Anda di halaman 1dari 27

Penerapan Metode Waterfall Pada Desain

Sistem Informasi Geografis Industri Kabupaten Tegal

Di Susun oleh:
Moch Akbar Syahidan Nurjaman

Npm:202110215142
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
ABSTRAK

Kabupaten Tegal memiliki berbagai industri yang tersebar di 18 Kecamatan, industri-industri


tersebutlah yang dapat menopang laju perekonomian pada Kabupaten Tegal. Pemerintah
Kabupaten Tegal dalam melakukan pendataan industri tersebut masih mengandalkan sensus yang
dilakukan secara manual. Data yang ditampilkan dari hasil sensus tersebutpun masih tersentral
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan informasinya hanya berupa tabel-tabel tanpa
visualisasi yang menarik. Kurangnya informasi industri yang disampaikan kepada masyarakat,
menyebabkan industri- industri yang ada di Kabupaten Tegal kurang dikenal oleh masyarakat luas
sehingga pangsa pasar industri Kabupaten Tegalpun tidak maksimal, disamping itu juga peluang
untuk mendapatkan investor guna pengembangan usahapun menjadi terbatas. Sistem Informasi
Geografis merupakan sistem komputer yang dapat merekam, menyimpan, menulis, menganalisis
dan menampilkan data geografis. Dengan menggunakan metode Waterfall maka rancangan sistem
informasi geografis dapat memberikan informasi mengenai profil industri, jenis produksi, nilai
investasi, peta industri dan lokasi industri disetiap desa maupun kecamatan yang ada di kabupaten
Tegal.

I. PENDAHULUAN
Kabupaten Tegal memiliki berbagai industri yang tersebar di 18 Kecamatan, industri-
industri tersebutlah yang dapat menopang laju perekonomian pada Kabupaten Tegal.
Sentra*) penulis korespondensi (Ginanjar Wiro Sasmito)
Email: anjar.dosen@gmail.com industri tersebut digolongkan dalam 15 jenis, antara lain :
(1) Industri makanan dan minuman; (2) Industri pengolahan tembakau; (3) Industri tekstil
dan pakaian jadi; (4) Industri kayu, kertas dan kulit; (5) Industri pencetakan; (6) Industri
produk batu bara dan pengilangan minyak bumi; (7) Industri bahan kimia; (8) Industri
farmasi; (9) Industri karet; (10) Industri logam dan barang logam; (11) Industri elektronik;
(12) Industri peralatan listrik; (13) Industri furnitur; (14) Industri mesin; (15) Industri
pertanian dan perkebunan.

Pemerintah Kabupaten Tegal dalam melakukan pendataan industri tersebut masih


mengandalkan sensus yang dilakukan secara manual. Data yang ditampilkan dari hasil
sensus tersebutpun masih tersentral dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan
informasinya hanya berupa tabel-tabel tanpa visualisasi yang menarik.

Pemerintah Kabupaten Tegal dalam menyampaikan informasi industri sebenarnya telah


menggunakan website yang terdapat pada http://www.tegalkab.go.id, namun informasi
pada website tersebut masih sangat terbatas dan belum bisa mencakup sesuai dengan
hasil sensus, hal inilah yang menyebabkan kebutuhan informasi masyarakat belum dapat
terpenuhi. Kurangnya informasi industri yang disampaikan kepada masyarakat menjadi
salah satu penyebab industri-industri yang ada di kabupaten Tegal kurang dikenal oleh
masyarakat luas sehingga pangsa pasar industri pada Kabupaten Tegalpun tidak
maksimal, disamping itu juga peluang untuk mendapatkan investor guna pengembangan
usaha menjadi terbatas.

Sistem Informasi Geografis merupakan sistem komputer yang dapat merekam,


menyimpan, menulis, menganalisis dan menampilkan data geografis [1]. Sistem Informasi
Geografis (SIG) secara sederhana adalah suatu teknologi sebagai alat bantu (tools) yang
sangat esensial dalam menyimpan, memanipulasi, menganalisis, menampilkan kembali
kondisi- kondisi alam dengan bantuan data atribut dan spasial. SIG merupakan sistem
kompleks yang umumnya terintegrasi dengan sistem komputer lainnya di tingkat fungsional
dan jaringan [2].

Dibutuhkan sebuah media yang dapat mempublikasikan industri-industri yang terdapat


di Kabupaten Tegal dengan visualisasi yang menarik dan dapat diakses dimanapun,
adapun media yang dapat memberikan solusi atas permasalahan tersebut adalah website.
Dengan rancangan sistem informasi geografis berbasis website ini maka diharapkan lokasi
industri, peta, titik koordinat, profil industri, foto satelit, data produsen dan data produk
industri pada Kabupaten Tegal dapat dirancang dengan menggunakan sebuah visualisasi
yang lebih menarik, disamping itu juga dapat menampilkan rancangan publikasi informasi
mengenai jenis produk, nilai produksi industri pada setiap desa atau kecamatan dalam
setiap bulan dan setiap tahun menggunakan visualisasi berupa grafik.

II. PENELITIAN YANG TERKAIT


Dalam penelitian yang berjudul “ Perancangan Sistem Informasi Geografis (SIG)
Pariwisata di Provinsi Lampung “ telah menghasilkan sebuah sistem berbasis web yang
dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai lokasi objek wisata yang ada di
Provinsi Lampung beserta fasilitas pendukungnya. Informasi yang disajikan pada web ini
meliputi informasi obyek wisata, peta wisata, kegiatan, tour & travel agent, hotel, restaurant,
toko souvenir, dan sanggar seni [3].

Penelitian dengan judul “Perancangan Dan Implementasi Sistem Informasi Geografis


Berbasis Web Produktivitas Lahan Perkebunan PT Cahya Vidi Abadi Unit Kebun Cahya
Selatan“ telah menghasilkan aplikasi sistem informasi geografis berbasis web yang dapat
membantu mengelola sumberdaya pertanian dan perkebunan seperti luas kawasan untuk
tanaman. Aplikasi yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk melakukan perhitungan
terhadap hasil produksi, disamping itu juga dapat menampilkan data-data produksi per-
bulan dan per-tahun dalam bentuk spasial sehingga data menjadi lebih cepat dianalisis [4].

Penelitian yang berjudul “ Perancangan Dan Implementasi Sistem Informasi Geografis


Kepariwisataan Kota Semarang “ telah menghasilkan basis data yang terdiri dari
pariwisata, kuliner, kecamatan dan kelurahan. Disamping itu juga telah dihasilkan sebuah
rancangan dan aplikasi pemetaan Kepariwisataan berbasis sistem informasi geografis di
Kota Semarang [5].

Dalam penelitian yang berjudul “Perancangan Sistem Informasi Geografis Sebaran


Penduduk Di Kota Lubuklinggau Berbasis Web ” telah dihasilkan sistem informasi geografis
yang menarik dalam bidang kependudukan di Kota Lubuklinggau yang mampu memberikan
informasi bagi masyarakat luas, mampu menampilkan peta, dan mampu menyimpan data.
Penelitian ini juga menghasilkan sebuah Sistem Informasi Geografis sebaran penduduk di
Kota Lubuklinggau berbasis web yang didalamnya terdapat kategori penduduk, lokasi
penduduk dan sebaran penduduk [6].

Penelitian dengan judul “Prototipe Sistem Informasi Pencarian Lokasi Pusat Kesehatan
Masyarakat Berbasis SIG Di Kota Tangerang “ menghasilkan sistem lokasi Puskesmas
berbasis Sistem Informasi Geografis untuk menentukan dan pencarian dimana lokasi
Puskesmas terdekat di wilayah Kota Tangerang menggunakan pendekatan metodologi
LBS (Location Bassed Service), dengan teknik pengujian menggunakan Black Box dan
Experimen, sistem yang nanti juga bisa diakses melalui Android ataupun perangkat yang
memiliki sarana Global Positioning Sistem (GPS) ini diharapkan dapat mempermudah
masyarakat untuk menuju lokasi Puskesmas yang di dalamnya terdapat lokasi puskesmas
terdekat, informasi keberadaan pengguna, dan profile puskesmas yang dituju [7].

