Anda di halaman 1dari 10

1.

Apa itu pendaftaran tanah


Jawab:
Pertemuan 3
Menurut Rudolf Hemanses, S.H., seorang mantan Kepala Jawatan Pendaftaran Tanah
dan Menteri Agraria merumuskan Pengertian Pendaftaran Tanah sebagai Pendaftaran atau
pembukuan bidang-bidang tanah dalam daftar-daftar, berdasarkan pengukuran dan
pemetaan, yang seksama dari bidang-bidang itu.
Menurut Rudolf Hermanses, S.H. pendaftaran tanah adalah pendaftaran atau
pembukuan bidang-bidang tanah dalam daftar berdasarkan pengukuran dan pemetaan yang
seksama dari bidang-bidang itu. Sebagaimana telah ditetapkan dalam pasal 19 UUPA, bahwa
diselenggarakannya pendaftaran tanah dalam rangka untuk menjamin kepastian hukum
(rechtskadaster/legal cadastre).

Pertemuan 4
Pendaftaran tanah menurut PP No. 24 tahun 1997 tentang pendaftran tanah, adalah
rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan
dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, penyajian serta pemeliharaan
data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan
satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-
bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak
tertentu yang membebaninya.

2. Tujuan & Persturan Pendaftaran Tanah


Jawab:
Pertemuan 3
Tujuan

1) Memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas
suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan
mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan (lihat
pasal 19 UUPA).
2) Menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk
pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam
rangka perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah
susun yang sudah terdaftar.
3) Terselenggaranya tertib administarsi pertanahan.Untuk memberikan kepastian dan
perlindungan hukum, maka kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan
diberikan sertifikat hak atas tanah, sedang untuk melaksanakan fungsi informasi, data
yang berkaitan dengan aspek fisik dan yuridis dari bidang-bidang tanah yang sudah
terdaftar, terbuka untuk umum. Dalam hal mencapai tujuan tertib administrasi
pertanahan, maka setiap bidang atau satuan rumah susun, termasuk peralihan,
pembebanan dan hapusnya hak atas bidang tanah dan hak milik atas satuan rumah
susun, wajib didaftar
Menurut para ahli disebutkan tujuan pendaftaran ialah untuk kepastian hak
seseorang, disamping untuk pengelakkan suatu sengketa perbatasan dan juga untuk
penetapan suatu perpajakan. (A.P. Parlindungan; 1990 : 6)
a. Kepastian hak seseorang
Maksudnya dengan suatu pendaftaran, maka hak seseorang itu menjadi jelas
misalnya apakah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan atau hak- hak lainnya.

b. Pengelakkan suatu sengketa perbatasan


Apabila sebidang tanah yang dipunyai oleh seseorang sudah didaftar, maka dapat
dihindari terjadinya sengketa tentang perbatasannya, karena dengan didaftarnya
tanah tersebut, maka telah diketaui berapa luasnya serta batas – batasnya.

c. Penetapan suatu perpajakan


Dengan diketahuinya berapa luas sebidang tanah, maka berdasarkan hal tersebut
dapat ditetapkan besar pajak yang harus dibayar oleh seseorang. Dalam lingkup yang
lebih luas dapat dikatakan pendaftaran itu selain memberi informasi mengenai suatu
bidang tanah, baik penggunaannya, pemanfaatannya, maupun informasi mengenai
untuk apa tanah itu sebaiknya dipergunakan, demikian pula informasi mengenai
kemampuan apa yang terkandung di dalamnya dan demikian pula informasi
mengenai bangunannya sendiri, harga bangunan dan tanahnya, dan pajak yang
ditetapkan.

