MODUL 4
PENGUKURAN WAKTU BAKU DAN
PERFORMANSI KERJA
KELOMPOK 15:
1. Nizar Arya Putra (13402020)
2. Gunawan Eka P (13402056)
3. Mariena Syamsu U (13402076)
Asisten:
Ari
Operator : Bonaventura
Operator : Bonaventura
Tangan Kiri jumlah Tangan Kanan jumlah
memegang 54 memutar 7
memutar 7 memasang 4
menaruh 1 mencari 9
mengarahkan 1 memilih 8
membalik 1 memegang 5
mambawa 3
merakit 16
mengarahkan 7
lepas rakit 4
memalu 1
Operator : Aziz
loading proses unloading
waktu elemen gerakan waktu elemen gerakan waktu elemen gerakan
0:00 nandain 1:48 drill 2:53 matiin mesin
0:10 ambil plat 2:43 ngasi coolant 2:57 longgarin ragum
0:15 taruh plat 1:05 3:00 bersihin plat
0:22 ngendorin poros ragum 0:13
0:28 taruh plat di ragum 4:08 drill
0:41 positioning pahat 5:07 ngasih coolant 5:25 matiin mesin
0:47 ngencengin ragum 5:20 naikin pahat 5:28 ngeliat lubang
1:02 ngencengin dudukan 1:17 5:33 bersihin plat
1:15 positioning pahat 5:45 ngecek plat
1:24 nyari alat 7:01 drill 0:27
1:37 ngasi coolant 7:23 ngasih coolant
1:42 nyalain mesin 7:33 naikin pahat 7:35 matiin mesin
1:48 0:34 7:40 ngebersihin plat
7:44 taruh kuas
3:06 taruh plat 8:15 drill 0:11
3:13 positioning pahat 8:53 naikin pahat
3:20 ngencengin ragum 0:39 8:54 matiin mesin
3:23 positioning pahat 8:58 bersihin plat
3:41 ngencengin dudukan 9:01 ngelepas ragum
3:45 positioning pahat 9:07 taruh plat
3:54 ngambil coolant 9:10 bersihin ragum
3:59 ngasih coolant 9:21 selesai
4:01 nyalain mesin 0:27
1:02
5:52 taruh plat
5:54 ngencengin ragum total loading 4:28
6:01 geser tempat dudukan total proses : 3;35
6:06 positioning pahat total unloading : 0:27
6:49 ambil coolant
6:54 nyalain mesin
1:09
7:46 muter plat
7:50 ngencengin ragum
7:55 positioning pahat
8:00 geser dudukan
8:02 positioning pahat
8:10 ngasih coolant
8:12 nyalain mesin
0:29
BAB II
ANALISIS
600
580
560
Waktu (detik)
540
520
500
480
460
440
1 2
Operator ke-
3
Nilai
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
-1
Menit ke-
Igun Aziz
Dari kurva Konsumsi Energi di atas maka dapat diketahui bahwa secara umum Operator 2
(Igun) mengkonsumsi energi lebih besar bila dibandingkan dengan Operator 1 (Aziz).
Total Konsumsi Energi :
Operator 1 : -0,27968 kilokalori
Operator 2 : 11,67535 kilokalori
Rata-rata konsumsi energi :
Operator 1 : -0,03108 kilokalori / 9 menit
= -0.00345 Kkal/menit
Operator 2 : 1,167535 kilokalori / 10 menit
= 0,1167 Kkal/menit
Dari total konsumsi energi yang tertera di atas,maka kita dapat mengetahui bahwa operator 1
membutuhkan energi sebesar 11,67 kilokalori untuk mengerjakan proses drilling. sedangkan
operator 2 untuk operasi yang sama memerlukan energi sebesar -0,279 kilokalori. Untuk operator
1 secara bebas dapat diinterpretasikan bahwa ia tidak membutuhkan energi, namun justru
menghasilkan energi dalam proses drilling ini. Secara Logika perhitungan konsumsi energi untuk
operator 1 tidak masuk akal, karena pasti dalam melakukan suatu kegiatan apapun manusia
membutuhkan energi.