Sebuah penelitian dengan judul “ Prototipe Sistem Informasi Geografis Fasilitas


Kesehatan di Kota Cirebon Berbasis Web “ menghasilkan sistem yang dapat dimanfaatkan
untuk menampilkan peta digital yang dapat diakses melalui browser dan dapat
diintegrasikan dengan aplikasi berbasis web. Selain itu dalam peneletian ini AlovMap
difungsikan untuk menampilkan visualisasi informasi yang dapat menghasilkan output di
antaranya berupa peta 5 kecamatan, peta sebaran apotek, laboratorium dan rumah sakit.
Penelitian ini juga menghasilkan sebuah sistem yang dapat melakukan pencarian informasi
fasilitas kesehatan khususnya apotek, laboratorium dan rumah sakit tanpa harus
mendatangi fasilitas kesehatan tersebut.

Penelitian dengan judul "Perencanaan dan Implementasi Sistem Informasi Geografis


Kekurangan Gizi pada Batita di Kecamatan Tingkir Salatiga”. Penelitian tersebut
menghasilkan sebuah sistem yang dapat memberikan informasi kepada Dinas Kesehatan
agar lebih mudah mengetahui daerah yang terjadi kekurangan gizi pada batita, sehingga
dinas kesehatan lebih cepat dalam menangani masalah gizi dan secara visual memberi
kemudahan kepada user karena hasil informasi yang ditampilkan berbentuk gambar
beserta data atributnya. Sistem Informasi Geografis ini juga mampu memberikan informasi
tentang data grafis dan data atribut tentang daerah-daerah yang terjadi kekurangan gizi
ataupun daerah yang bergizi baik [9].

III. METODE PENELITIAN

A. Kerangka Pemikiran
Gbr. 1 Kerangka Pemikiran
Gambar 1 tersebut menunjukan kerangka pemikiran pada penelitian ini.

B. Bahan Penelitian

Data yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penelitian ini adalah hasil sensus yang
terdiri dari: data kecamatan Kabupaten Tegal, data Desa di Kabupaten Tegal, data lokasi
industri, peta, titik koordinat, profil industri, foto satelit, data produsen dan data produk
industri. Data - data penelitian tersebut didapatkan dari berbagai macam sumber,
diantaranya dari hasil sensus, artikel dan wawancara dengan beberapa orang yang
memiliki pengetahuan lebih tentang industri di Kabupaten Tegal.

C. Alat Penelitian

Adapun alat yang digunakan dalam membuat perancangan dan desain sistem informasi
geografis yaitu dengan menggunakan Unified Modeling Language (UML). UML adalah
himpunan struktur dan teknik untuk pemodelan desain program berorientasi objek (OOP)
serta aplikasinya [10]. UML merupakan keluarga notasi grafis yang didukung oleh model-
model tunggal, yang membantu pendeskripsian dan desain sistem perangkat lunak,
khususnya sistem yang dibangun menggunakan pemrograman berorientasi objek [11].

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang diterapkan pada penelitian ini adalah dengan


pengembangan metode waterfall. Metode waterfall merupakan model
pengembangan sistem informasi yang sistematik dan sekuensial [12]. Metode
Waterfall memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut [13] :
1. Requirements analysis and definition
Layanan sistem, kendala, dan tujuan ditetapkan oleh hasil konsultasi dengan
pengguna yang kemudian didefinisikan secara rinci dan berfungsi sebagai spesifikasi
sistem.

2. System and Software design


Tahapan perancangan sistem mengalokasikan kebutuhan-kebutuhan sistem baik
perangkat keras maupun perangkat lunak dengan membentuk arsitektur sistem secara
keseluruhan. Perancangan perangkat lunak melibatkan identifikasi dan penggambaran
abstraksi sistem dasar perangkat lunak dan hubungannya.

3. Implementation and unit testing


Pada tahap ini, perancangan perangkat lunak direalisasikan sebagai serangkaian
program atau unit program. Pengujian melibatkan verifikasi bahwa setiap unit
memenuhi spesifikasinya.

4. Integration and system testing


Unit-unit individu program atau program digabung dan diuji sebagai sebuah sistem
lengkap untuk memastikan apakah sesuai dengan kebutuhan perangkat lunak atau
tidak. Setelah pengujian, perangkat lunak dapat dikirimkan ke customer

5. Operation and maintenance


Biasanya (walaupun tidak selalu), tahapan ini merupakan tahapan yang paling
panjang. Sistem dipasang dan digunakan secara nyata. Maintenance melibatkan
pembetulan kesalahan yang tidak ditemukan pada tahapan-tahapan sebelumnya,
meningkatkan implementasi dari unit sistem, dan meningkatkan layanan sistem
sebagai kebutuhan baru.

Gbr. 2 Metode Waterfall

Gambar 2 adalah bagan metode waterfall yang merupakan metode pengembangan


sistem yang digunakan pada penelitian ini.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Analisa Kebutuhan
I. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang terjadi pada penyebaran informasi industri yang ada di
Kabupaten Tegal diantaranya :

• Data yang didapatkan masih mengandalkan system sensus yang dilakukan secara
manual
• Data hasil sensus masih tersentral dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
dan informasinya hanya berupa tabel-tabel tanpa visualisasi yang menarik
• Informasi pada website Pemerintah Kabupaten Tegal masih sangat terbatas dan
belum bisa mencakup sesuai dengan hasil sensus
• Kurangnya informasi industri yang disampaikan kepada masyarakat menjadi salah
satu penyebab industri-industri yang ada di kabupaten Tegal kurang dikenal oleh
masyarakat luas sehingga pangsa pasar industri pada Kabupaten Tegalpun tidak
maksimal

2) Analisa Sistem

• Pengambilan data secara sensus yang dilakukan dengan cara manual beresiko
terhadap ke-valid-an data yang masih rendah, disamping itu juga efisiensi waktu dan
tenaga juga tidak maksimal
• Data yang dipublikasikan tersentral pada BPS (Badan Pusat Statistik) dan hanya
berupa tabel-tabel menyebabkan informasi yang disampaikan kurang menarik dan
membosankan.
Informasi industri yang tidak terbuka dengan bebas dengan visualisasi yang
terbatas akan berpengaruh pada pangsa pasar industri yang ada di Kabupaten
Tegal dan potensi untuk mendapatkan investor dari luar pun menjadi terbatas.

3) Kebutuhan Data

Data yang dibutuhkan dalam desain sistem informasi geografis ini diantaranya : profil
industri, kepemilikan HaKi, jumlah tenaga kerja, nilai investasi, kapasitas produksi,
nilai produksi, bahan baku produksi, jenis energi yang digunakan, pemasaran,
pameran/promosi dan jenis produksi.

4) Kebutuhan Fungsional

• Proses Login untuk admin


• Proses Login untuk petugas sensus
• Pengelolaan data petugas sensus oleh admin, meliputi : input, update dan delete
• Pengelolaan data profil industri oleh petugas sensus, meliputi : input, update dan
delete
• Pengelolaan data kepemilikan HaKi oleh petugas sensus, meliputi : input, update
dan delete
• Pengelolaan data jumlah tenaga kerja oleh petugas sensus, meliputi : input, update
dan delete
• Pengelolaan data nilai investasi oleh petugas sensus, meliputi : input, update dan
delete
• Pengelolaan data kapasitas produksi oleh petugas sensus, meliputi : input, update
dan delete
• Pengelolaan data nilai produksi oleh petugas sensus, meliputi : input, update dan
delete
• Pengelolaan data bahan baku produksi oleh petugas sensus, meliputi : input,
update dan delete
• Pengelolaan data jenis energi yang digunakan oleh petugas sensus, meliputi :
input, update dan delete
• Pengelolaan data pemasaran oleh petugas sensus, meliputi : input, update dan
delete
• Pengelolaan data pameran/promosi oleh petugas sensus, meliputi : input, update
dan delete
• Pengelolaan data jenis produksi oleh petugas sensus, meliputi : input, update dan
delete
• Pengelolaan data statistik oleh admin, meliputi : input, update dan delete.

