhidramin dlm dosis
besar.
• PEMILIHAN AH1 berdasarkan:
–Efektivitas
–Efek sedasi minimal
–Aktivitas penderita

• Efek sedasi kadang-kadang tidak terjadi pada


anak-anak, justru eksitasi yg terjadi
• Pada dosis tinggi dapat terjadi agitasi, kejang,
koma dan bahkan kematian
KONTRAINDIKASI
1. Wanita hamil dan menyusui kecuali
prometazin, doksilamin dan terfenadin
2. Asma terutama anak-anak
3. Pengemudi atau orang yang menjalankan
mesin terutama generasi 1
4. Glaukoma dan hipertrofi prostat
5. Gangguan kardiovaskular dan hepatik
terutama terfenadin dan aztemizol
EFEK SAMPING
• Pada dosis tx ES jarang bersifat serius
a. Generasi 1 : yang sering terjadi yaitu sedasi
• Gejala SSP lain: pusing, lesu, insomnia,
tremor, inkoordinasi dan gelisah.
• Saluran cerna: hilangnya nafsu makan,
mual-muntah, nyeri epigastrium dan diare
( diatasi diberikan sewaktu makan)
• Efek muskarinik: mulut kering, disuria dan
gangguan penglihatan
b. Generasi 2 : dapat menyebabkan
“TORSADES DE POINTES”, perpanjangan
QT interval (terfenadin & aztemizol)
mungkin dikarenakan dosis besar atau
adanya gangguan hepatik
c. Generasi III: ES minimal, yg menonjol
drowsiness
• INTERAKSI OBAT:
Terfenadin, dan aztemizol ditambah
antijamur (itrakonazol, flukonazol dan
mikonazol) perpanjangan QT interval.

• Efek sedasi meningkat bila generasi 1


diberikan bersama alkohol dan diazepam
ANTAGONIS H2
• Menghambat sekresi asam lambung
• Simetidin , Ranitidin, Famotidin, Nizatidin
dan Roksatidin
• Lebih hidrofilik dari H1 dan tidak
mencapai SSP sehingga disebut
Antagonis non sedatif
MEKANISME KERJA
• Menghambat interaksi histamin dng reseptor
H2 dg jalan persaingan thd reseptor H2 di
lambung.
• Menghambat sekresi asam lambung pd
keadaan basal dan akibat histamin, gastrin,
kolinomimetik (AINS), rangsangan vagal,
makanan terutama asam, insulin dan kopi
• Mengurangi volume cairan lambung dan ion
H+
FARMAKOKINETIK
• Diabsorpsi dg baik jk dberikan PO.
• Abs.simetidin diperlmbt makanan mk diberikan
bersama makan a/ segera stlh makan u/
mperpanjang efek.
• Kadar puncak plasma dicapai 1-2 jam
• Waktu paruh eliminasi simetidin, ranitidin, dan
famotidin 2-3 jam, sedangkan Nizatidin lebih kurang
1,5 jam dan roxatidin 5-6 jam (eliminasi)
• Mengalami metabolisme hepatik
• Ekskresi terutama melalui ginjal bersama urin
INDIKASI
1. Ulkus lambung dan duodenal
• Kemampuan menurunkan asam
lambung yg terbaik yaitu Famotidin dan
nizatidin diikuti oleh ranitidin dan
simetidin dosis harian atau dosis
harian dibagi 2
• Ulkus duodenal responnya 4-8 minggu
• Ulkus lambung: responnya 8 minggu
50-75% penderita membaik
2. Syndrome Zollinger Ellison:
dibutuhkan dosis besar untuk menekan
sekresi asam lambung yg berlebihan
disebabkan oleh gastrin
3. Penyakit Refluks Esofagus:
dibutuhkan 2 X dosis harian
4. Stress Ulcers:
syndrome short bowel, hipersekresi oleh
karena mastositosis, leukimia basofilik dan
pre-anestetik
EFEK SAMPING
• ESO Simetidin: pusing/sakit kepala, lesu,
nyeri otot, gangguan seksual, diare, mual,
sedangkan somnolens dan bingung banyak
terjadi pada lansia.
Gangguan seksual, penurunan libido dan
ginekomastia terjadi krn obat ini
meningkatkan prolaktin dan mengikat
reseptor androgen.
Obat ini jg menghambat sitokrom P-450
dan menimbulkan gangguan darah.
• ESO Ranitidin: kejadian bingung,
ginekomastia, gg. seksual dan gg. darah <
simetidin.
• ESO Famotidin & nizatidin: sakit kepala,
konstipasi dan diare
• ESO Roksatidin: sakit kepala, mual-
muntah, gg. tidur.
KONTRAINDIKASI
• Hati2 penggunaan simetidin pd lansia &
gg. hati
• Hati-hati penggunaan ranitidin,
famotidin, nizatidin & roksatidin pada
wanita hamil
• Roksatidin: anak < 14 tahun
INTERAKSI OBAT
• Antasid & metoklopramid  mengurangi
bioavailabilitas simetidin
• Simetidin  mengurangi abs ketokonazol
• Simetidin menghmbt sitokrom P-450, shg dapat
menghambat metabolisme warfarin, fenitoin,
kafein, teofilin, fenobarbital, karbamazepin,
diazepam, propanolol, metopranolol &
imipramin.
• Simetidin menghmbt dehidrogenase alkohol 
shg kdr alkohol serum me
• Ranitidin menurunkan absorpsi diazepam
dan juga berinteraksi dengan teofilin dan
metoprolol
• Nizatidin menghambat dehidrogenase
alkohol  pe  kdr alkohol serum.
• Roksatidin: belum diketahui
Sekian....
Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai