Anda di halaman 1dari 35

CSS

Antihistamin
Cakra Jati Pranata
130112190523
Nida Dwi Nafisah
130112190706
Shara Rachmawati
130112190617

Preseptor:
Dr. Reiva Farah Dwiyana, dr., SpKK(K)
Histamin
HISTAMIN
Definisi: amina dengan berat molekul rendah disintesis dari L-histidin oleh histidin
dekarboxylase, enzim yang diekspresikan oleh banyak sel di seluruh tubuh.

Histamin memberikan efeknya melalui 4 reseptor berbeda yang berperan dalam


perkembangan embrio, pertumbuhan dan proliferasi sel, hematopoiesis dan imunitas,
peradangan (inflamasi) dan penyembuhan luka.

Histamine juga merupakan neurotransmitter penting di SSP dan diproduksi di neuron yang
terletak di nukleus tuberomammillary dari hipotalamus posterior. Dimana neuron-neuron
ini mengatur siklus tidur-bangun, homeostasis endokrin, kognisi, dan memori.

Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019


HISTAMIN
A. LOKASI

secara umum terdapat diseluruh jaringan, namun utamanya paling banyak di paru-paru,
kulit, pembuluh darah dan saluran pencernaan.

Tempat penyimpanan dan sintesis histamin

● Dalam jaringan: mast cell


● Dalam darah: basophil
● Otak: histaminergic neuron
● Fundus lambung: enterochromaffin like (ECF) cell.

karen Whalen et al Lippincot Pharmacology. Wolters Kluwel Health. 2019.


Goodman L, Brunton L, Chabner B, Knollmann B. Goodman & Gilman's The pharmacological basis of therapeutics. 12th ed. McGraw Hill; 2011.
HISTAMIN
B. SINTESIS

Histamin dibentuk melalui proses decarboksilasi asam amino histidine oleh enzim
dekarboksilase. Lalu histamine akan disimpan dalam bentuk granul (vesikel) dalam sel
mast. Jika tidak disimpan, histamin akan diinaktivasi oleh enzim amine oxidase.

karen Whalen et al Lippincot Pharmacology. Wolters Kluwel Health. 2019.


HISTAMIN
C. PENGELUARAN

Pengeluaran (release):
harus ada stimuli. Stimuli dapat berupa rusaknya
sel yang disebabkan oleh:
▪ Invasi patogen
▪ Racun serangga
▪ Reaksi hipersensitivitas
▪ Sebab lain: mekanik, termal, radiasi

Karen Whalen et al Lippincot Pharmacology. Wolters Kluwel Health. 2019.


HISTAMIN
D. MECHANISM OF ACTION

Reseptor Distribusi Efek


R
H1 Neuron (perifer (sensory nerve endings) Neuron: nyeri dan gatal
dan CNS: postsinapsis), otot polos dan Otot polos: kontraksi otot pada bronkus (gejala asma) dan organ pencernaan
kelenjar eksokrin (cramps dan diare)
Ekskresi eksokrin: sekresi pada hidung dan mukus

H2 Sel parietal mukosa gaster Sekresi asam lambung, gatal

H1 dan H2 Sistem kardiovaskuler dan kulit Sistem kardiovaskuler:menurunkan tekanan darah sistemik karena H1 positif
konotropism dan H2 positif iotropism
Kulit: ‘triple response’: red spot, edema, and flare response

H3 CNS presinapsis (terutama pada basal CND: mengurangi pelepasan asetilkolin, peptide transmitters pada beberapa
ganglia, hipokampus,dan korteks) area otak
Diduga meningkatkan nafsu makan dan menyebabkan penambahan berat
badan.

H4 Sumsum tulang dan sel hematopoietik Induksi perubahan bentuk sel, kemotaksis, sekresi sitokin, dan peningkatan
perifer (esosinofil, neurofil dan sel CD4T) regulasi molekul-molekul adhesi
TRIPLE RESPONSE
Evolusi proses inflamasi yang disebabkan
injeksi histamin
1. Redness (disebabkan vasodilasi)
2. Wheal (disebabkan peningkatan
permeabilitas sehingga terjadi
eksudasi)
3. Flare (spreading redness karena
reflex axon)
Antihistamin
ANTIHISTAMIN
Antihistamin adalah kelas obat untuk mengobati kondisi medis yang dimediasi oleh histamin.
Antihistamin bekerja dengan mekanisme competitive inhibitor pada reseptor histamin. Antihistamin
tidak dapat menetralkan atau mengubah efek histamin yang sudah terjadi dan tidak dapat mencegah
produksi histamin.