B. Desain Sistem

1) Usecase Diagram

Use case diagram merupakan fungsionalitas yang disediakan sistem sebagai unit -
unit yang saling bertukar pesan antar unit atau aktor

2) Activity Diagram

Activity diagram adalah memodelkan alur kerja (workflow) sebuah proses bisnis dan
urutan aktivitas dalam suatu proses.

Gbr. 4 Model Avtivity Diagram Membuka dan Menutup Aplikasi

Gbr. 3 Model Usecase Diagram


Gbr.5 Model Activity Diagram Aplikasi

3) Sequence Diagram

Suatu sequence diagram adalah suatu diagram interaksi yang menekankan pada
pengaturan waktu dari pesan-pesan.

C. Implementasi Sistem

Pada proses implementasi sistem beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain :
menulis pengetahuan yang sudah direpresentasikan (disandikan) dengan bahasa
pemrograman dan mendesain keamanan sistem komputer.

1) Desain Antarmuka

Gbr. 7 Desain Halaman utama


Gbr. 8 Desain Halaman Admin (Website)

Gbr. 9 Desain Halaman Petugas Sensus (Mobile)

2) Penulisan Program

Pembuatan program harus sesuai dengan perancangan dan desain yang telah dibuat
sebelumnya. Dalam penelitian ini, rancangan hasil penelitian adalah membangun aplikasi
dengan dua platform, yakni website dan mobile, oleh karena itu sebaiknya penulisan
program dilakukan menggunakan bahasa pemrograman PHP dengan framework
CodeIgniter dan basis data My SQL untuk platform website dan Ionic Framework, SQLite
untuk platform mobile.

3) Keamanan Sistem Komputer

Keamanan sistem komputer harus memenuhi beberapa aspek agar data dapat
terlindungi dari orang yang tidak berhak menggunakan, sehingga mencegah penyisipan
dan penghapusan data (manipulasi data dari luar sepengetahuan yang berhak),
diantaranya :

a. Confidentiality: Usaha untuk menjaga informasi dari orang-orang yang tidak berhak
mengakses.
b. Privacy: merupakan lebih kearah data-data yang sifatnya privat (pribadi).
c. Integrity: Bahwa informasi tidak boleh diubah tanpa seizin pemilik informasi.
d. Authentication: Berhubungan dengan metode atau cara untuk menyatakan bahwa
informasi betul-betul asli dan tidak ada yang bisa merubah jika tidak memiliki hak
untuk merubah.
e. Availability: Berhubungan dengan ketersediaan data dan informasi ketika dibutuhkan.
f. Access control: Aspek ini berhubungan dengan cara pengaturan akses kepada
informasi.
Rancangan keamanan sistem informasi geografis yang telah dihasilkan pada
penelitian ini telah memenuhi beberapa aspek tersebut, karena rancangan atau desain
aplikasi telah dilengkapi dengan pengisian user id dan password jika akan mengakses
menu administrator.

D. Integrasi dan pengujian sistem


Pengujian integrasi adalah teknik untuk mengkontruksi struktur pogram dengan
melakukan pengujian untuk mengungkap kesalahan sehubungan dengan menggabungkan
modul-modul secara bersama-sama. Integrasi dilakukan dengan pendekatan top-down
terhadap struktur program. Modul diintegrasikan dengan menggerakkan ke bawah melalui
hirarki kontrol yang dimulai dari modul menu utama.

Gbr. 10 Bagan Integrasi Sistem

Pengujian sistem merupakan elemen kritis dari jaminan kualitas perangkat lunak dan
merepresentasikan kajian pokok dari spesifikasi, desain dan pengkodean. Dalam penelitian
ini rancangan pengujian sistem dilakukan dengan melakukan pengujian black-box terhadap
semua fungsi dalam aplikasi.

Pengujian black-box merupakan salah satu pengujian aplikasi atau perangkat


lunak yang berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak. Karena itu uji
coba black-box memungkinkan pengembang software untuk membuat himpunan
kondisi input yang akan melatih seluruh syarat- syarat fungsional suatu program

E. Operasional dan Perawatan


Operasionalisasi dirancang agar dapat dilakukan di Pemerintahan Kabupaten Tegal.
Sedangkan pemeliharaan sistem dirancang dengan dilakukannya pemeriksaan periodik
terhadap data pada aplikasi.

V.KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
a. Rancangan dan Desain Sistem informasi geografis akan memberikan informasi
kelurahan-kelurahan atau kecamatan-kecamatan yang memiliki industri pada Kabupaten
Tegal yang meliputi meliputi : profil industri, data produksi, lokasi industri, peta, titik
koordinat dan foto satelit.
b. Rancangan dan Desain Sistem informasi geografis dikembangkan menggunakan
metode Waterfall akan memberikan output/keluaran berupa grafik mengenai profil
industry dan data produksi pada setiap kelurahan atau kecamatan dalam setiap bulan
dan setiap tahun di Kabupaten Tegal.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Kang-Tsung Chang. 2002. Introduction to Geographic Information System. Mc.Graw-


Hill
[2] Prahasta, Eddy. 2014. Sistem Informasi Geografis (Konsep- Konsep Dasar
Perspektif Geodesi dan Geomatika). Bandung. Informatika
[3] Saputra, Adi Dwi dan Yulmaini. 2012. Perancangan Sistem Informasi Geografis
(SIG) Pariwisata di Provinsi Lampung. Jurnal Informatika, Vol. 12, No. 2, Desember
2012. Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya.
[4] Dwipranata, Dani dkk. 2015. Perancangan Dan Implementasi Sistem Informasi
Geografis Berbasis Web Produktivitas Lahan Perkebunan PT Cahya Vidi Abadi Unit
Kebun Cahya Selatan. Jurnal Informatika. Universitas Bina Darma.
[5] Purwanto. 2008. Perancangan Dan Implementasi Sistem Informasi Geografis
Kepariwisataan Kota Semarang. Jurnal Techno.COM, Vol. 7 No.1, Mei 2008.
UDINUS.
[6] Karman, Joni. 2015. Perancangan Sistem Informasi Geografis Sebaran Penduduk Di
Kota Lubuklinggau Berbasis Web.JTI, Vol. 7, No. 2, Desember 2015. STMIK-MURA
Lubuklinggau.
[7] Djamaludin dan Usino, Wendi. 2014. Prototipe Sistem Informasi Pencarian Lokasi
Pusat Kesehatan Masyarakat Berbasis SIG Di Kota Tangerang. JUTIS (Jurnal
Teknik Informatika Universitas Islam Syekh Yusuf). ISSN 2252-5351.
[8] Raharjo, Dani dan Warkim. 2015. Prototipe Sistem Informasi Geografis Fasilitas
Kesehatan di Kota Cirebon Berbasis Web. Jurnal Teknik Informatika dan Sistem
Informasi Vol. 1 Nomor 3 Desember 2015. e-ISSN: 2443-2229.
[9] Manongga, Danny dkk. 2009. Perancangan dan Implementasi Sistem Informasi
Geografis Kekurangan Gizi pada Batita di Kecamatan Tingkir Salatiga. Jurnal
Teknologi Informasi-Alti. Vol.6, No.2, Agustus 2009:101-200
[10] Kroenke, David M. 2005. Database Processing Jilid 1 edisi 9, halaman 60. Erlangga
[11] Fowler, Martin. 2005. UML DISTILLED Edisi 3, Panduan Singkat
Bahasa Pemodelan Objek Standar. Yogyakarta. Andi Publisher
[12] Pressman, R.S. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak: Pendekatan Praktisi(Buku Dua).
Yogyakarta: Penerbit Andi.
[13] Sommerville, I. (2011). Software Engineering 9thEdition.
Addison-Wesley.
PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP
STRESS KERJA PENGENDALI (CONTROLLER)
KERETA API INDONESIA

