Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN HIV/AIDS

TENTANG

“ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS PADA BAYI DAN ANAK”

OLEH:

Zuriyah Tul Hasanah

(203310720)

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Defia Roza,S.Kep,M.Biomed

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PADANG

SEMESTER GENAP 2021/ 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunianya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Saya mengucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing kita Ns. Defia Roza,S.Kep,M.Biomed dalam membimbing
tugas ini karena telah membantu dalam pembuatan karya tulis ini.

Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS maka karya
tulis ini dibuat dengan judul “Asuhan Keperawatan HIV/AIDS pada Bayi dan Anak ”.
Dengan dibuatnya karya tulis ini saya mampu memenuhi kelengkapan tugas dan
mendapatkan ilmu untuk topik hari ini.

Saya mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan karya tulis ini. Selain itu,
saya berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan tercapainya
tujuan dari penulisan karya tulis ini.

Pesisir Selatan, 27 Januari 2022

Zuriyah Tul Hasanah


DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3

A.Latar Belakang.........................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4

C. Tujuan......................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5

A. Proses Penularan HIV pada Anak...........................................................................................5

B. Asuhan Keperawatan HIV/AIDS pada Bayi dan Anak...........................................................5

1. Pengkajian Anamnesis.........................................................................................................5

2. Analisis Data........................................................................................................................8

3. Daftar Diagnosa Keperawatan..............................................................................................9

4. Perencanaan Keperawatan....................................................................................................9

C. Pencegahan HIV/AIDS pada Anak.......................................................................................13

D. Penatalaksanaan HIV/AIDS pada Anak................................................................................13

1. Pengobatan pada Anak dengan HIV/AIDS........................................................................13

2. Perawatan pada Anak dengan HIV/AIDS..........................................................................14

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................16

A. Kesimpulan...........................................................................................................................16

B. Saran......................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
AIDS (Acquire Immune Deficiency Sindrom) merupakan kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV (Rendi
& Margareth, 2012). Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh menurun yang kemudian mengakibatkan AIDS
(Hutapea, 2003). HIV/AIDS untuk pertama kali ditemukan pada tahun 1981 di Atlanta,
Amerika Serikat. Jumlah HIV/AIDS cenderung meningkat dan terjadi perluasan
penyebaran di daerah terinfeksi. Di Indonesia, sejak pertama kali dijumpai kasus infeksi
HIV pada tahun 1987.(Hutapea, 2003)
HIV terus menjadi masalah kesehatan utama pada masyarakat di dunia, menurut
WHO telah lebih dari 35 juta jiwa penderita sejauh ini. Pada 2017, 940.000 orang di
dunia meninggal karena penyebab terkait HIV. Data WHO menunjukan di dunia ada
sekitar 36,9 juta orang yang hidup dengan HIV pada akhir tahun 2017 dengan 1,8 juta
orang baru terinfeksi pada tahun 2017.
Sebanyak 59% orang dewasa dan 52% anak-anak yang hidup dengan HIV
menerima terapi antiretroviral (ART) seumur hidup pada tahun 2017.1 Menurut WHO,
Afrika adalah wilayah yang paling banyak, dengan 25,7 juta orang hidup dengan HIV
pada tahun 2017.1 Wilayah Afrika juga menyumbang lebih dari dua pertiga dari total
infeksi HIV baru di dunia. Setelah Afrika disusul oleh Asia Tenggara dengan penderita
HIV paling banyak kedua. Di Indonesia sendiri yang masuk dalam wilayah Asia
Tenggara memiliki angka penderita yang cukup tinggi dan terjadi peningkat setiap
tahunnya.
Berdasarkan data tersebut, perlu adanya intervensi atau tindakan seperti promosi
kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS sehingga dapat
meningkatkan kesadaran dalam menjahui penyakit tersebut. Promosi Kesehatan menurut
WHO tahun 2018, promosi kesehatan yaitu suatu proses yang memungkinkan masyarakat
meningkatkan atau mengontrol kesehatan diri. Ini mencakup intervensi sosial dan
lingkungan yang dirancang untuk memberi manfaat dan melindungi kesehatan dan
kualitas hidup individu dengan mengatasi dan mencegah akar penyebab kesehatan yang
buruk, tidak hanya berfokus pada perawatan dan penyembuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses penularan HIV pada anak ?
2. Bagaimanakah bentuk asuhan keperawatan yang diterapkan pada HIV/AIDS pada
bayi dan anak?
3. Bagaimana cara pencegahan HIV/AIDS pada anak?
4. Bagaimana penatalaksanaan HIV/AIDS pada anak?