Kesalahan perhitungan yang terjadi, dapat disebabkan oleh :
- Kesalahan pada pengukuran / pengamatan
Seringkali angka pada pulsemeter berubah dengan drastis dan cepat, ini bisa
menyebabkan terjadinya kesalahan pada pengamatan. Juga karena operatornya terus
bergerak dan pengamat harus selalu mengikuti gerakannya, sehingga memungkinkan
terjadi kesalahan dalam pengamatan.
- Kesalahan pada alat ukur
Dalam hal ini yang digunakan untuk mengukur denyut jantung (pulsemeter), seringkali
angka yang tercantum pada layar pulsemeter berubah secara drastis.Sensor tidak
bersentuhan secara langsung dengan kulit operator sehingga terjadi salah pengukuran oleh
alat.
- Kesalahan pada Operator
Pada praktikum ini operator bekerja dalam kondisi yang tidak normal. Hal ini dapat
dilihat dengan adanya video kamera yang merekam setiap gerakan operator. Juga faktor
lain, seperti teman-teman yang mengamati praktikum cenderung menganggu operator
dalam melakukan kerjanya. Secara langsung hal ini akan mempengaruhi irama detak
jantung operator, sehingga terjadi kesalahan dalam perhitungan.
- Kesalahan pada metode
Pada dasarnya kerja fisik yang dapat diukur melalui besarnya konsumsi energi, yang
dapat dideteksi melalui perubahan :
☼ Konsumsi Oksigen
☼ Denyut jantung
☼ Peredaran darah dalam paru-paru
☼ Temperatur tubuh
☼ Konsentrasi Asam Laktat dalam darah
☼ Komposisi kimia dalam darah dan air seni
☼ Tingkat penguapan dan faktor lainnya.
Dalam perhitungan dalam praktikum ini, kita hanya memperhatikan satu faktor
perubahan yaitu denyut jantung, sedangkan secara umum denyut jantung tidak saja
menandakan konsumsi energi yang terjadi. Beberapa hal yang mempengaruhi denyut
jantung yaitu jumlah hormon dalam darah (misal : hormon adrenalin), level of stress, dan
keadaan mental lainnya. Sehingga perhitungan dengan hanya memperhatikan satu
faktornya menyebabkan perhitungan menjadi tidak valid.
b. Stasiun Inspeksi
1). Berdasarkan Waktu
1280
1260
Waktu (detik)
1240
1220
1200
1180
1160
1 2
Operator ke-
Berdasarkan Kurva Perbandingan waktu di atas, maka dapat dilihat bahwa Operator II
(Bona) menghabiskan waktu lebih banyak jika dibandingkan dengan operator I (Hendri).
Adapun perbedaan waktu ini dapat disebabkan oleh perbedaan keterampilan
operator. Namun, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh kelompok kami, maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan (skill) kedua operator cenderung sama, dalam artian tidak
ada perbedaan yang signifikan.
Perbedaan waktu juga dapat disebabkan karena perbedaan tingkat ketelitian yang
dimiliki operator dalam menginspeksi benda kerja. Walaupun tidak dapat disimpulkan secara
langsung bahwa waktu yang lama sebanding dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi,
namun kecenderungan umum mengacu pada pernyataan tersebut.
Kedua operator inspeksi pada praktikum berada dalam kondisi kerja yang tidak
normal. Adanya video kamera dan teman-teman yang mengamati dengan intens, dapat
menyebabkan operator bekerja dengan tidak semestinya. Kemungkinan besar operator
berlaku dengan tidak wajar, seperti misalnya berusaha semaksimal mungkin untuk
menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat, walaupun akhirnya pekerjaan tersebut menjadi
tidak optimal, ataupun justru pekerjaannya menjadi semakin lambat, karena melakukan
banyak kesalahan.
2.5
1.5
1
Nilai
0.5
0
0 5 10 15 20 25
-0.5
-1
-1.5
Menit
Bona Hendri
Berdasarkan kurva Konsumsi Energi di atas maka dapat diketahui bahwa secara umum
operator 2 (Bona) mengkonsumsi energi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan operator 1
(Hendri).