ABSTRAK

Keselamatan kereta api merupakan permasalahan yang memerlukan


perhatian lebih, mengingat moda transportasi ini merupakan moda yang banyak
digunakan oleh masyarakat. Pengendali adalah salah satu divisi yang sangat
mempengaruhi kelancaran dan keselamatan perjalanan kereta api, sehingga
performansi kerja yang baik merupakan tuntutan yang sangat tinggi bagi divisi
tersebut. Shift kerja adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi performansi
kerja manusia. Shift kerja terbukti mempengaruhi kelelahan, kantuk dan lainnya,
namun hingga saat ini masih terdapat beberapa pendapat mengenai keterkaitan
antara shift kerja dan stres kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
pengaruh shift kerja terhadap stres kerja pengendali kereta api. 17 partisipan adalah
pegawai pengendali kereta api stasiun besar kelas A Daerah Operasi (DAOP) II
Bandung. ^Alat ukur yang digunakan adalah cocorometer. Cocorometer digunakan
untuk mengukur kadar a- amilase dalam air liur. Pengolahan data dilakukan dengan
Uji Statistika Friedman dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Bonferonni jika terbukti
signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa shift kerja tidak signifikan
mempengaruhi tingkat streskerja(P > 0,10).Meskipun begitu, hasil pengukuran pada
seluruh partisipan untuk setiap shift sangat tinggi (120-135 kU/l), dan nilai tertinggi
dihasilkan saat shift siang.Hal ini menunjukkan tingkat stres kerja sangat tinggi dan
tidak dipengaruhi oleh shift kerja. Berdasarkan penelitian ini, tindakan perbaikan
terhadap sistem shift pada PT. Kereta Api Indonesia (KAI) tidak terlalu perlu
dilakukan namun diperlukan peninjauan kembali terhadap faktor lain yang dapat
mempengaruhi tingkat stres kerja, seperti karateristik pekerjaan, beban kerja,
lingkungan kerja ataupun faktor individu.

I. Pendahuluan

Kereta api merupakan salah satu transportasi darat yang banyak digunakan oleh
masyarakat. Hal ini dikarenakan kereta api merupakan transportasi yang yang memiliki
jalur tersendiri sehingga tidak akan terpengaruh akan hambatan kepadatan jalan raya,
serta memiliki rute tujuan yang cukup banyak. Kecelakaan kereta api merupakan suatu
permasalahan yang serius. Berdasarkan data Kementerian Perhubungan Indonesia, tingkat
kecelakaan kereta api telah menurun sekitar 57% sejak tahun 2009 hingga 2013. Meskipun
demikian, kecelakaan kereta api tetap membutuhkan perhatian yang tinggi dikarenakan
tingginya tingkat penggunaanmasyarakat terhadap sarana tersebut
Salah satu divisi terpenting pada kereta api adalah divisi pengendali
(Contro//er).Petugas pengendaliadalah bagian operasional yang bertugas untuk
mengontrol perjalanan kereta api baik dalam satu daerah operasi ataupun dalam stasiun,
mengawasi lintasan yang akan dilalui kereta, pembatalan dan pengumuman perjalanan
kereta api serta perubahan atau penambahan perjalanan pada stasiun setempat.Petugas
pengendali dituntut untuk selalu konsentrasi, waspada, teliti, sigap dan cepat dalam
bertindak. Selain tuntutan kerja yang tinggi, petugas pengendali pun bekerja dengan sistem
shift.Petugas pengendali bekerja selama 5 hari dengan 2 hari libur. Dalam sehari, kereta
api beroperasi selama 21 jam, sehingga dibutuhkan sistem shift kerja untuk petugas
pengendali. Sistem shift terdiri dari 3 shift, yaitu shift pagi, shift siang dan shift malam.
Performansi kerja petugas pengendali yang baik sangat dibutuhkan, karena hal
tersebut sangat menunjang kelancaran dan keamanan perjalanan kereta api. Beberapa
penelitian tentang kereta api terpusat kepada masinis,namun masih sedikit penelitian
mengenai petugas pengendali.
Salah satu faktor yang mempengaruhi performansi kerja manusia adalah tuntutan
pekerjaan dimana salah satu ruang lingkupnya adalah shift kerja. Shift kerja saat ini telah
banyak diterapkan dan dianggap lazim, hal tersebut akhirnya berpengaruh terhadap sistem
yang ditetapkan kepada 20% hingga 25% pekerja di industri maupun jasa. Shift kerja
adalah jadwal pekerjaan diluar standar jam normal dimana dapat terjadi pertukaran atau
pergantian pekerjaan antara satu individu atau grup kerja kepada individu atau grup lain.
Penelitian sebelumnya mengenai shift kerja dilakukan terhadap beberapa objek seperti
jasa kesehatan,pengemudi transportasi,operator dan petugas polisi. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa shift kerja mempengaruhi tingkat kelelahan, kantuk, gangguan social
gangguan kesehatan gangguan fungsi kogniti, gangguan konsentrasi kerja,serta
meningkatkan risiko kecelakaan kerja dimana hal tersebut pada akhirnya akan berdampak
kepada performansi kerja manusia.
Tingkat kantuk dan kelelahan paling tinggi terjadi saat shift awal pagi dan shift malam
(Ingre dkk., 2004 dalah.Spencer (1987) dalam
[6] mendeskripsikan bahwa performansi kerja paling buruk terjadi saat jam kerja dimulai
terlalu malam hingga pagi dan perfomansi kerja terbaik terjadi saat jam kerja dimulai dari
pagi hari hingga sore hari. Performansi kerja yang buruk memungkinkan timbulnya risiko
kecelakaan kerja. Hanecke dkk. (1998) dalam [6] mendeskripsikan risiko kecelakaan kerja
terhadap pekerja shift. Bagi pekerja shift pagi yang dimulai pukul 06.00, risiko kecelakaan
kerja terjadi setelah pukul 13.00. Bagi pekerja saat shift siang, yang dimulai pukul 14.00,
risiko kecelakaan kerja terjadi setelah pukul 21.00, dan bagi pekerja shift malam, yang
dimulai pukul 22.00, risiko kecelakaan terjadi setelah pukul 05.00.
Hingga saat ini masih terdapat beberapa pendapat mengenai pengaruh shift kerja
terhadap stres kerja. Park
mendeskripsikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pekerja shift dan non-
shift terhadap tingkat stres kerja. Pekerja shift mengalami tingkat stres kerja yang lebih
tinggi. Meskipun begitu, penelitian lain mendeskripsikan bahwa shift kerja tidak
mengakibatkan stres kerja, namun kondisi dan situasi kerjalah yang mengakibatkan
timbulnya hal tersebut. Gerber dkk.mendeskripsikan bahwa shift kerja tidak mempengaruhi
secara langsung terhadap stres kerja, namun diakibatkan oleh rasa kantuk yang sangat
tinggi dan kesehatan yang memburuk. Namun di sisi lain, Srivastava
[26] kembali membuktikan bahwa shift kerja mempengaruhi tingkat stres kerja dan mood
manusia sehingga pada akhirnya berpengaruh kepada kesehatan manusia.

Stres adalah reaksi yang tidak diinginkan timbul pada seseorang dalam menghadapi
stimulus berupa tekanan atau tuntutan dari luar. Stres kerja adalah reaksi negatif yang
dapat membahayakan bagi fisik dan emosional manusia yang timbul akibat
ketidakmampuan manusia dalam menghadapi tuntutan lingkungan kerja, seperti
persyaratan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan, sumber daya serta
kebutuhan manusia (National Institute of Occupational Safety and Health, 1999 dalam.
Stres kerja dapat dipandang sebagai disfungsional bagi organisasi dan anggotanya (Kahn
dkk., 1964, dalam).