Pelaksanaan pendaftaran tanah di Indonesia adalah Pasal 19 ayat (1) Undang-


Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau lebih
dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraria (selanjutnya disebut UUPA). Sebagai
pelaksanaan dari UUPA dalam hal ketentuan pendaftaran tanah adalah melalui
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah (selanjutnya
disebut PP No. 10 Tahun 1961) yang kemudian diganti dengan Peraturan Pemerintah
No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (selanjutnya disebut PP No. 24 Tahun
1997) yang ditetapkan pada tanggal 8 Juli 1997 dan mulai diberlakukan pada tanggal
8 Oktober 1997. Pengaturan lebih rinci dan lengkap tentang ketentuan pelaksanaan
PP No. 24 Tahun 1997 diatur dalam Peraturan Menteri Agraria / Kepala BPN No. 3
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (selanjutnya disebut PMA/Ka BPN No. 3
Tahun 1997).
Sebenarnya peraturan pelaksanaan dari PP No. 10 Tahun 1961 tidak
sepenuhnya digantikan dengan PP No. 24 Tahun 1997. Terbukti pada Pasal 64 PP No.
24 Tahun 1997 mengenai ketentuan peralihan yang menyebutkan bahwa:
1) Dengan Peraturan Pemerintah ini, semua peraturan perundang-undangan sebagai
pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 yang telah ada masih tetap
berlaku, sepanjang tidak bertentangan atau diubah atau diganti berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini.
2) Hak-hak yang didaftar serta hal-hal lain yang dihasilkan dalam kegiatan pendaftaran
tanah berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tetap sah
sebagai hasil pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah ini.
Pertemuan 4
Tujuan Pendaftaran Tanah menurut Pasal 3 PP No. 24 tahun 1997 yaitu:
a) Untuk memberikan kepastian hukun dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, suatu rumah susun dan hak- hak lain
yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai
pemegang hak yang bersangkutan, Untuk itu kepada para pemegang hak
diberikan sertifikat sebagai surat tanda buktinya. Inilah yang merupakan
tujuan utama pendaftaran tanah yang menyelenggarakannya diperintahklan
oleh pasal 19 UUPA. Maka memperoleh sertifikat bukan sekedar fasilitas,
melainkan merupakan hak pemegang hak atas tanah yang dijamin oleh
undang-undang.
b) Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar, Untuk penyajian
data tersebut diselenggarakan oleh kantor pertanahan kabupaten atau kota
tata usaha pendaftaran tanah dalam apa yang dikenal sebagai daftar umum,
yang terdiri atas peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah dan
daftar nama. Para pihak berkepentingan, terutama calon pembeli dan
kreditor sebelum melakukan suatu perbuatan hokum mengenai suatu bidang
tanah atau satuan rusun tertentu perlu dan karenanya mereka berhak
mengetahui data yang tersimpan dalam daftar-daftar di kantor pertanahan
tersebut. Maka data tersebut bersifat terbuka untuk umum. Ini sesuai dengan
asas pendaftaran yang terbuka sebagimana yang dinyatakan dalam pasal 2 PP
No. 24 tahun 1997. Karena terbuka untuk umum, maka daftra-daftar dan
peta-peta tersebut disebut daftar umum, tidak dignakannya hak tersebut
menjadi tanggung jawab sendiri, dan bagi PPAT hal ini merupakan suatu
kewajiban sebelum membuat akta. Peta dasar pendaftaran adalah peta yang
memuat titik-titik dasar teknik dan unsur-unsur geografis, seperti sungai,
jalan, bangunan dan batas fisik bidang-bidang tanah. Peta pendaftaran adalah
peta yang menggambarkan bidang atau bidang-bidang tanah untuk keperluan
pembukuan tanah. Daftar tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang
memuat identitas bidang tanah dengan suatu sistim penomoran. Surat ukur
adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk
peta dan uraian. Daftar nama adalah dokumen dalam bentuk daftar yang
memuat keterangan mengenai penguasaan tanah dengan sesuatu hak atas
tanah, atau hak pengelolaan dan mengenai pemilikan hak milik atau satuan
rumah susun oleh orang perseorangan atau badan hukum tertentu.
c) Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Terselenggaranya
pendaftaran tanah secara baik merupakan dasar dan perwujudan tertib
administrasi dibidang pertanahan. Untuk mencapai tertib administrasi
tersebut setiap bidang tanah dan satuan rusun, termasuk peralihan,
pembebanan dan hapusnya wajib didaftar. Dari tujuan pendaftaran tanah
adalah menjamin kepastian hukum hak-hak atas tanah, meliputi kepastian
hukum atas obyek bidang tanah (obyek hak), kepastian hukum atas subyek
haknya (subyek hak), dan kepastian hukum atas jenis hak atas tanahnya.
Fungsi pendaftaran tanah adalah untuk memperoleh alat pembuktian yang
kuat tentang sahnya perbuatan hukum mengenai tanah. Alat bukti yang
dimaksud adalah sertifikat yang di dalamnya disebutkan adanya perbuatan
hukum dan nama pemiliknya sekarang menerima atau memperoleh peralihan
haknya.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 sebagaimana


telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, sistem pendaftaran tanah yang digunakan adalah system
pendaftaran hak. Dalam sistem pendaftaran hak, orang yang tercatat dalam
buku tanah merupakan pemegang hak atas tanah tersebut sampai dapat
dibuktikan sebaliknya.