Total konsumsi energi :
Operator I : 0,5 kilokalori
Operator II : 19,7 kilokalori
Rata-rata konsumsi energi :
Operator 1 : 0,025378 kilokalori / 20 menit
= 0.000126 Kkal/menit
Operator 2 : 0.938425 kilokalori / 21 menit
= 0,044 Kkal/menit
Dari total konsumsi energi yang tertera di atas,maka kita dapat mengetahui bahwa operator I
membutuhkan energi sebesar 0,5 kilokalori untuk mengerjakan proses inspeksi. sedangkan
operator II untuk operasi yang sama memerlukan energi sebesar 19,2 kilokalori.
Secara perbedaan konsumsi energi yang cukup signifikan ini dapaat terjadi karena kondisi
badan kedua operator (fit atau tidak fit). Perbedaan tingkat keterampilan dari kedua operator juga
dapat mempengaruhi kinerja pekerjaannya. Pekerja yang terampil biasanya dapat melakukan
pekerjaannya dengan wajar (tanpa peningkatan denyut jantung yang signifikan).
Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi,antara lain :
- Kesalahan pada pengukuran / pengamatan
Seringkali angka pada pulsemeter berubah dengan drastis dan cepat, ini bisa
menyebabkan terjadinya kesalahan pada pengamatan. Juga karena operatornya terus
bergerak dan pengamat harus selalu mengikuti gerakannya, sehingga memungkinkan
terjadi kesalahan dalam pengamatan.
- Kesalahan pada alat ukur
Dalam hal ini yang digunakan untuk mengukur denyut jantung (pulsemeter), seringkali
angka yang tercantum pada layar pulsemeter berubah secara drastis.Sensor tidak
bersentuhan secara langsung dengan kulit operator sehingga terjadi salah pengukuran oleh
alat.
- Kesalahan pada Operator
Pada praktikum ini operator bekerja dalam kondisi yang tidak normal. Hal ini dapat dilihat
dengan adanya video kamera yang merekam setiap gerakan operator. Juga faktor lain,
seperti teman-teman yang mengamati praktikum cenderung menganggu operator dalam
melakukan kerjanya.
- Kesalahan pada metode
Pada dasarnya kerja fisik yang dapat diukur melalui besarnya konsumsi energi, yang dapat
dideteksi melalui perubahan :
☼ Konsumsi Oksigen
☼ Denyut jantung
☼ Peredaran darah dalam paru-paru
☼ Temperatur tubuh
☼ Konsentrasi Asam Laktat dalam darah
☼ Komposisi kimia dalam darah dan air seni
☼ Tingkat penguapan dan faktor lainnya.
Dalam perhitungan dalam praktikum ini, kita hanya memperhatikan satu faktor
perubahan yaitu denyut jantung, sedangkan secara umum denyut jantung tidak saja
menandakan konsumsi energi yang terjadi. Beberapa hal yang mempengaruhi denyut
jantung yaitu jumlah hormon dalam darah (misal : hormon adrenalin), level of stress, dan
keadaan mental lainnya. Sehingga perhitungan dengan hanya memperhatikan satu
faktornya menyebabkan perhitungan menjadi tidak valid.
2500
W ak tu (d etik )
2000
1500
1000
500
0
1 2
Operator ke-
1
N il a i
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
-1
-2
-3
Menit
Bona Hendri
Berdasarkan kurva Konsumsi Energi di atas maka dapat diketahui bahwa secara umum
operator 1 (Hendri) mengkonsumsi energi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan operator 2
(Bona).
Total konsumsi energi :
Operator I : 6,711 kilokalori
Operator II : -17,0406 kilokalori
Rata-rata konsumsi energi :
Operator 1 : 0,268458 kilokalori / 25 menit
= 0.01074 Kkal/menit
Operator 2 : -0,48687kilokalori / 35 menit
= -0,014 Kkal/menit
Dari total konsumsi energi yang tertera di atas,maka kita dapat mengetahui bahwa operator 1
membutuhkan energi sebesar 6,711 kilokalori untuk mengerjakan proses drilling. sedangkan
operator 2 untuk operasi yang sama memerlukan energi sebesar -17,0406 kilokalori.