Slaven dalam mendeskripsikan penyebab stres kerja ke dalam lima hal, yaitu tuntutan
pekerjaan, peraturan perusahaan, hubungan sosial dalam bekerja, pengembangan karir,
dan iklim organisasi. Dideskripsikan pula bahwa salah satu gejala stres kerja adalah
timbulnya perubahan pada fisiologi individu, seperti meningkatnya tekanan darah dan risiko
sakit jantung. Di samping itu terdapat gejala fisiologis lainnya yaitu meningkatnya tingkat
kortisol dalam darah (Vander dan Luciano, 2001 dalam Kirschbaum dan Hellhammer, 1994
dalam) serta tingkat amilase pada air liur. Selain adanya perubahan fisiologis, stres kerja
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan keselamatan manusia dan pada
akhirnya mengakibatkan tingginya turnover pekerja bahkan tingkat absensi pekerja.(Slaven
dalam)
Denyut jantung dan tekanan darah seringkali digunakan untuk mengukur stres
psikologi manusia, namun memiliki beberapa kelemahan. Yamaguchi dkk mendeskripsikan
bahwa pengukuran tersebut tidak dapat membedakan eustress (stres positif) dan distress
(stres negatif). Selain itu, pengukuran ini dipengaruhi oleh sistem homeostasis manusia
juga perubahan pada indeks pengukuran tersebut tidak terlalu berbeda dengan nilai
normalnya. Metoda pengukuran lainnya yang sering digunakan dalam mengukur stres kerja
adalah hormon kortisol dan norephinephrine. Namun, kedua metoda tersebut cukup sulit
dilakukan dan membutuhkan waktu yang lama (Kirschbaum and Hellhammer, 1989,
1994
dalam).Beberapa penelitian mendeskripsikan bahwa terdapat metoda lain dalam mengukur
tingkat stres manusia, yaitu dengan mengukur kadar amilase dalam air liur.
Yamaguchi dkk.,mendeskripsikan bahwa sekresi amilase pada air liur diatur oleh
simpatik- adrenomedullary (sistem SAM) yang dikendalikan oleh norepinefrin (adrenal)
dalam kelenjar air liur. Dalam sistem SAM, terdapat dua sistem regulasi, yaitu regulasi
hormonal dansaraf langsung. Penggunaan regulasi hormonal dalam pendeteksian stres
memiliki masalah, karena perubahan dalam tingkat neropinefrin tertunda sekitar 20-30
menit dalam menanggapi beban stres.Sebaliknya, sekresi amilase dalam air liur apabila
dirangsang oleh saraf langsung akan menanggapi lebih cepat, sekitar satu hingga
beberapa menit, jika dibandingkan dengan regulasi hormonal. Ketika aktivitas amilase pada
air liur dimonitor, kelenjar air liur tidak hanya bertindak sebagai penguat bahwa tingkat
neropinefrin rendah, tetapi juga lebih cepat dan sensitif dalam menanggapi stres psikologi
jika dibandingkan dengan kortisol.Penelitian sebelumnya mendeskripsikan bahwa aktivitas
amilase ada air liur berada di rentang 5,5 kU/l hingga 144,4 kU/l dan 19 kU/l hingga 308
kU/l (Takai dkk., 2004 dalam).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan antara shift kerja
terhadap tingkat stres kerja pekerja pengendali (controller) kereta api Indonesia. Terdapat
dua hipotesis pada penelitian ini, yaitu: (1) shift kerja mempengaruhi tingkat stres kerja
manusia; (2)Tingkat stres tertinggi terjadi pada saat shift malam.

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Partisipan

Partisipan adalah seluruh pegawai pengendali kereta api ( rata-rata umur 36 tahun ±
6.7), berjumlah 21 orang, yang bekerja di DAOP II stasiun besar kelas ABandung,
Indonesia. Seluruh pengendali berjenis kelamin pria. Terdapat empat partisipan yang
berhenti pada saat penelitian masih berlangsung, hal ini diakibatkan oleh keputusan
perusahaan untuk mentransfer partisipan ke daerah lain, sehingga total partisipan hingga
akhir adalah 17 pegawai.
Seluruh partisipan tidak memiliki sejarah penyakit baik fisik maupun mental. Sekitar
47% partisipan memiliki kebiasaan merokok dan sekitar 41% partisipan memiliki
kebiasaan meminum kopi di saat bekerja. Rata-rata partisipan memiliki pengalaman
bekerja sebagai pengendali selama 9 ± 8 bulan.Para partisipan telah bekerja sangat
lama di PT.KAI namun seringkali mengalami rotasi pekerjaan. Hal ini dikarenakan
sistem perusahaan yang mewajibkan setiap karyawannya mengalami rotasi pekerjaan
yang dirasa cukup sesuai dengan kapabilitas karyawan

B. Sistem Shift Kerja


Partisipan bekerja dalam tiga shift yaitu shift pagi (08.00-14.00), shift siang (14.00-
20.00), dan shift malam (20.00-08.00). Durasi bekerja untuk shift pagi dan siang adalah
enam jam dan untuk shift malam adalah 12 jam. Pada saat shift malam terdapat waktu
kosong selama tiga jam, antara pukul 00.00-03.00 dikarenakan tidak adanya jadwal
perjalanan kereta api, sehingga durasi efektif bekerja menjadi sembilan jam. Sistem shift
yang diterapkan adalah sistem maju (forward) dan rotasi cepat (fast rotating). Hari libur
ditetapkan setelah melaksanakan shift malam. Pola shift kerja adalah 2-2-1-2 (2 hari pagi -2
hari siang- 1 hari malam-2 hari libur).

C. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah Cocorometer (Nipro Corporation,
Japan). Cocorometer digunakan untuk mengukur kadar a-amilase yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat stress
Seseorang, baik stres psikologi ataupun psikososial dengan tingkat keakuratan sebesar
94% jika dilakukan di bawah satu menit.Unit yang digunakan adalah kU/l. Alat cocorometer
dapat dilihat pada Gambar 1.
Penggunaan alat cocorometer ini dilakukan dengan memasukkan strip (sebagai wadah
penempatan air liur) ke dalam mulut selama 10-30 detik [34].Setelah itu, strip dimasukkan
ke dalam alat cocorometer. Cocorometer akan menampilkan kadar amilase dalam air liur.
Terdapat empat klasifikasi, yaitu stres rendah (0-30 kU/l), stres normal (3125 kU/l), stres
(46-60 kU/l) dan sangat stres (> 61 kU/l)

Gambar 1 Contoh cocorometer

D. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan langsung di lapangan tempat para pegawai bekerja. Setiap
partisipan melakukan penelitian pendahuluan (pra eksperimen) yang dilakukan satu minggu
sebelum eksperimen dilakukan. Pada tahap ini partisipan berlatih dalam menggunakan
alat-alat pengukuran.Hal ini dilakukan agar hasil penelitian tidak bias yang diakibatkan oleh
ketidaktahuan partisipan dalam penggunaan alat.
Pada saat penelitian, partisipan diharapkan untuk tidak makan; minum alkohol, kopi
ataupun soft drink merokok dan melakukan aktivitas fisik minimal satu jam sebelum
pengukuran dilakukan serta tidak memiliki masalah kesehatan baik fisik maupun mental,
untuk menghindari pengaruh penggunaan obat. Setiap partisipan akan diukur saat bekerja
pada shift pagi, shift siang dan shift malam. Pada masing-masing shift, pengukuran akan
dilakukan pada saat sebelum bekerja, tengah saat bekerja dan tepat setelah bekerja.
Pengukuran tengah saat bekerja untuk shift pagi dan siang dilakukan dengan interval jam
kerja dibagi dua yaitu tiga jam setelah waktu mulai kerja, yaitu pukul 11.00 untuk shift pagi
dan 17.00 untuk shift siang. Pengukuran tengah bekerja untuk shift malam dilakukan pukul
00.00. Masing-masing responden total akan mengalami sembilan kali pengukuran (tiga kali
pada setiap shift), sehingga total jumlah data untuk ke-17 responden adalah 153 data.