Ada 2 reseptor histamin yang utama, yaitu H-1 dan H-2. Antihistamin H-1 secara umum digunakan
untuk mengatasi reaksi alergi. Antihistamin H-2 secara umum digunakan untuk mengatasi masalah
saluran pencernaan bagian atas akibat sekresi asam lambung berlebih.

Walaupun ada substans yang bekerja menghambat reseptor H-3 dan H-4, penggunaannya tidak
memberikan manfaat klinis spesifik pada manusia.
ANTIHISTAMIN
Antihistamin

H-1 Antagonist H-2 Antagonist

Gen 1: Cimetidine, Ranitidine,


Gen 2: Famotidine, Nizatidine
Chlorpheniramine,
Acrivastine, Azelastine,
Cyproheptadine,
Cetirizine, Desloratadine,
Diphenhydramine,
Fexofenadine,
Hydroxyzine,
Levocetirizine,
Tripelennamine
Loratadine, Meclizine
H1
Antihistamin
Farmakokinetik
Generasi I
● Metabolisme : hepatic cytochrome P450 (CYP) enzyme 3A4
● Ekskresi : urin
● Serum half life (single dose)
❖ 20 jam (Brompheniramine, chlorpheniramin, hydroyzine)
❖ Relatif pendek half-lifes nya
● Dosis interval : 4-8 jam.
● Efek samping : sedatif (dalam 30 menit - 1 jam dan bertahan 4-6 jam)

Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019


Generasi II
● Metabolisme : hepatic enzyme CYP 3A4 (loratadine,
acrivastine, mizolastine, ebastine, dan oxatomide) & minimal hepatic metabolism (cetirzine,
fexofenadine, levocabastine, desloratadine, levocetirzine)
● Ekskresi : urin
● Peak plasma concentration : 1-2 jam
● Half life :
- cetirizine & levocetirzine 6.5 - 10 jam
- loratadine 8-24 jam
- fexofenadine 14 jam
- ebastine & carebastine 15 jam
● Dosis : 1-2x / hari
● Efek sedatif lebih rendah

Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019


Mekanisme Kerja

Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019


Mekanisme kerja

● Antihistamin tipe H1 generasi pertama bekerja sebagai inhibitor kompetitif terhadap reseptor
histamin pada jaringan 🡪 menyebabkan reseptor histamin tetap dalam keadaan inaktif
● Antihistamin H1 generasi pertama juga menghambat reseptor muskarinik-kolinergik, alpa-
adrenergic, dan serotonin serta kanal ion kardiak

Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019


● Ikatan AH generasi pertama dengan reseptornya bersifat reversible sehingga masih mungkin
digantikan oleh histamin bila kadar histamin tinggi
● Antihistamin H1 generasi kedua berikatan secara nonkompetitif dengan reseptor H1 sehingga tidak
mudah digantikan dengan histamin dan secara selektif dengan reseptor perifer sehingga efek SSP
lebih sedikit
● AH H1 generasi pertama relatif lipofilik sehingga dapat dengan mudah melewati blood-brain
barrier 🡪 sedasi
● AH H1 generasi kedua sifat lipofiliknya lebih rendah sehingga tidak bisa melewati BBB 🡪
nonsedatif

Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019


Indikasi

▪ Urtikaria akut
▪ Urtikaria idiopatik kronik
▪ Urtikaria fisikal
▪ Angioedema
▪ Dermatografisme
▪ Pruritus yang berkaitan dengan histamin
▪ Gejala mastocytosis

Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019


Dosis

Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019


Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019
Efek samping
- Sedasi lebih sering terjadi pada generasi 1
(terutama grup ethanolamine dan
phenothiazine; paling rendah efeknya di grup
alkylamine) dan beberapa generasi 2, seperti
cetrizine dan levocetirizine.
- Efek antikolinergik banyak terjadi pada grup
ethanolamine, phenothiazine, dan piperazine.

Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019


Risiko dan Kontraindikasi
● Risiko:
- Riwayat aritmia
- Kehamilan trimester pertama
- Hipertrofi prostatic
● Kontraindikasi:
- Narrow angel glaucoma
- Pengguna inhibitor monoamines oxidase (terutama generasi pertama)

Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019


Interaksi obat
▪ AH H1 berinteraksi dengan obat lain yang dimetabolisme oleh hepatic CYP
system, yaitu: antijamur (Imidazole), antibiotik (macrolide).
▪ Berinteraksi dengan alcohol dan antidepresan SSP, seperti benzodiazepine
yang dapat mempercepat efek depresif SSP.

Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019


Populasi khusus
▪ Anak-anak : aman digunakan dengan dosis yang sesuai, namun lebih rentan
terhadap efek samping tertentu yang berkaitan dengan obat-obat generasi
pertama, seperti: eksitasi dan insomnia. Efek samping utamanya adalah:
halusinasi, ataksia, inkoordinasi, kejang.
▪ Lansia: Harus lebih waspada. Penurunan creatinine clearance & kondisi
komorbiditas harus diperhitungkan. Juga lebih rentan terhadap efek
antikolinergik seperti retensi urin dan hesitancy, konstipasi, dan hipotensi
postural.
▪ Wanita Hamil: kategori B dan C.
▪ Wanita menyusui: AH1 generasi pertama dapat mengurangi suplai ASI
melalui efek antikolinergik. Beberapa obat diketahui diekskresikan dalam ASI
dengan efek yang tidak diketahui untuk bayi. Lebih direkomendasikan AH1
generasi 2.

Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019


H2
Antihistamin
Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019

Reseptor H2
● Reseptor H2 terdapat pada sel parietal dalam gaster.
● Namun pada penelitian terbaru, reseptor H2 terdapat
pada seluruh tubuh termasuk dalam sel epitel dan sel
endotel, sel mast dan sel dendritik
● Efek H2
- GIT : aktivasi pada adenylcyclase cAMP 🡪 lalu aktivasi
protein kinase 🡪dan menstimulasi acid secretion by
H+/K+ ATPase 🡪
- dermatologi : Dapat menyebabkan perubahan pada
permeabilitas vaskular di kulit, pelepasan mediator
inflamasi lokal, dan presentasi antigen.
● Jenis obat:
- Cimetidine
- Ranitidine
- Famotidine
- Nizatidine

MOA : Obat yang berfungsi mencegah penempelan


histamin pada reseptornya
INDIKASI dan KONTRAINDIKASI
GI Tract Dermatologi

Pengobatan jangka pendek GERD tanpa komplikasi, ulkus


gaster/duodenum, hipersekresi gastrik, dan mild-infrequent
heartburn, indigestion.

Tidak ada kontraindikasi absolut. Jangan diberikan pada pasien


dengan hipersensitifitas pada H-2 Antagonis.

Sebagai terapi tambahan setelah pemberian H1


antihistamin tunggal tidak efektif

Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-HillEdeucation, 2019


Nugent CC, Falkson SR, Terrell JM. H2 Blockers. [Updated 2020 Mar 25]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-.
Farmakokinetik
● Absorbsi : GI tract
● Puncak : 1-2 jam setelah pemberian
● Metabolisme : hepar
● Ekskresi : Urin
● Waktu paruh :
-Cimetidin : 2 jam
-Ranitidin : 2-3 jam
-Famotidin : 3-8 jam
-Nizatidin : 1-2 jam
● Kategori obat : B (diekskresi juga melalui ASI)

Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019


DOSIS

Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019


Efek samping
● Gangguan pada CNS
- Confusion
- headache
- dizziness
- drowsiness
● GIT
- Mual muntah
- diare atau konstipasi
- nyeri abdomen
● Gynecomastia
● Meningkatnya risiko terkena pneumonia
● Cardiac - rentan aritmia (bradiaritmia)

Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019


Interaksi obat
● Cimetidin :
- Meningkatkan kadar warfarin sehingga meningkatkan risiko perdarahan
- interaksi dengan beta blocker, CCB, amiodarone

● Ranitidin : menurunkan absorpsi diazepam

Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019


Populasi Khusus
● Anak : Ranitidine dan famotidine memiliki farmakokinetik yang sudah diteliti dengan
baik pada anak, dan obat tersebut telah dinyatakan aman dengan dosis yang sesuai.
Sementara itu, Cimetidine dan nizatidine tidak direkomendasikan untuk menurunkan
gastric acidity pada anak.
● Lansia : Pasien lansia mungkin memerlukan penyesuaian dosis untuk mengakomodasi
kemampuan pembersihan kreatinin yang menurun. Pasien lansia juga ditemukan lebih
rentan terhadap gangguan CNS yang dihasilkan seperti pusing dan kebingungan
● Ibu hamil dan menyusui : H2-Antihistamin tergolong obat kategori B (FDA).
Cimetidine, ranitidine, famotidine, dan nizatidine disekresikan melalui ASI

Sewon Kang, Fitzpatrick’s Dermatology , McGraw-Hill Edeucation, 2019


Thank you

Anda mungkin juga menyukai