Untuk operator 2 secara bebas dapat diinterpretasikan bahwa ia tidak membutuhkan energi,
namun justru menghasilkan energi dalam proses perakitan ini. Secara Logika perhitungan
konsumsi energi untuk operator 1 tidak masuk akal, karena pasti dalam melakukan suatu kegiatan
apapun manusia membutuhkan energi.
Kesalahan perhitungan yang terjadi, dapat disebabkan oleh :
- Kesalahan pada pengukuran / pengamatan
Seringkali angka pada pulsemeter berubah dengan drastis dan cepat, ini bisa
menyebabkan terjadinya kesalahan pada pengamatan. Juga karena operatornya terus
bergerak dan pengamat harus selalu mengikuti gerakannya, sehingga memungkinkan
terjadi kesalahan dalam pengamatan.
- Kesalahan pada alat ukur
Dalam hal ini yang digunakan untuk mengukur denyut jantung (pulsemeter), seringkali
angka yang tercantum pada layar pulsemeter berubah secara drastis.Sensor tidak
bersentuhan secara langsung dengan kulit operator sehingga terjadi salah pengukuran oleh
alat.
- Kesalahan pada Operator
Pada praktikum ini operator bekerja dalam kondisi yang tidak normal. Hal ini dapat dilihat
dengan adanya video kamera yang merekam setiap gerakan operator. Juga faktor lain,
seperti teman-teman yang mengamati praktikum cenderung menganggu operator dalam
melakukan kerjanya. Secara langsung hal ini akan mempengaruhi irama detak jantung
operator, sehingga terjadi kesalahan dalam perhitungan.
- Kesalahan pada metode
Pada dasarnya kerja fisik yang dapat diukur melalui besarnya konsumsi energi, yang dapat
dideteksi melalui perubahan :
☼ Konsumsi Oksigen
☼ Denyut jantung
☼ Peredaran darah dalam paru-paru
☼ Temperatur tubuh
☼ Konsentrasi Asam Laktat dalam darah
☼ Komposisi kimia dalam darah dan air seni
☼ Tingkat penguapan dan faktor lainnya.
Dalam perhitungan dalam praktikum ini, kita hanya memperhatikan satu faktor
perubahan yaitu denyut jantung, sedangkan secara umum denyut jantung tidak saja
menandakan konsumsi energi yang terjadi. Beberapa hal yang mempengaruhi denyut
jantung yaitu jumlah hormon dalam darah (misal : hormon adrenalin), level of stress, dan
keadaan mental lainnya. Sehingga perhitungan dengan hanya memperhatikan satu
faktornya menyebabkan perhitungan menjadi tidak valid.
Berdasarkan tabel 2.1 di atas maka dapat disimpulkan :
Tingkat pekerjaan yang dilakukan oleh kedua operator tergolong Very light atau
sangat ringan.
Inspeksi
1 Perakitan
Drill
-10 -5 0 5 10 15
Konsumsi Energi
4.5
3.5
2.5
N il a i
1.5
0.5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Me nit
Pada kurva diatas, kita lihat pada saat beristirahat justru terjadi kenaikan energi expenditure,
hal ini ditandai dengan kenaikan detak jantung. Energi expenditure yang diperlukan operator saat
melakukan pekerjaan berkisar antara 2 – 3,5. sedangkan saat operator beristirahat secara umum
tidak terlihat penurunan energi expenditure yang signifikan.
5
N ilai
0
0 5 10 15 20 25
Menit
Pada kurva Work-Rest cycle ini, terjadi penurunan energi expenditure saat operator sedang
beristirahat. Pada umumnya walaupun operator sudah beristirahat, namun ia akan kesulitan untuk
mencapai kondisi badan semula. Hal ini juga terlihat pada kurva di atas, garis merah tidak
mencapai posisi awal dari permulaan garis biru (yang menandakan kondisi awal sebelum
bekerja). Oleh karena itu apabila operator melanjutkan pekerjaannya yang sama selama
berulang, operator akan mengalami kelelahan (fatigue), dan semakin jauh titik akhir dengan titik
awalnya, maka pemulihan untuk mencapai kondisi badan sebelum bekerja akan semakin sulit.