E. Statistika
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Software SPSS Statistic v20.Jumlah
partisipan pada penelitian ini tidak terlalu banyak, yaitu total akhir berjumlah 17 partisipan,
yang dikarenakan sulitnya perijinan dari pihak perusahaan. Berdasarkan hal tersebut maka
metoda statistika yang digunakan adalah metoda non parametrik. Tipe eksperimen
merupakan within-subject dengan level lebih dari dua (k>2). Oleh karena itu digunakan
metoda statistika non parametrik Friedman-test.
Derajat kepercayaan (a) yang digunakan adalah 10%. Hal ini berdasarkan
pertimbangan bahwa penelitian ini merupakan penelitian langsung di lapangan. Meskipun
pihak peneliti telah membuat prosedur sedemikian rupa, namun terdapat beberapa hal
yang tidak dapat dikendalikan secara ketat. Jika hasil Friedman-test menunjukan adanya
signifikansi maka dilanjutkan dengan melakukan uji Bonferonni-Dunn Pot Hoc untuk
mengetahui shift mana yang paling mempengaruhi hasil pengukuran. Nilai derajat
kepercayaan untuk uji Bonferonni-Dun menjadi a / k, dimana k adalah jumlah level yang
digunakan, yaitu menjadi 0.333

III. METODOLOGI PENELITIAN

Nilai pengukuran untuk sebelum bekerja, tengah saat bekerja, dan akhir setelah
bekerja dirata-ratakan terlebih dahulu sehingga satu shift akan menghasilkan satu nilai
kadar a-amilase pada masing-masing partisipan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel I.

Tabel I
RATA-RATA HASIL PENGUKURAN SETIAP PARTISIPAN
Partisipa Rata-Rata Kadar a-amilase
n setiap
Shift partisipan
Shift (kU/l)
Shift
1 Pagi Siang 77.0
89.3 83.7 Malam
2 88.0 105.0 99.0
3 60.7 111.3 148.7
4 117.0 130.3 103.3
5 207.7 189.7 284.7
6 113.3 141.0 98.0
7 82.3 99.7 88.3
8 93.7 152.7 80.0
9 134.7 87.3 59.7
10 64.3 71.7 55.7
11 95.0 231.3 100.0
12 166.0 125.0 165.0
13 245.3 258.3 204.7
14 120.3 142.7 104.7
15 96.3 115.7 102.3
16 190.0 86.7 153.3
17 100.3 149.0 157.0
Nilai rata-rata kadar a-amilase setiap partisipan untuk setiap shift kerja dipetakan
dalam diagram pencar yang dapat dilihat pada Gambar 2.

3 Kadar
1 amila
se ♦
5 ♦

2♦ ♦ ♦
8 ♦
0 * ♦< ^^—batas
♦♦ ♦ “* ♦ al/
m
mini
kU
1
(6
rat
be
es
str
l)
2
|4 1
7
<
1
5
0 27
3
5
Shift Shift Shift Malam
Pagi Siang
Gambar 2 Diagram pencar hasil rata-rata pengukuran setiap partisipan pada setiap shift

Nilai rata-rata kadar a-amilase secara keseluruhan untuk masing-masing shift kerja
dapat dilihat pada Tabel II

TABEL II
RATA-RATA KADAR a-AMILASE
KESELURUHAN UNTUK MASING-
MASING SHIFT KERJA
Paramete Shift Shift Shift
r Pagi Siang Malam
(kU/l) (kU/l) (kU/l)
Rata-rata 121.4 134.2 122.4
St.Deviasi 51.8 51.6 58.0

Max 245.3 258.3 284.7

Min 60.7 71.7 55.7


Pada Tabel II dapat dilihat bahwa rata-rata dan nilai minimum kadar a-amilase
tertinggi terjadi pada saat shift siang. Saat shift pagi dan malam, rata-rata kadar amilase
tidak terlalu berbeda. Jika dilihat dari hasil standar deviasi dan nilai maksimum dari shift
malam memiliki nilai standar deviasi tertinggi. Perbandingan parameter untuk setiap shift
kerja dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3Perbandingan nilai parameter setiap shift kerja

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa penyebaran nilai kadar amilase untuk ketiga shift
sebagian besar berada pada rentang 70 kU/l hingga 140 kU/l. Pengujian statistika dengan
Friedman testdan hasil uji tersebut adalah nilai j>>0.10. Nilai statistik menunjukkan bahwa
shift kerja tidak signifikan mempengaruhi tingkat stres kerja. Berdasarkan Tabel II, pada
saat shift siang dan malam, kadar a-amilase meningkat sekitar hingga sekitar 10% jika
dibandingkan shift pagi. Namun, kadar a-amilase saat shift malam menurun sekitar 9% jika
dibandingkan dengan shift siang.
Jika dilihat pada Gambar 2, nilai kadar a-amilase setiap partisipan pada setiap shift
sebagian besar lebih besar dari 60 kU/l, dimana hal tersebut menunjukkan tingkat stres
yang sangat tinggi. Saat shift pagi, sekitar 94% partisipan menghasilkan nilai di atas 60
kU/l. Saat shift siang, seluruh partisipan menghasilkan nilai di atas 60 kU/l. Saat shift
malam, sekitar 88% partisipan menghasilkan nilai di atas 60 kU/l. Nater dkk.
Mendeskripsikan bahwa nilai kadar a-amilase akan tinggi di saat manusia menerima
stressor (hal yang mengakibatkan stress) baik secara fisiologi atau psikologi. Namun yang
menarik pada penelitian ini adalah kadar a-amilase para partisipan yang dihasilkan sangat
tinggi di seluruh shift.