C. Tujuan
1. Mengetahui proses penularan HIV pada anak !
2. Mengetahuibentuk asuhan keperawatan yang diterapkan pada HIV/AIDS pada bayi
dan anak!
3. Mengetahui cara pencegahan HIV/AIDS pada anak!
4. Mengetahui penatalaksanaan HIV/AIDS pada anak!
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Penularan HIV pada Anak


Lahirnya Millenium Development Goals tahun 2000 di New York merupakan
komitmen pemimpin dunia untuk mempercepat pembangungan manusia dan
pemberantasan kemiskinan. Namun di Indonesia, tujuan MDGs dikembangkan dan
diklasifikasikan menjadi delapan, antara lain: menurunkan angkan kematian anak serta
memerangi HIV/AIDS (Indriyani, Dian dan Asmuji, 2014:18). Penularan HIV ke Bayi
dan Anak, bisa dari ibu ke anak, penularan melalui darah, penularan melalui hubungan
seksual (pelecehan seksual pada anak). Penularan dari ibu ke anak terjadi karena wanita
yang menderita HIV/AIDS sebagian besar (85%) berusia subur (15-44 tahun), sehingga
terdapat risiko penularan infeksi yang bisa terjadi saat kehamilan (in uteri).
Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi
adalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS,
kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% SAMPAI 35%, sedangkan jika sudah ada
gejala pada ibu kemungkinan mencapai 50%.penularan juga terjadi selama proses
persalinan melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mucosa
bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan . semakin lama proses
kelahiran, semakin besar pula risiko penularan, sehingga lama persalinanbisa dicegah
dengan operasi sectio caecaria. Transmisi lain juga terjadi selama periode postpartum
melalui ASI, risiko bayi tertular melaui ASI dari ibu yang positif sekitar 10% (Nurs dan
Kurniawan, 2013:161).

B. Asuhan Keperawatan HIV/AIDS pada Bayi dan Anak

1. Pengkajian Anamnesis
1. Data subjektif, meliputi:

a. Demam dan diare berkepanjangan


b. Pengetahuan pasin/ keluarga tentang AIDS
c. Data nutrisi, intake makan, adanya penurunan berat badan
d. Keluhan pada sistem respirasi (takipnea, batuk, dispnea, hipoksia).
e. Ketidaknyamanan (kaji PQRST)

2. Data objektif, meliputi :

a. Kulit, lesi,integritas terganggu


b. Bunyi nafas
c. Kondisi mulut dan genetalia
d. BAB (frekuensi dan karakternya)
e. Gejala cemas

3. Riwayat penyakit sekarang:

a. BB dan TB yang tidak naik


b. Diare lebih dari 1 bulan.
c. Demam yang berkepanjangan (lebih dari 1 bulan)
d. Mulut dan faring dijumpai bercak – bercak putih
e. Limphodenophati yang menyeluruh f. Infeksi berulang (OMP,
pharingitis)
f. Batuk yang menetap (lebih dari 1 bulan)
g. Dermatitis yang menyeluruh

4. Riwayat penyakit dalam keluarga

a. Orang tua yang terinfeksi HIV


b. Penyalahgunaan zat

5. Riwayat kehamilan dan persalinan

a. Ibu selama kehamilan terinfeksi HIV, 50% dapat menularkan kepada


anaknya.
b. Penularan dapat terjadi pada minggu 9 – 20.
c. Penularan pada proses persalinan apabila terjadi kontak darah ibu dan
bayi.
d. Penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI.

6. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

Dapat terjadi kegagalan pertumbuhan dan perkembangan pada anak

7. Riwayat imunisasi: imunisasi BCG tidak boleh diberikan karena pertimbangan


bahwa kuman hidup, polio diberikan dalam bentuk
inactied pelivaccine (virus yang mati).

8. Pemeriksaan fisik Keadaan umum: dapat terjadi penurunan kesadaran hingga


koma. Pengukuran tanda – tanda vital

a. Pengkajian sistem penginderaan:

Pada mata : cotton wool spot, sytomegalovirus retinus, toksoplasma


choroiditis, perivasculitis pada retina, infeksi tepi
kelopak mata, secret berkerak, lesi retina

Pada mulut: oral thrush akibat jamur, stomatitis gangrenesa, sarcoma


kaposi.

Pada telinga: OMP, kehilangan pendengaran.

b. Sistem Respirasi: batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak nafas,
tachipneu , hipoxia, nyeri dada, nafas pendek waktu
istirahat gagal nafas.

c. Sistem pencernaan : BB menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan


menelan, bercak putih, kekuningan pada mukosa
oral, pharingitis, candidiasis esophagus,
candidiasis mulut, selaput lendir kering,
pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat
diare kronik, pembesaran limpha.

d. Sistem Kardiovaskuler: nadi cepat, tekanan darah meningkat, CHF


e. Sistem integumen: variccla, herpes zooster, scabies

f. Sistem perkemihan: anuria, proteinuria

g. Sistem endokrin: pembesaran kelenjar parotis, limphadenopathi,


pembesaran kelenjar yang menyeluruh.

h. Sistem neuromuskuler: sakit kepala, penurunan kesadaran, sukar


konsentrasi, kejang – kejang ensephalopati,
gangguan psikomotor, meningitis,
keterlambatan perkembangan, nyeri otot.

i. Sistem muskuloskeletal: nyeri otot, nyeri persendian, letih, ataksia.

j. Psikososial: orang tua merasa bersalah, merasa malu dan menarik diri
dari lingkungan.

2. Analisis Data
No Data Penyebab Masalah
.
1. Do : Kandidiasis Bersihan jalan
nafas tidak efektif
1. Gelisah. Menginfeksi bronkus

2. Sianosis. Aktivitas bronkus


3. Bunyi napas menurun. berkurang
4. Frekuensi napas berubah.
5. Pola napas berubah. Penumpukan secret

Batuk inefektif
Ds:

1. Dispnea.
2. Sulit bicara.
3. Ortopnea.
2. Do : Kuman Hipertermi
mengeluarkan
1. Suhu tubuh diatas nilai normal
endotoksin
2. Kulit merah
3. Kejang Merangsang
4. Takikardi pengeluaran zat
5. Takipnea pirogen oleh leukosit
6. Kulit terasa hangat pada jaringan yang
meradang
Ds :
1. Ibu pasien mengatakan anaknya
Melepas zat IL-1,
demam terus menerus
prostaglandin E2
(pirogen leukosit dan
pirogen endojrin)

Mencapai
hipotalamus.

3. Daftar Diagnosa Keperawatan


Tanggal No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanda
Muncul Teratasi Tangan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
akumulasi sekret
1. Hipertermi b.d pelepasan pryrogendari
hipotalamus sekunder terhadap reaksi antigen
dan antibody