Keadaan normal badan seperti sebelum melakukan pekerjaan biasanya dapat dicapai kembali
bila beristirahat total (tidur).
3.5
2.5
N ilai
1.5
0.5
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Menit
Kurva di atas menunjukan penurunan energi expenditure saat melakukan proses, hal ini dapat
disebabkan oleh kesalahan pengukuran dan/atau metode. Saat operator sedang beristirahat
terlihat terjadi penurunan energi ekspenditure yang cukup signifikan bahkan lebih rendah jika
dibandingkan dengan kondisi awal. Intrepretasi bebas terhadap kondisi ini antara lain adalah
bahwa waktu istirahat selama 10 menit dirasa berlebihan oleh kondisi badan operator, sehingga
bisa memulihkan kondisi tubuhnya secara penuh.
4.5
3.5
2.5
N ilai
1.5
0.5
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Menit
Kurva di atas secara umum menunjukan peningkatan secara linear. Artinya waktu istirahat
tidak banyak berguna bagi operator karena justru meningkatan nilai energi expenditure operator.
Walaupun mungkin pada awala istirahat terjadi penurunan, namun kemudian disertai dengan
kenaikan nilai kembali. Mungkin dalam waktu istirahatnya tersebut operator masih merasakan
beban mental akibat pekerjaan yang sudah dilakukan. Kemungkinan lain adalah kesalahan
pengamatan dan/atau metode (yang telah diterangkan di atas).
Kurva Work-Rest Cycle Perakitan 1 (Hendry)
4
N ilai
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Menit
Kurva diatas menunjukan bahwa secara umum terjadi penurunan energi ekspenditure saat
operator sedang melakukan pekerjaannnya. Hal ini bisa dilihat jika kita memperhatikan titik awal
permulaan bekerja dengan titik akhirnya. Pada waktu istirahat justru terjadi kenaikan energi
ekspenditure operator, hal ini mungkin disebabkan karena beban mental setelah melakukan
perakitan (karena hasil perakitan ragum tidak berfungsi sebagaimana mestinya). Namun setelah
beberapa menit operator dapat mengembalikan kondisi badannya ke keadaan semula.
4
N ila i
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Menit
Pada kurva dapat dilihat terjadi beberapa penurunan nilai yang signifikan, kemungkinan hal ini
disebabkan karena operator berusaha untuk menenangkan diri, karena tekanan dari teman-teman
yang mengatakan bahwa waktu sudah berjalan dengan cukup lama, sedangkan masih banyak
part yang belum dirakit. Pada saat beristirahat secara umum terjadi penurunan nilai. Lonjakan
nilai yang terjadi saat istirahat, kemungkinan disebabkan karena operator sedang berpikir sebagai
usaha untuk mengisi kuesioner beban psikologi.
Seperti analisis yang sudah diungkapkan di atas, banyak faktor yang bisa menyebabkan
kesalahan-kesalahan ang terjadi dalam penentuan Work-Rest Cycle ini, diantaranya :
- Kesalahan pada pengukuran / pengamatan
Seringkali angka pada pulsemeter berubah dengan drastis dan cepat, ini bisa menyebabkan
terjadinya kesalahan pada pengamatan. Juga karena operatornya terus bergerak dan pengamat
harus selalu mengikuti gerakannya, sehingga memungkinkan terjadi kesalahan dalam
pengamatan.
- Kesalahan pada alat ukur
Dalam hal ini yang digunakan untuk mengukur denyut jantung (pulsemeter), seringkali angka
yang tercantum pada layar pulsemeter berubah secara drastis.Sensor tidak bersentuhan secara
langsung dengan kulit operator sehingga terjadi salah pengukuran oleh alat.
- Kesalahan pada Operator
Pada praktikum ini operator bekerja dalam kondisi yang tidak normal. Hal ini dapat dilihat dengan
adanya video kamera yang merekam setiap gerakan operator. Juga faktor lain, seperti teman-
teman yang mengamati praktikum cenderung menganggu operator dalam melakukan kerjanya.
Secara langsung hal ini akan mempengaruhi irama detak jantung operator, sehingga terjadi
kesalahan dalam perhitungan.