Penelitian sebelumnya mendeskripsikan bahwa banyaknya shift malam tidak


mempengaruhi stres kerja, namun psikososial dan lingkungan yang mempengaruhi.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, para partisipan tidak merasakan rasa tertekan
dalam bekerja. Gerber dkk. Menyebutkan bahwa shift kerja tidak signifikan mempengaruhi
stress kerja secara langsung, namun stress kerja diakibatkan karena meningkatnya kurang
tidur serta penurunan kesehatan tubuh.
Berdasarkan hipotesis penelitian ini, seharusnya tingkat stres kerja tertinggi terjadi saat
shift malam. Namun, jika dilihat pada Tabel I, pola kenaikan dan penurunan kadar a-
amilase setiap partisipan berbeda-beda. Sekitar 59% partisipan mengalami pola kadar a-
amilase meningkat saat shift siangjika dibandingkan shift pagi dan menurun kembali saat
shift malam. Sekitar 12% partisipan mengalami peningkatan saat shift siang dan meningkat
kembali saat shift malam. Sekitar 12% partisipan mengalami penurunan kadar a-amilase
saat shift siang jika dibandingkan shift pagi dan terus menurun saat shift malam. Sekitar
18% partisipan mengalami penurunan kadar a-amilase saat shift siang dan meningkat
kembali saat shift malam.
Sekitar 18% partisipan yang menghasilkan kadar a- amilase tertinggi saat shift malam.
Sekitar 59% partisipan yang menghasilkan kadar a-amilase tertinggi saat shift siang, dan
sekitar 24% partisipan yang menghasilkan kadar a-amilase tertinggi saat shift pagi. Pola
yang berbeda menunjukkan bahwa hal yang mempengaruhi tingkat stres kerja bukanlah
shift kerja, namun oleh faktor lain.
Sistem shift yang diterapkan oleh PT. Kereta Api Indonesia (KAI) adalah sistem tiga
shift kerja. Sistem tiga shift terbukti meningkatkan tingkat stres manusia jika dibandingkan
dengan sistem kerja pada jam normal. Namun jika dilihat dari pola shift, pola yang
diterapkan oleh PT.KAI sesuai dengan ketentuan pada beberapa literatur. Pola sistem shift
yang baik adalah pola maju (forward) dengan rotasi cepat (fast forward) dimana setelah
melaksanakan shift malam diharuskan libur bekerja dua hingga tiga hari.
Jam kerja untuk shift pagi dan siang adalah enam jam dan shift malam 12 jam. Saat
shift malam terdapat waktu kosong tiga jam karena tidak ada perjalanan kereta, maka total
bekerja pengendali yang efektif adalah sembilan jam. Rosa dan Bennert dalam
mengungkapkan bahwa risiko terjadinya kelelahan dan kecelakaan kerja pada waktu kerja
lebih dari delapan jam akan semakin besar. Saat shift pagi dan siang jam kerja kurang dari
delapan jam, namun tingkat kesibukan yang sangat tinggi memungkinkan meningkatnya
tingkat stres pekerja. Grandjean, dkk. Mengungkapkan bahwa situasi dan kondisi kerja
yang tinggi atau kritis lah yang dapat menimbulkan stres kerja. Tingkat kesibukan tersebut
dapat diihat dari waktu istirahat antar kereta. Selama bekerja dalam satu shift, pengendali
tidak memiliki waktu istirahat tertentu, hanya saat selang waktu kosong antar kereta satu
dengan kereta berikutnya. Rata- rata selang waktu kosong untuk shift pagi dan siang
adalah 10 menit, sedangkan untuk shift malam adalah 17 menit. Pada saat shift pagi,
selang waktu kosong tercepat antar kereta adalah dua menit, sedangkan untuk shift siang
dan malam adalah satu menit. Selang waktu terlama antar kereta untuk shift pagi adalah 40
menit, untuk shift siang adalah 36 menit sedangkan untuk shift malam hingga tiga jam
(dikarenakan tidak ada perjalanan kereta api saat tengah malam). Dapat dilihat bahwa
tingkat kesibukan pengendali saat shift siang paling tinggi jika dibandingkan shift pagi dan
malam. Hal ini selaras dengan hasil pengukuran yang menunjukkan bahwa shift siang
menghasilkan kadar amilase tertinggi.
Pengendali kereta api Indonesia memiliki tuntutan kerja yang tinggi. Para pekerja
dituntut agar selalu konsentrasi, teliti, fokus, dapat berpikir dan bertindak cepat dalam
mengatur perjalanan kereta. Selain mengatur perjalanan, pengendali pun harus selalu siap
berkomunikasi dengan bagian lain seperti petugas wesel, ataupun dengan masinis. Di sela-
sela pekerjaan mengatur perjalanan, para pekerja diharuskan membuat catatan
administrasi mengenai ketepatan waktu perjalanan kereta api secara manual. Berbeda
dengan pengendali kereta api, contohnya adalah di Australia pekerjaan pengendali kereta
api Indonesia tidak banyak dibantu oleh teknologi tinggi.
Di samping itu, sekitar 88% partisipan telah menghasilkan nilai kadar amilase yang
tinggi bahkan sebelum mulai bekerja. Hal ini dapat disebabkan oleh lokasi tempat tinggal.
Hampir 65% partisipan membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk sampai ke tempat
kerja, bahkan tidak sedikit pula partisipan mengeluhkan jalanan macet dan cuaca yang
panas. Sekitar 10% partisipan memiliki pekerjaan lain selain sebagai pengendali dan
memiliki kebiasan berolahraga sebelum bekerja. Pada saat penelitian berlangsung,
terdapat kondisi yang di luar akitivitas normal. Terdapat kereta yang bermasalahsehingga
seluruh perjalanan terganggu sehingga pengendali mengatur ulang kembali alur perjalan
dari dan ke luar stasiun. Hal tersebut memungkinkan menambah tekanan kepada
pengendali.
Kepribadian serta gaya hidup dapat mempengaruhi tingkat stres manusia [6]. Hampir
47% dari seluruh partisipan memiliki kebiasaan merokok dan sekitar 41% memiliki
kebiasaan minum kopi. Pada penelitian kali ini, partisipan diharapkan menahan makan,
minum, dan merokok minimal satu jam sebelum diambil pengukuran. Dalam menahan
makan, partisipan tidak terlalu mengalami kesulitan, namun untuk menahan minum kopi
dan merokok, partisipan cukup kesulitan, terutama dalam hal merokok. Para partisipan
merasa gelisah disaat tidak merokok walau hanya satu jam. Hal tersebut dapat menjadi
penyebab naiknya kadar amilase karena partisipan merasa sedikit tertekan atau gelisah.
Kondisi lingkungan pun dapat mempengaruhi tingkat stres kerja ( Luk, 2009 dalam).
Kondisi lingkungan di tempat kerja cukup dekat dengan peron sehingga kereta api baik
yang datang maupun pergi terdengar sangat jelas. Selain itu getaran yang dihasilkan oleh
kereta sangat terasa. Faktor lain seperti status menikah atau pun jumlah anak (Baker dkk.,
2004 dalam) mungkin saja dapat mempengaruhi tingkat stress para pengendali. Namun,
faktor-faktor tersebut tidak dibahas dalam penelitian kali ini
Penggunaan alat pengukuran cocorometer pada penelitian ini dilakukan berdasarkan
hasil validasi yang telah dilakukan di Jepang,beserta rentang klasifikasi yang telah
ditetapkan. Namun, belum dilakukan validasi terhadap alat cocorometer di Indonesia.
Perbedaan negara beserta budaya tidak menutup kemungkinan dapat menghasilkan
perbedaan. Penelitian ini merupakan penelitian di lapangan langsung. Meskipun telah
diusahakan sebaik mungkin agar dapat mengontrol faktor-faktor yang dirasa dapat
mempengaruhi hasil penelitian, namun pada kenyataannya, eksperimen lapangan tetap
sulit untuk dilakukan pengontrolan 100%.

IV. KESIMPULAN
Shift kerja tidak mempengaruhi tingkat stres kerja. Hal yang menarik pada penelitian ini
adalah tingginya tingkat stres kerja pengendali di seluruh shift, baik shift pagi, siang,
maupun malam. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa dipengaruhi oleh sistem shift,
pengendali kereta api Indonesia telah merasakan stres kerja yang tinggi.
Sistem shift yang telah diterapkan tidak terlalu bertentangan dengan ketentuan yang
ada pada beberapa literatur.Tingginya tingkat stres kerja dapat dipengaruhi oleh faktor lain,
seperti tuntutan kerja yang tinggi yang pada akhirnya menghasilkan beban kerja yang
tinggi, kondisi lingkungan, maupun faktor individu masing- masing seperti kepribadian,
status ataupun kehidupan rumah. Berdasarkan hasil penelitian ini, mungkin pengaturan
ulang shift kerja tidak begitu diperlukan, namun tuntutan kerja, beban kerja ataupun faktor
individu sebaiknya ditinjau kembali.
Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan melakukan validasi terhadap alat
ukut cocorometer pada masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan
perbedaan yang dihasilkan akibat adanya perbedaan negara serta budaya.

UCAPAN TERIMA KASIH


Peneliti sangat berterimakasih kepada jajaran staf PT.Kereta Api Indonesia yang telah
memberi ijin dan bekerja sama dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Naweed, Anjum, Investigation into the skills of modern and traditional train driving.
Applied Ergonomics, Volume45,2014, pp. 462-470
[2] Dorrian, J., Baulk. S. D., dan Dawson, D., Work Hours, Workload, Sleep And Fatigue In
Australian Rail Industry Employees, Applied Ergonomics, Volume 42, 2010, pp. 202-
209.
[3] Jay, S. M., Dawson, D., Ferguson, S. A., dan Lamond, D., Driver Fatigue Extended Rail
Operations, Applied Ergonomics, Volume 39, 2008, pp.623-620.
[4] Dorrian, J., Roach, G.D., Fletcher, A., dan Dawson, D., SimulatedTrain Driving :
Fatigue, Self-Awareness And Cognitive Disengangement, Applied Ergonomics ,No\ume
38,2006, pp. 155166
[5] Elfering,A., Grebner,S., Haller, M., Railway-Controller-Perceived Mental Workload,
Cognitive Failure And Risky Commuting,^Ergonomics, Volume 55, Number 12, 2012,
pp. 1463-1475.
[6] Bridger, R.S., Introduction to Ergonomics, 3 ed, Taylor dan Franscis group, London,
rd