Sistem pendaftaran hak dapat diketahui dari adanya buku tanah


sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang dihimpun dan
disajikan serta diterbitkannya sertifikat sebagai surat tanda bukti hak yang
didaftar. Pembukuan dalam buku tanah serta pencatatannya pada surat ukur
tersebut merupakan bukti bahwa hak yang bersangkutan beserta pemegang
haknya dan bidang tanahnya yang diuraikan dalam surat ukur secara hukum
telah didaftar.

3. Dimana & apa kegiatan pendaftaran tanah


Jawab:
Pertemuan 8
PPAT mempunyai kedudukan yang mandiri, bukan sebagai pembantu pejabat lain.
Kepala kantor pertanahan, bahkan siapapun, tidak berwenang memberikan perintah
kepadanya atau melarangnya membuat akta. Seorang PPAT bukan hanya berhak, ia bahkan
wajib menolaknya, apabila hal itu akan berakibat melanggar ketentuan yang berlaku, karena
pelaksanaan tugas PPAT sudah diatur dalam UU 16/1985, UU 4/1996, PP 24/1997 dan
peraturan-peraturan hukum materiil yang bersangkutan.

Berdasarkan Pasal 1 PP No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat


Pembuat Akta Tanah (PPAT) menyebutkan:
1) Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat umum yang
diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum
tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.
2) PPAT Sementara adalah pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk
melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT di daerah yang belum cukup
terdapat PPAT.
3) PPAT Khusus adalah pejabat Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena
jabatannya utnuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu
khusus dalam rangka pelaksanaan program atau tugas Pemerintah tertentu.

Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi:


1) Pengumpulan dan pengolahan data fisik.
2) Pembuktian hak dan pembukuannya.
3) Penerbitan sertifikat.
4) Penyajian data fisik dan data yuridis.
5) Penyimpanan daftar umum dan dokumen.
Uraian:
1. Pengumpulan dan Pengolahan Data Fisik
Tanah Langkah yang diperlukan dalam hal pengumpulan dan pengolahan data fisik
adalah dilakukakannya kegiatan yang meliputi:
1) Pengukuran dan pemetaan.
2) Pembuatan peta dasar pendaftaran.
3) Penetapan batas bidang-bidang tanah.
4) Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta pendaftaran.
5) Pembuatan daftar tanah.
6) Pembuatan surat ukur.

2.Pembuktian Hak dan Pembukuan Tanah


Pembuktian hak dan pembukuannya meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Pembuktian hak baru.
2) Pembuktian hak lama.
3) Pembukuan hak.

3. Penerbitan Sertifikat Tanah


Sertifikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan sesuai
dengan data fisik dan data yuridis tanah yang telah didaftar dalam buku tanah. (Pasal 31 ayat
(1) PP 24/1997)

4.Penyajian Data Fisik dan Data Yuridis Tanah


Dalam rangka penyajian data fisik dan data yuridis, kantor pertanahan
menyelenggarakan tata usaha pendaftaran tanah dalam daftar umum yang terdiri dari:
1) Peta pendaftaran; adalah peta yang menggambarkan bidang atau bidang-bidang
tanah untuk keperluan pembukuan tanah.
2) Daftar tanah; adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat identitas bidang
dengan suatu sistem penomoran.
3) Surat ukur; adalah dokumen yang memuat syarat fisik suatu bidang tanah dalam
bentuk peta dan uraian.
4) Buku tanah; adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data
fisik suatu objek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya.
5) Daftar nama; adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat keterangan
mengenai penguasaan tanah dengan sesuatu hak atas tanah, atau hak pengelolan dan
mengenai pemilikan hak atas satuan rumah susun oleh orang perseorangan atau
badan hukum tertentu.

5. Penyimpanan Daftar Umum dan Dokumen Tanah


Dokumen-dokumen yang merupakan alat pembuktian yang telah digunakan sebagai
dasar pendaftaran diberi tanda pengenal dan disimpan di kantor pertanahan yang
bersangkutan atau di tempat lain yang ditetapkan oleh menteri, sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari daftar umum.
4. Tanda Bukti & Bentuk Penyajian Data dlm pendaftaran tanah
Jawab:

Pembuktian hak dan pembukuannya meliputi hal-hal sebagai berikut:


1) Pembuktian hak baru.
2) Pembuktian hak lama.
3) Pembukuan hak.