4. Perencanaan Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN ( SLKI ) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas SLKI L.01001 SIKI I.03098
tidak efektif b.d Bersihan jalan nafas Manajemen Jalan Napas
akumulasi sekret Setelah dilakukan intervensi (I.01011) Tindakan:
keperawatan diharapkan Observasi:
perfusi perifer meningkat 1. Monitor pola napas
kriteria hasil : (frekuensi,
1. Batuk efektif kedalaman, usaha
meningkat napas)
2. Produksi sputum 2. Monitor bunyi napas
menurum tambahan (mis.
3. Wheezing menurun gurgling, mengi,
4. Dispnea menurun wheezing, ronchi
5. Gelisah menurun kering)
6. Frekuensi napas 3. Monitor sputum
membaik (jumlah, warna,
7. Pola napas membaik aroma)
Terapeutik:
1. Pertahankan
kepatenan jalan napas
dengan headtilt dan
chin-lift (jawthrust
jika curiga trauma
servical)
2. Posisikan semi-fowler
atau fowler
3. Berikan minum
hangat
4. Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
6. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan
benda pada dengan
forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika
perlu

Edukasi:
1. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan tehnik batuk
efektif
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Hipertermi b.d pelepasan SLKI L. 14134 SIKI ( I.15506)
pryrogendari hipotalamus Setelah dilakukan Intervensi
Manajemen Hipertermi
sekunder terhadap reaksi keperawatan diharapkan
antigen dan antibody termoregulasi menurun dengan Observasi
kriteria hasil :
1. Menggigil menurun 1. Identifkasi penyebab

2. Kejang menurun hipertermi (mis.


3. Hipoksia menurun
dehidrasi terpapar
4. Pucat menurun
lingkungan panas
5. Suhu tubuh membaik
penggunaan incubator)
6. Suhu kulit membaik
2. Monitor suhu tubuh
7. Pengisian kapiler membaik
3. Monitor kadar
elektrolit
4. Monitor haluaran urine

Terapeutik

1. Sediakan lingkungan
yang dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)
6. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen,aksila)
7. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
8. Batasi oksigen, jika
perlu

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

1. Kolaborasi cairan dan


elektrolit intravena, jika
perlu

C.Pencegahan HIV/AIDS pada Anak


Penularan HIV dari dari ibu ke bayi bisa dicegah melalui 4 cara, mulai saat hamil,
saat melahirkan dan setelah lahir yaitu: penggunaan antiretroviral selama kehamilan,
penggunaan antiretroviral saat persalinan dan bayi yang baru dilahirkan, penggunaan
obstetrik selama selama persalinan, penatalksanaan selama menyusui. Pemberian
antiretroviral bertujuan agar viral load rendah sehingga jumlah virus yang ada di dalam
darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV. Persalinan sebaiknya
dipilih dengan metode sectio caecaria karena terbukti mengurangi resiko risiko penularan
HIV dari ibu ke bayi sampai 80%.walaupuncaesaria. demikian bedah caesar juga
memiliki risiko penularan HIV dari ibu kebayi sampai 80%. Bila bedah caesar selektif
disertai penggunaan terapi antiretroviral, maka risiko dapat ditirinkan sampai 87%.
Walaupun demikian bedah caesar juga mempunyai risiko karena imunitas
ibuyang rendah sehingga bisa terjadi keterlambatan penyembuhan luka, bahkan bisa
terjadi kematian saat operasi oleh karena itu persalinan pervaginam dan sectio caecaria
harus dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain. Namun jika
melahirkan dengan pervaginam maka beberapa tindakan harus dihindari untuk
meminimalisir risiko, seperti terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam atau
memecahkan ketuban sebelum pembukaan lengkap (Nurs dan Kurniawan, 2013:165).
D. Penatalaksanaan HIV/AIDS pada Anak

1. Pengobatan pada Anak dengan HIV/AIDS


Prinsip pemberian ART pada anak hampir sama dengan dewasa, tetapi
pemberian ART pada anakmemerlukan perhatian khusus tentang dosisi dan
toksisitasnya. Pada bayi, sistem kekebalannya mulai dibentuk dan berkembang
selama beberapa tahun pertama. Efek obat pada bayi dan anak juga akan berbeda
dengan orang dewasa (Nurs dan Kurniawan, 2013:168). Pedoman pengobatan
HIV/AIDS pada Anak menurut (Departemen Kesehatan Indonesia: Direktotat
Jendran Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2008:35) yaitu
Rejimen Lini pertama yang direkomendasikan adalah 2 Nucleosida Reverse
Transkriptase Inhibitor (NRTI) + 1 Non Nucleosida Reverse Transkriptase
Inhibitor (NNRTI):