2008.
[7] Mc. Lauglin,Jessica L.,Stress, Fatigue, and Workload :
Determining The Combined Effect On Human Performance. Tesis, Industrial
Engineering and Management System, University of Central Florida, Florida, 2007.
[8] Ashberg, Elizabeth, Dimension Of Fatigue In Different Working Populations.
Scandinavian Journal of Psychology, Volume 41, 2000, pp. 231-241.
[9] Ashberg, Elizabeth, Perceived Fatigue Related To Work. ISBN 917135-830-5, 1998.
[10] Goswani, R., Jena. R. K., dan Mohapatra, B. B., Effect Of Shift Work On Health: A
Review, International Journal Research in Management, Volume 3, Number 2,2012, pp.
2249-5908
[11] Health dan Safety Executive, Managing Shiftwork, Health and Safety Guidance, HSE
09/09, 2006
[12] Nagai, M., Morikawa, Y., Kitaoka, K., Nakamura, K., Sakurai, M., dkk., Effects Of
Fatigue On Immune Function In Nursing Performing Shift Work, Journal of
Occuppational Health, Volume 53, 2011, pp. 312-319.
[13] Wilkinson, R., Allison, S., Feeney, M., dan Zaminska, Z., Alertness
Of Night Nurses: Two Shift Systems Compared,
Ergonomics,Volume32, Number 3,2007, pp. 281-292.
[14] Rameshbabu, A., Reddy, D. M., dan Fleming, R., Correlates Of Negative Physical
Health In Call Center Shift Workers, Applied Ergonomics, Volume 44, 2012, pp. 350-
354.
[15] Cervinka, Renata, Night Shift Dose And Stress At Work, Ergonomics, Volume 36, 2007,
pp. 155-160
[16] Gerber, M., Hartmann, T., Brand, S., Trachsler, E. D., dan Puhse, U., The Relationship
Between Shift Work, Perceived Stress, Sleep And Health In Swiss Police Officers,
Journal of Criminal Justice, Volume 38, 2010, pp. 1167-1175.
[17] Grandjean, E. P., Wotzka, G., Schaad, R., dan Gilgen. A., Fatigue And Stress In Air
Traffic Controller, Ergonomics, Volume 14, Number 1, 2007, pp. 159-165
[18] Wilkinson, R., Allison, S., Feeney, M., dan Zaminska, Z., Alertness
Of Night Nurses:Two Shift Systems Compared,
Ergonomics, Volume32, Number 3,2007, pp. 281-292.
[19] Agyemang, C.B., Nyanyofio, J.G., Gyamfi, G.D., Job Stress, Sector Of Work And Shft
Work Pattern As Correlates Of Worker Health And Safety : A Study Pf A Manufacturing
Company In Ghana, International Journal of Business and Management, Volume 9 ,
Number 7, 2014, pp.59-69
[20] Nagai, M., Morikawa, Y., Kitaoka, K., Nakamura, K., Sakurai, M., dkk., Effects Of
Fatigue On Immune Function In Nursing Performing Shift Work, Journal of
Occuppational Health, Volume 53, 2011, pp. 312-319.
[21] Ljosa, C.H dan Lau, B., Shiftwork In The Norwegian Petroleum Industry : Overcoming
Difficulties With Family And Social Life-A Cross Sectional Study, Journal of
Occupational Medicine and Toxicology, Volume 4, Number 22, 2009.
[22] Ozdemir PG, Selvi Y, Ozkol H, Aydin A, Tuluce Y., The Influence Of Shift Work On
Cognitive Fuctions And Oxidative Stress, Psychiatry Research, Volume 210, 2013, pp.
1219-1225.
[23] Pokorny, M. L. I., Blom, D. H. J., dan Leeuwen, P. V., Shift, Duration Of Work And
Accident Risk Of Bus Driver, Ergonomics, Volume 30, Number 1, 2007, pp. 61-88.
[24] Coffey, L.C., Skipper Jr, J.K., Jung RN, F.D., Nurses And Shift Work : Effects On Job
Performance And Job-Related Stress, Journal of AdvancedNursing, Volume 13,
Number 2, 2006, pp. 245-254.
[25] Harma,M., Sallinen, M., Ranta, R., Mutanen, P., dan Muller, K., The Effect Of An
Irregular Shift System On Sleepiness At Work In Train Drivers And Railway Traffic
Controller, J. Sleep Res, Volume 11, 2002, pp. 141-151.
[26] Park, Jungwee, Work Stress and Job Performance, [Katalog], 75- 001-XIE. Kanada,
2007
[27] Srivastava, Urmila R., Shift Work Related To Stress, Health And Mood States- A Study
Of Dairy Workers, Journal of Health Management, Volume 12, Number 2, 2010, pp.
173-200.
Yamaguchi, M., Kanemori, T., Kanemaru, M., Takai, N., Mizuno, Y., dkk., Performance
Evaluation Of Salivary Amilase Activity Monitor,

Nama:Moch Akbar SN
NPM:2021102142
Kelas: A3
Prodi: Teknik Industri

1. Perbedaan Artikel Ilmiah dan Jurnal Ilmiah


 Artikel adalah tulisan yang dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada
pembaca tentang topik yang didukung oleh fakta.
Jenis-Jenis Artikel Ilmiah di bagi mendjadi 2 yaitu:
1. Artikel Penelitian
Artikel penelitian bersifat ilmiah. Akibatnya, ketika Anda menulis artikel
jenis ini, Anda harus secara sistematis menuliskan hal-hal penting. Mulai
dari penulisan judul, nama pengarang, abstrak, kata kunci, pendahuluan,
gaya, dll
2. Artikel Non-penelitian
artikel ini mengacu pada semua jenis artikel ilmiah yang tidak termasuk
dalam laporan penelitian. Meski sistemnya tidak serumit artikel penelitian,
artikel jenis ini memiliki aturan khusus yang harus dipatuhi.

Aturannya tidak lebih dari 20 halaman. Biasanya, artikel jenis ini berisi
hal-hal mendasar. Misalnya, judul, nama penulis, dll, mirip dengan jenis
artikel penelitian. Dalam jenis esai ini, metode penulisan tanda baca dan
alfabet tidak digunakan.

Dan Artikel berisi:

1. Berupa tulisan Essai


2. Tidak menggunakan data table (hanya berupa angka)
3. Ditulis hanya dengan satu orang
4. Ada yang menggunakan bab, ada juga poin
5. Strukturnya: Pembuka, Isi, Penutup

 Sedangkan Jurnal adalah tulisan yang memuat artikel informasi dan akademik
tentang suatu topik yang diterbitkan secara berkala. Biasanya, jurnal digunakan
untuk tujuan akademis.
Jenis-Jenis Jurnal di bagi menjadi 3 yaitu
1. Jurnal
jenis jurnal ilmiah yang umumnya dapat di temukan adalah majalah
populer. Majalah jenis ini memuat opini dan informasi yang dapat menghibur
pembaca. Biasanya isi majalah dapat berupa kutipan, iklan, ilustrasi dan
bibliografi. Selain itu, majalah populer juga dapat berisi cerita unggulan,
opini, dan kutipan editorial.

2. Profesiaonal atau Perdagang


JurnalJurnal jenis ini menargetkan profesi atau industri tertentu. Majalah
ini biasanya memuat berita, opini, atau saran praktis terbaru terkait produk
batu. Tidak hanya itu, majalah jenis ini berisi ulasan untuk memberikan
informasi kepada pembaca tentang peristiwa-peristiwa di industri.

3. Jurnal Ilmiah
Jurnal ilmiah dikenal sebagai jurnal wasit, jurnal peer-review, dan jurnal
akademik. Majalah jenis ini adalah majalah yang isinya berupa artikel dan
akan terbit secara berkala pada selang waktu tertentu. Tujuan dari
pembuatan jurnal jenis ini adalah untuk menyebarluaskan pengetahuan dan
meneliti temuan-temuan baru.

Dan jurnal berisi:


1. Dalam bentuk tulisan atau catatan penelitian
2. Memiliki data dan gambar bukti suatu penelitian
3. Ditulis oleh satu orang atau lebih
4. Dalam penulisan tidak menggunaan bab-bab
5. Strukturnya terdiri dari: Judul, Abstrak, Pendahuluan, Alat dan Bahan,
Metode, Hasil, Kesimpulan dan Daftar Pustaka

2.Persamaan Artikel Ilmiah dan Jurnal ilmiah


 Artikel: Pengalan beberapa kalimat yang terdiri dari beberapa paragraph dan
keterangan singkat tapi jelas
 Jurnal: Suatu karya tulis yang terdiri dari beberapa bab(biasanya terdiri dari 3bab)
yang mendukung dan metode penelitian.

Anda mungkin juga menyukai