Tanda Bukti Kepemilikan Hak Atas Tanah:


1) SHM (Sertifikat Hak Milik)
2) PBB (Pajak Bumi Bangunan)
3) NOP (Nomor Objek Pajak)
4) NJOP (Nilai Jual Objek Pajak)
5) BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas Tanah Bangunan)
6) NIB (Nomor Identitas Bidang)

Dalam rangka penyajian data fisik dan data yuridis, kantor pertanahan menyelenggarakan
tata usaha pendaftaran tanah dalam daftar umum yang terdiri dari:
1) Peta pendaftaran; adalah peta yang menggambarkan bidang atau bidang-bidang
tanah untuk keperluan pembukuan tanah.
2) Daftar tanah; adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat identitas bidang
dengan suatu sistem penomoran.
3) Surat ukur; adalah dokumen yang memuat syarat fisik suatu bidang tanah dalam
bentuk peta dan uraian.
4) Buku tanah; adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data
fisik suatu objek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya.
5) Daftar nama; adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat keterangan
mengenai penguasaan tanah dengan sesuatu hak atas tanah, atau hak pengelolan dan
mengenai pemilikan hak atas satuan rumah susun oleh orang perseorangan atau
badan hukum tertentu.

5. Asas dan Obyek pendaftaran tanah


Jawab:
Pertemuan 3
a) Azas sederhana dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan pokok maupun prosedur
Pendaftaran Tanah dengan mudah dapat dipahami oleh pihak yang berkepentingan,
terutama para pemegang hak.
b) Azas aman dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Pendaftaran Tanah perlu
diselenggarakan dengan teliti dan cermat, sehingga hasilnya dapat memberikan
jaminan kepastian hukum sesuai dengan tujuan Pendaftaran Tanah itu sendiri.
c) Azas terjangkau dimaksudkan agar pelayanan yang diberikan dalam rangka
penyelenggaraan Pendaftaran Tanah harus bisa terjangkau oleh pihak-pihak yang
memerlukannya, terutama memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan
ekonomi lemah.
d) Azas mutakhir dimaksudkan agar pemeliharaan data Pendaftaran Tanah secara terus
menerus dan berkesinambungan sehingga data yang tercatat atau tersedia di Kantor
Pertanahan selalu up to date dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
e) Azas terbuka dimaksudkan agar masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai
data yang benar setiap saat di Kantor Pertanahan.

Pertemuan 5
Azas Pendaftaran Tanah Menurut PP No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
a) Azas sederhana dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan pokok maupun prosedur
Pendaftaran Tanah dengan mudah dapat dipahami oleh pihak yang berkepentingan,
terutama para pemegang hak.
b) Azas aman dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Pendaftaran Tanah perlu
diselenggarakan dengan teliti dan cermat, sehingga hasilnya dapat memberikan
jaminan kepastian hukum sesuai dengan tujuan Pendaftaran Tanah itu sendiri.
c) Azas terjangkau dimaksudkan agar pelayanan yang diberikan dalam rangka
penyelenggaraan Pendaftaran Tanah harus bisa terjangkau oleh pihak-pihak yang
memerlukannya, terutama memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan
ekonomi lemah.
d) Azas mutakhir dimaksudkan agar pemeliharaan data Pendaftaran Tanah secara terus
menerus dan berkesinambungan sehingga data yang tercatat atau tersedia di Kantor
Pertanahan selalu up to date dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
e) Azas terbuka dimaksudkan agar masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai
data yang benar setiap saat di Kantor Pertanahan.

Pertemuan 6
Objek pendaftaran tanah menurut Pasal 9, PP No. 24 Tahun 1997 meliputi :
a) Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik,hak guna usaha, hak
guna bangunan dan hak pakai;
b) Tanah hak pengelolaan;
c) Tanah wakaf;
d) Hak milik atas satuan rumah susun;
e) Hak tanggungan;
f) Tanah Negara.

6. Sistem Publikasi pendaftaran tanah


Jawab:
Pertemuan 6
Sistem publikasi yang digunakan yaitu sistem negatif yang mengandung unsur positif,
karena akan menghasilkan surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat, seperti dinyatakan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c, Pasal 23 ayat (2), Pasal 32 ayat
(2) dan Pasal 38 ayat (2) UUPA.
Bukan sistem publikasi negatif yang murni. Sistem publikasi yang negatif murni tidak
akan menggunakan sistem pendaftaran hak. Juga tidak aka nada pernyataan seperti dalam
pasal-pasal UUPA diatas, yang menegaskan bahwa sertifikat merupakan alat bukti yang kuat.
7. Pendaftaran untuk pertama kali
Jawab:
Pertemuan 8
Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara
sistematis dan pendaftaran tanah secara periodik. (Pasal 13 ayat (2) PP 24/1997) Kegiatan
pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi:
6) Pengumpulan dan pengolahan data fisik.
7) Pembuktian hak dan pembukuannya.
8) Penerbitan sertifikat.
9) Penyajian data fisik dan data yuridis.
10) Penyimpanan daftar umum dan dokumen.