2. Perawatan pada Anak dengan HIV/AIDS


a. Nutrisi pada Anak dengan HIV/AIDS

Pemberian Nutrisi pada bayi dan anakdengan HIV/AIDS


tidak berbeda dengan anak yang sehat, hanya saja asupan kalori
dan proteinnya perlu ditingkatkan. Selain itu perlu juga
diberikan multivitamin, dan antioksidan untuk mempertahankan
kekebalan tubuh dan menghambat replikasi virus HIV.
sebaiknya dipilih bahan makanan yang risiko alerginya rendah
dan dimasak dengan baik untuk mencegah infeksi oportunistik.
Sayur dan buah-buahan juga harus dicuci dengan baik dan
sebaiknya dimasak sebelum diberikan kepada anak. Pemberian
(Nurs dan Kurniawan, 2013:167).

b. Dukungan sosial spiritual pada Anak dengan HIV/AIDS


Anak yang didiagnosis HIV juga mendatangkan trauma
emosi yang mendalam bagi keluarganya. Orang tua harus
menghadapi masalah berat dalam perawatan anak, pemberian
kasih sayang, dan sebagainya sehingga dapat mempengaruhi
pertumbuhan mental anak. Orang tua memerlukan waktu untuk
mengatasi masalah emosi, syok, kesedihan, penolakan, perasaan
berdosa, cemas, marah, dan berbagai perasaan lain. Anak perlu
diberikan dukungan terhadap kehilangan dan perubahan
mencakup
1. memberi dukungan dengan memperbolehkan pasien
dan keluarga untuk membicarakan hal-hal tertentu
dan mengungkapkan perasaan keluarga,
2. membangkitkan harga diri anak serta keluarganya
dengan melihat keberhasilan hidupnya atau
mengenang masa lalu yang indah,
3. menerima perasaan marah, sedih, atau emosi dan
reaksi lainnya,
4. mengajarkan pada keluarga untuk mengambil
hikmah, dapat mengendalikan diri dan tidak
menyalahkan diri atau orang lain (Nurs dan
Kurniawan, 2013:169).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
HIV/AIDS yang terjadi pada anak dapat karena penularan dari ibu saat kehamilan,
ataupun saat kelahiran selain itu, HIV pada anak juga dapat terjadi akibat pelecehan
seksual pada anak. Diagnosis HIV pada anak dengan pemeriksaan darah untuk
mendeteksi virus HIV pada anak, dapat dilakukan 2 kali yaitu sebelum dan setelah umur
18 bulan.Salah satu pencegahan penularan HIV pada anak akibat transmisi maternal yaitu
dengan sectio caesaria. Penatalaksanaan kasus HIV pada Anak, tidak hanya pengaturan
ART, namun juga faktor Nutrisi harus diperhatikan mengiingat anak adalah fase
pertumbuhan. Kasus HIV pada anak, menurut Kajian dalam Islam dapat dikategorikan
sebuah takdir dari penipta, sehingga perlu kesabaran

B. Saran
Pada makalah ini penulis berharap dapat menambah wawasan bagi pembaca dan
terutama pada penulis sendiri,mohon maaf apabila ada kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Nurs, Nursalam, M. Dan Ninuk Dian Kurniawati. Asuhan Keperawatan pada Pasien terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika, 2007. -------. Asuhan Keperawatan pada Pasien
terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika, 2013

Kale, E. D. ASUHAN KEPERAWATAN.

Wulandari, N. A., Ns, M. K., Setiyorini, E. & Ns, M. K. Penulis : ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ODHA ( ORANG DENGAN HIV / AIDS ).

139 Asuhan keperawatan HIVAIDS08062020_0001.pdf.

Anda mungkin juga menyukai