- Kesalahan pada metode
Pada dasarnya kerja fisik yang dapat diukur melalui besarnya konsumsi energi, yang dapat
dideteksi melalui perubahan :
☼ Konsumsi Oksigen
☼ Denyut jantung
☼ Peredaran darah dalam paru-paru
☼ Temperatur tubuh
☼ Konsentrasi Asam Laktat dalam darah
☼ Komposisi kimia dalam darah dan air seni
☼ Tingkat penguapan dan faktor lainnya.
Dalam perhitungan dalam praktikum ini, kita hanya memperhatikan satu faktor perubahan
yaitu denyut jantung, sedangkan secara umum denyut jantung tidak saja menandakan konsumsi
energi yang terjadi. Beberapa hal yang mempengaruhi denyut jantung yaitu jumlah hormon dalam
darah (misal : hormon adrenalin), level of stress, dan keadaan mental lainnya. Sehingga
perhitungan dengan hanya memperhatikan satu faktornya menyebabkan perhitungan menjadi
tidak valid.
R = T(W-S)
W-1,5
Dengan rumusan di atas, kita dapat menentukan besarnya waktu istirahat bagi masing-
masing operator dalam praktikum
Pada perbandingan skor rata-rata beban kerja mental pada ketiga stasiun kerja di atas, skor
rata-rata tertinggi terdapat pada stasiun kerja perakitan. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis
kegiatan operasi akan sangat menentukan beban kerja mental yang dialami pekerja. Kegiatan
yang membutuhkan ketelitian tinggi seperti merakit ragum yang membutuhkan ketelitian dan
memakan waktu yang lama untuk setiap merakit satu produk memberi dampak terhadap beban
mental yang lebih besar daripada kegiatan yang hanya membutuhkan pengamatan seperti
kegiatan inspeksi. Beban mental yang besar pada pekerjaan merakit ini disebabkan oleh aktivitas
melihat, mencari, memasang, dan merakit yang membutuhkan kerja otak yang lebih besar. Urutan
pemasangan yang hanya mempunyai satu cara membuat pekerja sering melakukan kesalahan
pemasangan dan menimbulkan rasa bosan terhadap pekerja, apalagi ditambah pemasangan
yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Kejenuhan dan perasaan kurang puas terhadap
hasil kerja juga dapat dimasukkan dalam kategori aktivitas mental yang memberi kontribusi cukup
besar terhadap peningkatan beban kerja psikologis seseorang.
Pada stasiun kerja drill, ternyata beban kerja yang diterima oleh operator lebih kecil daripada
beban kerja yang diterima operator stasiun kerja perakitan. Hal tersebut terjadi karena pada
stasiun operasi drill lebih dibutuhkan aktivitas fisik seperti mengencangkan ragum, memasang
benda kerja, dan menemptakan mata pahat. Walaupun aktifitas fisik lebih dominant, beban kerja
mental yang diterima juga cukup besar ketika operator melakukan set-up benda kerja untuk
menentukan lubang yang akan dibuat, proses tersebut memerlukan ketelitian yang cukup tinggi
karena harus menghasilkan lubang yang presisi dan akurat.
Pada stasiun kerja inspeksi, beban kerja mental yang dibutuhkan paling kecil dibandingkan
stasiun kerja lainnya, hal tersebut disebabkan kebutuhan aktivitas fisik dan mental yang lebih kecil
daripada stasiun kerja lainnya. Operator inspeksi lebih membutuhkan ketelitian dan pengamatan
yang bagus sehingga dalam melaksanakan seleksi terhadap produk lebih baik.
3. Kelelahan kerja
Kelelahan kerja merupakan faktor fisik yang berpotensi terhadap menurunnya
performansi kerja. Semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Kelelahan
kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya
kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri.
Pembebanan otot secara statis (static muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu
yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries) yaitu nyeri otot, tulang,
tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive).