Uraian:
1. Pengumpulan dan Pengolahan Data Fisik
Tanah Langkah yang diperlukan dalam hal pengumpulan dan pengolahan data fisik
adalah dilakukakannya kegiatan yang meliputi:
7) Pengukuran dan pemetaan.
8) Pembuatan peta dasar pendaftaran.
9) Penetapan batas bidang-bidang tanah.
10) Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta pendaftaran.
11) Pembuatan daftar tanah.
12) Pembuatan surat ukur.

2.Pembuktian Hak dan Pembukuan Tanah


Pembuktian hak dan pembukuannya meliputi hal-hal sebagai berikut:
7) Pembuktian hak baru.
8) Pembuktian hak lama.
9) Pembukuan hak.

3. Penerbitan Sertifikat Tanah


Sertifikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan sesuai
dengan data fisik dan data yuridis tanah yang telah didaftar dalam buku tanah. (Pasal 31 ayat
(1) PP 24/1997)

4.Penyajian Data Fisik dan Data Yuridis Tanah


Dalam rangka penyajian data fisik dan data yuridis, kantor pertanahan
menyelenggarakan tata usaha pendaftaran tanah dalam daftar umum yang terdiri dari:
6) Peta pendaftaran; adalah peta yang menggambarkan bidang atau bidang-bidang
tanah untuk keperluan pembukuan tanah.
7) Daftar tanah; adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat identitas bidang
dengan suatu sistem penomoran.
8) Surat ukur; adalah dokumen yang memuat syarat fisik suatu bidang tanah dalam
bentuk peta dan uraian.
9) Buku tanah; adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data
fisik suatu objek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya.
10) Daftar nama; adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat keterangan
mengenai penguasaan tanah dengan sesuatu hak atas tanah, atau hak pengelolan dan
mengenai pemilikan hak atas satuan rumah susun oleh orang perseorangan atau
badan hukum tertentu.

5. Penyimpanan Daftar Umum dan Dokumen Tanah


Dokumen-dokumen yang merupakan alat pembuktian yang telah digunakan sebagai
dasar pendaftaran diberi tanda pengenal dan disimpan di kantor pertanahan yang
bersangkutan atau di tempat lain yang ditetapkan oleh menteri, sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari daftar umum.

8. Fungsi pendaftaran & Fungsi PPAT dlm Jual Beli Tanah


Jawab:
Pertemuan 8
PPAT mempunyai kedudukan yang mandiri, bukan sebagai pembantu pejabat lain.
Kepala kantor pertanahan, bahkan siapapun, tidak berwenang memberikan perintah
kepadanya atau melarangnya membuat akta. Seorang PPAT bukan hanya berhak, ia bahkan
wajib menolaknya, apabila hal itu akan berakibat melanggar ketentuan yang berlaku, karena
pelaksanaan tugas PPAT sudah diatur dalam UU 16/1985, UU 4/1996, PP 24/1997 dan
peraturan-peraturan hukum materiil yang bersangkutan.

Berdasarkan Pasal 1 PP No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat


Pembuat Akta Tanah (PPAT) menyebutkan:
4) Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat umum yang
diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum
tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.
5) PPAT Sementara adalah pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk
melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT di daerah yang belum cukup
terdapat PPAT.
6) PPAT Khusus adalah pejabat Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena
jabatannya utnuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu
khusus dalam rangka pelaksanaan program atau tugas Pemerintah tertentu.
9. Pelayanan Sertifikat Hak Atas Tanah
Jawab:
Pertemuan 8
Berdasarkan Pasal 1 PP No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta
Tanah (PPAT) menyebutkan:
1) Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat umum yang
diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum
tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.
2) PPAT Sementara adalah pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk
melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT di daerah yang belum cukup
terdapat PPAT.
3) PPAT Khusus adalah pejabat Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena
jabatannya utnuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu
khusus dalam rangka pelaksanaan program atau tugas Pemerintah tertentu.

10. Contoh Masalah dlm Penerbitan Sertifikat Hak Atas Tanah


Jawab:
Permasalahan pertanahan dalam penerbitan sertifikat yang antara lain:
a) Proses penerbitan sertifikat tanah yang lama dan mahal
b) Sertifikat palsu
c) Sertifikat tumpang tindih (Overlapping)
d) Pembatalan sertifikat

Anda mungkin juga menyukai