Dalam praktikum ini, operator yang melakukan kerja perakitan ragum mengalami rasa pegal
pada sekitar bagian lengan dan punggung setelah selesai merakit ragum karena pekerjaan ini
membutuhkan aktivitas fisik yang cukup banyak dan repetitive atau berulang seperti
memasang dan mengencangkan baut dengan kunci L. Jika pekerjaan semacam ini diteruskan
dalam jangka waktu yang cukup lama maka kemungkinan nyeri otot sangat mungkin terjadi
dan akan menimbulkan penurunan dalam performansi kerja. Karakteristik kelelahan kerja
akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan yang dilakukan, sedangkan menurunnya
rasa lelah (recovery) didapat dengan memberikan istirahat yang cukup.
Kelelahan otot dapat menurunkan performansi kerja dengan penjelasan sebagai
berikut : dalam suasana kerja dengan otot statis, aliran darah agak menurun sehingga asam
laktat terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan otot lokal, di samping itu juga dikarenakan
beban otot yang tidak merata pada sejumlah jaringan tertentu misalnya beban otot pada
tangan kanan lebih dominan digunakan daripada tangan kiri akibatnya akan mempengaruhi
kinerja seseorang yang semakin menurun.
Kelelahan secara umum yang mempengaruhi performansi kerja seseorang di
antaranya dapat disebutkan sebagai berikut: kelelahan visual, kelelahan seluruh tubuh,
kelelahan mental, kelelahan urat saraf, stress dan rasa malas bekerja. Kelelahan visual dapat
dihubungkan dengan salah satu faktor kondisi lingkungan kerja yaitu pencahayaan.
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat objek secara jelas,
cepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan pencahayaan yang baik akan makin
diperlukan apabila kita mengerjakan suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena
penglihatan. Dari ketelitian inilah, baik/buruknya performansi kerja seseorang dapat diukur.
Tingkat pencahayaan yang tidak memadai atau terlalu suram akan mengakibatkan mata
pekerja makin cepat lelah karena mata akan berusaha untuk bisa melihat dimana lelahnya
mata mengakibatkan kelelahan mental, lebih jauh lagi keadaan tersebut dapat menimbulkan
rusaknya mata karena dapat menyilaukan. Bila hal ini terjadi lama-kelamaan performansi
kerja seseorang akan menurun dengan sendirinya. Pada pekerjaan perakitan yang
membutuhkan ketelitian tinggi dalam pemasangan baut dan penyusunan part per part hingga
membentuk satu produk, membutuhkan pencahayaan yang memadai sekitar 300 LUX. Bila
tingkat pencahayaan kurang dari ini, ketelitian akan berkurang secara linear seiring
berkurangnya pencahayaan sedangkan bila lebih dari itu akan menimbulkan dampak yang
menyilaukan. Kedua hal tersebut bila tidak segera diatasi akibatnya akan menurunkan
performansi kerja operator. Kelelahan visual juga disebabkan oleh seringnya akomodasi
mata. Kemampuan mata untuk dapat melihat objek dengan jelas ditentukan oleh ukuran
objek, derajat kontras (perbedaan derajat terang relatif antara objek sekelilingnya) di antara
objek dan sekelilingnya, luminensi (arus cahaya yang dipantulkan objek) dan lamanya
melihat. Efektifitas mata untuk bias melihat objek ditentukan oleh letak sumber cahaya
tersebut yaitu sumber cahaya harus mengenai objek yang akan dilihat kemudian dipantulkan
oleh objek tersebut ke mata kita sehingga objek dapat terlihat. Faktor-faktor pencahayaan ini
perlu diperhatikan dalam memperbaiki performansi kerja seseorang.
Rasa bosan juga dikategorikan sebagai kelelahan, merupakan manifestasi dari reaksi
adanya suasana yang monoton atau kurang bervariasi. Faktor psikologis ini sering timbul
dalam industri niaga dengan kondisi kerja yang berulang-ulang. Untuk mengatasi kebosanan
yang dapat menurunkan performansi kerja ini dapat dilakukan dengan memberi waktu
kelonggaran kepada pekerja terutama untuk memenuhi kebutuhan pribadinya dan untuk
menghilangkan fatigue. Misalnya: acara istirahat minum teh di antara waktu kerja, menobrol
sejenak dengan sesame pekerja, dan lain-lain.
Stress yang diakibatkan oleh menegangnya urat saraf adalah faktor penurun
performansi kerja yang paling sering terjadi. Penyebabnya terutama adalah kebisingan yaitu
bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita karena terutama dalam jangka panjang
bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran,
miscommunication, stress, bahkan menurut penyelidikan kebisingan serius bisa
menyebabkan kematian. Stress dapat terjadi mulai pada tingkat kebisingan 70 desibel yang
dapat ditemui pada kantor gaduh dan perusahaan pada umumnya. Stress yang berlebihan
dapat menyebabkan meningkatnya rasa frustasi dan berdampak pada kelelahan mental.
Stress menyebabkan pekerjaan yang seharusnya mudah dan sederhana terlihat sulit dan
kompleks, bila ini terjadi secara berkelanjutan akan menghalangi keberhasilan seseorang
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan kata lain menurunkan
performansi kerja. Tingkat kebisingan yang ideal untuk bekerja tanpa menimbulkan stress
yaitu pada tingkat yang tidak lebih dari 40 desibel. Penyebab stress lainnya yaitu adanya
tekanan target waktu (temporal demand) yang dituntut dari suatu pekerjaan misalnya produksi
banyak dalam waktu singkat karena adanya pemesanan yang mendesak. Bila stress ini tidak
dimanage dengan baik misalnya dengan penambahan sumber daya manusia dan mesin,
kualitas kerja dan performansi kerja akan menurun
Jadi, faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi performansi kerja dapat berupa faktor
internal seperti stress, bosan,lelah fisik, mengantuk dan sebagainya atau dapat juga berasal
dari faktor eksternal seperti kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja yang mendukung
dalam peningkatan performansi kerja seseorang adalah yang sesuai dengan prinsip ENASE
(Efektif, Nyaman, Aman, Sehat dan Efisien) yang diterapkan pada berbagai faktor eksternal
seperti pencahayaan, temperatur, getaran mekanis, dan sebagainya. Ketidaknyamanan pada
lingkungan kerja akan mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian
pada tubuh manusia. Lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat dapat meningkatkan
keefektifan dan keefisienan dalam bekerja yang pada akhirnya menghasilkan kinerja yang baik
dan berkualitas.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Kesalahan perhitungan dapat terjadi dikarenakan kesalahan pada pengukuran/pengamatan,
kesalahan pada alat ukur, kesalahan pada operator, dan yang lebih fatal yaitu kesalahan
pemilihan metode
2. Ketiga stasiun kerja diatas termasuk dalam kategori pekerjaan yang very light atau sangat
ringan ditinjau dari kecepatan denyut jantung
3. Dari ketiga stasiun kerja tersebut, pekerjaan yang mengkonsumsi energi paling banyak adalah
stasiun kerja inspeksi, sedangkan yang paling kecil adalah stasiun kerja perakitan.
4. Dari perhitungan beban kerja mental menggunakan metode NASA TLX, stasiun kerja
perakitan merupakan stasiun kerja yang menimbulkan beban kerja mental yang paling tinggi,
sedangkan stasiun kerja inspeksi menimbulkan beban kerja mental yang paling sedikit.
5. Faktor yang berpengaruh terhadap performansi kerja adalah karakteristik manusia,
kewaspadaan, kelelahan kerja dan kondisi lingkungan kerja.
3.2 Saran
1. Sebaiknya operator yang dipakai di dalam praktikum merupakan operator yang sudah ahli dan
berpengalaman, sehingga tidak terjadi kesalahan proses operasi yang dapat menghasilkan
data yang tidak akurat.
2. Pengambilan data sebaiknya dilakukan dengan teliti, dan penuh kecermatan sehingga data
yang ada tidak bias. Pemakaian alat yang baik sangat mendukung di dalam pengambilan
data. Apabila alatnya kurang baik, akan menghasilkan data yang kurang akurat juga.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sutalaksana, Iftikar Z. Teknik Tata Cara Keja, MTI ITB, 1979
2. Niebel, B.W. Methods, Standards, and Work Design, 9th :Mc Graw Hill, New York, 1993
3. Modul Praktikum PTI, Pengukuran Antropometri dan Biomekanika, Lab PSK&E, 2004